Anda di halaman 1dari 17

 

LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN
CKD ON HD

Tugas Mandiri
Stase Keperawatan Gawat Darurat
Program Studi Ners

Disusun Oleh:
ASMITA NUR’ANI 
NUR’ANI 
20170305019

PROGRAM STUDI NERS


FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ESA UNGGUL
JAKARTA
2018
 

Chronic Kidney Disease (CKD)


A.  Definisi
Chronic kidney disease (CKD) atau penyakit ginjal kronis didefinisikan sebagai kerusakan
ginjal untuk sedikitnya 3 bulan dengan atau tanpa penurunan glomerulus filtration rate
(GFR) (Nahas & Levin,2010). CKD atau gagal ginjal kronis (GGK) didefinisikan
didefinisi kan sebagai
kondisi dimana ginjal mengalami penurunan fungsi secara lambat, progresif, irreversibel,
dan samar (insidius) dimana kemampuan tubuh gagal dalam mempertahankan
metabolisme, cairan, dan keseimbangan elektrolit, sehingga terjadi uremia atau azotemia
(Smeltzer, 2009).

B.  Klasifikasi
Klasifikasi gagal ginjal kronis berdasarkan derajat (stage) LFG (Laju Filtration
Glomerulus) dimana nilai normalnya adalah 125 ml/min/1,73m2 dengan rumus Kockroft
 –  Gault
  Gault sebagai berikut
berikut :
Derajat Penjelasan LFG (ml/mn/1.73m2)
1 Kerusakan ginjal dengan LFG normal atau ↑ 
↑  ≥ 90 
90 
2 Kerusakan ginjal dengan LFG ↓ atau ringan 
ringan  60-89
3 Kerusakan ginjal dengan LFG ↓ atau sedang 
sedang  30-59
4 Kerusakan ginjal dengan LFG ↓ atau berat 
berat  15-29
5 Gagal ginjal < 15 atau dialisis

Sumber : Sudoyo,2006 Buku Ajar Ilmu penyakit Dalam. Jakarta : FKUI


1.   Sta
 Stad
dium 1
Seseorang yang berada pada stadium 1 gagal ginjal kronik (GGK) biasanya belum
merasakan gejala yang mengindikasikan adanya kerusakan pada ginjal. Hal ini
disebabkan ginjal tetap berfungsi secara normal meskipun tidak lagi dalam kondisi
100%, sehingga banyak penderita yang tidak mengetahui kondisi ginjalnya dalam
stadium 1. Kalaupun hal tersebut diketahui biasanya saat penderita memeriksakan
memeriksa kan diri
untuk penyakit lainnya seperti diabetes dan hipertensi.
 

2.   Sta
 Stad
dium 2
Sama seperti pada stadium awal, tanda – 
tanda  –  tanda
 tanda seseorang berada pada stadium 2 juga
tidak merasakan gejala karena ginjal tetap dapat berfungsi dengan baik. Kalaupun hal
tersebut diketahui biasanya saat penderita memeriksakan diri untuk penyakit lainnya
seperti diabetes dan hipertensi. 
3.   Sta
 Stad
dium 3
Seseorang yang menderita GGK stadium 3 mengalami penurunan GFR moderat yaitu
diantara 30 s/d 59 ml/min. Dengan penurunan pada tingkat ini akumulasi sisa – sisa
sisa
metabolisme akan menumpuk dalam darah yang disebut uremia. Pada stadium ini
muncul komplikasi seperti tekanan darah tinggi (hipertensi), anemia atau keluhan
 pada tulang. Gejala- gejala juga terkadang mulai dirasakan seperti: 
a.  Fatique: rasa lemah/lelah yang biasanya diakibatkan oleh anemia.
 b.  Kelebihan cairan: Seiring dengan menurunnya fungsi ginjal membuat ginjal tidak
dapat lagi mengatur komposisi cairan yang berada dalam tubuh. Hal ini membuat
 penderita akan mengalami pembengkakan sekitar kaki bagian bawah, seputar
wajah atau tangan. Penderita juga dapat mengalami sesak nafas akaibat teralu
 banyak cairan yang berada dalam tubuh.
tubuh.
c.  Perubahan pada urin: urin yang keluar dapat berbusa yang menandakan adanya
kandungan protein di urin. Selain itu warna urin juga mengalami perubahan
menjadi coklat, orannye tua, atau merah apabila bercampur dengan darah.
Kuantitas urin bisa bertambah atau berkurang dan terkadang penderita sering
trbangun untuk buang air kecil di tengah malam.
d.  Rasa sakit pada ginjal. Rasa sakit sekitar pinggang tempat ginjal berada dapat
dialami oleh sebagian penderita yang mempunyai masalah ginjal seperti polikistik
dan infeksi.
e.  Sulit tidur: Sebagian penderita akan mengalami kesulitan untuk tidur disebabkan
munculnya rasa gatal, kram ataupun restless legs.
legs.
f.  Penderita GGK stadium 3 disarankan untuk memeriksakan diri ke seorang ahli
ginjal hipertensi (nephrolog). Dokter akan memberikan rekomendasi terbaik serta
terapi – 
terapi –  terapi
 terapi yang bertujuan untuk memperlambat laju penurunan fungsi ginjal.
Selain itu sangat disarankan juga untuk meminta bantuan ahli gizi untuk
mendapatkan perencanaan diet yang tepat. Penderita GGK pada stadium ini
 biasanya akan diminta untuk menjaga kecukupan protein namun tetap
mewaspadai kadar fosfor yang ada dalam makanan tersebut, karena menjaga
 

kadar fosfor dalam darah tetap rendah penting bagi kelangsungan fungsi ginjal.
Selain itu penderita juga harus membatasi asupan kalsium apabila kandungan
dalam darah terlalu tinggi. Tidak ada pembatasan kalium kecuali didapati kadar
dalam darah diatas normal. Membatasi karbohidrat biasanya juga dianjurkan bagi
 penderita yang
yang juga mempunyai diabetes. Mengontrol
Mengontrol minuman diperlukan selain
 pembatasan sodium untuk penderita
penderita hipertensi.
4.   Sta
 Stad
dium 4
Pada stadium ini fungsi ginjal hanya sekitar 15 – 30%
30% saja dan apabila seseorang
 berada pada
pada stadium ini sangat mungkin dalam waktu dekat diharuskan menjalani
terapi pengganti ginjal/dialisis atau melakukan transplantasi. Kondisi dimana
terjadi penumpukan
penumpukan racun dalam darah atau uremia biasanya muncul pada
stadium ini. Selain itu besar kemungkinan muncul komplikasi seperti tekanan
darah tinggi (hipertensi), anemia, penyakit tulang, masalah pada jantung dan
 penyakit kardiovaskular lainnya. Gejala yang mungkin dirasakan pada stadium 4
hampir sama dengan stadium 3, yaitu: 
a.  Fatique: rasa lemah/lelah yang biasanya diakibatkan oleh anemia.
 b.  Kelebihan cairan: Seiring dengan menurunnya fungsi ginjal membuat ginjal
tidak dapat lagi mengatur komposisi cairan yang berada dalam tubuh. Hal ini
membuat penderita akan mengalami pembengkakan sekitar kaki bagian
 bawah, seputar wajah atau tangan. Penderita juga dapat mengalami sesak
nafas akaibat teralu banyak cairan yang berada dalam tubuh.
c.  Perubahan pada urin: urin yang keluar dapat berbusa yang menandakan
adanya kandungan protein di urin. Selain itu warna urin juga mengalami
 perubahan menjadi coklat, orannye tua, atau merah apabila bercampur
dengan darah. Kuantitas urin bisa bertambah atau berkurang dan terkadang
 penderita sering trbangun untuk buang
buang air kecil di tengah malam.
d.  Rasa sakit pada ginjal. Rasa sakit sekitar pinggang tempat ginjal berada dapat
dialami oleh sebagian penderita yang mempunyai masalah ginjal seperti
 polikistik dan infeksi.
e.  Sulit tidur: Sebagian penderita akan mengalami kesulitan untuk tidur
disebabkan munculnya rasa gatal, kram ataupunrestless legs.
f.   Nausea : muntah atau rasa ingin muntah.
g.  Perubahan cita rasa makanan : dapat terjadi bahwa makanan yang
dikonsumsi tidak terasa seperti biasanya.
 

h.  Bau mulut uremic : ureum yang menumpuk dalam darah dapat dideteksi
melalui bau pernafasan yang tidak enak.
i.  Sulit berkonsentrasi
5.   Sta
 Stad
dium 5 (ga
(g aga
gall ginja
gi njall ter mina
inal)
l)
Pada level ini ginjal kehilangan hampir seluruh kemampuannya untuk bekerja
secara optimal. Untuk itu diperlukan suatu terapi pengganti ginjal (dialisis) atau
bert ahan hidup. Gejala yang dapat timbul pada
transplantasi agar penderita dapat bertahan
stadium 5 antara lain:  
a.  Kehilangan nafsu makan
 b.   Nausea.
c.  Sakit kepala.
d.  Merasa lelah.
e.  Tidak mampu berkonsentrasi.
f.  Gatal – 
Gatal –  gatal.
 gatal.
g.  Urin tidak keluar atau hanya sedikit sekali.
h.  Bengkak, terutama di seputar wajah, mata dan pergelangan kaki.
i.  Kram otot
 j.  Perubahan warna kulit

C.  Etiologi
Diabetes dan hipertensi baru-baru ini telah menjadi etiologi tersering terhadap proporsi
GGK di US yakni sebesar 34% dan 21% . Sedangkan glomerulonefritis menjadi yang
ketiga dengan 17%. Infeksi nefritis tubulointerstitial (pielonefritis kronik atau nefropati
refluks) dan penyakit ginjal polikistik masing-masing 3,4%. Penyebab yang tidak sering
terjadi yakni uropati obstruktif , lupus eritomatosus dan lainnya sebesar 21 %. (US Renal
System, 2000 dalam Price & Wilson, 2006). Penyebab gagal ginjal kronis yang menjalani
hemodialisis di Indonesia tahun 2000 menunjukkan glomerulonefritis menjadi etiologi
dengan prosentase tertinggi dengan 46,39%, disusul dengan diabetes melitus dengan
18,65%, obstruksi dan infeksi dengan 12,85%, hipertensi dengan 8,46%, dan sebab lain
dengan 13,65% (Sudoyo, 2006).
 

D.  Pathway
 

E.  Manifestas
Manifestasii Klinis
Menurut Brunner & Suddart (2002) setiap sistem tubuh pada gagal ginjal kronis
dipengaruhi oleh kondisi uremia, maka pasien akan menunjukkan sejumlah tanda dan
gejala. Keparahan tanda dan gejala bergantung pada bagian dan tingkat kerusakan ginjal,
usia pasien dan kondisi yang mendasari. Tanda dan gejala pasien gagal ginjal kronis adalah
sebagai berikut : 
1.  Manifestasi kardiovaskuler
Mencakup hipertensi (akibat retensi cairan dan natrium dari aktivasi sistem renin-
angiotensin-aldosteron), pitting edema (kaki,tangan,sakrum), edema periorbital,
 Friction rub perikardial,
rub perikardial, pembesaran vena leher.
2.  Manifestasi dermatologi
Warna kulit abu-abu mengkilat, kulit kering, bersisik, pruritus, ekimosis, kuku tipis
dan rapuh, rambut tipis dan kasar.
3.  Manifestasi Pulmoner
Krekels, sputum kental dan liat, napas dangkal, pernapasan Kussmaul
4.  Manifestasi Gastrointestinal
 Napas berbau amonia, ulserasi dan pendarahan pada mulut, anoreksia, mual,muntah,
konstipasi dan diare, pendarahan saluran gastrointestinal
5.  Manifestasi Neurologi
Kelemahan dan keletihan, konfusi, disorientasi, kejang, kelemahan tungkai, panas
 pada telapak kaki, perubahan perilaku
6.  Manifestasi Muskuloskeletal
Kram otot, kekuatan otot hilang, fraktur tulang, foot
tulang, foot drop 
drop 
7.  Manifestasi Reproduktif
Amenore dan atrofi testikuler

F.  Komplikasi
Seperti penyakit kronis dan lama lainnya, penderita CKD akan mengalami beberapa
komplikasi. Komplikasi dari CKD menurut Smeltzer dan Bare (2001) serta Suwitra (2006)
antara lain adalah :
1.  Hiperkalemi akibat penurunan sekresi asidosis metabolik, kata bolisme, dan masukan
diit berlebih.
2.  Perikarditis, efusi perikardial, dan tamponad jantung akibat retensi produk sampah
uremik dan dialisis yang tidak adekuat.
 

3.  Hipertensi akibat retensi cairan dan natrium serta malfungsi sistem renin angiotensin
aldosteron.
4.  Anemia akibat penurunan eritropoitin.
5.  Penyakit tulang serta klasifikasi metabolik akibat retensi fosfat, kadar kalsium serum
yang rendah, metabolisme vitamin D yang abnormal dan peningkatan kadar
alumunium akibat peningkatan nitrogen dan ion anorganik.
6.  Uremia akibat peningkatan kadar uream dalam tubuh.
7.  Gagal jantung akibat peningkatan kerja jantung
ja ntung yang berlebihan.
8.  Malnutrisi karena anoreksia, mual, dan muntah.
9.  Hiperparatiroid, Hiperkalemia, dan Hiperfosfatemia.

G.  Pemeriksaan Penunjang


1.  Radiologi
Ditujukan untuk menilai keadaan ginjal dan derajat komplikasi ginjal.
a.  Ultrasonografi ginjal digunakan untuk menentukan ukuran ginjal dan adanya
massa kista, obtruksi pada saluran perkemihan bagianatas.
 b.  Biopsi Ginjal dilakukan secara endoskopik untuk menentukan sel jaringan untuk
diagnosis histologis.
c.  Endoskopi ginjal dilakukan untuk menentukan pelvis ginjal.
d.  EKG mungkin abnormal menunjukkan ketidakseimbangan elektrolit dan asam
 basa.
2.  Foto Polos Abdomen
Menilai besar dan bentuk ginjal serta adakah batu atau obstruksi lain.
3.  Pielografi Intravena
Menilai sistem pelviokalises dan ureter, beresiko terjadi penurunan faal ginjal pada usia
lanjut, diabetes melitus dan nefropati asam urat.
4.  USG
Menilai besar dan bentuk ginjal, tebal parenkin ginjal , anatomi sistem pelviokalises,
dan ureter proksimal, kepadatan parenkim ginjal, anatomi sistem pelviokalises dan
ureter proksimal, kandung kemih dan prostat.
5.  Renogram
Menilai fungsi ginjal kanan dan kiri , lokasi gangguan (vaskuler, parenkhim) serta sisa
fungsi ginjal
 

6.  Pemeriksaan Radiologi Jantung


Mencari adanya kardiomegali, efusi perikarditis
7.  Pemeriksaan radiologi Tulang
Mencari osteodistrofi (terutama pada falangks /jari) kalsifikasi metatastik
8.  Pemeriksaan radiologi Paru
Mencari uremik lung yang disebabkan karena bendungan.
9.  Pemeriksaan Pielografi Retrograde
Dilakukan bila dicurigai adanya obstruksi yang reversible
10. EKG
Untuk melihat kemungkinan adanya hipertrofi ventrikel kiri, tanda-tanda perikarditis,
aritmia karena gangguan elektrolit (hiperkalemia)
11. Biopsi Ginjal
dilakukan bila terdapat keraguan dalam diagnostik gagal ginjal kronis atau perlu untuk
mengetahui etiologinya.
12. Pemeriksaan laboratorium menunjang untuk diagnosis gagal ginjal
a.  Laju endap darah
 b.  Urin
- Volume : Biasanya kurang dari 400 ml/jam (oliguria atau urine tidak ada
(anuria).
- Warna : Secara normal perubahan urine mungkin disebabkan oleh pus / nanah,
 bakteri, lemak, partikel koloid,fosfat, sedimen kotor, warna kecoklatan
menunjukkan adanya darah, miglobin, dan porfirin.
- Berat Jenis : Kurang dari 1,015 (menetap pada 1,010 menunjukkan kerusakan
ginjal berat).
- Osmolalitas : Kurang dari 350 mOsm/kg menunjukkan kerusakan tubular,
amrasio
- Urine / ureum sering 1:1.
c.  Ureum dan Kreatinin
- Ureum:
- Kreatinin: Biasanya meningkat dalam proporsi. Kadar kreatinin 10 mg/dL
diduga tahap akhir (mungkin rendah yaitu 5).
d.  Hiponatremia
e.  Hiperkalemia
f.  Hipokalsemia dan hiperfosfatemia

Anda mungkin juga menyukai