Anda di halaman 1dari 139

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang


telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan tugas Novel yang berjudul Anna
Van Matthew.

Adapun tujuan dari penulisan novel ini adalah untuk


memenuhi tugas dari Ibu Heri Rini Fatmawati, M.Pd. pada
pembelajaran Bahasa Indonesia, selain itu, tugas ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan tentang Novel dan
kehidupan remaja bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Penyusunan novel ini tidak akan berjalan lancar tanpa


adanya pihak-pihak yang membantu. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang
mendukung dalam menyelesaikan novel ini, diantaranya:

1. Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karunia-Nya


sehingga penulis dapat menyelesaikan novel ini.

2. Ibu Heri Rini Fatmawati, M.Pd. selaku guru pembimbing


yang telah memberikan masukan dan bimbingan sehingga
novel ini dapat terselesaikan, serta telah memberikan tugas

I
ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan
sesuai topik pembelajaran yang sedang dipelajari.

3. Orang tua yang telah memberikan motivasi dan dukungan


finansial demi terselesaikannya novel ini sebagai
pemenuhan tugas mata pelajaran bahasa Indonesia.

Penulis menyadari, tugas Novel ini masih jauh dari


kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat
diperlukan untuk membangun dan menyempurnakan Novel
ini. Penulis menantikan kritik saran anda semua untuk
kesempurnaan tugas ini.

Malang, Januari 2023

Penulis

II
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................... I
DAFTAR ISI ...................................................................... III
CHAPTER 1 ......................................................................... 1
CHAPTER 2 ......................................................................... 6
CHAPTER 3 ......................................................................... 8
CHAPTER 4 ....................................................................... 13
CHAPTER 5 ....................................................................... 19
CHAPTER 6 ....................................................................... 22
CHAPTER 7 ....................................................................... 25
CHAPTER 8 ....................................................................... 27
CHAPTER 9 ....................................................................... 39
CHAPTER 10 ..................................................................... 42
CHAPTER 11 ..................................................................... 48
CHAPTER 12 ..................................................................... 52
CHAPTER 13 ..................................................................... 61
CHAPTER 14 ..................................................................... 67
CHAPTER 15 ..................................................................... 71
CHAPTER 16 ..................................................................... 74
CHAPTER 17 ..................................................................... 77
CHAPTER 18 ..................................................................... 88

III
CHAPTER 19 ..................................................................... 90
CHAPTER 20 ..................................................................... 98
CHAPTER 21 ................................................................... 105
CHAPTER 22 ................................................................... 107
CHAPTER 24 ................................................................... 114
CHAPTER 25 ................................................................... 116
PROFIL PENULIS ........................................................... 118

IV
CHAPTER 1

“Kringg..Kriingg..” Terdengar suara alarm yang


menusuk telinga seorang perempuan yang sedang tertidur
lelap dalam mimpinya. Dia dipaksa bangun oleh suara
alarm tersebut yang notabene nya hari ini adalah Weekend,
tanda semua orang menikmati hari liburnya. Tetapi
berbeda dengan seorang perempuan yang harus
melakukan kontrol ke Rumah Sakit..dia bukan sakit
demam atau semacamnya. Anna Van Matthew, seorang
perempuan yang di masa mudanya harus berkutik dengan
segala obat dan bolak-balik ke Rumah Sakit untuk
kesembuhan mentalnya.

Tidak berselang lama, Anna sampai di Rumah


Sakit untuk menemui Dokter spesialis kejiwaan yang
sudah Anna kenal. Sembari menunggu antrian, Anna
menyempatkan diri untuk mengisi perutnya yang sedari
tadi belum terisi. Selang beberapa menit, terdengar suara
dari speaker “Nomor A31, dipersilahkan masuk ke ruang
Dokter Adina”, pertanda bahwa sekarang adalah
gilirannya. Dengan segera Anna masuk kedalam ruangan
bernuansa putih dengan bau obat yang menyeruak di
hidung Anna.
1
“Selamat pagi, Dokter Adina” sapa Anna.

“Selamat pagi juga Anna, silahkan duduk dahulu”,


balas Dokter Adina.

“Baik dok, terima kasih” Ucap Anna sembari


duduk.

“Bagaimana keadaanmu dalam satu minggu


kemarin?” Tanya Dokter Adina dengan lembut.

“Menurut saya masih sama dengan sebelumnya


dok, tidak ada perkembangan yang spesifik, setiap malam
masih susah tidur, anxiety sering kambuh dok, apalagi
bunda sama ayah masih sering bertengkar”. Anna
membalas dengan jujur. Memang, kondisi mental Anna
tidak seperti anak-anak lainnya, dia memiliki gangguan
kecemasan dan anxiety yang mungkin bisa dibilang itu
berlebihan bagi Anna. Bahkan, jika dia mau, dia tidak
ingin menjadi Anna yang sekarang.

“Okey, Baiklah Anna. Untuk sekarang saya kasih


obat dahulu. Jika memang satu bulan kedepan masih sama
seperti sekarang atau bahkan semakin meningkat, saya
akan sarankan kamu untuk melakukan terapi. Untuk obat

2
Antidepresan ini, silahkan kamu minum saat rasa cemas
mulai muncul dan ketika kamu tidak bisa mengendalikan
itu, agar kamu bisa lebih tenang daripada sebelumnya.
Dan satu lagi Anna, saya sarankan juga kamu untuk selalu
bercerita kepada orang terdekat kamu, mungkin saja itu
bisa meringankan beban kamu”. Dokter Adina membalas
dengan penuh rasa kasih sayang karena memang, Anna
sudah dianggap sebagai anak kandungnya sendiri.

“Baik dok, terima kasih atas sarannya, kalau


begitu saya pamit untuk pulang, sampai jumpa lagi di
control 2 minggu kedepan Dokter Adina”. Pamit Anna.

Anna bergegas keluar dari Rumah Sakit, juga tidak


lupa membuka aplikasi di gadgetnya dengan logo hijau
putih tersebut, dengan tujuan memesan ojol. Beberapa
menit telah berlalu, ojol yang telah di pesannya tadi
datang.

“Ini dengan kak Anna ya?” tanya ojol tersebut


dengan ramah. Anna selalu memesan ojol meskipun dia
mempunyai supir pribadi. Bagi Anna, dia kasihan kepada
orang-orang yang rela panas demi mencari nafkah. Untuk
itu Anna sengaja membantu ekonomi dari ojol tersebut.

3
Karena selagi uang Anna mencukupi, dia tidak segan
untuk memesan ojol.

”Iya pak, benar”. Balas Anna dengan senyum


khasnya.

Selama perjalanan pulang ke rumah, dia menyanyi


lagu favoritnya yaitu “Strong-One Direction”, dia
menyanyi begitu pelan, karena meski suara Anna sopan
masuk ke telinga dia masih punya sopan santun dan etika
dalam berperilaku.

“Kak Anna masih sekolah?” tanya ojol tersebut.


Anna masih bisa mendengar suara dari depan, karena
sekarang masih berhenti di lampu merah.

“Iya bapak, saya sudah kelas 11 SMA”, balas


Anna. Tidak ada yang memulai percakapan lagi setelah
itu, Anna memilih diam karena takut mengganggu bapak
ojol yang sedang menyetir.

“Disini ya kak” Ucap bapak ojol, merusak


lamunan Anna. Banyak pikiran yang Anna tampung di
kepalanya, terutama orang tuanya.

4
“Iya bapak, ambil saja kembaliannya ya pak”.
Balas Anna, dengan memberikan selembar uang yang
memang tidak Anna harapkan kembaliannya.

“Baik Kak Anna, terimakasih banyak”.

Anna dengan sedikit berlari segera menaiki tangga


untuk masuk kedalam kamarnya yang berwarna kuning
pastel dengan beberapa tulisan motivasi di meja
belajarnya. Anna pergi ke dalam kamar mandi untuk
mencuci muka, karena Anna tidak ingin mandi sekarang.
Tujuan Anna saat ini adalah mengerjakan tugas dari
sekolah yang menurutnya tidak terlalu sulit, seraya
membuka aplikasi spotify. Karena Bagi Anna, musik
adalah tempat untuk dia menyembuhkan pikirannya yang
saling berkecamuk atau biasa disebut “Healing”, Hanya
itulah tempat Anna saat ini untuk pulang. Musik.

5
CHAPTER 2

Hari Senin, adalah hari yang paling dihindari oleh


seluruh siswa-siswi yang masih duduk di bangku sekolah.
Karena memang salah satu alasannya adalah, Upacara
Bendera. Anna gadis itu sudah siap hanya kurang
menyiapkan buku pelajaran saja. Anna segera memesan
ojol melalui aplikasi, karena dia tidak ingin terlambat di
hari Senin ini. Ojol yang dipesan Anna sudah berada
didepan gerbang tepat rumah Anna. Tidak menunggu
waktu lama, dia turun melewati ayah dan bunda nya.
Hanya dilewati saja tanpa berpamitan, karena memang
semenjak Anna tahu bahwa dia terkena mental illness,
Anna merasa canggung dengan kedua orang tuanya.

Lagipula selama dia pulang kerumah, dia tidak


pernah merasakan arti rumah yang sesungguhnya.
Keadaan Orang tua yang sering bertengkar, Anna pun
tidak tahu mengapa dan apa yang dipermasalahkan oleh
mereka. Anna muak, bahkan Anna berjanji kepada diri
sendiri akan sembuh dan ingin pergi kuliah diluar kota.

6
Anna sampai di depan gerbang pukul 06.57. Hanya
kurang waktu 3 menit saja, upacara akan segera
dilaksanakan. Anna segera membayar ojol tersebut dan
tidak lupa mengatakan “Terima Kasih Pak, semangat
bekerja”. Anna segera memasuki area sekolah dengan
berlari, karena dia tidak mau dihukum hanya karena
terlambat datang ke lapangan. Memang sekolah yang
Anna tempati adalah sekolah yang terkenal elite dan
menjunjung tinggi kedisiplinan. Anna berada tepat di
belakang salah satu cewek yang dia kenal, yaitu sahabat
karibnya Arabelle Diatmika biasanya Anna memanggil
dengan sebutan Belle, keren kata Anna. Anna sengaja
tidak menyapa Belle karena sudah terdengar dari depan
bahwa upacara hari ini akan segera dimulai.

7
CHAPTER 3

Tampak terlihat dari kejauhan, seorang laki-laki


yang baru saja datang ingin memasuki barisan upacara.
Tidak, bukan barisan yang ditempati Anna, tetapi barisan
dimana terdapat siswa-siswi yang terlambat datang saat
upacara. Anna melihat laki-laki itu, terkadang banyak
siswi yang berteriak juga bahkan memuji terang-terangan
di depan laki-laki tersebut. Anna pun heran mengapa dan
kenapa. Sekian lama, Anna bergulat dengan pikirannya
sendiri, yang bahkan tidak menemukan satu jawaban pun,
Anna memilih berhenti memikirkan hal yang tidak begitu
penting.

“Upacara hari ini kok lama banget ya?” Entah


berapa kali Belle mengeluh tentang upacara hari ini yang
memang terasa sangat lama, karena Pembina upacara
berbicara sangat lama terkait siswa-siswi yang terlambat,
atribut tidak lengkap, berbicara tentang kemajuan dan
akreditasi sekolah.

“Emang lama Bel, mending kita cepat masuk kelas


daripada dengerin lo ngomel mulu.” Tutur Anna, dengan
menggandeng tangan Belle.
8
“Hari ini Bu Hera Bel, udah ah ayo cepetan!” Belle
pun mengangguk-anggukan kepalanya, mengikuti apa
yang dilakukan Anna sekarang. Pasalnya, Bu Hera ini
termasuk guru killer yang memang jika terdapat siswa-
siswi terlambat, akan susah untuk membujuk beliau.
Selain memegang pelajaran Matematika , Bu Hera juga
termasuk guru kurikulum di SMA yang Anna tempati.

“Huh..huh..untung belum ada gurunya, Anna hari


ini ada PR gak?” Tanya Belle, dengan menetralkan deru
nafasnya.

“Nggak, kebiasaan lo mah ga pernah inget tentang


tugas. Masih untung sih lo punya temen kek gue yang
memang cantik, baik, lucu, imut, gemesin, dan gak
gampang lupa kayak lo” Ucap Anna dengan mengibaskan
rambutnya kebelakang, merasa percaya diri dengan
perkataannya barusan.

“Cantikan gue kali” Balas Belle tak ingin kalah.


Pantas diakui memang, Belle juga sama cantiknya dengan
Anna. Ayah Belle adalah seorang pengusaha terkenal di
Swiss, dan ibunya adalah orang asli Indonesia.

9
“Selamat pagi anak anak” sapa bu Hera kepada
para muridnya, Belle dan Anna yang asik ngobrol terkejut
dengan kedatangan Bu Hera.

“Selamat pagi juga Bu Hera” balas para murid,

“Oh iya anak anak kemarin terakhir kita sampai


mana ya belajarnya, apakah ada tugas juga?” tanya Bu
Hera yang langsung dijawab oleh ketua kelas

“Minggu lalu masih bahas tentang Pertidaksamaan


Linear Dua Variabel buu, ada tugas juga bu deadline nya
juga sekarang bu” jawab Bunga yang dikenal sebagai
ketua kelas yang tegas suka marah, walaupun begitu
sebenarnya mempunyai hati yang softly, tidak hanya
menjadi ketua kelas Bunga sendiri rupanya seorang yang
pintar dikelas , karena dia selalu mendapat rangking paling
atas.

“Loh kok Bunga bilang ada tugas sih Na?” tanya


Belle pada Anna

“Gue juga gak tau lah kalau ada tugas, seinget gue
gak ada” jawab Anna dengan muka yang bingung dan
mengingat sesuatu, memang seingat Anna bu Hera tidak

10
memberikan apapun saat kelas Anna ditinggalkan Bu Hera
karena ada kepentingan di Humas, dan saat itu Bunga
memberikan LEMBARAN KERTAS TU…….

“Astaga Bel gue baru ingat ternyata ada tugas,


tugasnya di lembaran kertas tugas kelompok yang waktu
itu diberikan Bunga pas Bu Hera keluar” ujar Anna

“Ohh Tugas itu, kita satu kelompok Naa, sekarang


kertasnya lo bawa Na?” tanya Belle dengan panik, Anna
yang mendapat pertanyaan itu langsung mencari selembar
kertas yang ada di tasnya, dia berharap kertasnya masih di
tasnya ternyata realitanya tidak ada di tasnya

“Loh Bel ngga ada di tas, lo gak sih yang bawa?”


tanya balik Anna pada Belle

“Gue aja loh gak tau kertas yang mana, tugas yang
apa, pasti lo yang bawa” jawab Bella dengan muka yang
bingung

“Loh terus tugasnya bagaimana? Mungkin


ketinggalan di rumah Bel” ujar Anna

11
“Yaudah santai aja nanti kalau dihukum yaudah
ikutin aja sih Na, ini juga pertama kali kita dihukum”
Balas Belle dengan santainya.

“Siapa yang tidak membawanya hari ini, angkat


tangan kalian!” Titah Bu Hera dengan ekspresi yang bisa
dibilang menyeramkan. Anna dan juga Belle mengangkat
tangannya dengan rasa takut, Anna menoleh ke belakang
dan ternyata Bagas dan Aldi juga tidak membawanya.
Anna membatin dengan rasa lega, setidaknya tidak hanya
dia dan Anna yang akan dihukum.

“Putari lapangan 10x dengan berlari,


SEKARANG!” Anna panik, dia hanya takut jika
kecemasannya kambuh pada saat ini. Anna menetralkan
deru nafasnya yang sulit untuk diatur, Anna takut bahwa
Bella akan mengetahui kelemahannya saat ini. Perlu
diketahui juga bahwa Anna di sekolah berbeda dengan di
rumah. Anna adalah seorang yang ceria dan memasang
topeng sebanyak-banyaknya saat di sekolah.

“Ayo Na biar cepet selesai juga, biar nggak


kehabisan makan di kantin juga” Tutur Belle sembari
menggandeng tangan Anna keluar menuju lapangan.

12
CHAPTER 4

Sudah tepat 8 putaran Anna, Belle, Bagas, dan Aldi


melakukan hukuman dari Bu Hera. Anna merasa sekarang
bahwa nafasnya sudah tidak seperti biasanya, matanya
terasa sedikit buram, bahkan Anna sekarang sudah jauh
dari jangkauan teman-temannya. Dia masih bisa
mendengar Belle berteriak “ANNA AYO KURANG
DIKIT!”.

Belum sampai pada putaran ke 9, Anna sudah tidak


bisa menahan tubuhnya lagi, penglihatannya semakin
buram dan kakinya lemas. “Brukk..”. Belle menoleh ke
Anna yang sudah terjatuh lemas di lapangan “ANNAAA”
Panggil Belle dengan muka panik menuju arah Anna
pingsan.

Yang bisa dilakukan Belle saat ini adalah meminta


tolong kepada siswa yang ada di kantin, karena sedikit
mustahil jika Belle yang membawa Anna sendirian ke
UKS, sedangkan Bagas dan Aldi sudah menyelesaikan
hukumannya sebelum Anna pingsan. Mata Belle saat ini
hanya tertuju pada seorang laki-laki di kantin. Sudah bisa
disimpulkan bahwa dia sedang membolos pelajaran.
13
“Nath, tolongin gue, temen gue pingsan, tolong
bawa dia ke uks Nath, gue mohon” Pinta Anna dengan
wajah sedikit memelas. Sedangkan Nathan yang tiba-tiba
diminta tolongpun bingung. Nathan Kael Arsenio. Salah
satu siswa yang terlambat dan dilihat Anna tadi pagi.
Nathan memang terkenal dengan paras tampannya, yang
bahkan bisa membuat para siswi berteriak karena
ketampanannya. Perlu diakui juga bahwa Nathan juga
memiliki tubuh atletis. Badboy salah satu sifat yang
dimiliki Nathan, sehingga banyak perempuan terpikat oleh
Nathan. Dan Belle termasuk perempuan yang terpikat oleh
ketampanannya.

“Kenapa harus gue, lo bisa minta tolong ke yang


lain, gak harus ngeribetin gue” Ucap Nathan dengan muka
galaknya.

“Lo gak liat yang ada disini cuman lo doang. Gue


tau lo bolos pelajaran” Jawab Belle tak kalah sengit.

“Yaudah mana” Balas Nathan dengan singkat,


seraya berlari ke tempat Anna pingsan. Nathan segera
membopong tubuh Anna dan berjalan ke arah UKS.

“Ganggu ae lo, gatau gue lagi sibuk” ujar Nathan

14
“Ya kan gue cuma lihat lu dilapangan, mana ada
orang lain”

Nathan memasuki UKS ada 1 perawat dan 2


petugas PMR yang sedang berjaga di UKS. Nathan
membaringkan Anna disalah satu kasur yang ada di
ruangan UKS. Gadis itu masih belum sadarkan diri.

“Kenapa ini ?” tanya perawat yang sedang berjaga


di UKS.

“Dia pingsan saat tadi jalani hukuman Bu Hera”


jawab Belle dengan tidak mengurangi rasa paniknya.

“Yaudah gue balik dulu ke kelas” celetuk Nathan

“Makasih banyak loh Nath, tolong juga Nath


bilangin ke Bu Hera kalau gue di UKS” Pinta Belle

“Males banget, lu siapa bilang sendiri aja” jawab


Nathan

“Aelah, tinggal bilangin doang aja loh, lu kan free”

“Iye gue bilangin kalau ada mood”

“Makasih banyak Nath”

15
“Iye” celetuk Nathan

Bel istirahat berbunyi, semua siswa sibuk pergi ke


kantin untuk mengisi perut mereka yang sudah memanggil
manggil sedari pagi, tetapi hal itu tidak terjadi dengan
Belle yang masih sibuk di UKS untuk mengurus
temannya.

“Ini aku bawain makanan, kalian belum


makankan” ujar Bunga

“Loh kamu kok repot repot sih nga” Belle


menjawab dengan sedikit menahan malu.

“Ngga kok tadi juga aku disuruh sama Bu Hera


buat jenguk Anna sekalian aku bawain makanan”

“Makasih banyak loh Nga, cintaku, kamu teman


terbaikku” ujar Belle dengan memanyunkan bibirnya
berinisiatif untuk mencium pipi Bunga. Tetapi belum
sampai bibir Belle ke pipi Bunga. Tangan Bunga lebih
dulu sampai untuk memukul lengan Belle.

“Sakit loh Nga lo kok teganya sih tabok gue” ujar


Belle dengan ekspresi yang menahan sakit di area tangan.

16
“Lah kamu ngapain mau cium aku, dikira lesbi
nanti kita” Ucap Bunga dengan wajah tegasnya.

“Lah kan itu rasa terimakasih gue ke lo”

“Gak usah gitu juga dong” Ujar Bunga dengan


ekspresi muka yang geli

“Yaudah aku balik dulu ke kelas” ujar Bunga


sembari jalan ke pintu UKS untuk kembali di kelas

Setelah beberapa menit Bunga meninggalkan


UKS, Anna yang hampir 10 menitan pingsan akhirnya
telah sadarkan diri. Walaupun dia masih merasa pusing
karena kepalanya tadi saat tidak sadarkan diri jatuh
kebentur panasnya lantai lapangan.

“Tadi saat aku pingsan siapa yang bawa aku ke


UKS?” Tanya Anna dengan rasa penasarannya

“Tadi kamu dibawa Nathan” ujar Belle lantang.


Anna merengut bingung, Anna merasa tidak mengetahui
siapa Nathan, Mengapa bukan Aldi dan Bagas.

“Nathan siapa?” Tanya Anna masih dengan


wajahnya yang pucat dan bingung dengan ujaran Belle.

17
“Nathan Kael Arsenio, itu anak IPA 3 yang tampan
seantero jagat raya ini, yang tadi ada di barisan siswa
terlambat Na. Aneh lo gak tau Nathan. Gue aja tau saking
terkenalnya dia. Terlepas dari sifatnya yang nakal si, tetep
aja dia ganteng” Ucap Belle dengan wajah cengengesan.
Anna mengedikkan bahu nya, karena pasalnya dia hanya
tahu dari cerita mulut ke mulut seperti Belle sekarang.

“Yaudah, besok gue mau ngucapin makasih ke


dia” Anna memang mempunyai sifat yang tidak enakan.
Sekalipun dia tidak kenal dengan Nathan, tetapi Anna
harus meminta maaf dan terimakasih karena sudah
membantu dirinya.

“Goodluck Anna, semoga Nathan gak ngeluarin


wajah galaknya ya” Belle mengucapkannya sembari
tertawa. Karena takut jika Anna balik dari Nathan dengan
menangis.

18
CHAPTER 5

Ruangan yang ditempati oleh beberapa laki-laki


yang masih duduk di bangku SMA penuh dengan kepalan
asap rokok. Masing-masing dari mereka saling
melemparkan tawa tidak lupa dengan rokok yang ada di
tangannya.

“Gimana tuh Nath, rasanya gendong cewek cantik


parah?” Tanya Andre

“Mana mesra lagi gendongnya, jarang-jarang juga


lo se care itu ke cewek” Tutur salah satu laki-laki yang
bernama Aksa. Aksa Zhafran, dia sahabat karib Nathan
sedari SMP. Mereka selalu bersama-sama keduanya,
bahkan beberapa orang sempat mengira bahwa mereka
berpacaran. Mungkin saking dekatnya dengan Nathan, dan
Nathan tidak pernah berhubungan dengan perempuan. Dia
sering dikira gay atau tidak suka kepada perempuan.
Andre Bagus Adi juga sahabat karib, bedanya mereka
dipertemukan pada saat MPLS kelas 10.

19
Singkatnya, Andre yang terlebih dahulu mengajak
Nathan dan Aksa berkenalan dengan embel-embel “Kelas
mana?”. Terlihat cringe tetapi saat itulah mereka mulai
saling akrab dan kemana mana selalu bersama.

“Apaan sih, gue cuma bantu doang ” ucap Nathan


yang masa bodoh dengan pertanyaan temannya yg terlalu
diluar nalar.

“Dah tanya nomornya belum Nath?” tanya Aksa

“Ga penting tanya nomor” ucap Nathan dengan


ketusnya

“Ohh berarti lo pengen tau namanya Nath?”

“Gue tau dia loh, lo penasaran kagak?”

Andre memang pernah mengenal Anna karena


mereka dulu bersekolah di SMP yang sama.

“Bodo amat gue juga gak butuh namanya, apapun


yang berhubungan dengan dia gue ga peduli” ujar Nathan
dengan nada yang meninggi.

20
“Kalau Nathan gak mau tau namanya kasih tau gue
aja Ndre, sabi tu kalau gue deketin” Ucap Aksa.

“Dah woi, ngapain sih jadi bahas cewek terus”


ucap Nathan masih dengan nada yang ditinggikan.

“Gapapa kali Nath, lagian kita juga jarang bahas


cewek. Tuh cewek cantik juga diliat-liat” Ucap Aksa
sembari tertawa meledek Nathan.

“Kebanyakan ngomong lo berdua, gue mau balik


dulu” ujar Nathan sembari berjalan meninggalkan
ruangan.

“Yaelah Nath, gitu amat” ucap Aksa dan Andre


bebarengan. Mereka sudah tidak heran dengan sikap
Nathan yang dingin seperti ini. Karena memang pasalnya,
Nathan tidak pernah memperdulikan siapapun kecuali
keluarga dan temannya. Salah satu alasannya bisa jadi
karena hal di masa lalu, yang mungkin membuat Nathan
bisa seperti ini. Perlu diketahui juga bahwa Nathan
dulunya bukan Nathan yang sekarang.

21
CHAPTER 6

Nathan membaringkan tubuhnya di tempat tidur


dengan nuansa kamar berwarna abu-abu putih, dia
memikirkan banyak hal dimulai dari gadis yang ia tolong
tadi pagi. Nathan sebenarnya melihat Anna seperti orang
yang sedang sakit parah, Nathan melihat Anna yang sesak
nafas, Nathan melihat Anna yang jatuh pingsan. Nathan
melihat semuanya, dan entah mengapa Nathan merasa
bahwa gadis yang ia tolong ini seperti menyembunyikan
banyak masalah di hidupnya. Bukan asal menghakimi atau
apa, tetapi Nathan melihat jelas bahwa gadis tersebut
terlihat seperti ingin menyerah dengan hidupnya. Dan
Nathan sempat memiliki pikiran bahwa dia ingin
melindungi gadis yang lemah tersebut.

“Ngapain sih pikiran gue menuju kesana” Ujar


Nathan kepada dirinya sendiri. Sedari tadi memang
Nathan memikirkan hal yang seharusnya tidak ada di
pikirannya.

Berbeda dengan gadis yang sedang berkutat


dengan benda pipih, dia sedang membaca alternative
universe melalui twitter, yang memang tempatnya Anna
22
untuk halu dan membayangkan hidupnya bisa seperti di
cerita-cerita yang saat ini sedang dia baca. Setelah
beberapa jam waktu dia habiskan demi cerita yang tidak
mungkin akan terjadi di hidupnya, dia mulai merasa
kantuk menyerangnya. Anna lupa bahwa besok dia akan
bangun pagi untuk membuat sandwich, sebagai tanda
terimakasih untuk Nathan yang sudah menolongnya.

“Duh gue harus tidur biar gak kesiangan, mana


besok harus buatin makanan juga buat si Nathan ituu”
Anna mulai menggerutu karena takut dia akan kesiangan.
Sebelum dia mulai menjalankan aktivitas tidurnya. Anna
mulai mendengar suara gaduh dari bawah sana. Bisa
dipastikan saat ini bahwa orang tuanya sedang bertengkar.
Anna takut, Anna mulai meringkuk di bawah selimut.
Anna hanya takut jika ayah nya akan menyakiti bunda nya.
Orang yang paling dia sayangi diseluruh dunia ini. Anna
mulai menangis karena dia mendengar beberapa barang
sempat pecah, boneka yang dia pegang sedari tadi sudah
bisa dipastikan basah karena air matanya. Tangan yang
sedari tadi gemetar dia paksakan untuk mengambil
beberapa obat agar dia merasa lebih tenang.

23
“Capek..Bunda, Ayah. Aku mohon jangan
sekarang, Anna benar-benar capek..” Anna
mengucapkannya dengan menangis, dia hanya bisa
berbicara kepada dirinya sendiri, Anna tidak berani turun
kebawah. Anna takut hal yang tidak diinginkan terjadi di
hadapannya.

24
CHAPTER 7

Pukul 05.00 dini hari, Anna paksakan untuk


bangun. Meskipun sebenarnya Anna tidak tidur sedari
kemarin. Kantung matanya terlihat besar dan bengkak
akibat masalah yang diciptakan oleh orang tuanya sendiri.
Anna bingung akan melontarkan alasan apa saat dia tiba di
sekolah. Anna mulai membuat sandwich yang sudah dia
janjikan untuk diberikan kepada Nathan.

Setelah beberapa menit Anna menghabiskan


waktu untuk membuat sandwich, dia mulai mandi dan
segera menyiapkan beberapa mata pelajaran hari ini. Anna
mulai turun kebawah, dia melihat bunda nya sedang duduk
di sofa sendirian. Anna menghampirinya.

“Bunda nggak makan?” Tanya Anna dengan


lembut, Anna tahu bahwa bundanya pasti menangis karena
semalam.

“Makan sayang, setelah kamu berangkat bunda


ingin pesan makanan” Balas Dira sembari mengelus
puncak kepala anaknya dengan penuh kasih sayang.

25
“Yaudah deh bun, Anna mau berangkat dulu.
Bunda jaga diri baik-baik, jangan lupa makan dan minum.
Kalau ada apa-apa bisa telpon Anna aja ya bun” Anna
pamit seraya mencium tangan bundanya

“Hati-hati, bilang ke sopirnya jangan ngebut, takut


kenapa-kenapa dijalan. Karena musibah enggak ada yang
tau" Ucap Dira

"Iya bunda, sampai jumpa nanti" Ucap Anna


dengan melambaikan tangannya, sembari tangan kirinya
membawa beberapa bekal untuk dia berikan nanti.

26
CHAPTER 8

Setibanya Anna di sekolah, dengan segera Anna


menuju ke kelas Nathan berharap Nathan sudah tiba di
kelasnya. Anna sampai di kelas IPA 3, dia melihat sudah
ada beberapa siswa yang sudah ada disana. Tanpa ragu
Anna langsung menanyakan keberadaan Nathan kepada
salah satu siswi berkuncir kuda, rupanya dia ada piket
kelas hari ini.

“Permisi, disini ada yang namanya Nathan


nggak?” Anna bertanya dengan sopan. Yang ditanya pun
bingung dengan keberadaan Anna disini.

“Oh Nathan sepertinya belum datang, dia biasanya


datang lebih telat. Kamu siapa? Ada perlu apa?” Siswi
bernama tag Alya menjawab masih dengan muka yang
penuh dengan rasa penasaran

“Aku Anna dari kelas IPS 3, Aku disini mau kasih


Nathan bekal. Tapi yaudah kalo dia nggak ada. Aku kesini
nanti” Anna menjawab seraya berbalik bertujuan untuk
balik ke kelasnya. Setelah dia berbalik, ternyata Nathan
sudah ada di belakangnya.

27
“Eh..Kebetulan. Nathan ya?” Anna bertanya
dengan menunjuk Nathan.

“Hmm, ada perlu lo sama gue?” Nathan menjawab


dengan tetap memasang muka yang sangat dingin.

“Ini, gue bawain bekal buat lo. Anggap aja ucapan


terimakasih gue ke lo buat yang kemarin” Anna
memberikan bekal tersebut kepada Nathan. Nathan tidak
segera mengambil bekal tersebut, dengan cepat Anna
menarik tangan Nathan seraya menaruh bekal tersebut di
telapak tangannya.

“Yaudah gue balik dulu ke kelas, dimakan jangan


dibuang” Anna melambaikan tangannya sembari pergi
dari hadapan Nathan.

Nathan sebenarnya bingung, dia tidak pernah


dihargai sampai segitunya. Nathan juga bingung, kenapa
gadis tersebut bersusah payah membuatkannya bekal
hanya karena kemarin sudah menolongnya. Nathan pun
merasa ada yang aneh setelah melihat kantung mata Anna
yang terlihat seperti habis menangis dan seperti orang
yang tidak tidur semalaman. Nathan hanya berasumsi
seperti itu tanpa bertanya kepada Anna.

28
“Pagi semuanya para penghuni kelas” sapa Andre
dan Aksa yang baru datang, tanpa pikir panjang mereka
berdua langsung melanjutkan duduk di tempat masing
masing mereka yang selalu di pojok kelas.

Andre dan Aksa melihat Nathan yang tidak


biasanya melamun di kelas dan di depannya ada sebuah
bekal yang dapat dipastikan Nathan tidak mungkin
membawa itu.

“Hayoo ngapain lo ngelamun, mikirin apa lo?”


tanya andre dengan tangan yang menggoyang goyangkan
tubuh Nathan, Nathan terkejut dengan kedatangan teman
temanya, karena dia masih asik dengan lamunanya dengan
Gadis tadi yang memberinya bekal.

“Kagak gue kagak mikirin apapun kok” jawab


Nathan dengan nada yang selalu sama yaitu CUEK

“Jarang jarang lu bree bawa bekal?” tanya Aksa


dengan penasarannya

“Ini dapat dari cewe kemarin, katanya ucapan


terimakasih dari dia”

29
“Weeh akhirnya Nathan dapet bekal dari cewe”
teriak Aksa yang membuat semua pandangan anak dikelas
menuju ke mereka bertiga.

“Mulut lu loh bisa dikecilin dikit ga sih” ujar


Nathan dengan pandangan yang mengintimidasi.

“Ya kan gue bahagia akhirnya ma bestie bakalan


punya cewe”

“Ga jelas lu” ucap Nathan dengan nada cueknya

“Oh iya ndree” panggil Nathan ke Andre yang


sibuk dengan Handphone nya, Andre yang merasa
terpanggil segera mendekati si pemanggil.

“Napa lo panggil panggil ganggu gue aja” Ucap


Andre dengan diselingi tertawa nya yang terlihat jahat.
Padahal tidak.

“Gue minta nomer anak yang kemarin gue


bantuin” minta Nathan yang langsung to the point
membuat Andre kaget.

“Buat apa minta no dia” jawab andre

30
“Katanya kemarin ga butuh, sekarang minta ke
Andre” timpal Aksa

“Gue butuh buat hubungin dia nanti dikembaliin


dimana” jawab Nathan

“Yaelah bilang aja lu udah mulai suka, mau PDKT


kan lu”

“Sumpah Sa lu ngomong sekali lagi, gue tabok ya


lu” ujar Nathan dengan tangan yang sudah mengambil
ancang ancang

“Berapa Ndree?, buru gurunya dateng”

“Ya sabar dong ini masih cari” jawab Andre


dengan matanya yang masih tertuju ke Handphone nya
membuka aplikasi WhatsApp nya mencari nama Anna.
Selang beberapa menit Andre menemukan nama Anna di
kontaknya.

“Ini nomernya cepet catet, 087125463893” Ujar


Andre

“Siapa namanya?” Tanya Nathan

31
“Anna Van Matthew” jawab Andre dengan cepat
karena di depan kelas sudah ada guru datang.

Jarum Jam sudah menunjukkan jam 10.00 yang


menandakan waktunya semua siswa untuk beristirahat
membeli makanan dan mengisi perut yang sedari pagi
kosong, berbeda halnya dengan Anna dan Belle. Belle
yang masih sibuk dengan tugas Geografi yang belum dia
kerjakan, Anna juga memutuskan untuk memakan
bekalnya di kelas karena dia tidak mungkin ke kantin
sendiri.

“Btw Na, bekalnya udah lo kasih ke Nathan?”


tanya Belle dengan pandanganya yang masih fokus di
suatu lembaran kertas

“Udah tadi pagi pagi gue kasih ke dia” jawab Anna

“Responnya dia gimana Na?” tanya Belle yang


masih penasaran dengan respon yang diberikan seorang
Nathan yang cuek.

“Ya awalnya pasti kaget", terus dia jawabnya juga


dingin, tadinya gaa segera diterima bekalnya ya gue tarik
tangannya” jawab Anna

32
“Dimakan ga ya bekal lo”

“Ga tau sih bakalan dimakan atau ngga” ujar Anna

Mereka berdua masih asik ngobrol tanpa sadar


Nathan masuk ke kelas Anna tanpa permisi menuju ke
bangku Anna, kedatangan Nathan ke kelas Anna membuat
pandangan mereka semua tertuju ke Nathan maupun
Anna.

“Lu yang tadi ngasih gue makanan kan” tanya


Nathan dengan nada cueknya

“Oh iya kenapa, ga suka sama makanannya, atau


ga mau dimakan” jawab Belle.

“Gue kesini mau ngembaliin tempat bekalnya”


Ujar Nathan, Makanan yang Anna kasih memang sudah
habis dan Nathan sendiri menyukainya karena rasanya
enak.

"Pulang bareng gue" Nathan mengatakan kata-kata


itu secara cepat, tanpa pengulangan. Anna dan Belle
bingung, siapa yang Nathan ajak pulang bareng. Anna
segera bertanya kepada Nathan, karena Nathan akan
keluar pergi dari kelas Anna.
33
"Nathan, tunggu, lo ngajak siapa?" Anna
mengucap sembari sedikit berteriak.qq

"Lo" Ucap Nathan singkat, lalu pergi


meninggalkan Anna yang melongo karena perintah
Nathan yang tiba-tiba.

"CIEE ANNA CIE, DIAJAK PULANG BARENG


SAMA NATHAN WOI". Belle mengucapkan dengan
teriak, sehingga seisi kelas dapat mendengarnya. Siswi-
siswi yang mendengarnya mulai membicarakan Anna,
bahkan tidak hanya satu atau dua, mungkin bisa dipastikan
bahwa seluruh penyuka Nathan sedang membicarakannya.
Anna malu, jika saja Belle tidak berteriak, mungkin seisi
kelas tidak akan membicarakannya.

“Mulut lo, Bel” Anna berkata dengan sedikit


cemberut.

“Yah Na, sorry dong gue gak sengaja” Belle


mengucapkan dengan menggoyang-goyang kan tangan
Anna, berusaha membujuk Anna agar tidak lebih marah
lagi kepadanya.

“Iya udah ah diem”

34
Bel pulang sekolah sudah berbunyi nyaring di
telinga Anna juga Belle. Anna tidak bisa lupa dengan
perkataan Nathan tadi saat istirahat, juga Belle yang
mengoceh membicarakan hal yang menurut Anna terlalu
berlebihan. Tidak lupa juga Belle selalu bertanya kenapa
dengan mata Anna yang memang terlihat berbeda, tidak
seperti biasanya. Anna hanya menjawab berbohong
dengan alasan membaca alternative universe. Belle
mempercayainya, syukurlah bagi Anna tidak repot-repot
menyiapkan alasan lain.

“Anna gue pulang duluan ya, hati-hati lo sama


Nathan, kalo Nathan ngapa-ngapain lo pukul aja. Kalo gak
bisa telpon gue aja” Belle mengatakan dengan tertawa.
Belle hanya bercanda. Dia tahu bahwa Nathan pasti tidak
berani aneh-aneh kepada Anna dan Belle juga percaya
sepenuhnya kepada Nathan.

“Ah apaan sih Bel, udah sana, lo hati-hati


pulangnya” Belle segera berlari keluar kelas dengan
melambaikan tangannya. Dan melemparkan cium jauh
kepada Anna. Anna hanya bergidik ngeri melihatnya.

35
Anna membuka handphone nya, karena terdapat
notif dari nomor yang tidak dia kenal. Anna membukanya
dengan sedikit ragu. Ternyata dari Nathan yang berisikan

“Gw Nathan, di parkiran” Tanpa membalas, Anna


segera berlari ke parkiran. Dia takut Nathan terlalu
menunggu lama.

Sesampainya Anna di parkiran sekolah, dia


berusaha mengatur nafasnya dahulu lalu berjalan
mendekati Nathan. Anna bisa melihat Nathan bersandar di
mobilnya, Anna berusaha menyapa Nathan masih dengan
menetralkan deru nafasnya.

“Lama ya, gue udah berusaha lari sekuat yang gue


bisa. Takut kalo lo nunggu nya lama” Anna memulai
pembicaraan dengan si cowok cuek ini.

“Nggak, masuk” Titah Nathan dengan wajah yang


datar. Anna ingin masuk di pintu belakang, tetapi dengan
cepat dicegah oleh Nathan.

“Ngapain lo, gue bukan sopir lo. Pindah” Anna


kaget perkataan Nathan yang tiba-tiba masuk ke indra
pendengarannya. Anna hanya menurut tanpa membantah.

36
Setelah melihat Anna masuk dengan aman,
Barulah Nathan masuk di tempat pengemudi. Mobil mulai
dijalankan oleh Nathan dengan kecepatan sedang. Tidak
ada yang memulai percakapan sedari tadi. Anna takut jika
mengganggu Nathan yang sedang fokus mengemudi.
Tetapi Anna juga tidak nyaman dengan keadaan seperti
ini.

“Lo mau makan apa?” Tanya Nathan


membuyarkan lamunan Anna.

“Gue pengen makan bakso, tapi gak ngerti bakso


yang enak dimana” Anna menjawab dengan jujur, Anna
tidak suka basa-basi seperti cewek pada umumnya. Itulah
yang disukai Nathan saat bersama dengan Anna.

“Gue tau” Nathan menjawab masih dengan fokus


ke arah depan, Nathan segera membelokkan mobilnya ke
arah kiri, Untuk menuju tempat bakso langganannya
bersama teman nya.

Sesampainya di tempat bakso langganan Nathan,


Anna segera mencari tempat duduk dan Nathan memesan
makanan juga minuman. Selang beberapa menit, Nathan
datang membawa dua mangkok bakso juga es jeruk.

37
“Habisin, jangan ada sisa” Bukan terlihat dengan
perkataan biasa, tapi perintah. Anna hanya
menganggukkan kepalanya. Dan memulai ritual
makannya.

“Lo emang tau rumah gue Nath?” Anna membuka


suaranya, setelah terlihat di mangkoknya sudah tersisa
kuah dan sisa-sisa makanannya.

“Tau, Andre yang ngasih” Anna hanya ber oh ria


saja, tanpa membuka pembicaraan lagi.

Setelah dirasa sudah selesai, Nathan segera


membayar makanan dan minuman tersebut di kasir.
Sedangkan Anna sudah menunggu di sebelah mobil
Nathan.

“Nath, langsung pulang aja. Takutnya lo capek”


Anna mengatakannya sembari masuk kedalam mobil
Nathan diikuti oleh Nathan setelah dia membayar parkir.

Nathan segera melajukan mobilnya ke arah rumah


Anna. Memang benar, Nathan menanyakan alamat rumah
Anna kepada Andre. Meskipun sedikit digoda oleh kedua
temannya itu, Nathan tetap meminta alamat rumah Anna.

38
CHAPTER 9

Jalanan cukup lenggang saat itu dan tidak butuh


waktu lama untuk Nathan dan Anna sampai di sebuah
perumahan elit. Anna memberikan Nathan arahan hingga
ke depan gerbang rumahnya, sejujurnya di sepanjang jalan
itu Anna agak tidak enak dengan Nathan yang telah repot
mengantarnya pulang.

Sepanjang perjalanan itu mereka tidak banyak


bicara, hingga mobil berhenti dan Anna mengucapkan
terimakasih. Nathan menjawab nya masih dengan cuek,
namun Anna tidak terlalu memasukkannya ke hati.

"Gua balik masuk dulu ya, makasih buat


tumpangannya" ujar Anna "Hn" jawab Nathan singkat

Anna berpikir untuk membuatkan Nathan bekal


lagi besok untuk tumpangannya hari ini. Dia baru saja
akan berbalik dengan pikirannya akan hari esok, namun
suara benda berat yang jatuh serta kaca terbanting
terdengar hingga di luar rumah itu.

"Prangg…."

39
Suara itu seakan membangunkan Anna dari
pikirannya dan wajahnya yang semula penuh harap
berubah menjadi pucat, dia dapat membayangkan bahwa
kedua orang tuanya bertengkar lagi dan jujur saja merasa
takut.

Nathan yang belum menjalankan mobilnya itu pun


mendengar suara itu dan menatap ke arah rumah Anna
melalui gerbang rumah yang tinggi. Dia melihat kondisi
Anna yang membelakanginya sambil tertegun dan dapat
melihat tangannya yang gemetar.

"Anna" teriak Nathan lumayan keras yang


menyadarkan Anna bahwa masih ada orang lain di sini dan
dia tidak boleh menunjukkan kelemahannya.

"Ya, Nath?" jawab Anna sambil berbalik perlahan


dengan wajah tersenyumnya yang pucat seolah tidak
terjadi apapun. Tapi kedua tangan yang ada di samping
tubuhnya terkepal dengan kuat.

"Lo, gapapa?" tanya Nathan sedikit ragu melihat


wajah pucat Anna.

"Gua gapapa" jawabnya dengan senyum tipis

40
Nathan yang melihat itu tidak begitu yakin, tapi
bagaimanapun Anna tidak mau mengungkapkan masalah
ini padanya, jadi dia hanya bisa membiarkannya.
Bagaimanapun mereka bisa dianggap tidak akrab dan baru
saja bertemu. Nathan tidak ingin menganggu privasi Anna.

"Yaudah gua pulang dulu. Kalo ada apa apa, lo


hubungi gua" kata Nathan

"Oke, hati hati di jalan. Jangan ngebut" peringat


Anna

41
CHAPTER 10

Setelah Nathan pergi, Anna masih harus


mengendalikan napasnya yang sudah mulai tidak teratur.
Suara pertengkaran di dalam masih keras tapi tidak lagi
terdengar suara benda benda pecah. Meskipun enggan,
Anna harus memantapkan hatinya untuk memasuki rumah
itu.

Memasuki ruang tamu, hal pertama yang


dilihatnya adalah pecahan vas keramik di ruang keluarga
yang bersebrangan dengan ruang tamu. Suara gaduh itu
sudah berpindah di kamar lantai dua, dalam kamar orang
tuanya. Anna harus meneguhkan hati nya dan menyimpan
hal hal ini dalam hati.

Di dalam kamar, ia dengan cepat menemukan obat


anti-depresan yang biasa dikonsumsinya dan menghirup
napas perlahan. Setelah tenang, ia segera membersihkan
diri dan tertidur dengan lelah. Ini adalah hal yang langka
bagi Anna, sejak mental issue didiagnosa padanya. Ia
sering mengalami insomnia karena kecemasan dan anxiety
yang menyerangnya, bahkan terkadang nafsu makannya
sangat berkurang. Hal yang beruntung baginya bahwa dia
42
tidak sampai menderita anoreksia di tengah keadaan
mental saat ini.

Meskipun tertidur, ia tidak tidur dengan nyenyak.


Anna bermimpi, tentang kehidupannya di masa lalu.
Dalam mimpi itu ia berusia lima tahun dan kehidupannya
sangat bahagia. Ayah dan bunda nya tidak seperti sekarang
yang hanya bertengkar saat bertemu satu sama lain.
Mereka sering mengajak Anna pergi ke taman bermain,
seperti kebanyakan anak pada umumnya.

"Ayah, Bunda. Itu beluang" kata Anna dengan


aksen cadel khas kanak kanaknya.

"Itu bukan Beluang, tapi Beruang An" kata


ayahnya dengan senyuman tak berdaya.

"Beluang, beluang"

"Bagaimanapun Anna masih belum mengerti. Tapi


Anna sangat pintar, dia tahu bahwa boneka itu berbentuk
beruang" kata Bunda nya

"Ya, An sangat pintar" mendengar pujian ayahnya,


Anna sangat bahagia.

43
Terkadang bahagia itu singkat dan sederhana,
namun tidak semua orang bisa mewujudkannya.

Itu Anna terbangun dengan hampa dan energinya


terkuras berkali kali dari sebelumnya. Anna terkadang
tidak hanya takut dengan pertengkaran orang tuanya, tapi
Anna juga takut bermimpi tentang masa kecilnya. Karena
mimpi itu indah dan Anna sangat bahagia dalam mimpi
itu. Pagi

Namun setelah bangun, Anna akan kehilangan.


Kenangan indah itu hanya dalam mimpinya. Hari baru
berlalu lagi, namun Anna masih merasa kelelahan. Tapi
mengingat bahwa ia masih memiliki hutang bekal pada
Nathan, maka Anna pun segera turun ke dapur setelah
bersiap siap. Pagi ini Anna tidak menemukan siapapun,
dan rumah yang awalnya besar terlihat penuh dengan
kekosongan. Bahkan pecahan barang barang di hari
sebelumnya tak lagi terlihat. Seolah itu hanya ilusi.

Anna sudah terbiasa, meskipun begitu hatinya


masih terasa seperti ditusuk oleh ribuan jarum yang tak
terlihat. Setelah menghela napas untuk yang kesekian
kalinya, Anna akhirnya dapat mengesampingkan hal itu

44
sejenak dan bergegas untuk membuat bekal.

Tidak butuh waktu lama untuk dua bekal


sederhana itu selesai. Anna hanya memasak nasi goreng
merah dengan telur mata sapi sebagai pelengkapnya.
Meskipun sederhana, namun itu cukup enak dan setelah
dikemas dengan hati hati penampilannya tidak kalah
dengan bento yang dijual di minimarket.

Untuk perjalanan kali ini, Anna diantar oleh Pak


Mahdi, supir pribadinya. Anna merasa tidak enak karena
lebih sering menggunakan ojol daripada diantar Pak
Mahdi, takutnya Pak Mahdi merasa bahwa dia tidak lagi
dibutuhkan jika Anna jarang meminta bantuannya untuk
antar jemput. Oleh karena itu, hari ini Anna berinisiatif
untuk berangkat dengan mobil pribadinya dan menghemat
lima menit waktu tunggu ojol biasanya.

Sesampainya di sekolah sudah tidak terlalu pagi


dan untungnya bel sekolah baru akan berbunyi lima belas
menit lagi. Anna memanfaatkan waktu ini untuk
mengantarkan bekal ke kelas Nathan di IPA 3. Kali ini
untungnya tidak seperti kemarin, Nathan sudah duduk di
bangkunya dan sedang bercengkrama dengan temannya.

45
Andre yang tidak sengaja melihat Anna di pintu
kelasnya pun menyikut pelan Nathan dan
memberitahunya. Nathan mendongakkan kepalanya dan
kebetulan bersitatap dengan Anna yang juga sedang
melihat ke arahnya. "Nath" sapa Anna tidak terlalu keras
Nathan pun segera berjalan ke arahnya di tengah sorakan
Aksa dan teman temannya yang lain. Para gadis gadis di
kelas juga memperhatikan hal tersebut dengan rasa ingin
tahu. Namun tidak semuanya memandang murni dengan
rasa ingin tahu, beberapa diantara mereka menatap Anna
tidak suka.

"Kenapa An?" tanya Nathan bingung

Mendengar Nathan menyebutnya dengan nama itu,


Anna membeku sejenak dan dengan cepat menetralisir
keasaman di hatinya. Dia masih berusaha
menyunggingkan senyum tipis dan dengan halus berkata,

"Panggil gue Na aja, yang lain juga manggilnya


gitu"

Alis Nathan terangkat sejenak namun dengan cepat


diturunkan lagi. Meskipun begitu, ia masih menuruti
permintaan halus Anna.

46
"Oke, ada perlu apa?" tanya Nathan lagi

"Ini, gue buatin bekal. Buat ganti tumpangan yang


kemarin" kata Anna sambil menyerahkan bekalnya ke
tangan Nathan.

"Nggak perlu sebenernya, tapi karena udah lo


kasih jadi gue terima" ujar Nathan Anna mengangguk,
lega karena Nathan mau menerima bekal buatannya.

"Kalo gitu gue balik dulu Nath, jangan lupa


dimakan ya bekalnya" kata Anna sambil berbalik pergi

"Hn" jawab Nathan singkat

47
CHAPTER 11

Waktu berjalan cepat, tak terasa kini Anna akan


menghadapi ujian kenaikan kelas. Keseharian Anna tetap
sama, dia masih harus rutin untuk konsultasi dengan
Dokter Adina, Dokter Spesialis Kejiwaan nya. Anna juga
banyak menghabiskan waktunya untuk belajar ditemani
dengan Belle sahabatnya. Semangat Anna untuk melawan
penyakit mental nya didasarkan pada cita citanya yang
ingin menjadi jaksa. Anna ingin membantu anak anak dan
orang tua yang berada dalam keadaan sepertinya,
membutuhkan bantuan hukum untuk kebebasan hidup
mereka tapi tidak mampu membelinya.

Selama itu, Anna dan Nathan sesekali bertegur


sapa namun hubungan keduanya masih tetap pada kenalan
biasa. Anna tau bahwa Nathan mungkin tidak nyaman bila
kehidupan pribadinya diusik oleh sebatas kenalan seperti
Anna. Karena itu dia hanya sesekali menyapa dan tidak
bertindak terlalu jauh.

Meskipun kehidupan Anna tampaknya stabil,


namun hingga saat ini hanya Anna yang tahu bahwa
dirinya tidak jauh lebih baik dari sebelumnya. Anna tidak
48
pernah bisa terbuka kepada teman temannya bahkan Belle,
sahabat karibnya tentang masalah mental yang sedang dia
hadapi. Ini adalah salah satu hal yang membuat penyakit
mental Anna masih sulit untuk disembuhkan. Anna tidak
mau jujur, dia tidak mau mengambil inisiatif dan memilih
untuk menyimpannya sendiri di dalam hatinya. Seberat
dan sesakit apapun hal itu.

Suatu hari berlalu, hari itu sekolah Anna baru saja


menyelesaikan ujian kenaikan kelas mereka dan suasana
keseluruhan menjadi cukup santai dibandingkan dengan
hari hari saat ujian itu berlangsung. Beberapa siswa masih
khawatir dengan hasil ujian dan membandingkan
jawabannya yang bisa diingat dengan siswa di sebelahnya,
sebagian lainnya cuek dan tidak ingin menambah beban
pikiran asalkan ujian itu selesai. Setelah masa masa ujian,
masa masa transisi kenaikan kelas hanya menunggu
waktu. Banyak siswa di setiap kelas bermusyawarah untuk
mengadakan liburan dan membebaskan diri dari penatnya
ujian, tak terkecuali kelas Anna dan Belle di IPS 3.

"Jadi kelas kita mau kemana nih tahun ini? Kalo


dari voting tempat pilihannya ada tiga. Mau ke Jogja, Bali,
atau ke Solo?" tanya Bunga si ketua kelas

49
"Eh eh Na, kalo lo pengennya kemana? Kalo gue
nih pengen banget ke Solo soalnya belum pernah kesana"
bisik Belle

"Gue juga belum pernah ke Solo, tapi katanya


makanan di sana enak sekaligus murah" jawab Anna

"Jadi lo pilih ke Solo nih?" tanya Belle

"Nggak dong, meskipun belum pernah ke Solo gue


pilih ke Jogja aja" kata Anna

"Lah, kenapa jadi Jogja?" tanya Belle heran

"Gue kangen banget sama suasana di Jogja,


orangnya ramah ramah terus budaya nya juga kentel
banget" jelas Anna

"Iya sih, suasana di Jogja itu khas banget. Tapi


cuma karena itu aja?" tanya Belle balik

"Ada alasan lain, gue berencana kuliah di Jogja.


Jadi gue pengen mencoba beradaptasi sambil lihat lihat
kampus di sana" kata Anna dengan senyum tulus

50
"Wah hebat banget luh Na, padahal masih setahun
lagi loh kita lulusnya. Lo udah punya rencana aja"

"Ya makanya jangan cogan mulu yang lo pikirin"


balas Anna sambil bercanda yang ditanggapi senyuman
malu Belle.

Di akhir sesi musyawarah, Jogja menjadi pilihan


suara terbanyak dengan selisih tiga suara dari solo dan
lima suara dari Bali. Maklum saja, destinasi di Jogja dan
medannya sudah lebih dikenal dibandingkan Bali yang
jauh dan Solo yang belum begitu terjamah. Karena itu
belum memasuki masa liburan dan pembagian rapot jadi
perjalanan itu segera diajukan kepada wali kelas dan
kepala sekolah juga mulai menghubungi pihak pihak
transportasi dan akomodasi yang terlibat.

Menyisihkan hal itu, kelas lain seperti kelas


Nathan di IPA 3 tidak melakukan liburan sekelas di kota
lain. Nathan dan teman teman dekatnya juga memiliki
rencana mereka sendiri untuk berlibur di luar kota setelah
liburan sekelas jadi mereka tidak terlalu khawatir.

51
CHAPTER 12

Kelas IPS 3 berada dalam masa masa liburan dan


rencana di Jogja tentu saja berlaku. Kali ini mereka
berangkat menggunakan bis yang disewa untuk sekelas
ditambah wali kelas dan beberapa guru pendamping. Belle
dan Anna sangat menanti nantikan liburan mereka kali ini
karena ini merupakan liburan kelas yang terakhir di masa
SMA mereka. Setelah ini mereka akan berada di tahun
terakhir kelulusan SMA dan pastinya waktu akan
digunakan untuk persiapan jenjang pendidikan
selanjutnya, sehingga semua orang akan memanfaatkan
waktu saat ini.

Setelah menunggu semua berkumpul, masing


masing dari mereka sangat bahagia. Banyak orang tua
yang ikut mengantarkan keberangkatan putra dan putrinya
tak terkecuali Belle, sahabat Anna yang terlihat sangat
ribet. Anna yang melihat pemandangan hangat di
sekelilingnya hanya dapat menahan cemburu dihatinya.
Anna juga pernah berharap ia akan mengalami hal ini,
namun harapan Anna perlahan sirna saat kesempatan itu
tidak pernah datang dan situasi semakin buruk.

52
Ibu Belle melihat Anna yang sedang berdiri tidak
jauh kemudian datang menyapanya. Belle dan Anna mulai
berteman sejak SMP dan banyak bercerita padanya
sehingga hubungan antara yang tua dan yang lebih muda
itu sangat baik. Anna yang merasa bahwa dirinya
dipanggil pun mendekat ke arah Belle dan orang tuanya
dengan senyum hangat.

"Om, Bunda" sapa Anna kepada kedua orang tua


Belle.

"Anna, sudah lama nggak main ke rumah.


Ngomong ngomong kamu sudah bawa bekal Nak?" tanya
Bunda Belle

"Sudah Bun, ini ada di dalam koper" jawab Anna


dengan senyum tipis

"Oh, ngomong ngomong kamu sendirian


datangnya? Bunda kamu mana?" tanya Bunda Belle

Anna yang ditanya tentang orang tuanya hanya


tersenyum canggung sambil menjawab dengan sopan,

"Tadi Anna datang sama Pak Mahdi, Bunda dan


Ayah masih ada urusan di luar jadi tidak bisa mengantar"
53
Mengetahui bahwa Anna sepertinya tidak nyaman,
maka Bunda Belle segera mengalihkan pertanyaannya
tentang kelengkapan barang barang yang Anna bawa.
Setelah keempatnya selesai berbincang, mereka segera
mengantarkan Anna dan Belle untuk memilih tempat
duduk di dalam bis. Belle dan Anna duduk dalam bangku
yang berisi dua orang, tiga bangku setelah bangku paling
depan. Belle memilih untuk bersandar di sisi jendela
sedangkan Anna disebelahnya.

Sambil menunggu bis berjalan, Belle tidak


berhenti mengoceh pada Anna tentang segala hal. Salah
satu nya adalah perkara orang tuanya yang terlalu protektif
kepadanya sebagai satu satunya anak perempuan di
keluarga.

"Bunda gue ribet banget deh Na, masa dari tadi tuh
diribetin terus sama perkara wejangan. Ya gue sih udah
gedhe dan pastinya tau dong hal hal yang boleh dan gak
boleh dilakuin tapi Bunda gue tuh masih aja mikir kalo gue
masih anak anak" keluh Belle

54
Keluarga Belle adalah keluarga sederhana dengan
empat anggota. Belle sebagai anak bungsu dan satu
satunya anak perempuan di keluarga, kakaknya berjarak
tujuh tahun lebih tua dan berjenis kelamin laki laki. Ayah
Belle memiliki usaha bengkel kecil kecilan yang cukup
untuk menghidupi keluarganya sedangkan ibunya adalah
ibu rumah tangga. Kakak Belle yang dipanggil Kak Dika
sekarang bekerja sebagai manajer toko di salah satu mall
ternama di kota itu. Dapat dibilang kehidupan mereka
berkecukupan namun tidak berlebihan.

Mendengar keluhan Belle, Anna hanya tersenyum


tipis yang tidak mencapai bagian bawah matanya.
Meskipun keluarga Belle tidak semampu keluarga Anna
dalam hal ekonomi, namun beberapa kali Anna
berkunjung ke rumah mereka dan suasananya sangat
hangat dan hidup. Orang tua Belle juga sangat baik dan
disiplin kepada anak anaknya. Terkadang saat Belle
menceritakan tentang keluarganya, Anna merasa bahagia
dan sedih. Sahabatnya Belle merupakan anak yang baik
dan Anna bersyukur Belle dilahirkan di keluarga yang
baik juga. Anna hanya sedih karena keluarga Belle adalah
kehangatan yang Anna harapkan dalam keluarganya
namun tidak pernah tersampaikan.
55
Di samping mengeluh pada Anna, Belle juga
teringat sesuatu. Dia mengeluarkan kotak bekal sederhana
dengan kue kue kecil di dalamnya dan meletakkannya di
tangan Anna yang berada di sebelahnya.

"Na, ini kue buatan Bunda. Nggak banyak sih, tapi


makan aja enak kok rasanya" kata Belle tanpa canggung

"Makasih ya Bel, sampein juga ke Bunda" jawab


Anna dengan senyum tulus

"Oke, oke"

Episode itu tidak bertahan lama dan keduanya


langsung memasuki masa masa perjalanan. Suasana di
dalam bis meriah dan menyenangkan. Beberapa anak
bernyanyi bersama dengan lagu yang diputar di TV bis,
kebanyakan lagu lagu itu adalah lagu hits yang banyak
diputar. Beberapa yang tidak tahan dengan mabuk
perjalanan hanya duduk diam sambil memejamkan mata
dan beberapa anak terlihat berfoto foto ria. Suasananya
sangat hidup namun begitu malam tiba sangat sepi karena
para siswa dan siswi terlihat lelah.

56
Untuk makan siang dan malam, panitia perjalanan
memberikan nasi kotak yang dipesan dari kedai makan
tertentu dan berhenti di pom bensin untuk kebutuhan
buang air kecil dan besar serta menghirup udara. Waktu
mereka berhenti hanya sekitar satu jam dan sisanya adalah
perjalanan di dalam bis, supir dan pihak sekolah
memutuskan untuk mengambil rute jalan tol sehingga
perjalanan berlangsung mulus.

Anna dan Belle akan berbincang selama waktu


perjalanan itu. Namun ketika mereka sibuk masing
masing, Anna akan memasang earphone nya dan
mendengarkan musik dari playlist yang dia siapkan dari
rumah. Playlist musik Anna berisi musik yang kebanyakan
untuk healing dengan nada yang tidak terlalu menggebu
gebu dan arti lagu yang memotivasi dirinya. Anna
mendengarkan lagu itu diantara kebisingan suasana bis
dan memejamkan matanya untuk meresapi makna dan
memulai apa yang disebut healing.

Anna tertidur, dan dalam mimpi itu adalah


kehidupan masa lalu nya lagi. Saat itu Anna berusia
delapan tahun dan dia baru saja pulang dari rumah
neneknya. Ayah dan Bundanya duduk di kursi bagian

57
depan, sedangkan dia duduk bersama boneka beruangnya
di kursi bagian belakang. Tidak seperti suasana biasanya,
suasana mobil saat itu hening bahkan bundanya yang
biasanya banyak bicara pun diam saja. Anna kecil
memiliki kebijaksanaan nya sendiri, jadi dia juga dengan
patuh tidak membuat suara dan mulai tertidur.

Mimpi itu berlanjut, Anna terbangun saat mobil itu


berhenti di depan rumahnya. Karena mengantuk, Bunda
nya membawa Anna masuk segera ke dalam kamar dan
menutup pintu. Namun tidak lama bagi Anna untuk
mendengar suara suara gaduh di luar dan suara itu
bercampur dengan nada tinggi dari suara ayahnya. Anna
takut, tapi dia masih menberanikan diri untuk melihat apa
yang sedang terjadi.

Ketika ada di ruang tengah, yang Anna lihat adalah


kedua orang tuanya saling berteriak satu sama lain. Anna
yang melihat hal itu bingung dan ketakutan, dalam suasana
hati seperti itu yang dapat dia lakukan hanyalah menangis
terkejut. Mendengar tangisan Anna, kedua orang tuanya
sempat berhenti namun pada akhirnya mereka hanya
menyuruh Anna untuk masuk ke dalam kamarnya. Bunda
membujuk Anna untuk kembali ke kamarnya dan berkata

58
bahwa mereka tidak sengaja berteriak yang menyebabkan
Anna takut.

"Bunda dan Ayah mau bicara sebentar. Anna di


kamar dulu ya, jangan keluar biar Anna nggak takut lagi"

Anna yang diberitahu seperti itu pun hanya


mengangguk patuh dan kembali ke kamarnya. Setelah itu
memang suara teriakan tadi tidak terdengar lagi, namun
ketika Bunda menjemputnya untuk makan malam Anna
melihat mata bunda lebih sipit dan bengkak daripada
sebelumnya.

"Itu, mata Bunda kenapa?" tanya Anna kecil


dengan polos

"Mata Bunda tadi kelilipan, perih banget jadinya


seperti ini deh" jawab Bunda dengan tatapan mengelak
dari mata Anna

"Sini sini Bunda, Anna tiup biar matanya nggak


perih lagi" kata Anna sambil berusaha berjinjit untuk
meniup mata Bunda nya

Bunda Anna hanya menggendongnya di tangannya


dengan pasrah.
59
"Fyuhhh….fyuhh…"

"Gimana Bunda, udah nggak perih lagi kan? Nanti


kalo Bunda kelilipan lagi biar Anna yang bantu tiupin.
Anna nggak mau Bunda sakit" ucap Anna

"Bunda nggak sakit lagi, selama ada Anna Bunda


kuat kok" jawab Bunda dengan mata memerah dan suara
tersedak

"Bunda, Ayah mana?" tanya Anna saat dia tidak


melihat keberadaan Ayah nya di meja makan

"Ayah harus kerja jadi kita makannya berdua aja


ya" jawab Bunda meringis

"Oke, nanti kalo Ayah pulang kita bisa makan


bareng bareng lagi" kata Anna dengan senyum ceria.

Dimana Anna sebagai seorang anak saat itu tau


bahwa pembicaraan orang tuanya adalah pertengkaran,
mata Bunda yang kelilipan itu karena banyak menahan
tangis, dan Ayah yang tidak hadir selama mereka makan
bersama adalah awal dari segala tragedi ini. Anna tidak
akan tahu bahwa itu adalah terakhir kali dia makan
bersama orangtuanya sebagai keluarga yang lengkap.
60
CHAPTER 13

Setelah terbangun dari mimpi masa lalu yang


menyakitkan, seluruh semangat Anna tidak sebaik
sebelumnya. Bagaimanapun dalam situasi liburan bersama
saat ini, tidak terlalu cocok baginya untuk mengandalkan
obat anti-depresan. Anna tidak ingin orang lain tidak
sengaja menemukan bahwa dia mengkonsumsi obat
tersebut dan masalah mental nya diketahui orang lain
selain dirinya dan dokter yang menanganinya.

Beberapa jam telah berlalu dan mereka akhirnya


sampai di kota Jogja. Dalam rencana, mereka akan
berlibur selama empat hari tiga malam. Hari pertama telah
dihabiskan di perjalanan pergi dan sekarang memasuki
hari kedua liburan. Mereka segera check-in ke hotel yang
memang sudah dipesan di kejauhan hari. Hotel yang
mereka singgahi bukanlah hotel mewah, namun hotel
sederhana dengan kualitas pelayanan dan kebersihan yang
cukup.

61
Hari kedua disisihkan untuk bepergian menurut
jadwal yang telah disusun oleh panitia kelas dan mereka
akan memiliki waktu bebas di hari ketiga. Pada malam
hari ketiga, mereka akan kembali pulang dan diperkirakan
sampai di rumah masing masing pada siang hari di hari
keempat.

Jadwal hari ini adalah untuk mengunjungi Keraton


Kesultanan Jogjakarta dimana merupakan tempat tinggal
Raja Jogjakarta dan keluarganya hingga saat ini. Setelah
itu akan dilanjut untuk mengunjungi Jogja Bay Waterpark
dan tujuan terakhir adalah Pantai Slili untuk melihat
Sunset.

Setelah beristirahat sekitar dua jam di hotel,


waktunya bagi mereka untuk berkunjung ke tujuan wisata
pertama. Ketika mengunjungi Keraton, banyak peraturan
yang harus dipatuhi karena ini masihlah tempat yang
sakral bagi kebanyakan orang. Grup mereka juga
didampingi oleh seorang tour guide yang
memperkenalkan silsilah keluarga juga tata letak Keraton
dan sebagainya.

62
Perjalanan dilanjutkan ke tujuan selanjutnya, yaitu
Jogja Bay Waterpark. Mereka bermain dalam wahana air
dan membeli makan siang di tempat itu. Anna dan Belle
tidak mengikuti teman teman yang lain untuk berenang di
wahana South Beach untuk menikmati ombak melainkan
mencoba wahana Timo-Timo Rider dan Memo Racer,
yang merupakan wahana seluncuran besar.

Grup IPS 3 juga pergi ke Museum Air Jogja Bay


yang merupakan wahana pendidikan interaktif yang
memadukan pengetahuan, praktik, dan pengembangan
keilmuan tentang air. Misalnya Water for Life yang akan
menampilkan pentingnya air sebagai sumber kehidupan
alam semesta.

Terakhir saat mereka berada di Jogja Bay, mereka


pergi untuk menonton pertunjukan drama musikal 'Jose
and The Guardians (Past In the Future)’ di Harbour
Theater. Pertunjukan ini bercerita tentang serangan bangsa
Portugis di bawah pimpinan Kapten Gonzo di Jawa,
pertunjukan ini menampilkan karakter dari masa depan
bernama Jose yang mencoba mengakhiri peperangan.
Anna sangat tertarik dengan pertunjukan ini, dia bahkan
meminta foto bersama para pemain teater tersebut.

63
Wisata terakhir hari ini adalah Pantai Slili dan hari
sudah cukup sore. Kebanyakan siswa dan siswi tertidur
dalam perjalanan ke tempat itu karena lelah. Namun
setelah mereka sampai di Pantai tersebut, rasa lelah seakan
hilang karena dihapus dengan indahnya pemandangan
Pantai Slili.

Pantai dengan pasir putih bersih, warna air biru


jernih dengan ombak yang berdebur, serta gazebo gazebo
yang memang disediakan di pinggir pantai menambah
kecantikan pantai ini. Angin bertiup sepoi sepoi dan udara
dipenuhi dengan bau garam air laut yang membuat
siapapun merasa nyaman dan sejuk.

Anna sangat menikmati suasana seperti ini,


ketenangan yang sudah lama hilang perlahan kembali dan
meresapi tubuh hingga jiwanya. Hanya pemandangan
alam dan suasana ceria ini membuat dia begitu bersyukur,
masih ada di dunia ini. Belle juga sangat senang, dia
mengajak Anna berfoto serta membuat video untuk
dibagikan di momen nantinya.

64
Panitia sudah menyiapkan jagung dan barbekyu
untuk bakar bakar dan menemani malam nanti. Sebagian
besar siswa dan siswi saat ini berpencar untuk berkeliling
di sekitar area pantai, namun tetap ada larangan untuk
tidak terlalu jauh dari tempat mereka berkumpul saat ini.

Anna dan Belle juga mencari tempat tempat yang


bagus untuk berfoto sambil menikmati pemandangan alam
yang sangat indah. Tak disangka begitu mereka berjalan,
mereka bertemu dengan beberapa kenalan yang
diantaranya adalah Nathan.

"Loh, Nathan?" Sapa Anna ketika keduanya


bertemu.

Nathan yang tiba tiba disapa hanya mengangkat


salah satu alisnya, sedangkan teman teman di dekatnya
sudah mencie cie kannya dari tadi. Bahkan Aksa dengan
kocaknya menyenandungkan lagu "Jodoh Pasti Bertemu".

"Kalian juga liburan disini?" tanya Anna lagi "Ya,


lo disini juga?" tanya balik Nathan

Anna mengangguk lalu berkata, "Kelas gue juga lagi


liburan disini"

65
"Kalian liburan sekelas?" kali ini Belle yang
bertanya

"Nggak, cuma kita kita aja" jawab Nathan

"Lo ngapain aja disini Na?" kali ini Andre yang


bertanya

"Rencananya mau lihat Sunset sambil barbekyu-


an terus balik ke hotel. Kalo kalian gimana?"

"Kita cuma jalan jalan aja sih" jawab Aksa bosan


"Ikut ngumpul bareng kita aja kalo gitu" kata Belle

"Emangnya boleh nih? Kan nggak enak nanti


sama temen sekelas lo" jawab Aksa

"Gapapa kok, lagian ada wali kelas juga" jawab


Anna

"Gimana Nath?" tanya Aksa "Oke" jawab Nathan


singkat

66
CHAPTER 14

Gabungnya Nathan dan teman seper-geng annya


membuat suasana semakin antusias.Terutama gadis gadis
yang memang notabene sebagai fans Nathan.

"Lagi liburan, eh taunya bisa lihat cogan kayak


Nathan" katanya sambil berbisik dengan teman
sekumpulannya.

"Iya, malah Nathan ganteng banget lagi"

"Bener bener, eh liat tuh dia nengok ke sini. Pasti


lihat gue, iya kan!"

"Apaan, dia tuh liat ke gue"

"Bukan, liatnya ke gue"

Nathan yang dibicarakan pun hanya cuek bebek


karena dia sudah terbiasa. Namun melihat hal ini, Anna
jadi merasa tidak enak pada Nathan.

"Risih ya Nath? Maaf ya, temen temen gue terlalu


antusias" kata Anna dengan tidak enak

67
"Gapapa kok, udah biasa" jawab Nathan seadanya.

Setelah hal itu, mereka berdua kembali ke


keheningan karena tidak ada dari mereka yang berinisiatif
mengangkat topik, entah itu karena tidak terbiasa ataupun
tidak peduli.

Senja perlahan berlalu dan sunset yang ditunggu


tunggu pun akhirnya muncul di mata semua orang. Pantai
diwarnai dengan warna oranye kemerahan dan suasana
seluruh pantai diliputi dengan keindahan dan romantisme
dari tenggelamnya matahari. Ombak yang lembut sesekali
menggulung bibir pantai dan angin sepoi sepoi bertahap
semakin dingin diantara api unggun mereka. Tidak ada
yang memulai percakapan meskipun suasana ini sangat
bagus.

"Btw, kalian sampe kapan di Jogja?" kali ini suara


Aksa yang memecahkan keheningan

"Sampe besok sih, cuma besok kita free buat jalan


jalan di Jogja. Nggak ngikutin jadwal" kali ini Belle yang
menjawab karena Anna masih tenggelam dalam suasana
pantai yang indah.

68
"Udah tau mau kemana?" tanya Andre

"Palingan di hotel, baru malemnya ke Malioboro"


ucap Belle

"Yah, nggak seru banget" kali ini Aksa yang


menyaut

"Ikut kita aja kalo gitu" kata Aksa lagi

"Emang kalian mau kemana?" kali ini Anna yang


bertanya "Bukit Bintang" kali ini Nathan yang menjawab

"Kalo Bukit Bintang bukannya malem ya kesana


nya? Terus siangnya gaada ide mau kemana gitu?" tanya
Belle

"Belum kepikiran sih" jawab Andre

"Ke Agro Wisata Bhumi Merapi, yuk" kata Belle


dengan penuh semangat. Belle sudah membayangkan
melalui review para pengunjungnya di internet. Disana
mereka bisa berfoto, naik kuda, memeras susu kambing,
dan juga memberi makan kelinci. Konsepnya juga unik
jadi serasa berkeliling dunia.

69
Awalnya kelompok mereka tidak setuju, tapi
karena desakan Belle yang antusias mau tidak mau mereka
memutuskan untuk pergi kesana. Karena mereka memilih
untuk pergi ke Bukit Bintang, maka mereka hanya bisa
pergi ke Malioboro di sore harinya.

Anna tidak keberatan dengan rencana itu dan


setelah waktu buka di pantai akan berakhir, Anna dan
rombongannya pun kembali ke hotel untuk beristirahat.
Nathan dan teman temannya juga memutuskan untuk
menginap di hotel yang sama dengan rombongan Anna
supaya komunikasi dan waktu tidak terbuang di jalan.

Anna jarang tertidur tanpa bermimpi, mungkin


karena suasana hatinya membaik dan suasana pantai yang
tidak terlupakan ia dapat tidur dengan nyenyak malam itu.

70
CHAPTER 15

Keesokan paginya, lima orang laki laki dan kedua


gadis itu berangkat menuju tujuan pertama mereka dengan
memanggil ojol mobil. Mereka dibagi menjadi dua tim,
tentu saja Anna dan Belle dalam satu mobil ditambah
dengan Nathan dan Aksa. Sedangkan Andre, Bagas, dan
Adi berada di mobil lainnya. Di mobil Anna, posisi co-
pilot sengaja dikosongkan sehingga Nathan dan Aksa
duduk di kursi paling belakang dekat bagasi mobil,
sedangkan Anna dan Belle di depannya.

Perjalanan di mobil Anna lumayan berisik dengan


celotehan Belle dan Aksa yang saling berbagi cerita, Anna
sesekali menanggapi dan Nathan lebih sering diam.
Namun rupanya Aksa sudah terbiasa dengan sikap Nathan
yang pendiam itu sehingga Anna juga tidak enak bila
merecokinya.

Tidak butuh waktu lama bagi mereka untuk sampai


ke Agrowisata. Disana mereka banyak berfoto dan juga
banyak tertawa melihat kekonyolan Aksa dan Andre
karena ditendang saat memeras susu kambing. Ketujuh
orang itu dengan cepat akrab, Anna dan Belle senang
71
dengan sikap Aksa dan lainnya yang mudah diajak
bercanda dan juga tidak sok. Sedangkan sebaliknya,
Nathan dan lainnya senang dengan sikap Anna dan Belle
yang lugas dan tidak menye menye seperti gadis gadis
kebanyakan.

Karena ada waktu pada siang hari, Anna awalnya


ingin berpisah dengan mereka untuk berkunjung ke salah
satu kampus tujuannya di masa depan. Namun keenam
orang itu kompak ingin menemaninya, alhasil ketujuh
orang itu pergi bersama ke Universitas Gadjah Mada
untuk melihat lihat.

Nathan penasaran dengan pilihan Anna, sehingga


ia pun bertanya alasan mengapa Anna memilih UGM
sebagai kampus tujuan masa depannya.

Anna berkata bahwa Jogja adalah kota favoritnya


selain kota kelahirannya, Anna hanya merasa hidupnya
sangat tenang di bawah naungan kota ini. Mungkin karena
atmosfernya yang khas ataupun penduduknya yang ramah,
Anna hanya merasa cocok.

72
Sedangkan untuk pilihannya pada UGM, Anna
sangat termotivasi dengan gelar universitas ini yaitu
universitas kerakyatan yang berarti selalu
memperjuangkan dan mengedepankan kepentingan rakyat
serta ikut mencerdaskan kehidupan bangsa yang
berdasarkan Pancasila.

Anna memilih untuk mengambil jurusan hukum


kedepannya dan menjadi jaksa yang dapat membela
keadilan dan juga amanah terhadap kepercayaan
masyarakat apalagi masyarakat yang sangat
membutuhkan perlindungan hukum. Nathan mendengar
semua itu dan untuk beberapa saat hatinya semakin kagum
dengan pilihan Anna.

73
CHAPTER 16

Sore harinya mereka berkeliling di sepanjang jalan


Malioboro untuk mencicipi kuliner dan membeli berbagai
pernak pernik untuk oleh oleh. Anna tidak membeli
banyak, ia hanya membeli beberapa yang menarik
perhatiannya dan beberapa untuk Bunda nya. Di samping
itu, Anna membeli dua kotak Bakpia Kukus Tugu Jogja
rasa cokelat dan keju yang merupakan favoritnya saat
berkunjung ke Jogja.

Selesai berbelanja di Malioboro hari mulai gelap,


mereka memutuskan untuk segera pergi ke destinasi
terakhir yaitu Bukit Bintang. Bukit Bintang merupakan
salah satu tempat dengan lanskap senja dan malam yang
mempesona, dimana pemandangan Kota Jogja yang
berlatar Gunung Merapi dan Gunung Merbabu tersaji di
depan mata. Ketika langit semakin gelap, bintang di langit
luas dan kerlip lampu dengan siluet langit berwarna violet
terlihat bagaikan lautan bintang.

Anna melihat pemandangan ini dan tertegun


kemudian sebuah pepatah tersusun di kepalanya, "Segelap
apapun malam, akan ada seberkas cahaya yang bersinar"
74
dan pemandangan di depannya sangat mencerminkan
pepatah tersebut. Ini seperti seputus asa apa pun
kehidupan, pasti ada sesuatu yang membuatnya
cemerlang. Seperti titik dalam selembar kertas putih,
setidak terlihat apapun itu tapi tetap ada. Pemandangan ini
memberinya motivasi untuk terus berjuang, suatu saat
nanti mungkin kebahagiaannya akan tercapai.

Anna mengabadikan foto itu dalam album


ponselnya dan berniat untuk mencetaknya menjadi sebuah
foto fisik nanti sebagai pengingat untuk kehidupannya dan
dirinya sendiri. Bahwa apapun yang terjadi, Anna tidak
boleh menyerah.

Melihat teman temannya yang lain juga sama


bersemangat dan bahagia seperti dirinya, bahkan Nathan
yang dingin dan acuh tak acuh pun mengeluarkan senyum
tipisnya yang tulus. Anna merasa lega, berharap waktu
dapat berhenti di titik ini. Tanpa adanya masalah, hanya
pemandangan yang melekat di jiwa dan teman teman yang
bersamanya.

75
Pemandangan dan momen saat itu indah dan Anna
hanya bisa menyimpannya semua itu di hatinya untuk
selamanya.

76
CHAPTER 17

Tidak banyak yang mereka lakukan di Bukit


Bintang, hanya duduk sambil mengobrol dan menikmati
keindahan alam itu cukup untuk membuat semua orang
merasa bersyukur. Bersyukur untuk dunia yang indah,
bersyukur untuk waktu yang dihabiskan bersama.

Mereka akhirnya kembali ke hotel saat jam


menunjukkan setengah delapan malam.Sesampainya di
hotel, Anna dan Belle segera bersiap dan membersihkan
diri untuk persiapan kembali ke rumah sedangkan Nathan
dan teman temannya masih akan kembali besok pagi.
Mereka berkumpul dan mengucapkan selamat tinggal lalu
mereka menuju tujuan masing masing.

Di perjalanan pulang, Anna memikirkan hari ini.


Waktu yang dia habiskan bersama teman temannya begitu
bahagia. Namun mengingat bahwa setelah dia pulang yang
tersisa hanyalah kekosongan dan ketakutan, Anna hanya
bisa tersenyum kecut. Kadang Anna ingin waktu berhenti
di titik titik tertentu, tapi waktu terus berjalan dan Anna
hanya dapat berjalan bersamanya meskipun meninggalkan
bekas luka yang begitu dalam. Anna berpikir, bisakah
77
waktu benar benar menyembuhkan seperti apa yang
dikatakan orang orang?

Mungkin karena lelah, Anna akhirnya tertidur


dengan dangkal, namun dia masih dapat membayangkan
secara kasar apa yang sedang terjadi di sekelilingnya.
Teman teman lainnya juga sepertinya tertidur dan suasana
berangsur angsur menjadi tenang dan sepi. Di tengah
tidurnya yang dangkal, Anna masih dapat membangunkan
dirinya saat matahari terbit. Meskipun jalan yang dilalui
melalui TOL, tapi Anna samar samar dapat melihat siluet
dan warna dari terbitnya matahari. Langit juga kadang
berwarna merah muda yang indah dengan campuran sinar
oranye.

Tidak hanya Anna sendiri yang melihatnya,


beberapa teman juga sudah bangun dan mulai
mengabadikan momen itu. Ini adalah pagi yang baru dan
juga semangat yang baru sehingga setiap orang sangat
bersemangat dan antusias. Ada beberapa orang yang
memang lapar ataupun suka memakan camilan dan mulai
membuka snack yang mereka bawa, beberapa bahkan
membuka oleh oleh yang mereka beli dari Jogja.

78
Anna juga sedikit lapar, dia pun membuka Bakpia
Kukus rasa cokelat dan keju favoritnya lalu memakannya
perlahan, sedangkan Belle masih tidur nyenyak di
sampingnya. Suasana yang hidup di bis menemani mereka
sepanjang jalan hingga akhirnya bis sampai di tempat
tujuan. Beberapa orangtua terlihat sedang menunggu anak
anaknya dengan penuh semangat dan mereka tidak dapat
menyembunyikan antusiasme di mata mereka.

Anna melihat pemandangan ini dan menghela


napas perlahan, ia sudah rela untuk tak terlalu berharap.
Bis akhirnya berhenti dan sebelum pintu dibuka, wali
kelas dan juga panitia mengucapkan banyak kata kata
ungkapan terimakasih dan permintaan maaf untuk
kekurangan mereka. Lalu menasehati dan mengucapkan
sampai jumpa untuk bertemu di semester selanjutnya di
kelas yang baru.

Satu persatu anak mulai turun dan mengucapkan


selamat tinggal hingga akhirnya Anna yang bertemu orang
tua Bella pun menyapa dengan singkat dan mengucapkan
terimakasih untuk kue kecil saat itu, kemudian segera
masuk ke dalam mobil untuk menghilangkan lelah. Di
dalam mobil, Anna sangat terkejut karena ternyata yang

79
menjemputnya saat ini bukanlah Pak Mahdi, melainkan
Bunda nya.

"Loh, Bunda?" sapa Anna

"Gimana perjalanannya? Capek?" tanya balik Dira

"Nggak terlalu kok Bun, perjalanannya juga seru


banget" kata Anna dengan senyum ceria

Mendengar itu, Dira hanya mengangguk dan


merasa lega.

"Bunda kok tumben jemput Anna?" tanya Anna


bingung

"Iya, kebetulan Bunda punya waktu" jawab Bunda


singkat

Anna tahu, mungkin masalahnya tidak


sesederhana itu. Namun Anna juga tidak melanjutkan
topik tersebut melainkan mengeluarkan bingkisan yang
memang sengaja ia siapkan untuk Bundanya.

"Bunda, ini ada beberapa pernak pernik lucu yang


Anna liat di Jogja" kata Anna sambil meletakkan

80
bingkisan tersebut di sebelah Bundanya.

"Iya, makasih ya sayang" kata Bunda tanpa


menoleh "Sama sama Bun"

"Kamu tidur dulu aja, nanti Bunda bangunin"

Anna yang mendengar itu hanya menurut dan


mulai memejamkan mata, namun dalam pikirannya itu
berkecamuk dan penuh dengan berbagai hal.

Liburan telah berjalan selama hampir dua minggu,


selama liburan Anna justru jarang sekali di rumah.
Melainkan pergi ke perpustakaan di tengah kota untuk
menghabiskan waktunya dengan belajar dan sesekali
membaca alternatif universe favoritnya di twitter. Alasan
Anna sederhana, ia lebih mudah tertekan bila berada di
rumah saat ini. Karena setiap hari, ia harus mendengarkan
pertengkaran kedua orangtuanya yang akhir akhir ini
semakin tidak disembunyikan. Jujur saja, Anna semakin
tidak nyaman di rumah dan rasa frustasi itu semakin besar.
Bahkan akhir akhir ini gejala kecemasannya meningkat,
diikuti dengan insomnia yang lebih sering muncul, dan
beberapa gejala ringan anoreksia.

81
Hal itu memuncak, hari ini setelah Anna pulang
dari perpustakaan di sore hari dia mendengar suara
bantingan yang akrab serta suara kemarahan Ayahnya
yang meningkat satu oktaf. Bahkan beberapa suara tinggi
Bundanya pun ikut terdengar. Sebuah benda terdengar
menghantam pintu depan yang tertutup dan membuat
Anna memiliki gangguan pernafasan tiba tiba dengan
gejala seperti sesak nafas ringan. Anna yang menyadari
situasinya tidak baik pun segera berjalan perlahan
menjauhi rumah itu.

Sesak nafas yang tiba tiba semakin menjadi jadi


dan Anna merasa tidak kuat lagi, kali ini ia bahkan tidak
tahu dimana dirinya berada. Tiba tiba bunyi klakson mobil
terdengar dari belakangnya, Anna yang menoleh dengan
wajah pucat pun terpaksa harus bersandar pada bagian
depan mobil itu agar tidak jatuh. Pengemudi yang
sepertinya menyadari situasinya tidak beres pun keluar
dan menghampirinya. Orang itu sangat akrab dan ternyata
adalah Nathan.

Hari ini Nathan mengantarkan sepupunya bermain


ke rumah temannya dan kebetulan teman itu berada di
daerah perumahan yang sama dengan Anna. Saat

82
mengemudi di persimpangan daerah perumahan, Nathan
melihat sosok yang akrab dan perlahan memajukan
mobilnya lalu kejadian sebelumnya terjadi.

Nathan yang melihat wajah pucat serta sosok


lemas Anna pun membantunya berdiri dan membawanya
ke dalam mobil untuk beristirahat. Ia menemukan botol air
mineral yang belum dibuka dan memberikannya pada
Anna untuk diminum perlahan. Setelah beberapa saat,
Anna pun perlahan tenang dan napasnya mulai stabil.
Wajahnya juga mulai mengembalikan rona sehingga tidak
lagi terlalu pucat seperti sebelumnya. Anna pun
mengucapkan terimakasih pada Nathan dan Nathan segera
bertanya dengan bingung,

"Lo mau kemana emangnya? Lagi nggak sehat kok


malah keluyuran"

"Gua gapapa kok, cuma tadi emang tiba tiba


pusing aja" jawab Anna sengaja menghindari pertanyaan
pertama.

Nathan yang peka bahwa Anna menghindari


pertanyaannya pun tidak lanjut bertanya lagi, melainkan
mengalihkan topik pembicaraan.

83
"Udah enakan?"

"Udah lumayan, makasih. Lo lagi ada acara di


deket sini?" tanya Anna heran pasalnya rumahnya ini jauh
banget dari rumah Nathan

"Sepupuku gue minta dianterin ke rumah


temennya, kebetulan deket sama rumah lo" jawabnya
seadanya

"Terus sekarang lo mau pulang?" tanya Anna "Iya


sih, kalo lo sendiri?"

"Gue—

Nathan melihat ekspresi melankolis Anna dan tiba


tiba merasa tidak tega. Nathan tau bahwa Anna sepertinya
tidak terlalu harmonis dengan orang tuanya. Tapi dia tidak
bisa bertanya secara gamblang dan ikut campur masalah
keluarga orang lain.

"Mau ikut gue gak?" tanya Nathan

"Kemana emangnya?"

84
"Ini tempat dengan pemandangan indah menurut
gue dan gue sering kesana sama temen temen yang lain
kalo lagi galau atau gak mood"

Sebagian besar adalah kebenaran, namun Nathan


tidak pernah mengajak siapapun kesana dan ini adalah
pertama kalinya dia mengajak orang lain.

Anna menyadari bahwa Nathan sepertinya


berusaha menghiburnya tanpa tindakan berlebihan yang
bisa menyinggung perasaannya, ia menghargai hal itu dan
tidak menolak.

"Maaf ya gue ngerepotin lo" kata Anna sungkan

"Gak kok, santai aja"

Waktu yang dilalui cukup lama dan jalannya tidak


begitu mulus, namun begitu Anna sampai disana ia
tercengang. Pemandangan perbukitan ini mirip dengan
Bukit Bintang di Jogja yang pernah ia kunjungi saat itu.
Perbedaan disini bahwa itu hanya berupa tanah yang luas
dengan cahaya bintang dan kunang kunang, tempat itu
juga cukup terang.

"Gimana?" tanya Nathan


85
"Ini bagus banget" jawab Anna tanpa berpaling

Mereka berdua pun duduk di bawah bintang


dengan alas rerumputan sambil memandang langit di
kejauhan. Bintang bintang sangat penuh, tidak menyangka
bahwa tempat seperti ini masih akan ditemukan di kota
yang dia tinggali.

"Kadang, kalo waktu gak bisa nyembuhin. Masih


ada alam yang bisa kasih penyembuhan" kata Nathan tiba
tiba

Anna menoleh ke arahnya dan melihat siluet


pemuda itu dari samping. Pemuda itu duduk dengan santai
namun tidak terlihat rasa ketidaktaatan dari dirinya. Garis
rahangnya mulai membentuk dengan kokoh dan mata
yang masih menatap langit itu penuh dengan keterasingan,
acuh tak acuh. Seolah olah alam memang benar benar
menyembuhkan dirinya yang terluka. Tiba tiba, pemuda
itu menoleh dan dua mata yang berbeda saling bertatapan.

"Na, lo nggak sendirian di dunia ini. Masih ada


Belle, gue, Aksa, Andre, Bagas, Adi, dan lain lain. Gue tau
lo selalu menyembunyikan sesuatu dari orang lain dan gue
gak akan maksa lo buat ngungkapin rahasia lo. Tapi kalo

86
lo butuh seseorang buat denger cerita lo, gue dan temen
temen yang lain bakalan siap kapanpun. Jadi jangan
merasa sendiri"

"Gue tau Nath" kata Anna "Makasih" tambahnya

87
CHAPTER 18

Sesampainya di rumah, Anna kembali memikirkan


perkataan Nathan. Dia tidak sendiri, dia memiliki teman
teman yang juga mau mendengarkan keluh kesahnya.
Sekalipun masalah ini sangat menyesakkan baginya, Anna
tidak ingin menyerah. Keesokan harinya Anna dikejutkan
dengan kedatangan Nathan, Aksa, Andre, dan juga Belle.

"Loh, kalian?"

"ANNNAAAAA….." teriak Belle antusias "Ikut


yuk Na, kita mau mantai nih" kata Aksa

"Sekarang?" tanya Anna heran

"Iyalah, masa nunggu kelulusan" jawab Andre

"Oke oke tunggu ya!"

"Gas lah"

Mereka pergi ke pantai di kabupaten lain.


Perjalanan sangat ceria dan seru karena kehadiran Aksa,
Andre, dan Belle yang gemar berceloteh.

88
Anna pun terinfeksi semangat mereka dan perjalanan ini
membuat mood nya naik kembali.

Pantai selalu dapat menyembuhkan, udara, pasir,


air, dan tumbuhan kelapa serta bakau di dalam
ekosistemnya selalu membuat hati orang bahagia.
Sekalipun mereka memiliki masalah dan sikap hidup yang
berbeda beda, pantai yang merupakan bagian dari alam
juga memiliki kekuatan penyembuhan pada jiwa dan batin
mereka.

Nathan yang melihat teman temannya bercanda


dan bahagia dalam momen ini juga merasakan
kebahagiaan dan ketenangan hati yang lama hilang.
Mereka semua adalah pemuda dan pemudi di tahap usia
yang diombang ambingkan emosi, hal ini juga baik untuk
kemajuan mental dan pendewasaan diri mereka. Nathan
berharap, mereka akan tetap seperti ini selamanya
meskipun jika pada akhirnya mereka akan mengambil
jalan masing masing.

89
CHAPTER 19

Waktu dan alam mungkin memiliki kekuatan


penyembuhan yang luar biasa jika digabungkan bersama.
Di balik masalah manusia yang tiada habisnya, Anna
sebagai manusia biasa secara bertahap memulihkan
semangatnya bersama dengan teman temannya. Mereka
selalu mendukungnya baik dalam kata kata maupun
tindakan, tanpa menyinggung hatinya yang sejak awal
rapuh. Selama liburan belakangan ini, Anna beserta
Nathan dan teman teman geng nya sering menghabiskan
liburan bersama.

Belajar mendaki gunung untuk pertama kalinya,


berlayar, menyelam, mencicipi kuliner yang tiada
habisnya membuat semangat Anna semakin membaik.
Bahkan Dokter Spesialis Kejiwaan nya juga mengatakan
bahwa kecemasan dan masalah mental nya mulai
berkurang di bawah asuhan bersama kombinasi waktu,
alam, dan teman. Meskipun waktu liburan yang singkat
telah berakhir, Anna dan teman temannya (disini Belle
serta Nathan dkk) masih sering menghabiskan waktu
bersama akhir pekan di sela sela kesibukan kelas 12.

90
Meskipun hanya pergi belajar di perpustakaan kota
maupun ke taman bermain bersama. Mereka
menghabiskan waktu bersama dengan sangat bahagia dan
memperdalam persahabatan mereka. Anna lebih terbuka
kepada sahabat sahabatnya, namun ia tetap tidak dapat
mengungkapkan apa yang terjadi dengan orang tuanya dan
masalah mentalnya. Ia akan lebih terbuka jika sedang
kesal, sedih, ataupun marah sehingga seluruh pribadinya
terlihat lebih hidup dan nyata.

Di bawah semangat yang baik, Anna juga mulai


mempersiapkan dirinya untuk mengambil beasiswa
fakultas hukum Universitas Gadjah Mada di Jogja dan
memungkinkan dirinya untuk beberapa kali dalam sebulan
berkunjung ke Jogja. Mengunjungi tempat favoritnya
disana, Bukit Bintang.

Tidak hanya Anna yang mulai terbuka, tapi Aksa


juga mulai terbuka padanya. Suatu hari Aksa bercerita
tentang Nathan. Aksa berkata bahwa Nathan yang dingin
dan cuek sekarang ini tidak sama dengan Nathan yang
dulu. Nathan adalah pemuda yang peduli dan juga ceria
pada umumnya, namun semasa dirinya di SMP kejadian
tak terlupakan membuat Nathan berubah.

91
Nathan memiliki seorang mantan pacar di kelas 9
SMP bernama Freya. Gadis itu tidak begitu terkenal,
berbeda dengan Nathan yang tampan dan populer. Mereka
berbeda dalam segala hal termasuk kepribadian, Nathan
adalah pemuda yang cemerlang sedangkan Freya itu
pemalu dan lembut. Semasa SMP, Freya sering menderita
keluhan dan diganggu beberapa anak dan Nathan yang
melihat tidak dapat membiarkannya sehingga sering
membantunya.

Perasaan itu terakumulasi dan suatu hari membuat


Freya mengaku pada Nathan, awalnya Freya tidak percaya
diri dan sudah siap apabila ditolak tapi ternyata Nathan
menerimanya dan mereka jadian sejak saat itu. Nathan
memperlakukan Freya dengan baik, begitupun sebaliknya.
Tapi sayang hubungan itu tidak berjalan lama, suatu hari
Nathan tiba tiba dipanggil ke ruang BK dengan tuduhan
penganiayaan terhadap teman sekelasnya hingga terluka.

Setelah interogasi yang lama, Nathan tetap tidak


mau mengakui hal yang menurutnya bukan perbuatannya
dan bersikukuh bahwa dia tidak bersalah. Hingga guru itu
membawakan seorang saksi yang mengaku melihat
Nathan memukul teman sekelas itu di hadapannya.

92
Mendengar pengakuan saksi itu, Nathan tertegun dan tidak
dapat membantah. Karena yang tidak dia duga, saksi itu
adalah Freya pacarnya sendiri.

Pada akhirnya, Nathan dikeluarkan dari sekolah


karena tuduhan penganiayaan dan berbohong. Tahun itu
Nathan ingin mengetahui kebenaran dari mulut Freya,
alasan mengapa dia melakukan itu kepadanya. Tapi Freya
hanya memblokir semua kontaknya dengan satu pesan
konyol "Terimakasih, tapi kita harus berakhir disini" dan
mereka tidak pernah bertemu lagi. Nathan yang
ditinggalkan dengan keluhan dan kesedihan akhirnya
mengalami trauma yang disebut "Krisis Kepercayaan"
hingga saat ini dan mengubah sifatnya menjadi 'Nathan
yang sekarang'.

Semua orang memiliki rahasia di hatinya masing


masing. Anna, Nathan, Belle, Aksa, Andre, Bagas, bahkan
Adi. Tapi dibalik semua itu ketujuh orang tetap bersahabat
dengan persahabatan mereka yang teguh, saling
mendukung dan saling melengkapi. Tapi ada kalanya, titik
masalah dipuncak tertinggi bahkan jika mereka bertahan,
itu tidak akan menjadi hal yang mudah.

93
Masalah mental Anna menanjak, dalam beberapa
minggu terakhir dia mengalami insomnia dan anxiety yang
datang terus menerus tak ada habisnya. Bahkan anoreksia
yang muncul ringan sesekali bertambah parah hingga
membuatnya tidak bisa menelan makanan itu. Anna
merasa sakit dengan dirinya sendiri.

Ujian sudah dekat dan para siswa yang seharusnya


sedang giat belajar tiba tiba mendapatkan beberapa rumor
dari sumber tidak diketahui. Hal ini begitu populer, karena
protagonis dalam berita ini adalah cowok paling populer
di sekolah, Nathan. Rumor tentang Nathan yang pernah
dikeluarkan dari SMP nya karena kasus penganiyaan pun
menyebar bagaikan api dalam sekejap. Seluruh sekolah di
penuhi desas desus itu, bahkan murid baru dan bibi kantin
pun mengetahuinya.

Semua orang memandang Nathan dengan tatapan


yang berbeda, beberapa jijik, beberapa takut, dan beberapa
merendahkan. Bahkan para gadis penggemar Nathan pun
turun dengan drastis karena adanya rumor itu. Nathan
yang menjadi fokus utama memiliki wajah yang suram
dari awal hingga akhir.

94
Hanya ada beberapa orang yang mengetahui berita
tentang "penganiayaan oleh Nathan" ini. Yang lain adalah
mantan pacarnya, siswa yang terlibat, para guru, orang
tuanya, dan juga Aksa. Nathan mau tidak mau harus
merasa curiga pada Aksa saat ini. Apalagi trauma yang
telah lama ditekan, perlahan muncul kembali.

Sore itu Nathan menghentikannya di kamar mandi


dan mengangkat kerah baju Aksa, bertanya dengan suara
dingin dan nada yang kasar

"Lo yang nyebarin?"

"Bukan gue sumpah Nath, gue udah kenal lo dari


SMP sampe sekarang. Buat apa gue nyebarinnya pas masa
ujian kelulusan gini?" jawab Aksa jujur

"Kalo bukan lo siapa?!" Nathan semakin


mengeratkan cengkramannya, matanya yang memandang
Aksa sangat menakutkan.

"Gue juga gatau. Tapi sebenernya, pas itu gue


sempet cerita ke Anna. Gak mungkin kan dia yang
ember?" tanya Aksa

"Anna?" suara Nathan sangat dingin


95
Setelah itu di kelas IPS 3 tiba tiba menjadi ricuh
karena Nathan datang secara tiba tiba dan menyeret Anna
keluar dari kelas tanpa memberinya kesempatan untuk
berbicara. Meski suara mereka berdua ditekan serendah
mungkin, namun teman teman di kelas dan para siswa
yang lewat di koridor mungkin bisa menebak apa yang
terjadi.

"Lo yang ember?" tanya Nathan dingin "Bukan gue


Nath" jawab Anna

"Aksa cuma cerita ke lo hari itu, jangan bohong


sama gue" tegas Nathan

"Gue dan Aksa emang satu satunya orang di ruang


itu, tapi gue gak bocorin cerita lo. Bahkan gue gak cerita
ke siapapun" jawab Anna

"Terus maksud lo cerita itu nyebar sendiri? Gua gak


nyangka lo orangnya kayak gini" "Gua kira lo beda Na,
ternyata sama aja" setelah mengucapkan itu Nathan pun
pergi tanpa menoleh ke belakang.

96
Sedangkan Anna, dia tetap terpaku di tempat.
Anna merasa hatinya di hantam dengan palu yang tak
terlihat, sangat sakit, sangat hancur. Bukan Anna yang
melakukannya, mengapa Nathan tidak percaya?

Pembalikan terjadi di hari berikutnya, rumor


tentang Nathan secara alami diklarifikasi sebagai palsu
dan fokus semua orang tertuju pada Anna. Masalah ini
selesai dengan hasil Anna sebagai penyebar rumor palsu
milik Nathan. Sehingga simpati menjadi milik Nathan dan
cacian itu menjadi milik Anna sepenuhnya. Anna yang
menjadi fokus, tidak pernah terlihat sejak hari itu.

97
CHAPTER 20

Belle sebagai sahabat karib Anna juga beberapa


kali diserang oleh penggemar Nathan, namun Belle tidak
menyerah dan menghadapinya dengan berani. Ia khawatir
dengan keadaan Anna dan ia yakin jika Anna tidak
bersalah. Beberapa kali ia mengunjungi rumah Anna,
namun rumah itu kosong dan tertutup seperti tidak lagi
dihuni. Telepon Anna juga tidak aktif, bahkan nomor
orang tuanya Belle tidak tahu. Sekolah hanya mengatakan
bahwa Anna meminta cuti dan tidak tahu sampai kapan
akan berakhir.

Belle yang tidak tahan akhirnya pergi ke kelas


Nathan dan memblokir pemuda itu dengan segala cara,
bahkan Aksa, Andre, Bagas, dan Adi tidak dapat lepas dari
hal itu. Belle meminta Nathan untuk memeriksa ulang
apakah benar Anna yang melakukan ini. Meskipun Nathan
cuek dan ogah ogahan, tapi mungkin karena jalinan
persahabatan mereka di masa lalu keenam orang itu pun
mulai menyelidiki kembali. Belle ingin marah tapi tidak
bisa marah, kenapa Nathan baru mau menyelidiki saat ini
bukan sebelumnya saat dia menuduh Anna?. Meskipun

98
begitu Belle masih terus bekerja keras untuk membantu
mereka membuktikan bahwa Anna tidak bersalah.

Usaha pasti akan membuahkan hasil jika mereka


sungguh sungguh, terbukti dalam rekaman CCTV yang
ditemukan di gudang samping ruangan itu. Ternyata saat
itu tidak hanya Aksa dan Anna yang berada di ruangan
tersebut, CCTV menangkap sesosok lagi yang setelah
diidentifikasi ternyata adalah seorang siswi di kelas
Nathan bernama Cindy. Pada saat itu Aksa dan Anna tidak
menyadari hadirnya orang ketiga karena Cindy
bersembunyi diseberang tembok.

Setelah mengetahuinya, Nathan merasa menyesal


dan bersalah kepada Anna. Bahkan Aksa juga bersalah
karena jika dia tidak menceritakannya pada Anna saat itu
maka rumor dan masalah itu tidak akan menyebar hingga
saat ini. Mengetahui dari Belle keadaan Anna yang seolah
"menghilang", Nathan dan yang lain mengambil langkah
pertama untuk membersihkan nama Anna terlebih dahulu
lalu pergi ke rumah Anna. Namun seperti yang dikatakan
oleh Belle, rumah itu selalu kosong dan mereka
kehilangan kontak dengan Anna.

99
Tidak tahu dimana Anna berada dan bagaimana
keadaannya saat ini. Hari ini adalah kelulusan dan
semenjak saat itu hingga sekarang, Anna masih tidak
pernah muncul. Penyesalan mereka begitu dalam,
walaupun kejadian dan kebenaran saat itu telah terungkap
dan pelaku sebenarnya telah menerima hukumannya. Tapi
mereka harus kehilangan kontak dengan Anna sebagai
pembalasan penyesalan dan rasa bersalah mereka. Belle
sebagai sahabat karib Anna, sangat sedih karena Anna
bahkan tidak membiarkannya menghubunginya.

Ketika semua sahabat Anna sedih di hari kelulusan


mereka, seorang wanita muda dengan masker di wajahnya
perlahan menghampiri ke arah mereka. Mereka awalnya
bingung dan waspada, tapi mengetahui bahwa Anna yang
ada di balik masker itu mereka sangat antusias dan
bersemangat. Bahkan Nathan yang cuek dan dingin
terlihat sangat senang dan bersalah. Mereka menemukan
ruang kelas kosong dan mulai saling menyapa dan
melepas rindu dengan Anna.

Anna lebih kurus dari sebelumnya, tapi senyum


bahagia di wajahnya terlihat nyata. Belle dan Aksa sudah
menangis haru melihat Anna akhirnya kembali. Mereka

100
terus saja menanyakan banyak pertanyaan hingga Nathan
yang kesal menghentikan mereka dan memberi Anna
kesempatan untuk berbicara. Kalimat awal yang Anna
ucapkan membuat mereka semua terdiam dan tidak bisa
berbicara,

"Sebenarnya, hari ini aku mampir untuk


mengucapkan selamat tinggal. Aku dan orang tuaku akan
pergi ke luar negeri untuk menjalani hidup yang baru.
Kalian semua, jangan lupa dengan cita cita kalian dan
terus belajar. Suatu saat jika ada kesempatan kita bisa
bertemu lagi" kata Anna yang seketika membuat suasana
haru menjadi melankolis.

"Na, kenapa tiba tiba? Apa karena masalah rumor


saat itu? Kalo emang karena itu, jangan pergi Na. Gue
salah, seharusnya nggak bikin lo jadi disalahpahami" ucap
Aksa sambil tersedak tangis

"Itu bukan salah lo, Sa. Gue tau kok" kata Anna
menenangkan

"Waktu itu salah gue Na, nuduh lo seenaknya


tanpa cari tahu. Kalo lo mau bales gue, gue gak bakal
nyalahin lo" ucap Nathan dengan nada bersalahnya.

101
"Bukan salah lo Nath. Gaada yang salah disini,
semua udah terjadi dan itu udah di masa lalu. Keputusan
gue buat pergi bukan karena masalah ini kok, emang udah
jalannya aja buat gue pergi ke luar negeri"

"Lo, udah pikirin baik baik Na? Kalo lo pergi, terus


siapa nanti yang bakalan jadi bestie gue? Yang mau denger
keluh kesah gue, yang mau nerima gue apa adanya, gue
sebenernya nggak pengen lo pergi. Tapi gue gak bisa
maksa lo buat tetep disini" ujar Belle dengan tangisannya
yang sedih dan penuh keluhan

"Bel, sampai kapanpun gue bakal tetep jadi bestie


lo yang paling karib. Nggak peduli kalo kita pisah sejauh
mungkin, gue tau lo juga bestie gue yang paling baik. Jadi
lo harus tetep semangat, pasti nanti bakal ada orang yang
juga jadi bestie lo bahkan lebih baik dari gue" kata Anna
sesenggukan.

Bagaimanapun bila seseorang bertemu, tidak


peduli karena kesalahpahaman atau kematian mereka tetap
akan berpisah dan melangkah ke jalan masing masing.
Anna dan keluarganya memutuskan untuk pindah keluar
negeri saat itu.

102
Belle, Nathan, Aksa, Andre, Bagas, dan Adi harus
menerimanya meskipun akan sulit bertemu lagi.

Sore itu Nathan menerima telepon dari sahabatnya,


Anna. Anna berkata bahwa dia akan pergi besok pagi dan
kemungkinan besar akan pindah ke Amerika. Sore itu
Nathan dan Anna membahas banyak hal, mulai dari
pertemuan mereka hingga bagaimana persahabatan
mereka dimulai. Anna juga menceritakan bahwa dia
sangat senang karena sebentar lagi dia akan memulai
hidup yang baru dengan keluarganya. Bila ditanya
mengapa, Anna akan menjawab dengan jujur bahwa sejak
dulu keluarganya tidak harmonis dan sering bertengkar.
Namun kali ini Ayah dan Bunda nya berjanji untuk
memulai kisah mereka lagi di negara yang baru.

"Nathan" "Iya Na?"

"Makasih banget ya Nath, semenjak gue kenal


sama lo gue jadi kenal sama temen temen yang baik
lainnya kayak Aksa, Andre, Bagas, dan Adi. Lo juga buat
gue jadi lebih semangat dan bersyukur dengan hidup yang
gue alami. Semoga kita bertemu lagi, semoga cita-cita lo
tercapai. Juga kalo kita reunian lagi semoga kita bisa

103
mendaki gunung tertinggi di Indonesia, Puncak Jaya. Gue
kangen banget liburan bareng kalian dan mengenang
persahabatan kita di Bukit Bintang"

"Anna, hati hati. Sampai ketemu lagi" ucap Nathan

"Ya, sampai ketemu lagi Nath" kata Anna dan


panggilan itu pun berakhir.

104
CHAPTER 21

Enam Tahun Kemudian…..

Waktu berlalu, kerusakan yang ditimbulkan oleh


alam dan manusia dibasuh oleh waktu. Seorang pria
dengan perawakan tubuh yang tegap serta wajah yang
tegas berjalan ke dalam ruang sidang. Jaksa muda itu
duduk di kursi hakim dan mulai membuka dokumen di
depannya. Dalam dokumen itu tertulis gugatan serta bukti
bukti dari penggugat kepada yang tergugat. Jaksa muda itu
mulai membacakan gugatan tersebut satu persatu yang
tentu saja disangkal oleh pengacara dan pembela tergugat
/ tersangka.

Saat pembela itu sudah tidak dapat menemukan


alasan untuk gugatan dan buktinya, palu itu jatuh dan
menetapkan hukuman dari perbuatan tersangka dengan
rujukan pasal pasal yang menyertainya. Tersangka yang
sudah berganti status menjadi terdakwa sudah tak bisa
berkutik lagi dan harus mempertanggungjawabkan semua
perbuatannya di dalam jeruji besi.

105
Nathan Kael Arsenio adalah jaksa muda yang baru
saja menangani kasus tersebut. Ia tampan, memiliki karir
yang cemerlang, serta aura dewasa dan bijaksana. Tapi
siapa sangka bahwa orang sesempurna Nathan selalu
berada dalam penyesalan yang mendalam.

106
CHAPTER 22

Enam tahun yang lalu setelah Anna menghilang


karena kesalahpahaman rumor tentangku, dia muncul di
hari kelulusan untuk berpamitan kepada kami. Hari itu
Anna sangat bahagia, bahkan ia tersenyum sangat nyata.
Anna berkata bahwa dia akan pindah ke Amerika bersama
orang tuanya. Kami sangat sedih, tapi kami juga senang
karena Anna akhirnya mengejar kebahagiannya. Dalam
benakku, meskipun Anna adalah gadis yang kuat, tapi dia
selalu menyembunyikan perasaannya yang sebenarnya
dalam hatinya. Anna sedih, namun dia tersenyum. Anna
gugup, tapi dia berusaha untuk tetap tersenyum. Anna
takut, tapi dia menunjukkan senyuman seperti tidak terjadi
apa apa. Bagiku, Anna sangat suka tersenyum. Tapi aku
tidak suka senyum Anna saat itu.

Melihat Anna untuk pertama kalinya, aku


merasakan kembali hal yang disebut empati. Aku merasa
tertekan ketika melihatnya sedih namun tetap kuat.

107
Sore hari di hari kelulusan, Anna membuat
panggilan telepon padaku. Kami berbicara banyak hal,
masa dimana kami bertemu untuk pertama kalinya,
dimana kami bertemu saat di Jogja, bagaimana
persahabatan kami yang lucu, bagimana harapan kami.
Anna berkata, ingin mendaki gunung tertinggi di
Indonesia, Puncak Jaya. Bersama kami, para sahabatnya.
Anna merindukan Bukit Bintang di Jogja. Sebelum
panggilan ditutup, Anna mengucapkan terimakasihnya.
Kami saling berkata "Sampai Jumpa Lagi".

Pagi itu, aku ingin melihat Anna sebelum dia


berangkat ke bandara. Tiba tiba aku menyadari bahwa
selama ini aku menyukainya, tapi aku selalu tertahan
dengan traumaku mengenai "Krisis Kepercayaan".
Setidaknya, aku ingin mengatakan padanya sebelum dia
pergi. Karena aku tidak pernah tahu, kapan waktu untuk
bertemu lagi.

Aku tiba di depan rumah Anna, tapi yang kulihat


adalah sebuah mobil ambulance dengan banyak orang
mengelilinginya. Hatiku gelisah dan seolah dicengkeram
dengan tangan yang kuat. Anna, semoga tidak terjadi hal
yang buruk padanya.

108
Aku terlambat. Anna, dia sudah pergi. Anna
akhirnya menyerah, namun luka luka di tubuhnya menjadi
saksi kunci kekerasan rumah tangga yang terjadi. Luka itu
memang tersembunyi dan Bunda Anna seperti kehilangan
jiwanya.

Akhirnya, semua kebenaran itu terungkap.


Rahasia yang selama ini Anna sembunyikan, rahasia
kelam tentang tragedi yang Anna alami. Hingga saat ini,
aku tidak pernah tahu. Mengapa Anna memilih menyerah
pada saat itu.

109
CHAPTER 23

Suamiku dan aku awalnya menikah karena


perjodohan bisnis. Meskipun tidak saling mencintai,
namun kami berusaha untuk memperjuangkan pernikahan
ini. Hal itu berhasil, setahun kemudian putri kami yang
diberi nama Anna Van Matthew lahir. Nama belakangnya
diambil dari nama depan suamiku, Matthew Abraham.

Anna adalah putri kecil yang cantik, dia sangatlah


manis dan lucu. Anna tidak terlalu manja dan tau situasi
kapan harus merengek dan kapan harus menahan.
Keluarga kami sangat bahagia dan sempurna. Di umur
Anna yang kelima tahun, kami pergi ke taman bermain
bersama. Anna dengan pandai menebak bentuk boneka
beruang, tapi karena pengucapannya yang cadel dia
hanya bisa meneriakkan kata "Beluang" dan diejek oleh
Ayahnya.

Rumah tangga yang awalnya lengkap ini tidak


bertahan lama, diumurnya yang kedelapan tahun aku
tidak sengaja menemukan percakapan suamiku dengan
perempuan lain saat kami berada di rumah ibuku. Yang
tidak kusangka, perempuan itu bahkan memiliki putra

110
yang lebih muda dua tahun dari Anna. Aku tentu saja
kecewa dan sedih, namun karena keadaan ini aku hanya
dapat menahannya.

Sesampainya di rumah, amarah itu pecah dan


kami bertengkar untuk pertama kalinya. Anna yang
melihat itu ketakutan, tapi aku hanya membujuknya untuk
masuk ke dalam kamar. Pertengkaran itu terus berlanjut
bahkan seiring berjalannya waktu kami tidak
menyembunyikannya dari Anna. Hingga suatu hari kami
akhirnya berhasil berdamai dan berencana untuk pergi ke
luar negeri. Anna terlihat sangat bahagia.

Tapi hari itu, Matthew tiba tiba berubah pikiran.


Dia tidak ingin meninggalkan istri dan putra tidak sah
nya. Hanya karena Anna adalah seorang putri yang tidak
dapat mewarisi bisnisnya. Malam itu Anna bangun dan
mendengar semuanya.

"Bunda, jika memang tidak cocok kenapa


pernikahan ini harus dipertahankan?"

111
"Anna, Bunda hanya seorang wanita karir. Kami
tidak bisa menerima pandangan orang lain setelah
bercerai. Bunda takut, Bunda tidak ingin kamu terluka
karena perkataan mereka"

"Tapi Bunda, Anna terluka sejak lama" kata Anna


lirih

Aku mendengar kata kata Anna, tapi aku tidak bisa


melakukan apa apa. Keluarga kami tidak akan menyetujui
perceraian ini. Ini adalah aib bagi keluarga besar.

Anna mengakhiri hidupnya malam itu. Aku tidak


tahu mengapa aku begitu pengecut sehingga tidak dapat
melindungi putriku sendiri. Dalam teriakan dan
kegelapan di depanku, Aku mendengar suara Anna.
Sepertinya itu bertahun tahun yang lalu

"Gimana Bunda, udah nggak perih lagi kan? Nanti


kalo Bunda kelilipan lagi biar Anna yang bantu tiupin.
Anna nggak mau Bunda sakit"

"Bunda nggak sakit lagi, selama ada Anna Bunda


kuat kok" "Bunda, Ayah mana?"

112
"Ayah harus kerja jadi kita makannya berdua aja
ya"

"Oke, nanti kalo Ayah pulang kita bisa makan


bareng bareng lagi"

Dan di akhir kegelapan itu adalah suara Anna


yang melankolis dan sangat menyedihkan,

"Tapi Bunda, Anna terluka sejak lama"

“Anna, andaikan Bunda lebih berani. Bunda


mungkin tidak akan kehilangan kamu, hingga ketitik ini.
Anna, Bunda menyesal. Maaf”.

113
CHAPTER 24

Pada akhirnya Anna pergi dan sekarang hanya batu


nisan dengan nama ANNA VAN MATTHEW yang
mengingat kehidupan gadis yang sangat aku cintai. Ayah
Anna, Matthew Abraham sebagai pelaku utama atas kasus
KDRT kepada anak dan istrinya menerima hukuman 15
tahun penjara dengan tuntutan kekerasan fisik, kekerasan
psikis, penelantaran rumah tangga, dan perzinahan. Bunda
Anna sebagai korban yang masih hidup menerima
perlindungan LPSK.

Meskipun begitu, bagiku itu tidak adil. Mengapa


nyawa Anna harus hilang terlebih dahulu sebelum
kebenaran dan kekerasan itu terungkap. Harga yang harus
dibayar untuk hukuman 15 tahun itu adalah seorang gadis
yang kehilangan nyawanya dan seorang ibu yang
kehilangan putrinya untuk selamanya. Itu terlalu mahal.
Aku berharap dengan menjadi jaksa yang adil, tidak ada
lagi kasus Anna yang kedua dan ketiga.

114
Selain itu aku berharap untuk semua orang yang
memiliki masalah dengan penyakit mental, agar dapat
bekerja sama secara terbuka dan jujur. Orangtua juga
harus lebih peduli dan memikirkan kondisi kesehatan
mental anak anaknya.

Anna, maaf dan terimakasih, semua tentangmu


akan selalu kusimpan di ruang hatiku dan tak ada
seorangpun yang bisa menyentuh atau menggantikanmu.

115
CHAPTER 25

Nathan meletakkan seikat bunga dengan kelopak


biru muda dan benang sari kuning di depan batu nisan
putih itu.

"Ayah, Bunda Anna itu siapa?" tanya seorang


gadis kecil berumur tiga tahun di gendongan Nathan.

"Bunda Anna itu wanita yang paling Ayah cintai"


jawab Nathan dengan suara lembut

"Terus, kenapa Ayah selalu bawa bunga itu? Itu


bunga apa?" tanya Luna, gadis kecil di gendongan Nathan

"Ini disebut bunga Forget-me-not, artinya cinta


abadi yang tak terlupakan"

"Cinta abadi? Maksudnya apa?" tanya Luna


bingung

"Suatu hari nanti, ketika Luna bertemu orang itu,


Luna akan tahu apa artinya"

116
Sebaik apapun kisah, jika sudah sampai pada
halaman terakhir memang harus diakhiri. Entah untuk
beristirahat sejenak ataupun memulai pada buku baru
berikutnya. Tidak ada yang salah dengan keduanya, namun
tidak dibenarkan jika kamu harus memaksa untuk tetap
pada kisah yang lama, sementara kamu tahu bahwa
peranmu sudah selesai sekarang.

Anna, tugasmu sudah selesai namun tugasku


masih akan berlanjut. Anna, ini Luna, gadis kecil yang
manis. Meskipun kami tidak memiliki hubungan darah
apapun, tapi aku akan menjaga dan mengajarinya. Supaya
dia dapat menjadi gadis yang kuat sepertimu juga penuh
keadilan seperti Belle. Pertemuan kami adalah takdir,
perpisahan kami juga diatur oleh takdir. Sampai jumpa,
Anna Van Matthew.

117
PROFIL PENULIS

A. Identitas Diri
Nama Lengkap : Kiswa Nabila Falah
Nama Panggilan : Kiswa
NIS / NISN : 17152 / 0052707831
Program Studi : MIPA
Tempat, Tanggal Lahir : Malang, 17 Agustus 2005
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Jalan Ontoseno V no 37
Kebangsaan : Indonesia
Agama : Islam
Kelas / Presensi : XII MIPA 3/13
E-Mail : kiswafalah2005@gmail.com
Instagram : @kiswaa.nabf

B. Pendidikan
1. TK Muslimat NU 5
2. SDN Kasin
3. SMPN 1 Malang
4. SMAN 5 Malang

118
C. Karya Tulis
1. Analisis Novel "Bumi Manusia" Karya Pramoedya
Ananta
2. Resensi Buku "Lautan dan Samudra" Karya Citra Adi
Bangsa
3. Karya Tulis Ilmiah "Analisis Unsur Latar, Tokoh, Dan
Nilai-nilai Yang Terkandung Dalam Film "Keluarga
Cemara" Karya Anggia Kharisma Dan Ginatri S.
Noer"
4. Karya Tulis Ilmiah "Se PahSang (Sereal Pelepah
Pisang) sebagai Alternatif Nutrisi dan Usaha Pangan"
5. Karya Tulis Ilmiah "Efektivitas Nilai Kearifan Lokal
"Ora Ilok" Sebagai Upaya Kontrol Diri Pada
Kehidupan Sosial Era 5.0 di Malang, Jawa Timur"
6. Karya Tulis Ilmiah Betle Energize sebagai Energi
Alternatif Berbasis Bio Baterai dengan Memanfaatkan
Piper Betle Linn Yang Ramah Lingkungan" 7. Karya
Tulis Ilmiah PGP (Paper Grow Plants)
8. Karya Tulis Ilmiah SAFOLIA (Sabun Anredera
cordifolia) sebagai Sabun Cair dengan Memanfaatkan
Daun Binahong dan Minyak Jelantah yang Ramah
Lingkungan
9. Karya Tulis Ilmiah BONGGOLORYX sebagai
Kantong Bonggol Jagung Untuk Optimalisasi
Peningkatan Pemanfaatan Limbah Bonggol Jagung
Berbasis Paper Bag Yang Ramah Lingkungan

119
D. Prestasi
1. Medali Emas NASPO (National Applied Science
Project Olympiad) 2021
2. Medali Silver 12ASPO (Indonesia International
Applied Science Project Olympiad) 2021
3. Medali Silver Lomba Karya Tulis Ilmiah Nasional
2021
4. Medali Perunggu ISIF (International Science And
Invention Fair)
5. Juara Favorit Festival EPIK 2K21

120
121
122
123
124
125
126
127
128
129
130
131
132
133
134
135

Anda mungkin juga menyukai