Anda di halaman 1dari 1

Tantangan Menghayati Pancasila sebagai Entitas dan Identitas Bangsa Indonesia

Dalam upaya menghayati nilai Pancasila sebagai entitas dan identitas Bangsa Indonesia, ditemui
banyak tantangan. Tatangan ini sebagain besar berasal dari adanya nilai-nilai menyimpang yang
berkembang dalam diri individu dan kelompok masyarakat. Nilai-nilai tersebut bertentangan dengan
nilai- nilai kebudayaan atau nilai-nilai Pancasila.
Instititute mencatat bahwa sebagian besar masyarakat di berbagai wilayah Indonesia bersikap
intoleran terhadap perbedaan. Mirisnya, penelitian-penelitian yang dilakukan sejumlah lembaga
seperti Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT, 2020), the Wahid Institute (2019),
Center for the Study of Religion and Culture (CSRC, 2019), dan the Habibie Center (2019)
menemukan bahwa beberapa sekolah dan perguruan tinggi negeri di Indonesia terpapar paham
intoleran dan radikal yang berpotensi mengancam keutuhan bangsa. (Kahfi, 2022). Tantangan yang
pertama adalah adanya intoleransi, bahkan intoleransi ini terjadi di lembaga pendidikan yaitu sekolah
dan perguruan tinggi yang seharusnya menjadi tempat pendidikan karakter. Kondisi ini tentu menjadi
pekerjaan besar bagi Pendidikan
Nasional agar nilai intoleransi ini tidak menyebar lebih luas ke banyak sekolah dan perguruan tinggi
lainnya, serta mengatasi nilai intoleransi pada lembaga yang sudah terpapar.
Kemajuan teknologi selain berdampak baik pada aspek kehidupan manusia, juga menjadi sebab
rendahnya kemampuan manusia jika teknologi tersebut tidak diguankan sebagaimana mestinya.
Kondisi ini juga terjadi pada pendidikan Indonesia. Dewasa ini, para pelajar dianggap kurang peka
dan kurang terampil dalam pemecahan masalah sosial, padahal, Kemendikbud mengutip World
Economic Forum memaparkan data bahwa bahwa kemampuan memecahkan masalah, sosial, proses,
dan sistem adalah keterampilan yang akan paling dicari sebagai keterampilan inti di tempat kerja
pada masa mendatang. Kebanyakan pekerjaan akan mengalami perubahan dalam keterampilan
(World Economic Forum, 2020: 6). Data tersebut didukung dengan adanya perubahan “perilaku
digital” yang sangat pesat di masyarakat Indonesia.
Pelajar Indonesia dianggap kurang terampil dalam kemampuan 4C, disebabkan karena pemanfaatan
internet yang jauh dari materi dan konten-konten pendidikan. Didukung dengan hasil penelitian
APJII bahwa perilaku masyarakat dalam

Anda mungkin juga menyukai