Anda di halaman 1dari 8

3.1.

Hasil
Tabel 1. Hasil pengamatan musuh alami pada ulat penggulung daun pisang
(Erionota thrax)
K Pengamatan Nama Jumlah Deskripsi dokumentasi
Species
1 Hari ke – 1 - - Tidak ditemukan
(4 Oktober 2022) parasitoid
Hari ke – 7 Winthermia 10 Terjadinya
(11 Oktober 2022) perubahan yaitu
munculnya larva
parasitoid pada
salah satu ulat.
Larva varasitoid itu
berbentuk belatung
berwarna putih
kekuningan.
Hari ke – 15 Winthermia 1 Pada minggu
(18 Oktober 2022) terakhir
ditemukannya
parasitoid yang
sama berbentuk
belatung.

2
3 Hari ke - 1 - - Tidak ditemukan
(4 Oktober 2022) parasitoid.
Hari ke - 8 - - Tetap tidak
(11 Oktober 2022) ditemukan
parasitoid. Ulat
mengeluarkan
kotoran
Hari ke -13 Bactrocera 1 Ditermukan
(16 Oktober 2022) dorsalis parasitoid berupa
belatung berwarna
putih kekuningan
dan serangga
berupa lalat
ditemukan juga
pada hari yang
sama
4 Hari ke - 1 - - Tidak ditemukan
(4 Oktober 2022) parasitoid.
5 Hari ke-1 - Tidak terdapat
(4 Oktober 2022) perubahan
Hari ke-15 Culicoides 1 Pada minggu
(18 Oktober 2022) terakhir
ditemukannya
parasitoid yang
sama berbentuk
seperti lalat.
6 Hari ke-1 - - Tidak terdapat
(4 Oktober 2022) perubahan
Hari ke- 15 Ooencyrtus 5 Terjadi perubahan
(18 Oktober 2022) pallidipes yaitu dengan
Ashmead munculnya larva
parasitoid pada
salah satu ulat.
Larva parasitoid ini
berbentuk seperti
biji berwarna
coklat

3.2. Pembahasan

Kelompok 1

Berdasarkan hasil pengamatan, jenis parasitoid pada hama E.thrax adalah jenis
winthermia (Diptera : Tachinidae) pada awalnya telur menetas di atas atau di
dalam badan ulat dan menjadi kemudian menjadi parasitoid yang memakan
badan ulat. larva yang baru menetas memiliki panjang 2,5 mm dan berwarna
putih. Larva instar II memilii ukuran yang biasanya 2 kali lebih besar dari
instar I. Setelah 1-2 hari, larva akan melepas kulit dan keluar menjadi instar III.
Pada tahapan larva instar III, tubuh larva sudah mulai jelas terlihat bersegmen-
segmen. Panjang larva dapat mencapai 15 mm dan lebar 4 mm dengan warna
tubuh putih kekuningan. Masa hidup larva ini adalah 2-4 hari. Secara umum,
pertumbuhan larva bergantung pada tingkat ketersediaan makanan maupun
suhu lingkungan. Temperatur yang ideal untuk pertumbuhan larva pada kisaran
suhu 30-35oC (Ghofar et al, 2011). Ukuran dewasa antara 3 dan 14 mm (<1/2
inci), seringkali gelap, kuat, berbulu, dan menyerupai lalat rumah.
Tingkat Parasitasi
jumlah inang yang terparasit
tingkat parasitasi= × 100 %
jumlah inang yang diamati
4
tingkat parasitasi= × 100 %
10
¿ 0,4 %
Tinggi rendahnya tingkat persentase dari masing-masing parasitoid telur
disebabkan oleh faktor lingkungan yang mempengaruhi perkembangan
parasitoid. Faktor lingkungan (faktor luar) memegang peranan penting dalam
menentukan tinggi rendahnya populasi suatu spesies parasitoid. Populasi hama
sifatnya dinamis bisa naik dan bisa turun tergantung dari besar kecilnya
hambatan lingkungan. Ketinggian tempat sangat erat hubungannya dengan
pengaruh suhu udara, semakin tinggi suatu tempat dari permukaan laut, maka
semakin rendah suhu udara sehingga semakin sulit bagi serangga untuk
menjangkau inangnya (Maharani, 2009). Demikian pada parasitoid, dengan
ukuran tubuhnya yang sangat kecil sehingga kemampuannya untuk
menjangkau inangnya sangat sulit karena terhambat oleh arus angin yang
bertiup sehingga kurang mampu untuk mencari sasaran inang yang
dikehendaki.
Kelompok 2

Kelompok 3
Berdasarkan hasil pengamatan kelompok 3, ditemukan parasitoid berupa belatung atau
larva dari lalat dengan jumlah tiga ekor. Lalu ditemukan juga lalat dengan spesies
Bactrocera dorsalis. Beberapa studi menyebutkan bahwa lalat dapat mengandung
banyak jenis mikroba pathogen dalam tubuhnya sekaligus. Sebagian besar patogen pada
tubuh lalat adalah bakteri, jamur, virus, dan parasit cacing (Andiarsa, 2018). Selain
menemukan lalat, kami juga menemukan belatung pada beberapa ulat pisang. Parasitoid
ini merupakan parasitoid larva-pupa karena parasit ini menyerang ulat pada masa larva
dan pupa.
Deskripsi parasitoid
Bactrocera dorsalis (Diptera : Tephritidae) ini merupakan jenis lalat yang memiliki pola
sayap memanjang sampai ujung sayap. Warna abdomen coklat pucat, femur berwarna
kuning pucat dengan atau tanpa warna hitam gelap (Manangka, 2017). Taksonomi
Bactrocera adalah sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Diptera
Family : Tephritidae
Genus : Bactrocera
Spesies : Bactrocera dorsalis

Siklus hidup lalat ini memiliki 4 fase metamorfosis yang termasuk ke dalam
metamorfosis sempurna atau holometabola. Fase pertama adalah telur yang berukuran
sekitar mm dan berbentuk elips berwarna putih berbentuk panjang dan runcing bagian
ujungnya. Fase kedua adalah larva yang berbentuk bula panjang dengan salah satu
ujungnya runcing, pada larva instar III memiliki panjang 7-9 mm, berwarna putih keruh
atau putih kekuningan dengan dua bintik hitam yang jelas yang merupakan alat kait
mulut. Fase ketiga adalah pupa dengan warna putih yang berubah warna menjadi
kekuningan dan coklat kemerahan. Fase keempat adalah imago dengan panjang 3,5-5
mm, berwarna hitam kekuningan (Isnaini, 2013).

Tingkat Parasitoid
jumlah inang yang terparasit
tingkat parasitasi= × 100 %
jumlah inang yang diamati
4
tingkat parasitasi= ×100 %
12
¿ 0,3 %
Hasil pengamatan menunjukan bahwa jumlah ulat daun pisang yang terparasitoid adalah
4 dari 12 maka tingkat parasitoidnya adalah 0,3% dimana hasil tersebut masih terbilang
cukup rendah, faktor lingkungan menjadi penyebab dari tinggi atau rendahnya hama
terparasit. Keanekaragaman parasitoid yang tinggi pada suatu daerah dapat
menggambarkan adanya potensi yang besar bagi berjalannya pengendalian hayati secara
alami. Semakin banyak parasitoid serta inang yang berasosiasi dengannya maka semakin
banyak pula agen pengendali biologi yang dapat dikembangkan dalam pengendalian
hayati (Tabadepu, 2007) dalam (Sinaga, et. al., 2019: 292)

Kelompok 4
Berdasarkan hasil kelompok kami tidak ditemukannya parasitoid, hal ini
mungkin disebabkan tanah yang kami gali memiliki tingkat parasitoid yang
rendah sehingga tidak ditemukannya parasitoid di dalam pengamatan kami. Hal
lain yang memungkinkan tidak ditemukannya parasitoid dalam pengamatan kami
adalah terdapat pengaplikasian insektisida yang rutin dilakukan, karena insektisida
sangat menggangu agen pengendali biologis yang terjadi secara alami terutama
parasitoid dan pengaplikasian insektisida secara rutin juga dapat membunuh
imago dari parasitoid tersebut. Lalu dugaan lain adalah karena tanah yang kering,
saat pengambilan sampel tanah itu didaerah yang kami ambil sampel tanahnya
masih musim panas atau tidak turun hujan sama sekali, jadi tanah yang kami
ambil di kedalaman 15-30 cm itu tidak lembab.
jumlah inang yang terparasit
tingkat parasitasi= × 100 %
jumlah inang yang diamati
0
tingkat parasitasi= × 100 %
10
¿0%

Kelompok 5
Berdasarkan hasil yang kita amati , Ternyata terdapat parasitoid pada hama E-
thrax yang berjenis Culicoides (Phthiraptera : Ceratopogonidae). Imago ini
berukuran kurang lebih 1.5-5.0 mm dan berwarna coklat kehitaman. Faset atau
mata majemuk berwarna coklat kehitaman. Terdiri dari tiga ruas, serta
abdomen dengan 9 ruas. Pupanya berukuran 2-4 mm, berbentuk khas, lonjong
dengan sepasang corong pernafasan di daerah toraks. Sayapnya sempit dengan
sedikit venasi tanpa sisik-sisik sayap (scales), bening dan berambut halus, pada
beberapa spesies berbintik-bintik (bertotol-totol). Ketika istirahat sayap terlipat
di atas abdomen. Antenanya panjang terdiri atas 14 segmen sedangkan palpi
terdiri atas 5 segmen. Bagian dorsal toraks terdapat liang humerus (humeral
pits). (Hadi, 2000).

Tingkat parasitasi :
jumlah inang yang terparasit
tingkat parasitasi= × 100 %
jumlah inang yang diamati

1
tingkat parasitasi= × 100 %
10
¿ 10 %
faktor-faktor seperti suhu, curah hujan, kelembaban, dan populasi strain
E.thrax dapat meningkatkan kemungkinan keberadaan parasitoid di
lapangan.Meskipun demikian, gerografis juga mendeteksi parasitoid tersebut.
jumlah parasit yang tersingkir juga terjadi karena parasit yang bersangkutan
ada di lingkungan yang ada. Selain itu, hal ini ditunjukkan dengan banyaknya
makanan yang penting untuk kelangsungan hidup parasitoid yang
bersangkutan, yaitu jumlah organisme yang ada.Sebagai akibat dari aktivitas
parasitoid, cahaya, kelembaban, dan suhu semua terlibat dalam proses produksi
inang.Karena banyaknya keturunan yang berhubungan dengan parasitoid, ini
tampaknya menjadi yang paling signifikan.Siklus hidup parasitoid dewasa
akan menjadi lebih panjang dan suhu udara dengan cara parasitoid hidup.

Kelompok 6
Berdasarkan hasil pengamatan, ternyata jenis parasitoid pada hama E.thrax
yang didapat adalah jenis Ooencyrtus pallidipes Ashmead
(Hyemenoptera:Encyrtidae). Imago berukuran kuran lebih 1-1,3mm dan
berwarna coklat kehitaman. Faset atau mata majemuk berwarna coklat
kehitaman. Antena berwarna krem atau coklat dan terdiri dari 9-11 ruas.Scapus
agak memanjang, pedicel kecil.Pronotum datar.Sayap membranus dan
ditumbuhi rambut-rambut halus, sayap belakang terlihat agak kecil.Ketiga
pasang tungkai berwarna coklat kekuningan dan ditumbuhi rambut-rambut
pendek halus, rumus tarsus 5-5-5.Abdomen besar pada bagian ujungnya lancip.
Parasitoid ini bersifat gregarius karena dalam satu inang dijumpai 2-5 individu
parasitoid (Boucek, 1988).

Tingkat Parasitasi
jumlah inang yang terparasit
tingkat parasitasi= × 100 %
jumlah inang yang diamati
1
tingkat parasitasi= × 100 %
13
¿ 7,69 %
Faktor yang menyebabkan tinggi atau rendahnya jumlah parasitoid antara lain
faktor lingkungan seperti suhu, curah hujan, kelembaban, dan kelimpahan
populasi inang E.thrax dapat mempengaruhi kelangsungan hidup parasitoid di
lapangan (Novianti,2008). Selain itu letak gerografis juga mempengaruhi
penyebaran parasitoid. Jumlah parasitoid yang melimpah juga disebabkan
karena parasitoid tersebut sudah menyebar ke daerah yang lain. Selain itu,
disebabkan oleh jumlah makanan yang terpenuhi bagi kelangsungan hidup
parasitoid tersebut termasuk didalamnya yaitu jumlah inang yang ada. Suhu,
kelembaban, dan cahaya sangat berpengaruh pada aktivittas parasitoid dalam
mendapatkan kesempatan menemukan inangnya. Suhu sangat berpengaruh
terhadap jumlah keturunan yang dihasilkan parasitoid. Siklus hidup parasitoid
dewasa akan menjadi lebih panjang dengan semakin meningkatnya suhu udara
dimana parasitoid tersebut hidup.
DAFTAR PUSTAKA

Andiarsa, Dicky. 2018. Lalat: Vektor yang Terabaikan Program?. Balai Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Tanah Bumbu. Kalimantan Selatan

Sinaga, Elfrida Sari., Tobing, Maryani Cyccu., Lisnawita. 2019. Populasi Parasitoid Larva
Pada Masa Tanam Berbeda di Lahan Tebu Kebun Tandem Hulu PTPN II Sei
Semayang. Universitas Sumatera Utara. Medan

Manangka, Jantje Hanok. 2017. (Jurnal) Jenis dan Populasi Lalat Buah Bactrocera spp.
(Diptera : Tephritidae) Berdasarkan Waktu Tangkap Pada Areal Tanama Cabai
Merah Di Kota Tomohon. Universitas SAM Ratulangi. Manado

Isnaini, Yanuarti Nur. 2013. Identifikasi Spesies Dan Kelimpahan Lalat Buah Bactrocera
spp. Di Kabupaten Demak. Universitas Negeri Semarang

Supartha, IW. 2003. Parasitoids fauna diversity of Liriomyzaspp. on vegetable crop in Bali
and Lombok of Indonesia. 4th Congress of Indonesian Entomological Society
and Symposium 2003.Cipayung Bogor (Indonesia) 3-7 March 2003.

Anda mungkin juga menyukai