Anda di halaman 1dari 14

ANALISIS KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN IBU HAMIL

DI PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT SWASTI SABA KOTA LUBUKLINGGAU

Any Mulyati; dibimbing oleh Slamet Widodo dan Andy Al Fatih

Abstrak
Latar belakang: Salah satu penyebab belum tercapainya target penurunan AKI di Indonesia
yaitu adanya kontribusi kematian ibu di Kota Lubuklinggau. Puskesmas sebagai pusat
pelayanan kesehatan utama yang harus menyediakan pelayanan kesehatan dasar berkualitas
termasuk pelayanan kesehatan ibu hamil. Kualitas pelayanan ibu hamil dimonitoring melalui
cakupan K4 dan AKI. Tingginya AKI dan rendahnya cakupan K4 diduga karena pelayanan
kesehatan ibu hamil yang kurang berkualitas. Tujuan penelitian ini untuk mengukur kualitas
pelayanan dalam lima dimensi kualitas pelayanan (Servqual) yaitu dimensi fisik, kehandalan,
daya tanggap, jaminan dan empati selain itu juga mengidentifikasi faktor-faktor yang
mempengaruhi kualitas pelayanan kesehatan ibu di Puskesmas Swasti Saba Kota
Lubuklinggau. Metode: deskriptif kuantitatif dengan populasi adalah ibu hamil yang
berkunjung ke Puskesmas Swasti Saba dengan sampel sebanyak 65 sampel. Instrumen
penelitian menggunakan kuesioner. Hasil: menunjukkan nilai kesenjangan dimensi servqual
bernilai negatif (< 0) baik itu di loket pendaftaran, poli pelayanan dan apotek, nilai ini
menunjukkan bahwa kualitas pelayanan kesehatan ibu hamil di Puskesmas Swasti Saba
belum baik. Kesimpulan: kualitas pelayanan kesehatan ibu hamil di Puskesmas Swasti Saba
Kota Lubuklinggau belum baik. Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas pelayanan
kesehatan ibu hamil di Puskesmas Swasti saba adalah ketersediaan prasarana/sarana
pelayanan di Puskesmas dan SDM yang dalam hal ini terkait dengan kehadiran, komitmen
dan daya tanggap dari petugas puskesmas untuk memberikan pelayanan.
Kata Kunci : Kualitas Pelayanan, Ibu Hamil, SERVQUAL

Abstract
Background: One of the causes that target of a decrease MMR in Indonesia didn’t achieved
yet is the maternal mortality contribution in Lubuklinggau city. Puskesmas is as the center of
the primary health services that should provide basic health services including quality of
pregnant mother’s health care. The quality of services of pregnant mother only through
monitoring by the coverage K4 and MMR, the high MMR and low K4 coverage because of
poor quality of health services of pregnant women. The aims of this study is to measure
service quality in five dimensions of service quality (SERVQUAL) that is tangibles,
reliability, responsiveness, assurance and empathy and also to identify factors that influence
service quality of pregnant mother’s health care at Public Health Center Swasti Saba in
Lubuklinggau City. Methods: quantitative descriptive with the population is pregnant mother
who visited the PHC Swasti Saba with a sample of 65 samples. The research instrument used
questionnaire. Results: shows that the value of servqual dimension gap is negative (<0) both
at registration counter, maternal health care room and pharmacy, so that the quality of
pregnant mother’s health care at PHC Swasti Saba is not good enough. Conclusion: the
quality of pregnant mother’s health care at PHC Swasti Saba is not good enough. The factors
that influence the quality of pregnant mother's health care in PHC Swasti Saba is the
availability of infrastructure/facilities in PHC and HR in this case related to the presence,
commitment and responsiveness of employees to provide services.
Keywords : Service Quality, Pregnant Mother, SERVQUAL
1. Pendahuluan terhadap penerimaan layanan kesehatan
antenatal dan penggunaan fasilitas di pusat
Keberhasilan pembangunan kesehatan layanan. Persepsi ibu hamil terhadap
dapat dilihat dari rendahnya Angka Kematian pelayanan mempengaruhi intervensi layanan
Ibu (AKI). AKI di Indonesia masih cukup karena kualitas layanan berpengaruh positif
tinggi 359/100.000KH (SDKI,2012) dimana terhadap kepuasan pelanggan yang ditandai
kontribusi kematian ibu dari Kota dengan frekuensi kunjungan ibu hamil.
Lubuklinggau sebesar 191/100.000 KH. Kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan
Tingginya AKI dan kematian perinatal pelayanan kesehatan ibu hamil tidak hanya
dikontribusikan dari kualitas pelayanan yang dari sisi akses. Kualitas pelayanan yang
tidak baik. Berbagai upaya telah dilakukan diberikan juga harus ditingkatkan, di
Pemerintah Pusat untuk meningkatkan antaranya pemenuhan semua komponen
kualitas pelayanan kesehatan ibu guna pelayanan kesehatan ibu hamil harus
mempercepat penurunan AKI di berbagai diberikan saat kunjungan.
daerah khususnya melalui Program Kesehatan Hasil penelitian Mawarti.F (2016) tentang
Ibu dan Anak di Puskesmas. kualitas pelayanan puskesmas terhadap
Puskesmas merupakan unit pelaksana kepuasan ibu hamil di Kota Pangkalpinang
dinas kesehatan kabupaten/kota yang menunjukkan hasil kurang baik. Terdapat
bertanggung jawab menyelenggarakan perbedaan pada tangible, reliability dan
pembangunan kesehatan di suatu wilayah responsiveness antar Puskesmas yang ada di
kerja. Puskesmas sesuai dengan fungsinya Kota Pangkalpinang. Puskesmas perlu
Sebagai unit pelaksana teknis puskesmas memberikan perhatian lebih pada area yang
berperan menyelenggarakan sebagian dari menimbulkan ketidakpuasan dan
tugas teknis operasional dinas kesehatan meningkatkan kinerjanya.
kabupaten/kota dan merupakan unit pelayanan Hasil penelitian lainnya yang dilakukan
tingkat pertama dan sebagai pusat oleh Heri Siswanto, dkk (2014), yang
pemberdayaan masyarakat dan keluarga serta berjudul Analisis Kualitas Pelayanan
pusat pelayanan kesehatan dasar berkewajiban Kesehatan Dalam Operasional Program Mobil
mengupayakan, menyediakan dan Sehat (Studi pada Pusat Kesehatan
menyelenggarakan pelayanan yang bermutu Masyarakat Kedungpring Kabupaten
dalam memenuhi kebutuhan masyarakat akan Lamongan) menunjukkan bahwa kualitas
pelayanan kesehatan yang berkualitas dalam pelayanan kesehatan dalam operasonalisasi
rangka mencapai tujuan pembangunan mobil secara keseluruhan sehat dapat
kesehatan. Kualitas pelayanan ibu hamil yang dikategorikan baik. Akan tetapi, dalam rangka
dipantau melalui AKI dan cakupan K4 meningkatkan kualitas pelayanan yang lebih
khususnya di Kota Lubuklinggau cakupan K4 baik lagi ada dimensi masih harus diperbaiki.
masih dibawah target yaitu sebesar 62,14% Dimensi yang menunjukkan kualitas yang
sementara MDG’s menetapkan target bahwa baik antara lain responsiveness, assurance,
untuk cakupan kunjungan ibu hamil K4, emphaty dan tangibles. Dan dimensi yang
sebesar 95% pada tahun 2015. Tingginya AKI harus diperbaiki adalah reability. Karena tidak
dan kematian perinatal disebabkan karena sesuai dengan petunjuk teknis mobil sehat
kualitas pelayanan kesehatan khususnya 2014.
kesehatan ibu yang tidak baik. Indikator ini Hasil penelitian Sri Wahyuni (2010)
tidak hanya mampu menilai program menunjukkan Kualitas pelayanan yang
kesehatan ibu, terlebih lagi mampu menilai diterima oleh masyarakat pengguna jasa
derajat kesehatan masyarakat, karena layanan kesehatan Puskesmas Pakjo
sensitifitasnya terhadap perbaikan pelayanan berdasarkan persepsi menurut kelompok usia,
kesehatan, baik dari sisi aksesibilitas maupun tingkat pendidikan, pekerjaan dan menurut
kualitas. jarak tempat tinggal terhadap Puskesmas
Kualitas layanan yang ditawarkan di Pakjo termasuk dalam kategori tinggi.
fasilitas layanan kesehatan juga berpengaruh Kualitas pelayanan yang diterima oleh
masyarakat pengguna jasa layanan 2. Metode
kesehatan Puskesmas Pakjo berdasarkan
harapan menurut kelompok usia adalah sangat Jenis penelitian ini dengan pendekatan
tinggi, menurut kelompok tingkat pendidikan deskriptif kuantitatif. Penelitian dilakukan di
adalah sangat tinggi, menurut kelompok Puskesmas Swasti Saba Kota Lubuklinggau.
pekerjaan sangat tinggi dan menurut jarak Populasi dalam penelitian ini adalah ibu hamil
tempat tinggal terhadap Puskesmas Pakjo yang mendapatkan pelayanan kesehatan ibu
termasuk kategori sangat tinggi. Kualitas hamil di Puskesmas Swasti Saba Kota
pelayanan Puskesmas Pakjo yang mencakup Lubuklinggu. Sampel sebanyak 65 dengan
perhitungan perbedaan diantara nilai yang menggunakan sampling secara random dan
diberikan oleh para pelanggan untuk setiap besarannya ditentukan dengan rumus Slovin.
pernyataan berkaitan dengan harapan dan Pengumpulan data menggunakan kuesioner
persepsi, menunjukkan bahwa kualitas yang dikumpulkan mulai tanggal 1 – 31
kualitas layanan Puskesmas Pakjo belum Januari 2017 yang telah diuji validitas dan
baik. reabilitasnya.
Survei terhadap kualitas pelayanan Penilaian dimensi servqual dengan
puskesmas khususnya pelayanan kesehatan menggunakan skala Likert dengan skor
ibu hamil belum pernah dilakukan di Kota persepsi dan harapan dari 1 hingga 5 yaitu
Lubuklinggau sedangkan keputusan sangat tidak setuju hingga sangat setuju/
MENPAN No. 63/ 2004 mengamanatkan agar sangat tidak penting hingga sangat penting.
penyelenggara pelayanan secara berkala Data dalam skala likert ditransformasi ke
melakukan survei indeks kepuasan skala interval untuk dapat dianalisis dengan
masyarakat. Adapun tujuan dari penelitian ini metode gap servqual. Selanjutnya dilakukan
menganalisis kualitas pelayanan kesehatan analisis tabulasi silang untuk melihat
ibu hamil di Puskesmas Swasti Saba Kota keterkaitan antara karakteristik responden
Lubuklinggau. dengan penilaian kualitas pelayanan.

3. Hasil

Tabel 1. Nilai Kualitas Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil di Puskesmas Swasti Saba
Kota Lubuklinggau
Rata-rata Rata-rata Gap
No Dimensi Kualitas Pelayanan
Persepsi (P) Harapan (H) (P-H)

Loket Pendaftaran
1 Dimenis Tangibles 3,26 4,36 -1,11
2 Dimensi Reliability 3,07 4,37 -1,30
3 Dimensi Responsiveness 3,24 4,32 -1,08
4 Dimensi Assurance 3,56 4,30 -0,75
5 Dimensi Emphaty 3,23 4,33 -1,10
Skor Rata-rata 3,27 4,34 -1,07
Lanjutan Tabel 1.Nilai Kualitas Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil di Puskesmas Swasti Saba
Kota Lubuklinggau
Rata-rata Rata-rata Gap
No Dimensi Kualitas Pelayanan
Persepsi (P) Harapan (H) (P-H)

Poli KIA
1 Dimenis Tangibles 3,41 4,45 -1,04
2 Dimensi Reliability 3,31 4,49 -1,17
3 Dimensi Responsiveness 3,29 4,40 -1,12
4 Dimensi Assurance 3,60 4,32 -0,72
5 Dimensi Emphaty 3,57 4,32 -0,76
Skor Rata-rata 3,44 4,39 -0,95
Apotek
1 Dimenis Tangibles 3,04 4,36 -1,32
2 Dimensi Reliability 3,25 4,40 -1,15
3 Dimensi Responsiveness 3,25 4,36 -1,11
4 Dimensi Assurance 3,39 4,39 -1,00
5 Dimensi Emphaty 3,52 4,22 -0,70
Skor Rata-rata 3,29 4,35 -1,06
Sumber: Hasil pengolahan data primer, 2017

Tabel 2. Hasil Uji Chi-Square Usia dengan Persepsi


Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2-


Value df sided)
a
Pearson Chi-Square 1.467 4 .832

Likelihood Ratio 1.431 4 .839

Linear-by-Linear Association .000 1 1.000

N of Valid Cases 65

a. 7 cells (77,8%) have expected count less than 5. The minimum expected
count is ,62.

Tabel 3. Hasil Uji Chi-Square Pendidikan dengan Persepsi


Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2-
Value df sided)
a
Pearson Chi-Square 11.815 8 .160
Likelihood Ratio 12.309 8 .138
Linear-by-Linear Association 6.372 1 .012
N of Valid Cases 65
a. 11 cells (73,3%) have expected count less than 5. The minimum expected
count is ,23.
Tabel 4. Hasil Uji Chi-Square pekerjaan dengan Persepsi
Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2-


Value df sided)
a
Pearson Chi-Square 12.217 8 .142

Likelihood Ratio 13.452 8 .097

Linear-by-Linear Association 2.748 1 .097

N of Valid Cases 65

a. 13 cells (86,7%) have expected count less than 5. The minimum expected
count is ,23.

Tabel 5. Hasil Uji Chi-Square Frekuensi Kehamilan dan Persepsi


Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2-


Value Df sided)
a
Pearson Chi-Square 15.110 8 .057

Likelihood Ratio 16.758 8 .033

Linear-by-Linear Association .381 1 .537

N of Valid Cases 65

a. 9 cells (60,0%) have expected count less than 5. The minimum expected
count is ,08.

Tabel 6. Hasil Uji Chi-Square Frekuensi kunjungan dengan Persepsi


Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2-


Value df sided)
a
Pearson Chi-Square 6.645 4 .156

Likelihood Ratio 7.885 4 .096

Linear-by-Linear Association .027 1 .869

N of Valid Cases 65

a. 3 cells (33,3%) have expected count less than 5. The minimum expected
count is 1,15.
Tabel 7. Hasil Uji Chi-Square Usia Kehamilan dengan Persepsi
Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2-


Value df sided)
a
Pearson Chi-Square 8.394 6 .211

Likelihood Ratio 9.354 6 .155

Linear-by-Linear Association 4.048 1 .044

N of Valid Cases 65

a. 6 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected
count is ,08.

4. Pembahasan pelayanan yang dipertimbangkan oleh penerima


layanan.
4.1.Kualias Pelayanan
Kualitas pelayanan dalam penelitian ini Poli Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil
menggunakan indikator kualitas pelayanan yaitu Pada pelayanan pada poli KIA, gap terbesar
apa yang dirasakan atas pelayanan yang juga terletak pada dimensi reliability yaitu -1,17
diterima dari puskesmas dengan dimana penyumbang terbesar atas buruknya
membandingkan apa yang diharapankannya. kualitas pelayanan di poli kesehatan ibu adalah
Pendekatan yang digunakan menggunakan indikator ketepatan jadwal buka dan tutup
service qulity (servqual) yang dikembangkan pelayanan, hal ini disebabkan karena kurangnya
oleh Parasuraman, et.al (1994) yang terdiri dari komitmen dari petugas puskesmas dalam
lima dimensi kualitas yaitu tangible, reliability, memberikan pelayanan selain itu juga tidak
assurance, ressponsiveness dan empathy. adanya ketegasan dari pimpinan Puskesmas
Swasti Saba. Reliability atau kehandalan
Loket Pendaftaran merupakan kemampuan puskesmas dalam
Nilai gap terbesar pada loket pendaftaran memberikan pelayanan yang dijanjikan dengan
terdapat pada dimensi tangibles yaitu sebesar - tepat. Ini berarti harapan ibu hamil terhadap
1,11 dengan nilai persepsi pada dimensi ini pelayanan yang dijanjikan masih belum
sebesar 3,41 dan nilai rata-rata harapan dimensi terpenuhi, terutama dalam hal memenuhi jadwal
ini sebesar 4,45. Nilai ini menunjukkan bahwa jam buka dan tutup pelayanan, karena kedua
bukti langsung yang ada di loket pendaftaran item pernyataan ini memiliki nilai gap negatif
Puskesmas Swasti Saba masih kurang baik terbesar pada dimensi reliability. Ketepatan
sehingga menyebabkan adanya kesenjangan waktu sangat erat kaitannya dengan kehandalan
antara persepsi dan harapan ibu hamil. Pada pelayanan yang diberikan yang akan
loket pendaftaran Puskesmas Swasti Saba tidak menimbulkan kepuasan. Sejalan dengan
tersedia tempat duduk untuk menunggu dan penelitian Ramadhani (2014) bahwa reliability
tidak ada papan informasi yang dapat dilihat sangat menentukan keberhasilan petugas
dengan mudah oleh pengunjung Puskesmas kesehatan dalam hal ini bidan dalam
Swasti Saba. Dimensi tangibles merupakan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan ibu
tampilan fisik fasilitas yang dapat dilihat dan hamil.
dirasakan secara langsung oleh pasien seperti Pelayanan di Poli KIA merupakan masalah yang
kebersihan dan kenyamanan ruangan, tampilan paling penting dalam pelayanan kesehatan ibu
fisik alat yang digunakan, kerapian pakaian hamil di Puskesmas. Dimensi keandalan sangat
petugas, dan ketersediaan media informasi di berpengaruh terhadap penilaian kualitas
Puskesmas. Menurut Brady dan Cronin (2001), pelayanan ibu hamil terutama dalam hal
dimensi tangibles menjadi salah satu bukti pelayanan yang diberikan sesuai dengan yang
dijanjikan, dalam hal ini pelayanan ibu hamil
dilaksanakan sesuai dengan SOP pelayanan yang sangat penting dan sebagai faktor yang
kebidanan. Dalam SOP pelayanan kebidanan sangat berpengaruh terhadap kepuasan pasien
yang pertama kali dilakukan adalah anamnesa (Azrul, Azwar 1996).
terhadap ibu hamil, mulai dari identitas ibu
hamil, riwayat kehamilan, riwayat persalinan, 4.2.Analisis Tabulasi Silang
penyakit serta keluhan yang dirasakan ibu
hamil. Kemudian dilakukan pemeriksaan Hb Usia dengan Persepsi
terhadap ibu hamil, namun di Puskesmas Swasti Ibu hamil yang berusia < 19 tahun yang
Saba tidak semua ibu hamil mendapatkan berkunjung ke Puskesmas Swasti Saba sebanyak
pemeriksaan Hb ini, pemeriksaan hanya 8 orang, yang memberikan penilain persepsi
dilakukan pada ibu hamil yang mempunyai kurang baik 1 orang, memberikan penilaian
keluhan darah rendah. Selain itu juga dilakukan persepsi cukup baik 4 orang dan ibu hamil yang
pemeriksaan tinggi badan, berat badan dan memberikan penilaian persepsi baik sebanyak 3
lingkar lengan atas, pada pelayanan kesehatan orang. Sebagian besar ibu hamil yang berusia <
ibu hamil di Puskesmas Swsti Saba kesemua 19 tahun mempersepsikan pelayanan kesehatan
pemeriksaan ini telah dilakukan sesuai dengan di Puskesmas Swasti Saba cukup baik (50,0%).
SOP. Untuk pemeriksaan janin dilakukan Hasil uji chi-square untuk melihat hubungan
pemeriksaan posisi janin serta pemeriksaan atau untuk menguji ketidak adaan hubungan
detak jantung janin, sehingga dapat diketahui antara usia dengan persepsi ibu hamil pada
kondisi kesehatan dan pertumbuhan janin. pelayanan di loket pendaftaran puskesmas.
Hasil analisis uji chi-square diperoleh nilai p =
Apotek 0,832, karena nilai p > 0,05 dengan demikian
Dimensi tangibles pada pelayanan di apotek maka tidak ada hubungan antara usia dengan
juga merupakan dimensi dengan nilai gap penilaian persepsi pada pelayanan kesehatan ibu
negatif terbesar yaitu -1,32. Harapan ibu hamil hamil di Puskesmas Swasti Saba.
terhadap dimensi ini belum dapat terpenuhi
dengan kata lain persepsi ibu hamil terhadap Pendidikan dengan Persepsi
dimensi ini masih kurang baik, terutama dalam Hasil analisis tabulasi silang menunjukkan ibu
hal dimana indikator tersedia peralatan yang hamil dengan pendidikan SD ada sebanyak 3
lengkap dan ruang tunggu apotek. Hal ini orang yang memberikan penilaian persepsi
dikarenakan pelayanan apotek yang dirasakan kurang baik 1 orang dan 2 orang cukup baik.
kurang nyaman oleh ibu hamil, apotek Ibu hamil dengan pendidikan SMP sebanyak 15
Puskesmas Swasti Saba loket penerimaan resep orang, yang memberikan penilaian sangat
dan penyerahan obat menjadi satu yaitu hanya kurang baik 3 orang, penilaian cukup baik 6
di meja pelayanan selain itu juga belum orang dan penilaian baik 6 orang. Ibu hamil
tersedianya nomor antrian pasien yang dengan pendidikan SMA sebanyak 37 orang,
mengambil obat padahal nomor antrian ini dengan 1 orang yang memberikan penilaian
berfungsi untuk mencegah terjadinya kesalahan kurang baik, 16 orang menilai cukup baik dan
pada saat penyerahan obat. Tingginya nilai gap 20 orang menilai baik. Ibu hamil dengan
negatif pada dimensi ini berarti ibu hamil pendidikan diploma sebanyak 5 orang, 3 orang
berpersepsi negatif terhadap bukti fisik yang memberikan penilaian cukup baik dan 2 orang
tersedia pada pelayanan kefarmasian di menilai baik. Dan yang terakhir ibu hamil
Puskesmas Swasti Saba. Hal ini menunjukkan dengan pendidikan sarjana sebanyak 5 orang,
bahwa produk fisik yang lengkap sangat dengan penilaian cukup baik 1 orang dan
dibutuhkan dalam melayani pasien seperti penilaian baik terhadap pelayanan loket
kelengkapan peralatan yang modern, kondisi sebanyak 4 orang.
gedung dan tenaga ahli. Penilaian responden Untuk hasil uji chi-square (data terlampir),
tentang persepsi fasilitas dan perlatan diperoleh nilai p = 0,160, artinya nilai p lebih
puskesmas ini sesuai dengan dengan pernyataan besar dari α (0,05) dan nilai ini menunjukkan
penilaian sarana puskesmas pada beberapa bahwa tidak terdapat hubungan antara
penelitian. Faktor sarana mempunyai peran pendidikan ibu hamil dengan penilaian persepsi
pada pelayanan kesehatan ibu hamil di signifikansi 5%, dengan demikian nilai p lebih
Puskesmas Swasti Saba. besar dari nilai α yaitu 0,05. Dengan demikian
dapat dinyatakan bahwa frekuensi kehamilan
Pekerjaan dengan Persepsi tidak berpengaruh terhadap penilaian persepsi
Dari 65 ibu hamil yang menjadi responden ibu hamil pada pelayanan kesehatan di
dalam penelitian ini, yang bekerja sebagai PNS Puskesmas Swasti Saba.
ada 4 orang dengan penilaian persepsi cukup
baik 3 orang dan penilaian baik 1 orang. Ibu Frekuensi Kunjungan dengan Persepsi
hamil yang bekerja sebagai pegawai swasta Responden dalam penelitian ini adalah ibu
sebanyak 8 orang, 2 orang menilai kurang baik, hamil yang berkunjung ke Puskesmas Swasti
3 orang menilai cukup baik dan 3 orang menilai Saba yang berjumlah 65 orang. Berdasarkan
baik. Ibu hamil yang berwiraswasta atau frekuensi kunjungan, responden dibagi dalam
berdagang sebanyak 3 orang dan yang lima kelompok responden. Kelompok pertama
memberikan penilaian cukup baik 1 orang adalah ibu hamil yang baru pertama berkunjung
sedangkan lainnya sebanyak 2 orang menilai ke Puskesmas Swasti Saba, kelompok ini
baik. Untuk ibu hamil yang bertani atau berjumlah 16 orang. Kelompok kedua adalah
berkebun sebanyak 5 orang, ibu hamil yang kelompok ibu hamil yang sudah berkunjung 2
memberikan penilaian persepsi kurang baik 1 kali ke Puskesmas Swasti Saba dengan jumlah
orang dan 4 orang lainnya berpersepsi cukup 34 orang ibu hamil. Pada kelompok ketiga
baik. Sebanyak 45 orang ibu hamil merupakan adalah ibu hamil yang sudah berkunjung tiga
IRT atau tidak bekerja, yang menilai kurang kali atau lebih untuk mendapatkan pelayanan
baik 2 orang, memberikan penilaian cukup baik kesehatan di Puskesmas Swasti Saba yaitu
17 orang dan sisanya sebanyak 26 orang sebanyak 15 orang.
memberikan penilaian baik. Hasil pengolahan data chi-square antara
Hasil pengolahan data chi-square antara frekuensi kunjungan dengan persepsi ibu hamil
pekerjaan dan persepsi menunjukkan hasil nilai dihasilkan niali p sebesar 0,156 dengan
p = 0,142 (data terlampir) menunjukkan bahwa signifikansi 5%. Hal ini berarti nilai p lebih
nilai p lebih besar dari nilai α (0,05). Berarti besar dari nilai α sebesar 0,05, yang bermakna
dari hasil pengujian chi-square dapat dikatakan tidak ada hubungan antara frekuensi kehamilan
bahwa pekerjaan ibu hamil tidak mempengaruhi dengan persepsi ibu hamil terhadap pelayanan
penilaian persepsi pada pelayanan kesehatan ibu kesehatan ibu di Puskesmas Swasti Saba.
di Puskesmas Swasti Saba.
Usia Kehamilan dengan Persepsi
Frekuensi Kehamilan dengan Persepsi Ibu hamil yang menjadi responden dalam
Dalam penelitian ini frekuensi kehamilan ibu penelitian ini sebanyak 65 orang. Dilihat dari
dikelompokkan menjadi 5 kelompok yaitu usia kehamilan, responden dikelompokkan
kelompok pertama, kedua, ketiga, keempat dan menjadi 4 kelompok, yaitu kelompok pertama
kehamilan ≥ 5. Dilakukan analisis tabulasi yang merupakan ibu hamil dengan usia
silang antara frekuensi kehamilan dengan kehamilan 1 – 12 minggu yang berjumlah 16
persepsi ibu hamil terhadap pelayanan orang. Kelompok kedua merupakan ibu hamil
Puskesmas Swasti Saba yang dapat dilihat pada dengan usia kehamilan 13 – 24 minggu dengan
Tabel 5.46. Dari 65 ibu hamil yang menjadi jumlah sebanyak 31 orang ibu hamil. Kelompok
responden dalam penelitian ini sebanyak 21 ketiga merupakan ibu hamil dengan usia
orang merupakan kehamilan pertama, 22 orang kehamilan 25 – 39 minggu yang berjumlah 17
merupakan kehamilan kedua, 17 orang orang dan kelompok keempat merupakan ibu
merupakan kehamilan ketiga dan 4 orang hamil dengan usia kehamilan ≥ 40 minggu yang
merupakan kehamilan keempat serta untuk hanya 1 orang. Dilihat dari pengelompokkan ini
kehamilan ≥ 5 ada sebanyak 1 orang. maka dapat dikatakan bahwa sebagian besar ibu
Pada pengujian chi-square frekuensi kehamilan hamil yang berkunjung ke Puskemas Swasti
dengan persepsi ibu hamil diperoleh nilai p Saba adalah ibu hamil dengan usia kehamilan
sebesar 0,057 (data terlampir) dengan 13 – 24 minggu atau pada triwulan kedua.
Analisis tabulasi silang juga disertai dengan 4. Indikator 11 pada dimensi responsiveness,
pengujian chi-square untuk mengetahui menanggapi keluhan pasien dengan cepat
keterhubungan antara usia kehamilan dengan
persepsi ibu hamil terhadap pelayanan KUADRAN II
kesehatan di Puskesmas Swasti Saba. Hasil Pada kuadran ini menunjukkan indikator-
pengujian chi-square diketahui bahwa nilai p indikator yang mempengaruhi kualitas
adalah sebesar 0,211 dengan signifikansi 5%, pelayanan kesehatan ibu hamil di Puskesmas
yang berarti nilai p lebih besar dari nilai α Swasti Saba yang penanganannya perlu
(0,211>0,05) dengan kata lain tidak ada dipertahankan, karena pada umumnya tingkat
hubungan antara usia kehamilan responden pelaksanaannya telah sesuai dengan
dengan penilaian persepsi ibu hamil terhadap kepentingan dan harapan ibu hamil.
pelayanan kesehatan ibu hamil di Puskesmas Faktor-faktor yang termasuk dalam kuadran ini
Swasti Saba. adalah:
1. Indikator 2 pada dimensi tangibles, tersedia
4.3 Diagram Kartesius peralatan yang lengkap yang berupa
tersedianya buku KIA
Loket Pendaftaran 2. Indikator 13 pada dimensi assurance,
kemampuan petugas menjawab pertanyaan
pasien
3. Indikator 14 pada dimensi assurance,
petugas loket memberi informasi kepada
pasien
4. Indikator 15 pada dimensi assurance,
keramahan petugas puskesmas
5. Indikator 19 pada dimensi emphaty, petugas
loket memberikan pelayanan kepada semua
pasien tanpa memandang status sosial
Seluruh indikator tersebut di atas perlu
dipertahankan penanganannya oleh manajemen
Puskesmas Swasti Saba dimana dalam
KUADRAN I pelaksanaannya telah cukup tercapai dengan apa
Pada kuadran ini menunjukkan indikator- yang diharapkan oleh ibu hamil.
indikator yang mempengaruhi kualitas
pelayanan kesehatan ibu hamil Puskesmas KUADRAN III
Swasti Saba, dimana penanganannya perlu Pada kuadran ini menunjukkan indikator-
diprioritaskan oleh petugas pelayanan, karena indikator yang mempengaruhi kualitas
keberadaan indikator-indikator ini yang dinilai pelayanan kesehatan ibu hamil di Puskesmas
sangat penting oleh pelanggan, sedangkan Swasti Saba, dinilai masih dianggap kurang
tingkat pelaksanaannya dirasakan masih belum penting bagi ibu hamil, sedangkan kualitas
memuaskan. pelaksanaannya relatif biasa atau cukup saja.
Faktor-faktor yang termasuk dalam kuadran ini Adapaun faktor yang termasuk dalam kuadran
adalah : ini adalah :
1. Indikator 4 pada dimensi tangibles, ruang 1. Indikator 3 pada dimensi tangibles,
tunggu loket pendaftaran penampilan pegawai puskesmas
2. Indikator 7 pada dimensi reliability, 2. Indikator 5 pada dimensi reliability,
keberadaan dan kesiapan pegawai untuk pelayanan sesuai dengan yang dijanjikan
memberikan layanan 3. Indikator 10 pada dimensi responsiveness,
3. Indikator 8 pada dimensi reliability, kecepatan pegawai dalam menyelesaikan
ketepatan jadwal jam buka dan tutup permasalahan
puskesmas
4. Indikator 12 pada dimensi assurance,
petugas loket pendaftaran memberitahukan
kapan pelayanan akan dilakukan
5. Indikator 17 pada dimensi emphaty,
perhatian secara individual kepada pasien
Ada 5 indikator yang termasuk dalam kuadran
ini, dimana kelima indikator tersebut di atas
tidak terlalu penting sedangkan dalam
pelaksanaannya cukup biasa saja tidak
berlebihan.

KUADRAN IV
Pada kuadran ini menunjukkan bahwa faktor-
faktor yang mempengaruhi kualitas pelayanan KUADRAN I
kesehatan ibu hamil di Puskesmas Swasti Saba Pada kuadran ini menunjukkan indikator-
yang berada dalam kuadran ini dinilai indikator yang mempengaruhi kualitas
berlebihan dalam pelaksanaannya, hal ini pelayanan kesehatan ibu hamil Puskesmas
terutama disebabkan karena ibu hamil Swasti Saba, dimana penanganannya perlu
menganggap tidak terlalu penting terhadap diprioritaskan oleh petugas pelayanan, karena
adanya faktor tersebut, akan tetapi keberadaan indikator-indikator ini yang dinilai
pelaksanaannya dilakukan dengan baik oleh sangat penting oleh pelanggan, sedangkan
puskesmas, sehingga sangat memuaskan, akan tingkat pelaksanaannya dirasakan masih belum
tetapi menjadi lebih mahal. memuaskan.
Indikator-indikator yang termasuk dalam Faktor-faktor yang termasuk dalam kuadran ini
kuadran ini adalah: adalah :
1. Indikator 1 pada dimensi tangibles, 1. Indikator 4 pada dimensi tangibles, ruang
kelengkapan fasilitas fisik tunggu poli pelayanan kesehatan ibu
2. Indikator 6 pada dimensi reliability, 2. Indikator 7 pada dimensi reliability,
kecakapan pegawai dalam melayani pasien keberadaan dan kesiapan pegawai untuk
3. Indikator 9 pada dimensi responsiveness, memberikan pelayanan
kecepatan pegawai dalam memberikan 3. Indikator 8 pada dimensi reliability,
pelayanan ketepatan jadwal buka dan tutup poli
4. Indikator 16 pada dimensi emphaty, Indikator-indikator tersebut diatas
kesediaan untuk ditemui bila ada kesulitan penanganannya perlu mendapat perhatian atau
5. Indikator 18 pada dimensi emphaty, selalu prioritas utama oleh manajemen Puskesmas
mengutamakan pasien Swasti Saba untuk meningkatkan kualitas
Indikator-indikator tersebut diatas sebagian pelayanan di masa yang akan datang.
besar menyangkut petugas pelayanan itu sendiri,
walaupun ibu hamil yang menerima pelayanan KUADRAN II
sebagian besar merasa cukup puas terhadap Pada kuadran ini menunjukkan indikator-
indikator-indikator tersebut namun hal itu bukan indikator yang mempengaruhi kualitas
prioritas utama kebutuhan layanan yang pelayanan kesehatan ibu hamil di Puskesmas
diharapkan ibu hamil Swasti Saba yang penanganannya perlu
dipertahankan, karena pada umumnya tingkat
Poli Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil pelaksanaannya telah sesuai dengan
kepentingan dan harapan ibu hamil.
Faktor-faktor yang termasuk dalam kuadran ini
adalah:
1. Indikator 1 pada dimensi tangibles,
kelengkapan fasilitas fisik
2. Indikator 2 pada dimensi tangibles, tersedia Indikator-indikator yang termasuk dalam
peralatan yang lengkap kuadran ini adalah:
3. Indikator 5 pada dimensi reliability, 1. Indikator 3 pada dimensi tangibles,
pelayanan sesuai dengan yang dijanjikan penampilan pegawai puskesmas
4. Indikator 6 pada dimensi reliability, 2. Indikator 9 pada dimensi responsiveness,
kecakapan pegawai dalam melayani pasien kecepatan pegawai dalam memberikan
5. Indikator 12 pada dimensi responsiveness, pelayanan
dokter/bidan selalu ada turun sendiri 3. Indikator 13 pada dimensi assurance,
memeriksa pasien pegawai puskesmas memberitahukan kapan
6. Indikator 16 pada dimensi assurance, pelayanan akan diberikan
keramahan petugas puskesmas 4. Indikator 14 pada dimensi assurance,
7. Indikator 20 pada dimensi emphaty, kemampuan petugas menjawab pertanyaan
memberikan pelayanan kepada semua pasien
pasien tanpa memandang status sosial 5. Indikator 17 pada dimensi emphaty,
Seluruh indikator tersebut di atas perlu kesediaan untuk ditemui bila ada kesulitan
dipertahankan penanganannya oleh manajemen 6. Indikator 18 pada dimensi emphaty,
Puskesmas Swasti Saba dimana dalam perhatian secara individual kepada pasien
pelaksanaannya telah cukup tercapai dengan apa 7. Indikator 19 pada dimensi emphaty, selalu
yang diharapkan oleh ibu hamil. mengutamakan pasien
Indikator-indikator tersebut diatas sebagian
KUADRAN III besar menyangkut petugas pelayanan itu sendiri,
Pada kuadran ini menunjukkan indikator- walaupun ibu hamil yang menerima pelayanan
indikator yang mempengaruhi kualitas sebagian besar merasa cukup puas terhadap
pelayanan kesehatan ibu hamil di Puskesmas indikator-indikator tersebut namun hal itu bukan
Swasti Saba, dinilai masih dianggap kurang prioritas utama kebutuhan layanan yang
penting bagi ibu hamil, sedangkan kualitas diharapkan ibu hamil.
pelaksanaannya relatif biasa atau cukup saja.
Adapaun faktor yang termasuk dalam kuadran Apotek
ini adalah :
1. Indikator 10 pada dimensi responsiveness,
kecepatan pegawai dalam menyelesaikan
permasalahan
2. Pernyataan 11 pada dimensi responsiveness,
menanggapi keluhan pasien dengan cepat
Indikator-indikator yang termasuk dalam
kuadran ini, tidak terlalu penting sedangkan
dalam pelaksanaannya cukup biasa saja tidak
berlebihan.

KUADRAN IV
Pada kuadran ini menunjukkan bahwa faktor-
faktor yang mempengaruhi kualitas pelayanan
kesehatan ibu hamil di Puskesmas Swasti Saba
KUADRAN I
yang berada dalam kuadran ini dinilai
Pada kuadran ini berisikan indikator-indikator
berlebihan dalam pelaksanaannya, hal ini
yang memiliki tingkat kepentingan yang tinggi
terutama disebabkan karena ibu hamil
menurut ibu hamil namun persepsi
menganggap tidak terlalu penting terhadap
pelayanannya masih rendah sehingga menjadi
adanya faktor tersebut, akan tetapi
prioritas utama untuk diperbaiki. Indikator-
pelaksanaannya dilakukan dengan baik oleh
indikator yang termasuk dalam kuadran ini
puskesmas, sehingga sangat memuaskan, akan
adalah :
tetapi menjadi tidak efisien.
1. Indikator 4 pada dimensi tangibles, ruang 4. Indikator 13 pada dimensi assurance,
tunggu apotek puskesmas pegawai puskesmas memberitahukan kapan
2. Indikator 7 pada dimensi reliability, pelayanan akan dilaksanakan
keberadaan dan kesiapan pegawai untuk 5. Indikator 17 pada dimensi emphaty,
melayani perhatian secara individual kepada pasien
3. Indikator 8 pada dimensi reliability, Kesemua indikator yang termasuk dalam
ketepatan jadwal jam buka dan tutup apotek kuadran ini, merupakan indikator yang tidak
4. Indikator 10 pada dimensi responsiveness, terlalu penting sedangkan dalam
kecepatan pegawai dalam menyelesaikan pelaksanaannya juga tidak cukup baik atau biasa
permasalahan saja.
Indikator-indikator tersebut diatas
penanganannya perlu mendapat perhatian atau KUADRAN IV
prioritas utama oleh manajemen Puskesmas Pada kuadran ini berisikan faktor-faktor yang
Swasti Saba untuk meningkatkan kualitas memiliki tingkat kepentingan yang rendah
pelayanan apotek di masa yang akan datang. menurut ibu hamil namun memiliki nilai
persepsi yang baik sehingga dianggap
KUADRAN II berlebihan oleh ibu hamil yang menjadi
Pada kuadran ini menunjukkan indikator- responden. Indikator-indikator yang termasuk
indikator yang memiliki tingkat kepentingan dalam kuadran ini adalah:
yang tinggi dan persepsi pelayanannya juga 1. Indikator 3 pada dimensi tangibles,
dinilai baik oleh ibu hamil sehingga perlu penampilan petugas puskesmas
dipertahankan. Faktor-faktor yang termasuk 2. Indikator 6 pada dimensi reliability,
dalam kuadran ini adalah: kecakapan pegawai dalam melayani pasien
1. Indikator 5 pada dimensi reliability, 3. Indikator 9 pada dimensi responsiveness,
pelayanan sesuai dengan yang dijanjikan kecepatan pegawai dalam memberikan
2. Indikator 12 pada dimensi responsiveness, pelayanan
keramahan petugas puskesmas 4. Indikator 16 pada dimensi emphaty,
3. Indikator 14 pada dimensi assurance, kesediaan untuk ditemui bila ada kesulitan
kemampuan petugas menjawab pertanyaan 5. Indikator 18 pada dimensi emphaty, selalu
pasien mengutamakan pasien
4. Indikator 15 pada dimensi assurance, 6. Indikator 19 pada dimensi emphaty,
petugas memberi informasi kepada pasien memberikan pelayanan kepada semua
Seluruh indikator tersebut di atas perlu pasien tanpa memandang status sosial
dipertahankan penanganannya oleh manajemen Indikator-indikator tersebut diatas sebagian
Puskesmas Swasti Saba dimana dalam besar menyangkut sikap petugas pelayanan itu
pelaksanaannya telah cukup tercapai dengan apa sendiri, walaupun ibu hamil yang menerima
yang diharapkan oleh ibu hamil. pelayanan sebagian besar merasa cukup puas
terhadap indikator-indikator tersebut namun hal
KUADRAN III itu bukan prioritas utama kebutuhan layanan
Pada kuadran ini berisikan indikator-indikator yang diharapkan ibu hamil.
yang memiliki tingkat kepentingan yang rendah
dan persepsi layanan juga dinilai kurang baik Berdasarkan hasil analisis diagram kartesius
oleh ibu hamil namun merupakan prioritas diatas maka dapat diambil langkah-langkah
rendah. Indikator-indikator tersebut adalah: strategis yang diharapkan dapat meningkatkan
1. Indikator 1 pada dimensi tangibles, kualitas pelayanan kesehatan ibu hamil di
kelengkapan fasilitas fisik Puskesmas Swasti Saba Kota Lubuklinggau
2. Indikator 2 pada dimensi tangibles, tersedia yang diantara adalah:
peralatan dan obat yang lengkap 1. Meningkatkan prasarana dan sarana loket
3. Indikator 11 pada dimensi responsiveness, pendaftaran, dengan cara membuat perencanaan
menanggapi keluhan pasien dengan cepat untuk meningkatkan ruang tunggu loket
pendaftaran agar dapat memenuhi keinginan ibu
hamil, sehingga ruang tunggu loket pendaftaran pendaftaran, poli pelayanan kesehatan ibu dan
terasa nyaman dengan tersedianya tempat apotek.
duduk dan sarana pelengkap lainnya seperti Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas
pendingin ruangan, air minum, tempat sampah. pelayanan pada masing-masing tempat
2. Meningkatkan sumber daya manusia yang pelayanan yaitu:
ada di Puskesmas Swasti Saba melalui: a. Loket pendaftaran : ketersediaan
a. Menciptakan lingkungan kerja yang kondusif prasarana/sarana pelayanan di Puskesmas,
Untuk menciptakan lingkungan kerja yang diantaranya adalah dengan tersedianya ruang
kondusif perlu adanya komitmen yang kuat dari tunggu yang nyaman, proses pendaftaran
pimpinan puskesmas segenap karyawannya dengan menggunakan komputerisasi,
untuk memberikan pelayanan prima kepada tersedianya gambaran alur pelayanan yang
masyarakat, sehingga lingkungan kerja yang dipasang dibagian depan loket. Sumber
bersih, nyaman, dan kondusif merupakan Daya Manusia yang dalam hal ini terkait
lingkungan kerja yang diharapkan oleh setiap dengan kehadiran, komitmen dan daya
pegawai. Dengan lingkungan kerja yang tanggap dari petugas puskesmas untuk
kondusif maka akan menimbulkan motivasi memberikan pelayanan juga mempengaruhi
pegawai untuk memberikan pelayanan prima penilaian pasien terhadap kualitas
kepada masyarakat. pelayanan.
b. Reward dan Punishment b. Poli KIA : ketersediaan prasarana/sarana
Dengan menerapkan sistem reward dan pelayanan di Poli KIA, diantaranya
punishment diharapkan akan dapat memotivasi ketersediaan peralatan pemeriksaan
pegawai untuk meningkatkan disiplin. Hal ini kesehatan ibu hamil yang lengkap dan
akan lebih baik dan lebih bijak, jika ada modern, ruang tunggu poli yang nyaman,
pegawai yang berprestasi akan mendapatkan tersedia SOP pelayanan di ruang poli, dan
reward sementara untuk pegawai yang ruang pelayanan kesehatan ibu yang nyaman
melanggar peraturan atau terlambat akan dan tertutup. SDM Puskesmas dalam hal ini
dikenakan sangsi atau punishment yang telah trekait keberadaan, kompetensi dan daya
disepakati sebelumnya. tanggap bidan di poli KIA dalam
c. Pelatihan secara periodik memberikan pelayanan kepada ibu hamil
Meningkatkan disiplin dan kinerja pegawai juga dan membantu ibu hamil pada saat
dapat dilakukan melalui peltihan yang dilakukan pemeriksaan kehamilan.
secara periodik. Pelatihan karyawan ini akan c. Apotek : ketersediaan prasarana/sarana
me-refresh sekaligus meng-update keahlian pelayanan di apotek, dalam hal ini loket
pegawai sehingga mereka semakin termotivasi pelayanan apotek yang nyaman bagi pasien
untuk meningkatkan kedisiplinan dan kinerja untuk melakukan konsultasi obat, ruang
mereka. tunggu apotek yang nyaman, selain itu
ketersediaan obat untuk ibu hamil yang
5. Kesimpulan lengkap dengan disertai pengemasan yang
baik dan aturan pakai yang jelas. SDM
Berdasarkan hasil penelitian dengan petugas apotek dalam hal ini terkait
menggunakan model SERVQUAL yang keberadaan, kompetensi dan daya tanggap
mencakup perhitungan perbedaan diantara nilai petugas apotek dalam memberikan
yang diberikan oleh ibu hamil untuk setiap pelayanan kefarmasian mulai dari saat
pasang pernyataan berkaitan dengan harapan menerima resep sampai dengan
dan persepsi, menunjukkan bahwa pelayanan menyerahkan obat.
kesehatan ibu hamil di Puskesmas Swasti Saba
Kota Lubuklinggau belum berkualitas, hal ini 6. Daftar Acuan
bisa dilihat dari gap antara persepsi dan harapan
yang bernilai negatif yang berarti bahwa 1. Azwar, Azrul. 1998. Pengantar
pelayanan belum baik, baik itu di loket Administrasi Kesehatan. PT Binarupa
Aksara, Jakarta.
2. Dwiyanto, Agus (Editor). 2005. 13. Rangkuti, Freddy, 2002. Measuring
Mewujudkan Good Governance Melalui Customer Satisfaction Teknik Mengukur dan
Pelayanan Publik. Gadjah Mada University Strategi Meningkatkan Kepuasan Pelanggan
Press, Yogyakarta. dan Analisis Kasus PLN-JP. PT. Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta
3. Hardiyansyah. 2011. Kualitas Pelayanan
14. Ratminto, dan Winarsih, A.S., 2012.
Publik: Konsep, Dimensi, Indikator dan
Manajemen Pelayanan. Pustaka Pelajar,
Implementasinya. Penerbit Gava Media,
Yogyakarta.
Yogyakarta.
15. Sedarmayanti, 2010. Reformasi Administrasi
4. Hubung, H., 2015 . Kualitas Pelayanan
Publik, Reformasi Birokrasi, Dan
Kesehatan pada Puskesmas Kampung Baqa
Kepemimpinan Masa Depan (Mewujudkan
Kecamatan Samarinda Seberang Kota
Pelayanan Prima dan Kepemerintahan
Samarinda. Ejournal Ilmu Administrasi
Yang Baik). Cetakan Kedua. Refika
Negara, Volume 3, Nomor 5, halaman 1437-
Aditama, Bandung.
1451.
16. Sinambela, Lijan, dkk. 2006. Reformasi
5. Ibrahim, H., 2008. Teori dan Konsep Pelayanan Publik: Teori, Kebijakan,
Pelayanan Publik serta Implementasinya. Implementasi. Bumi Aksara, Jakarta.
CV. Mandar Maju, Bandung. 17. Siswanto, H., dkk, 2014. Analisis Kualitas
6. Jasfar, Farida. 2005. Manajemen Jasa: Pelayanan Kesehatan Dalam Operasional
Pendekatan Terpadu. Ghalia Indonesia, Program Mobil Sehat (Studi pada Pusat
Bogor. Kesehatan Masyarakat Kedungpring
Kabupaten Lamongan). Jurnal Administrasi
7. Kirom, B., 2009. Mengukur Kinerja Publik (JAP), Volume 3, Nomor 11,
Pelayanan dan Kepuasan Konsumen. halaman 1821-1826.
Pustaka Cipta Reka, Bandung.
8. Mawarti, F., Nuraini, K.F., Thamrin, M.H., 18. Sugiyono. 2009. Metode Penelitian
2015. Analisis Kualitas Pelayanan Administrasi. Penerbit Alfabeta, Bandung.
Puskesmas terhadap Kepuasan Ibu Hamli di 19. Sugiyono. 2014. Metode Penelitian
Kota Pangkalpinang Tahun 2015. Jurnal Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Penerbit
Kedokteran dan Kesehatan, Volume 3, Alfabeta, Bandung.
Nomor 1, Halaman 363–371.
20. Tjiptono, Fandy. 1997. Prinsip-prinsip Total
9. Nasution, 2001. Manajemen Mutu Terpadu Quality Service. Penerbit Andi. Yogyakarta,
(Total Quality Management). Penerbit Yogyakarta.
Ghalia Indonesia, Jakarta.
21. Tjiptono, Fandy dan Chandra, G., 2011.
10. Parasuraman, A., V.A. Zeithaml, and L.L. Service, Quality & Satisfaction. Edisi 3.
Berry, 1988. SERVQUAL : A Multiple-Item Penerbit Andi, Yogyakarta, Yogyakarta.
Scale for Measuring Consumer Perceptions
22. Tjiptono, Fandy, 2011. Service Management
of Service Quality, Journal of Retailing, Vol.
– Mewujudkan Pelayanan Prima. Penerbit
64, Spring.
Andi, Yogyakarta.
11. Pohan, S. Imbalo. 2003. Jaminan Mutu
Pelayanan Kesehatan, Penerapannya dalam 23. Wahyuni, S., 2012. Analisis Kualitas
Pelayanan Kesehatan. Penerbit Kesaint Pelayanan Kesehatan (Studi pada Pusat
Blanc., Jakarta. Pelayanan Kesehatan Masyarakat
12. Priatna, Erni. NS., 2009. Penilaian Pasien Swakelola di Pakjo Palembang). Magister
Terhadap Kualitas Pelayanan Obstetri dan Administrasi Publik, Program Pasca
Ginekologi di Rumah Sakit Umum Pusat Sarjana, Universitas Sriwijaya, Tesis.
Nasional Dokter Cipto Mangunkusumo 24. Zeithaml, V.A., Parasuraman, A., Berry,
Jakarta dan Faktor – Faktor yang LL., 1990. Delivering Quality Service,
Berhubungan. Fakultas Kedokteran Balancing, Customer Perception and
Universitas Indonesia, Tesis. Expectation. The Free Press, New York.

Anda mungkin juga menyukai