Anda di halaman 1dari 2

Di pagi yang cerah, seorang remaja yang baru saja bangun dari tidur dengan pakaian 

piyama masih
melekat di tubuhnya.
“Namaku Vanasya Syauqwillla Andriasta Az Zahra. Biasa dipanggil Syaqel. Umurku 23 tahun. Aku
kuliah di Institut agama islam Kyai Hasan, Karanglo, kota Malang. Saat ini aku masih menginjak
semester IV. Aku tumbuh dewasa tanpa ibu di sisiku. Ayahku sudah menikah lagi setelah ibuku
meninggal beberapa tahun yang lalu. Aku tidak pernah serumah dengan ayah sejak ibu
meninggalkan aku. Mengingat saat ini aku kuliah jadi aku memilikib untuk ngekos di sekitar
kampusku”.

“Syaqeel..!” Seorang remaja yang seumuran dirinya memanggilnya dari jauh. Syaqeel menoleh dan
menyapa “eh kamu Vir”.

“Daritadi aku memanggilmu tapi ga denger-denger”. Kesal Vira.


Vira Dwi Nindyanata, sahabat terdekat Syaqeel yang seumuran dengannya. “Ya maaf”. Ujar Syaqeel
meminta maaf.

“Syaqeel kamu tahu nggak? Besok tuh hari ibu..”. Lanjut Vira dengan mata berbinar.

“Oh ya.?”. Kata Syaqeel pura-pura tidak tahu.

“Sekarang tuh aku sibuk tau. Sibuk mikirin kejutan apa yang mau aku kasih ke mama. Kira-kira
menurut kamu kejutan apa yang pantas buat mana.?” Tanya Vira kepada Syaqeel.

“Kejutan..? Gimana kalau cake brownies bertuliskan Selamat Hari Ibu.?” Lanjut Syauqeel meminta
pendapat.

“Boleh juga. Btw kamu mau ngasih apa ke mama kamu?”. Tanya Vira.

“Doa”. Jawabnya singkat sembari tersenyum tipis.

“Maksudmu.?” Tanya Vira kurang mengerti.

“Hmm.. ibuku sudah tenang di alam sana. Jadi aku cuma bisa memberi hadiah doa dan alfatihah”.
Lanjut Syaqeel yang menahan air matanya supaya tidak jatuh.

“Syauqeel… maaf, aku nggak tahu”. Ucap Vira.


“Iya nggak papa”. Ucap Syaqeel sembari mengelus punda Vira.
“Yaudah.. Yuk masuk, ntar lagi pelajaran segera dimulai”. Putus Syaqeel yang hanya dibalas
anggukan oleh Vira.

Kring kring… bel pulang pun berbunyi.


“Syaqeel.. yuk ke rumah aku.. mama aku tuh pengen banget ketemu sama kamu, ayok mau ya?”.
Bujuk Vira. “Yaudah deh ayok”. Putus Syauqeel.

Sekitar 20 menit mereka sudah sampai di rumah Vira.


“Assalamualaikum.”. Ucap mereka kompak.
“Waalaikumussalam.. eh udah pul…, loh kok ada tamu.?”. Ucap Ratih, Ibunda Vira.

“Iya, Ma. Ini dia temenku yang aku ceritain kemaren, Vanasta Syauqwilla Andriasta Azzahra.”. Ucap
Vira dengan antusiasnya.
“Oh ini anaknya, cantik ya. Sudah pintar, sholihah, cantik lagi”. Puji Ratih menatap kesopanan dan
kecantikannya.

“Iya.. Tante… Aku Syaqeel..” Ucap Syaqeel seraga mencium tangan Ratih.
“Oh iya, sini duduk”. Lanjut Ratih. Lalu mereka duduk di ruang tamu.

Setelah menyuguhkan teh dan makanan ringan, Ratih bertanya: “Memang Syaqeel di rumah
bersama siapa saja?”.

“Saya tinggal bersama om dan tante. Soalnya kalau tinggal bersama ayah takut malah mengganggu
ketentraman mereka.” Jelas Syaqeel.

“Maksud kamu, ayah kamu menikah lagi?” Tanya Ratih.

“Iya tante. Ibuku telah meninggalkanku untuk selamanya. Beberapa tahun lalu, ibu terkena serangan
jantung yang menyebabkannya wafat”. Jelas Syaqeel dengan mata berkaca-kaca.

“Kamu bisa anggap tante sebagai ibu kamu kok”. Kata Ratih sembari memeluk Syaqeel.
“Aaa… mama..”. Rengek Vira. Lalu mereka semua pun berpelukan.

“Tante boleh minta sesuatu gak?”. Tanya Ratih yang hanya dibalas anggukan oleh Syaqeel. “Kamu
mau nggak nginep disini malam ini?”.

“Emang boleh?”. Tanya Syaqeel.

“Pintu rumah ini akan selalu terbuka buat Syaqeel”. Ucap Bu Ratih.

“Mau deh tan”. Lanjut Syaqeel.

“Yeay..”. Seru Ratih. “Besok kan hari ibu.. gimana kalau kita ke makamnya mamanya Syaqeel.?”
Tanya Ratih.
“Wah.. boleh tuh..”. Lanjut Vira.
“Yaudah besok kita ke makamnya mamanya Syaqeel.” Lanjut Ratih lagi.
“Tantee… makasiih…”. Seketika air mata Syaqeel tumpah.
“Yaudah sama-sama. Sekarang hapus air mata kamu terus mandi. Setelah itu makan malam dan
langsung tidur ya…” ucap ratih.
“Okey”. Jawab mereka kompak.

Keesokan harinya tepat jam 08:30 mereka makan pagi. “Ayo silahkan makan..”. Ucap Ratih. Setelah
15 menit makanan pun habis mereka santap. “Ayo berangkat..!”. Ajak Ratih.

Sekitar 30 menit mereka pun sampai di TPU Karanglo, Malang. Mereka pun masuk menuju makan
Ibu Syaqeel.
“Assalamualaikum, Bu. Yaghfiru Allah lana wa lakum.. kali ini aku tidak datang sendirian. Ada Vira,
temenku, dan mamanya, tante Ratih yang menemaniku. Hari ini adalah hari ibu nasional. Teman-
temanku di sekolah meluangkan hari-harinya bersama ibunya hari ini. Aku pun demikian bu…
Semoga engkau bahagia disana.” Katanya mengungkapkan isi hatinya dengan mata berderai airmata.

Selepas itu mereka pun kembali. “Tante, sebenarnya aku dan Vira punya sesuatu untuk tante”. Ucap
Syaqeel. Lalu Syaqeel dan Vira mengambil kue brownis dan memberikannya kepada Ratih.
“Ini kita berdua yang buat, spesial untuk ibu terhebat”. Ucap Vira yang membuat Ratih berkaca-kaca.

Anda mungkin juga menyukai