Anda di halaman 1dari 25

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN

GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN ( APPENDICITIS)

TINGKAT/SEMESTER:II/III

OLEH

NAMA : AGUSTINA ITA

NIM :225202100515

YAYASAN SANTO LUKAS KEUSKUPAN MAUMERE

AKADEMI KEPERAWATAN ST. ELISABETH LELA

2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-
Nya penulis dapat menyusun Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Medikal Bedah dengan
“Appendiks”
Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan laporan ini, penulis menghadapi banyak
hambatan. Namun, berkat bantuan dan doa serta dorongan dari berbagai pihak penulis dapat
menyelesaikan laporan ini dengan baik.
Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada :
1. IbumariaKorneliaRinggiKuwa, S. ST,; M. KesselakuDirektur Akademi Keperawatan St.
Elisabeth Lela yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untk menimba ilmu
pengetahuan di civitasakademikaini
2. EmirensianaWatu S. Kep,Ns.,M. Kepselaku dosen pembimbingmatakuliah KMB yang
telahmemberikan bimbingan kepada penulis dalam menyelesaikan laporan ini
3. Bapak, mama dan adik serta semua keluarga yang telah memberi bantuan, dukungan dan
doa serta motivasi kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan laporan ini
4. Teman-teman seperjuangan dan kaka-kaka tingkat yang selalu memberi dukungan dan
membantu dlam menyelesaikan laporan ini

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa Laporan Pendahuluan ini masih jauh dari kata sempurna,
oleh karena itu penulis mengharapakan kritik dan saran dari pembaca dari kesempurnaan
Laporan Pendahuluan ini. Akhir kata penulis ucapkan terimakasih
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...........................................................................................................i

KATA PENGANTAR.........................................................................................................iii

DAFTAR ISI.......................................................................................................................iv

BAB I PENDAHULUAN

A.  LatarBelakang................................................................................................................1

B.  Tujuan............................................................................................................................2

BAB II TINJAUAN TEORI

A.  AnatomiFisiologi...........................................................................................................3

B. Konsep Teori Penyakit Apendiks...................................................................................4

C. Konsep Dasar Askep.......................................................................................................11

BAB III PENUTUP

A.  Kesimpulan....................................................................................................................29

B.  Saran..............................................................................................................................29

DAFTAR PUSTAK
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Apendk adalah organ tambahan yang menyurapi jari melekat pada sekum
tetapi di bahwa katub ileosekal karena apendiks mengosongkan diri dengan
tidk efisiensi dan lumenya kecil,maka apendiks mudah mengalami obstruksi
dan rentah terjadi infeksi, ( appendicitis) merupakan penyebab yang paling
umum dari iflamasi akut, kuadrat kana ronga abdomen darurat. Pria lebih
banyak terkena daripada perempuan,remaja lebih banyak dari orang dewasa,
kasus apendicitis ,tertinggi adalah yang berusia 10 -30 tahun ( Brunner &
sudarth, 2000).

B. TUJUAN

1. Tujuan umum
Mahasiswa mampu memberikan gambaran yang nyata tentang asuhan keperawatan
dengan gangguan sistem pencernaan
2. Tujuan khusus
Mahasiswa mampu mengetahuiasuhankeperawatanmedikalbedah:
a. Anatomi dan fisiologi
b. KonsepDasarTeori
c. Konsep asuhan keperawat
BAB II

KONSEP TEORI

A. ANATOMI FISIOLOGI

Usus buntu dalam bahasa latin disebut sebagai Appendix vermiformis. Appendiks
terletak di ujung sekum kira-kira 2 cm di bawah anterior ileo saekum, bermuara di bagian
posterior dan medial dari saekum. Pada pertemuan ketiga taenia yaitu: taenia anterior,
medial dan posterior. Secara klinik appendiks terletak pada daerah Mc.Burney yaitu daerah
1/3 tengah garis yang menghubungkan sias kanan dengan pusat. Posisi apendiks berada pada
Laterosekal yaitu di lateral kolon asendens. Di daerah inguinal: membelok ke arah di
dinding abdomen. Walaupun lokasi apendiks selalu tetap, lokasi ujung umbai cacing bisa
berbed bisa di retrocaecal atau di pinggang (pelvis) yang jelas tetap terletak di peritoneum
(Harnawatiaj, 2008).Ukuran panjang apendiks rata-rata 6 - 9 cm.Lebar 0,3 - 0,7 cm. Isi 0,1
cc, cairan bersifat basa mengandung amilase dan musin. Pada kasus Appendisitis, apendiks
dapat terletak intraperitoneal atau retroperitoneal. Apendiks disarafi oleh saraf parasimpatis
(berasal dari cabang nervus vagus) dan simpatis (berasal dari nervus thorakalis X). Hal ini
mengakibatkan nyeri pada Appendisitis berawal dari sekitar umbilicus (Nasution, 2010).
B. KONSEP PENYAKIT
1. Pengertian
Appedisitis adalah peradangan dari apendiks dan merupakan penyebab
abdomen akut yang paling sering (Mansjoer,2000).Appendisitis adalah radang apendiks,
suatu tambahan seperti kantung yang tak berfungsi terletak pada bagian inferior dari
sekum. Penyebab yang paling umum dari Appendisitis adalah abstruksi lumen oleh
feses yang akhirnya merusak suplai aliran darah dan mengikis mukosa menyebabkan
inflamasi (Wilson & Goldman, 1989).Appendisitis merupakan penyakit prototip yang
berlanjut melalui peradangan, obstruksi dan iskemia di dalam jangka waktu bervariasi
(Sabiston, 1995).Appendisitis akut adalah penyebab paling umum inflamasi akut pada
kuadran bawah kanan rongga abdomen, penyebab paling umum untuk bedah abdomen
darurat (Smeltzer, 2001).
Appendiktomi adalah tindakan pembedahan yang dilakukan untuk memotong
jaringan apendiks yang mengalami peradangan. Appendiktomi (pembedahan untuk
mengangkat apendiks) dilakukan sesegera mungkin untuk menurunkan resiko perforasi.
Appendiktomi dapat dilakukan dibawah anastesi umum atau spinal dengan insisi
abdomen bawah atau dengan laparoskopi, yang merupakan metode terbaru yang sangat
efektif (Smletzer, Suzanne C, 2001).

2. Etiologi
a. Hiperplasi jaringan linfoid
b. Fekalit
c. Tumor apendiks
d. Cacingaskaris
e. Benda asing
f. Konstipasi
g. makananrendahserat

3. Patofisiologi / pathway

Appendisitis biasa disebabkan oleh adanya penyumbatan lumen apendiks oleh


hyperplasia folikel limfoid, fekalit, benda asing, striktur karena fibrosis akibat
peradangan sebelumnya, atau neoplasma. Feses yang terperangkap dalam lumen
apendiks akan menyebabkan obstruksi dan akan mengalami penyerapan air dan
terbentuklah fekolit yang akhirnya sebagai kausa sumbatan. Obstruksi yang terjadi
tersebut menyebabkan mukus yang diproduksi mukosa mengalami bendungan. Semakin
lama mukus semakin banyak, namun elastisitas dinding apendiks mempunyai
keterbatasan sehingga menyebabkan peningkatan tekanan intralumen. Tekanan tersebut
akan menghambat aliran limfe yang mengakibatkan edema, diapedesis bakteri, dan
ulserasi mucus (Mansjoer, 2000).
Pada saatiniterjadi Appendisitis akut fokal yang ditandai oleh nyeri
epigastrium. Sumbatan menyebabkan nyeri sekitar umbilicus dan epigastrium, nausea,
muntah. invasi kumanE Coli dan spesibakteroides dari lumen ke lapisan mukosa,
submukosa, lapisan muskularisa, dan akhirnya ke peritoneum parietalis terjadilah
peritonitis lokal kanan bawah.Suhu tubuh mulai naik. Bila sekresi mukus terus
berlanjut, tekanan akan terus meningkat. Hal tersebut akan menyebabkan obstruksi
vena, edema bertambah, dan bakteri akan menembus dinding. Peradangan yang timbul
meluas dan mengenai peritoneum setempat sehingga menimbulkan nyeri di area kanan
bawah. Keadaan ini yang kemudian disebut dengan Appendisitis supuratif akut.
(Mansjoer, 2000).
Bila kemudian aliran areteri terganggu akan terjadi infark dinding apendiks
yang diikuti dengan gangrene. Stadium ini disebut dengan appendiksitis gangrenosa.
Bila dinding yang telah rapuh pecah,akan menyebabkan appendiksistis perforasi. Bila
peroses tersebut berjalan lambat, omentum dan usus yang berdekatan akan bergerak
kearahapendikssehingga timbul suatu masalah lokal yang disebut infiltrate
apendikkulas. Peradangan apendiks tersebut akan menyebabkan abses atau bahakan
menghilang.Pada anak-anak karena omentum lebih pendek dan apendiks lebih panjang,
dindingapendiks lebih tipis.Keadaan demikian di tambah dengan daya tahan tubuhyang
masih kurang yang memudahkan terjadinya perforasi.
Phatwy

Hiperplasia, jaringanlimfoid,
fekolit, tumor apendiks,
cacingascaris, konstipasi

Obstruksi

BendunganMukosa

Peningkatantekanan intra luman

Hambatanaliranlimfe

Edema/ulserasimukosa

APENDISITIS
Pre Op Post Op

Infeksisekunderbakteri Ansietas Perforasi, abses Distensi abdomen


Peradangan /inflamasi Menekangaster
Kurangpenge Pk:
tahuan
Peningkatanproduksi HCL
Respon antigen dan antibody
Mualmuntah
Pengeluaran mediator
kimia: histamine

Output Penurunannafsum
cairanberlebih akan
Mengiritasisaraf- Mengganggupusatt an
sarafbebasdikuadrankananbawah herostat
Ketidakseimbangannut
4. Tandadangejala Kekurangan
risikurangdarikebutuh
Sensasinyeri volume cairan
5. Peningkatansuhutubuh an

Nyeriakut
Resikohipetermi
a. Nyeri kuadran kanan bawah terasa dan biasanya disertai dengan demam ringan, mual-
muntah, dan hilangnya napsu makan
b. Nyeri tekan locl pada titik McBurney bila dilakukan tekanan
c. Nyeri tekan lepas dijumpai
d. Terdapat konstipasi atau diare
e. Nyeri lumbal, billa appendiks melngkar dibelakang sekum
f. Nyeri defekasi, bila appendiks berada dekat rektal
g. Nyeri kemih, jika ujung appendiks berada didekat kandung kemih atau ureter
h. Pemeriksaan rektal positif jika ujung appendiks berada diujung pelvis
i. Tandatanda roving
denganmelakukanpalpasikuadrankirbahwasecaraparadoksialmenyebabkannyerikuadra
nkanan
j. Apabila appendiks sudah ruptur, nyeri menjadi menyebar disertai abdomen terjadi
akibat ileus paralitik
k. Pada pasien lansia tanda dan gejala appendiks sangat bervariasi. Pasien tidak mungkin
mengalami gejala sampai terjadi ruptur appe
6. PemeriksaanDiagnostik
a. Laboratorium
Terdiri dari pemeriksaan darah lengkap dan C-reactive protein (CRP). Pada
pemeriksaan darah lengkap ditemukan jumlah leucosit antara 10.000-18.000/mm3
(leukositosis) dan neutrofil diatas 75% sedangkan CRP ditemukan jumlah serum yang
meningkat. CRP adalah salah satu komponen protein fase akut yang akan meningkat
4-6 jam setelah terjadinya proses inflamasi dapat dilihat melalui proses elektroforesis
serum protein.
Angka sensitivitas dan spesifisitas CRP yaitu 80% dan 90%
b. Radiologi
Terdiri dari pemeriksaan ultrasonografi (USG) dann Computed Tomography Scanning
(CT-scan). Pada pemeriksaan USG ditemukan bagian memanjang pada tempat yang
terjadi inflamasi pada appendiks, sedangkan pada pemeriksaan CT-scan ditemukan
bagian yang menyilang dengan fekalith dan perluasan dari appendiks yang mengalami
inflamasi serta adanya pelebaran sekum. Tingkat akurasi USG 90-94% dengan angka
jjsensitivitas dan spesifisitas yaitu 85% dan 92%, sedangkan CT-scan mempunyai
tingkat akurasi 94-100% dengan sensitivitas dan spesitiftas yang tinggi yaitu 90-100%
dan 96-97%.
c. Pemeriksaan USG
d. Analisa urin bertujuan untuk mendiagnosa batu ureter dan kemungkinan infeksi
saluran kemih sebagai akibat dari nyeri perut bawah.
e. Pengukuran enzim hati dan tingkatan amilase membantu mendiagnosa peradangan
hati, kandung empedu dan pankreas.
f. Serum beta human chorionic gonadotrophin (B-HCG) untuk memeriksa adanya
kemungkinan kehamilan.
g. Pemeriksaan barium enema untuk menentukan lokasi sekum. Pemeriksaan barium
enema dan colonoscopymerupakan pemeriksaan awal untuk kemuungkinan karsinoma
colon.
h. Pemeriksaan foto polos abdomen tidakmenunjukan tanda pasti apendistis, tetapi
i. mempuyai arti penting dalam membedakan apendistis dengan obstruksi usus halus
atau batu ureter kanan.
7. Komplikasi
a. Perforasi apendiks
Perforasi jarang terjadi dalam 8 jam pertama. Observasi aman untuk dilakukan dalam
masa tersebut. Tanda-tanda perforasi meliputi : meningkatnya nyeri, spasme otot
dinding perut kuadrat kanan bawah dengan tanda peritonitis umum atau abses yang
terlokalisasi, ileus, demam, malaise dan leukositosis semakin jelas. Bila perforasi
dengan peritonitis umum atau pembentukan abses telah terjadi sejak pasien pertama
kali datang, diagnosis dapat ditegakan dengan pasti.
b. Peritnitis-abses
Bila terjadi peritonitis umm terapi spesifik yang dilakukan adalah operasi umuum
menu asal perforasi. Bila erbentuk abses apendiks akan tteraba masa kadra kanan
bawah yang cenderng menggelembung ke arah rectum atau vagina
c. Dehidrasi
d. Spesis
e. Elektrolit yang tidak seimbang
f. Pneumonia

8. Penatalaksan
1) Penatalaksanaan medis
a. Penanggulangan konservatif
Diberikan pada penderita yang tidak mempunyai akses ke pelayananbedah berupa
pemberian antibiotik. Pemberian antibioti berguna untuk mencegah infeksi. Pada
penderita apendistis perforasi, sebelum operasi dilakukan penggantian cairan dan
elektrolit serta pemberian antibiotik sistemik.
b. Operasi
Bila diagnos sudah tepat dan jelas ditemukan apendistis maka tindakan yang
dilakukan adalah operasi membuang appendiks (appendektomi). Penundaan
appendektomi dengan pemberian antibiotik dapat mengakibatkan abses appendiks
dilakukan drainage (mengeluarkan nanah).
2) Penatalaksanaankeperawatan
Pencegahan tersier
Tujuan utama dari pencegahan ini yaitu mencegah terjadinya komplikasi yang lebih
berat seperti komplikasi intra-abdomen. Komplikasi utama adalah infeksi luka dan
abses intraperitoneum. Bila diperkirakan terjadi perfomasi maka abdomen dicuci
dengan garam fisiologis atau antibiotik dengan lama terapi disesuaikan dengan besar
infeksi intra-abdomen

C. KONSEP DASAR ASKEP


1. Pengkajian
a. Pengumpulan data
1) Biodata pasien
Identitas pasien
2) Keluhan utama
Nyeri bagian perut kanan bawah
3) Riwayat penyakit sekarang
Pasien mengatakan rasa nyeri dan kejang pada perut kanan bawah, mual-
muntah, tidak ada napsu makan, badan panas, badan lemah, diare.
4) Basic Promoting Physiology Of Health
a) Pola presepsi dan tata laksana kesehatan
Adakah kebiasaan merokok, penggunaan obat-obatan, alcohol dan
kebiasaan olahraga, dapat menyebablan lamanya penyembuhan luka.
b) Pola aktivitas dan latihan
Aktivitas dipengaruhi oleh keadaan dan malas bergerak karna rasa nyeri,
aktivitas biasanya biasanya terbatas karena harus bedrest beberapa waktu
lamanaya setelah pembedahan.
c) Pola Istirahat tidur
Pasien mengeluh susah tidur karena nyeri pada perut kanan bawah
d) Pola nutrisi dan metabolik
Nafsu makan berkurang,mual-muntah, kesulitan menelan
e) Eliminasi
 BAK :Kaji produksi urine, warna dan bau
 BAB :Diare atau konstipasi, kaji warna, kaji konsistensi dan bau
f) Sensori presesi dan sensori kognitif
Ada tidaknya gangguan sesnorik nyeri, pengelihatan serta pendengaran,
kemampuan berfikir, mengingat masalalu, orientasi terhadap orang tua.
g) Pola konsep diri
Penderitamenjadiketergantungandenganadanyakebiasaangerak,
segalakebutuhanharusdibantu.Klienmengalamikecemasantentangkeadaandirin
yasehinggapenderitamengalamiemosi yang tidakstabil.
h) Pola hubungan peran
Dengan keterbatasan gerak kemungkinana penderita tidak bisamelakukan
peran baikdalam keluargadan masyarakat. Penderita mengalami emosi yang
tidak stabil
i) Pola meknisme koping
Dalam menggambil keputusan klien melibatkan istri,suami,dan anak. Jika
ada masalah, klien minta berdiskusi dengan keluarga terdekatuntuk
mempinta pendapat. Klien selalu berdoa untuk kesembuhannyadan berusaha
untuk tetap tenang dalam menghadapin kondisi kesehatannya saat ini.
j) Pola nilai dan kepercayaan
Sumber kekuatan adalah allah SWT dan keluarganya

5) Pemeriksaan fisik
a) Keadaan umum
b) Kesadaran : composmentis
 Vital sign
TD :Hipertensi/hipotensi
S : hipertermi
ND :bradicardia/tacicardia
RR :Dispnea/apnea
c) Head to toe
 Wajah
 Inspeksi :Ekspresimenyeringai, wajahtampakpucat
 Mata
 Inspeksi : konjungtiva pucat, sklera putih, mata cekung
 Mulut/gusi, bibir dan gigi
 Inspeksi :
 Mulut/ gusi
Bentuk simetris, tidak/adanya luka, pembengkakan atau tumor,
 Bibir
Bentuk simetris, warna bibir pucat, mukosa bibir kering,
tidak/adanya celah dan sumbing, tidak/adanya bekas luka operasi
 Lidah
Posisi lidah lurus saatt dijulurkan, lidah berwarna putih, tidak/adanya
bekas luka
 Gigi
Warna gigi, tidak/adannya caries, jumlah gigi, gigi terlihat kotor
 Dada
 Inspeksi :
Bentuk dada simetris, gerakan pernapasan, frekuensi pernapasan
 Payudara dan ketiak
 Inspeksi :
Bentuk payudara normal, warna kulit, tidak/adanya pembengkakan
pada ketiak, tidak/adanya bekas luka
 Abdomen
 Inspeksi : bentuk simetris, keadaan permukaan perut, gerakan dinding
perut
 Palpasi: nyeritekan
 Auskultasi :Menilai bising usu
6) Aktivitassehari-hari
Makan, minum:
biasanyaklienmengakamigangguanpadapenurunankebutuhanmakanan
7) Eliminasibiasanyaterjadigangguaneliminasiterutamapadaawitaawaldengangejala
konstipasi
8) Istirahatdantidur
Biasanyaklienmengalamigangguanistirahatdantiduerkarena rasa
nyeriakutketidaknyamananpadaadaerah abdomen
9) Pemeriksaan penunjang
a.Tanda-tandaperitonitiskuadrankananbawah.
Gambaranperselubunganmungkinterlihat“ilealataucaecalileus”
(gambarangarispermukaancairanudara di sekumatau ileum).
b. Lajuendapdarah (LED) meningkatpadakeadaanAppendisitisinfiltrat.
c. Urine rutinpentinguntukmelihatapaadainfeksipadaginjal.
d. Peningkatanleukosit, neutrofilia, tanpaeosinofil.
e. Pada enema barium apendikstidakterisi.
f. Ultrasound: fekalitnonkalsifikasi, apendiksnonperforasi, absesapendik

2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut b.d agen cidera fisiologis
b. Resikoinfeksib.dtidakadekuatnyapertahanan : perforasi/rupture
padaapendiks,peritonitis: pembentukanabse, prosedurinfasif, insisbedah
c. Resiko kekurangan volume cairan b.d output yang berlebih.
d. Resiko perubahan suhu tubuh : hipetermi b.d penggunaan obat anestesi dan
pemajanan lingkungan operasi
e. Resti cedera : jatuh b.d penurunan kesadaran, proses pemindahan pasien
f. Kurangnyapengetahuanb.dkurangnyapengetahuanuntukmencariinformasi
3. Intervensi keperawatan
a. Dx. Nyeri akut b.d agen cidera fisik

Tujuan Intervensi Rasional

NOC NIC
 Lakukan pengkajian
 untuk mengetahui
nyeri,secarakomprhen
untukmeng tingkat nyeri
sif meliputi lokasi,
urang rasa  meningkatkan
keparahan, factor
sakit nominalis fungsi organ
presipitasinya.
Kriteria Hasil : contoh merangsang
 Observasi ketidaknyamanan
 Nyeri berkurang peristaltic dan
non verbal.
(3) kelancaran flatus,
 Gunakan pendekatan yang
 Tingkat nyeridi menurunkan
positif terhadap pasien,
pantausecararegu ketidaknyamanan
hadir dekat pasien untuk
lar (3) abnormal
memenuhi kebutuhan rasa
 Ekspresi nyeri  grafitasi
nyamannya dengan cara:
lisan atau pada melokalisasieksudat
masase,perubahan posisi,
wajah (2) dalam abdomen
berikan perawatan yang
 Menunjukkan baahwa/ pervi,
tidak terburu-buru.
teknik relaksasi menghilangkan
 Kendalikan factor
yang efektif ketegangan abdomen
lingkungan yang dapat
untuk mencapai yang bertambaah
mempengaruhi responpasien
kenyamanan. denganposisi
terhadap ketidaknyamanan..
terlentang
 Kolaborasi medis dalam
 Analgesicdapat
pemberian analgesic.
menghilangkan nyeri
yang diderita pasien
b. Resiko infeksi b.d tidak adekuatnya pertahanan : perforasi/rupture pada
apendiks,peritonitis: pembentukan abse, prosedur infasif, insis bedah

Tujuan Intervensi Rasional

NOC NIC  Menget


ahui
 Monitor tanda-tanda vital
adanya
 Observasitandadangejalai
Untukmencegahataumengurangianca infeksi
nfeksi
manterkenainfeksi atau
KH:  Kolaborasiuntukpemberia
terjadi
nanalgeetik
sepsis,
 Tidak di temukan tanda dan
abses,
gejala infeksi
peritoni
tis
 Member
ikan
deteksi
dini
terjadi
proses
infekssi
 Menueu
nkan
jumlah
organis
me pada
infeksi
yang
telah
ada
sebelum
nya
untuk
menunj
ukan
penyeba
ran dan
pertumb
uhan
pada
rongga
abdome
n

c. Dx. Resiko kekurangan volume cairan b.d output yang berlebih.

Tujuan Intervensi Rasional

NOC NIC  Intake cairan yang


adekuatakanmengur
Meningkatkankeseimbangancai  Penuhikeb angiresikodehidrasip
randidalamruangintraselulerdan utuhan asien
ekstraselulertubuh individual.  menunjukkan status
KH: Anjurkank dehidrasiataukemun
 Mempertahankan urine lienuntuk gkinanpeningkatank
output sesuai dengan usia minum ebutuhanpenggantia
dan BB, BJ urine normal (dewasa : ncairan.
 Tidak ada tanda tanda 40-60  Aktivitas/
dehidrasi, turgor kulit baik, cc/kg/jam) muntahmeningkatka
membrane mukosa lembab, . ntekananintra
tidak ada rasa haus yang  Awasitand abdominaldandapat
berlebihan. a-tanda mencetuskanperdara
 Tekanan darah, nadi, suhu vital, hanlanjut
tubuh dalam batas normal evaluasi  memperbaikikeseim
turgor banngancairansegera
kulit,  Cimetidine dan
pengisiank ranitidine
apilerdan berfungsiuntukmeng
membran hambatsekresiasaml
mukosa ambung
 Pertahanka
ntirah
baring,
mencegah
muntahdan
teganganp
adadefekas
i
 Berikanter
api IV line
sesuaiindi
kasi
 Kolaborasi
pemberian
cimetidine
dan
ranitidine
d. Dx: Resiko perubahan suhu tubuh : hipotermi b.d penggunaan obat anestesi dan
pemajanan lingkungan operasi.

Tujuan : Intervensi Rasional


NOC NIC
Untukmengurangianca
 Mengetahui
mankesehatan yang  Monitor suhu
keadaan umum
berkaitandengansuhutu tubuh
pasien
buh yang rendah  Monitor TD,
 Untuk
KH: nadi, RR
mencegah
 Selimuti
 suhu tubuh dalam hilangnya
klien untuk
rentan normal kehangatan
mencegah
 TD, nadi dan RR tubuh
hilangnya
dalam rentan kehangatan
normal tubuh

e. Dx. I. Resiko cedera : jatuh b.d penurunan kesadaran, proses pemindahan pasien

Tujuan : Intervensi Rasional

NOC  Pindahkankl  Untuk


Untukmenceganterja ien dengan menjaga
dinyaresikojatuh aman keamana
Kriteria Hasil :  Sediakan n pasien
 Klien terbebas dari cedera lingkungan yang  Melindu
jatuh aman untuk klien ngi klien
 Mampu menggunakan fasilitas  Pasangs Agar
kesehatan yang ada iderail tidak
tempatti terjadi
dur cidera

f. Kurangnyapengetahuanb.dkurangnyapengetahuanuntukmencariinformasi

Tujuan Intervensi Rasional


NOC  berikan penilaian  Untuk
Untukmeningkatkanpe tentang tingkat mengetahui
ngetahuantentangapen pengetahuan pasieen tingkat
diks tentang proses pengetahuan
KH: penyakit yang spesifik klien
 Jelaskan patofisiologi  Klien mampu
 Kliendan keluarga
dari penyakit memhami
menyatakan
 Gambarkan tanda perjalanan
peemahaman
dan geejala yang penyakit tersebut
tantang
biasa muncul pada
penysakit ,kondisi,
penyakit dengan
prognosisdan
cara yang tepat
program
 Sediakan informasi
pengobatan
kepada klien tentang
 Pasien dan
kondisinya dengan
keluarga mampu
cara yang tepat
melaksanakan
prosedur yang
dijelaskan secara
benar

4. IMPLEMENTASI
Implementasi merupakan bagian dari proses keperawatan. Tujuan implementasi yaitu
mengatasi masalah yang terjadi pada manusia. Setelah rencana keperawatan di
susun,maka rencana tersebut diharapakan dalam tindakan nyata untuk mencapai tujuan
yang diharapkan. Tindakan tersebut terperinci sehingga diharapkan pelaksanan
keperawatan dengan baik dan sesuai dengan waktu yang ditentukan. Implementasi ini
juga dilakukan oleh perawat dan harus menjunjung tinggi harka dan martabat sebagai
sebagai manusia yang unik.

5. EVALUASI
Evaluasi adalah tahap terakhir dari proses keperawatan. Evaluasi menjadi
nilai informasi mengenai intervensi yang telah direncanakan dan
merupakan perbandingan dari hasil yang diamati dengan kriteria hasil
yang telah dibuat pada tahap perencanaan.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. Apendiksitis akut adalah suatu proses obstruksi yang disebabkan oleh inflamasi
akut pada kuadran bawah kanan rongga abdomen, kemudian diikuti proses infeksi
dan disusul oleh peradangan dari appendiks.
2. Pada tahap pengkajian diperlukan pengkajian yang cermat dan mengenal terlebih
dahulu masalah pasien agar dapat memberikan pengarahan dan kepada tindakan
yang dilakukan dan berfokus pada kebutuhan Bio-psikososial dan spiritual dan
disimpulkan secara komperatif. Ada pun pengkajian apendiksitis akan ditemukan
nyeri kuadran kanan bawah dan biasanya disertai oleh demam ringan, mual,
muntah, dan hilangnya nafsu makan nyeri tekan lokal pada titik Mc-Burney.

B. SARAN
Gunapenyempurnaanmakalahini,sayasangatmengharapkankritikdanserta saran
dariDosenPembimbingbesertateman-temankelompok lain.
DAFTAR PUSTAKA

Bruner &suddasth. 2000. Keperawatanmedikalbedah. Jakarta : EGC


Ummualya. 2008. AngkakejadianAppendiksitisDiakseshttp:// digilip
unimus.ac.id/files/diskl/136/jtptunjmus-gdl-trimuflikh-6753-1-bab.pdfpadatanggal 2 november
2012
DepekesRI 2008.Kasus Appendicitis di Indonesia.diaksesdari:
http:///www.artikelkedokteran .com/arsip/kasus-apendisitis-di-indonesia-pada-tahun-2018.html
Doengoes,Marilyn.E.dkk.2006.Buku AjarIlmuPenyakitDalam. Jakarta:
PusatPenerbitanDepartemenIlmuPenyakitDalam FKUI
Mansjoer, Arief,Triyanti.K.dkk.2001.Kapita Selecta Kedokteranedisiketigajilid 1 : Media
Aesculapius fakultasKedokteran UI

Syaifudin.2006.Anatomi fisiologiuntukmahasiswakeperawatan,edisi
3.jakarta :Penerbitbukukedokteran EGC

Wilkinson, Judith M. 2007. BukuSaku Diagnosis KeperawatandenganIntervensi NIC


danKriteria NOC.Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai