1.

Pada dasarnya perwujudan ‘menuntun’ di daerah saya tidak jauh beda dengan apa yang
diungkap oleh Ki Hajar Dewantara, namun sedikti lebih cendrung identik dengan memerintah
dan memaksa. Untuk merubah kebiasaan dalam mengaplikasikan kata ‘menuntun’ agar lebih
tepat, maka saya harus memulai dari diri saya sendiri, bagaimana cara saya menuntun diri
sendiri terlebih dahulu agar dapat merasakan yang namanya Selamat dan Bahagia, setelah itu
mengaplikasikannya dalam lingkungan keluarga, lalu kelas, sekolah dan masyarakat.
2. Pendidikan perlu mempertimbangkan kodarat alam dan kodrat zaman karena Pendidikan itu
dinamis, terus bergerak. Artinya, semua pelaku yang terlibat dalam Pendidikan, baik itu pendidik
dan peserta didik hidup dan tumbuh di dalam ruang dan waktu yang berbeda, selain itu
pemahaman mereka tentang runag dan waktu itu juga berbeda, hingga apa yang menjadi
intrepretasi mereka berbeda pula. Kodrat alam atau waktu setiap individu pasti berbeda,
kalaupun berada di dalam runag yang sama, maka pemahaman dan intrepetasi mereka tentang
ruang tersebut akan berbeda. Ini disebabkan karena setiap individu telah memiliki kodrat
berupa potensi yang mereka bawa sejak lahir. Begitu juga dengan kodrat zaman atau waktu.
3. Pendidikan yang berhamba pada anak dalam dunia Pendidikan dimaksudkan sebagai
perwujudan kebutuhan peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran sesuai dengan
potensi yang mereka miliki. Sebagai pendidik harus bias melihat bakat dan minat setiap peserta
didik. Bakat dan minat ini akan menentukan gaya belajar peserta didik. Dari sinilah kemudian
bagaimana pendidik menfasilitasi mereka dengan cara memenuhi segala kebutuhan mereka
guna mencapai tujuan pembelajaran yang ada.
4. Pembelajaran yang merefleksikan pemikiran KHD yang telah saya implementasikan di
lingkungan sekolah saya adalah; pembelajaran yang menuntun peserta didik dalam memahami
pembelajaran dan mencapai tujuan pembelajaran dengan menfasilitasi/memenuhi kebutuhan
mereka sesuai dengan potensi dan kondisi mereka.