Anda di halaman 1dari 5

SISTEM EKSKRESI

Kajian ontologi
osmoregulasi adalah proses homeostatis untuk menjaga keseimbangan antara
jumlah air dan zat terlarut yang ada dalam tubuh makhluk hidup. Konsentrasi air dan zat
terlarut harus senantiasa dijaga dalam batas-batas tertentu agar sistem fisiologi dapat
berfungsi dengan benar. Osmoregulasi umumnya menerapkan transpor secara osmosis
pada prosesnya. Prinsip terjadinya osmosis yaitu lingkungan yang mempunyai konsentrasi
yang lebih tinggi (yang lebih encer) menuju ke cairan yang mempunyai konsentrasi yang
lebih rendah (yang lebih pekat).
Metabolisme pada makhluk hidup akan menghasilkan produk limbah yang harus di
keluarkan dari dalam tubuh. Proses pengeluaran produk limbah sisa metabolisme tubuh
disebut dengan proses ekskresi. Produk limbah metabolisme yang dikeluarkan melalui
proses ekskresi berupa gas dan cairan, seperti karbon dioksida, air, dan amonia. Kelebihan
ini jika akan menjadi zat yang amat beracun/ toksik untuk tubuh jika tidak dikeluarkan.
Organ dalam sistem ekskresi, diantaranya
 Ginjal: ekskresi urin
 Kulit:ekskresi keringat
 paru-paru: ekskresi karbondioksida
 hati: ekskresi cairan empedu
selain ekskresi, terdapat mekanisme pengeluaran lainnya, yaitu sekresi dan defekasi.
Sekresi adalah proses pengeluaran substansi kimia berbentuk lendir yang masih digunakan
oleh tubuh, seperti enzim dan hormon. Defekasi adalah proses pengeluaran sisa-sisa
pencernaan makanan di usus besar dalam bentuk feses melalui anus. Berikut perbedaan
ekskresi, sekresi, dan defekasi

Sistem ekskresi dapat berbeda-beda pada berbagai jenis hewan yang meliputi struktur
dan fungsi sistem ekskresi. Semakin tinggi tingkatan makhluk hidup maka sistem ekskresi
juga semakin kompleks. Akan tetapi, sistem ekskresi umumnya terbuat dari jejaring tubulus
kompleks yang memberikan area permukaan yang luas untuk pertukaran air dan zat
terlarut, termasuk zat-zat buangan bernitrogen. Berikut ini perbedaan sistem ekskresi pada
berbagai kelompok makhluk hidup
Cacing pipih (platyhelminthes): protonefridia, yaitu pembuluh dengan ujung internalnya
tertutup dan pada bagian dalam ujungnya ini memiliki sel api atau sel rambut.
Cacing tanah (Annelida): metanefridia, yaitu pembuluh dengan bagian ujungnya
berhubungan dengan rongga tubuh dan organ-organ ekskresinya membuka secara internal
ke selom.
Arthropoda: tubulus malphigi, yaitu berupa kumpulan benang hasul berwarna putih
kekuningan dan bagian pangkalnya melekat pada pangkal dinding usus. Tubulus malphigi
terletak diantara usus tengah dan usus belakang.
Vertebrata: ginjal merupakan suatu organ yang tersusun atas tubulus-tubulus yang terkait
erat dengan jejaring kapiler-kapiler. Fungsi ginjal pada vertebrata, yaitu
 Mensekresikan zat sisa hasil buangan
 Mengatur volume plasma dan jumlah air di dalam tubuh
 Bila banyak air yang masuk kedalam tubuh ginjal membuang kelebihan sehingga
lebih banyak lagi urin yang di sekresikan. Bila tubuh banyak kehilangan air, ginjal
akan mengeluarkan sedikit air (urin pekat).
 Menjaga tekanan osmosis pada keadaan seharusnya dengan cara
 mengekskresi garam-garam
 Menjaga ph plasma dan cairan tubuh
 Menjalankan fungsi sebagai hormon
Kajian epistemologi
Hewan dapat mempertahankan keseimbangan air dengan dua cara, yaitu menjadi
osmokonformer, yang isoosmotik dengan sekitarnya dan menjadi osmoregulator, yang
mengontrol osmolaritas internal terlepas dari osmolaritas lingkungannya.
Adaptasi osmoregulasi pada hewan:
 Hewan laut: Sebagian besar invertebrata laut adalah osmokonformer dan vertebrata
laut merupakan osmoregulator. Misalnya, ikan laut bertulang keras, seperti ikan kod
terus menerus kehilangan air dengan meminum banyak sekali air laut. Mereka
kemudian memanfaatkan insang dan ginjalnya untuk membuang garam. Di dalam
insang, sel klorida yang terspesialisasi secara aktif mentranspor ion klorida (Cl-)
keluar dan ion natrium (Na+) mengikuti secara pasif. Di dalam ginjal, kelebihan ion
kalsium, magnesium, dan sulfat diekskresikan bersama dengan kehilangan sejumlah
kecil air. Contoh lain yaitu pada hiu laut yang merupakan osmokonformer. jaringan
hiu mengandung konsentrasi urea yang tinggi, trimetilamin oksida (TMAO). Secara
bersamaan, garam, urea, TMAO dan senyawa lain yang dipertahankan dalam cairan
tubuh hiu menyebabkan osmolaritas yang sangat mendekati osmolaritas air laut.
Akan tetapi, karena konsentrasi zat terlarut dalam cairan tubuhnya ternyata lebih
besar daripada 1000mOsm/L, air perlahan-lahan memasuki tubuh hiu melalui
osmosis dan dalam makanan (hiu tidak minum). Aliran air yang sedikit ini dibuang
melalui urin yang dihasilkan oleh ginjal hiu. Urin juga menyingkirkan sebagian garam
yang berdifusi ke dalam tubuh hiu, sisanya hilang dalam feses atau diekskresikan
oleh organ yang disebut kelenjar rektal.
 Hewan perairan tawar: Cairan tubuh hewan perairan tawar memiliki cairan internal
dengan osmolaritas yang lebih tinggi daripada sekitarnya. hewan perairan tawar
menghadapi masalah penambahan air melalui osmosis dan kehilangan garam
melalui difusi. Banyak hewan perairan tawar memecahkan masalah keseimbangan
air ini dengan hampir tidak minum air dan mengeskresikan banyak sekali urin yang
sangat encer. Pada saat yang sama, garam yang hilang melalui difusi dan di dalam
urin digantikan oleh makanan. Ikan perairan tawar juga menggantikan garam yang
hilang dengan pengambilan melalui insang. Sel-sel klorida dalam insang ikan secara
aktif mentranspor Cl- ke dalam tubuh, dan kemudian Na+.
 Hewan yang hidup di perairan sementara: invertebrata akuatik yang hidup di kolam
sementara dapat kehilangan hampir semua air tubuhnya. Hewan-hewan ini
memasuki kondisi dorman ketika habitatnya mengering yang disebut anhidrobiosis.
Dalam kondisi aktif dan terhidrasi, hewan kelompok ini mengandung sekitar 85% air
dari berat badan, namun hewan itu dapat terdehidrasi hingga kurang dari 2% air dan
sintas dalam kondisi inaktif, kering seperti debu, selama satu dekade atau lebih.
Cukup tambahkan air, dan dalam beberapa jam hewan tersebut sudah dapat
terdehidrasi kembali.
 Hewan darat: sebagian besar hewan darat kehilangan air melalui berbagai rute:
dalam urin dan feses, melalui kulitnya, dan dari permukaan yang lembab pada organ
organ pertukaran gas. Hewan darat mempertahankan keseimbangan air dengan
meminum dan mengonsumsi makanan lembab serta menghasilkan air secara
metabolis melalui respirasi selular.
Bentuk bentuk zat buangan bernitrogen
 Amonia: Pada banyak invertebrata, pelepasan amonia terjadi melintasi seluruh
permukaan tubuh. Pada ikan, sebagian besar amonia hilang sebagai NH4+
melintasi epitelium insang, ginjal hanya mengeksresikan sedikit zat buangan
bernitrogen.
 Urea: mamalia, sebagian besar amfibia dewasa, hiu, serta beberapa ikan laut
bertulang keras dan penyu terutama mengekskresikan zat buangan bernitrogen
yang berbeda yaitu urea. Dihasilkan di dalam hati vertebrata, urea adalah produk
siklus metabolik yang mengombinasikan amonia dengan karbondioksida.
 Asam urat: Serangga, bekicot, dan banyak reptil, termasuk burung,
mengekskresikan asam urat sebagai zat buangan bernitrogen utamanya. Asam
urat relatif nontoksik dan tidak mudah larut dalam air. Oleh karena itu asam urat
dapat diekskresikan sebagai pasta semisolid dengan kehilangan air yang sangat
sedikit.
Proses sistem ekskresi
Ginjal
Ginjal (ren) manusia berjumlah sepasang, berbentuk seperti kacang, terletak di rongga perut
sebelah kanan depan dan kiri depan ruas-ruas tulang belakang bagian pinggang. Ginjal
berperan dalam proses pembentukan urin yang terjadi melalui serangkaian proses, yaitu:
filtrasi, reabsorpsi, dan augmentasi. Urin keluar dari setiap ginjal melalui suatu saluran yang
disebut ureter, dan kedua ureter mengalir kedalam kandung kemih. Selama pengeluaran
urin dibuang dari kandung kemih melalui uretra
 Filtrasi: pembentukan urin diawali dengan penyaringan darah dan penyerapan
kembali sel-sel darah, keping darah, dan sebagian besar protein plasma yang terjadi
di kapiler glomerulus. Bahan-bahan kecil yang terlarut di dalam plasma darah,
seperti glukosa, asam amino, natrium, kalium, klorida, bikarbonat dan urea. Hasil
penyaringan di glomerulus disebut filtrat glomerolus atau urin primer, mengandung
asam amino, glukosa, natrium, kalium, dan garam-garam lainnya
 Reabsorpsi: Bahan-bahan yang masih diperlukan di dalam urin pimer akan diserap
kembali di tubulus kontortus proksimal, sedangkan di tubulus kontortus distal terjadi
penambahan zat-zat sisa dan urea. Gula dan asam amino meresap melalui peristiwa
difusi, sedangkan air melalui peristiwa osmosis. Penyerapan air terjadi pada tubulus
proksimal dan tubulus distal. substansi yang masih diperlukan seperti glukosa dan
asam amino dikembalikan ke darah. Zat amonia, obat-obatan seperti penisilin,
kelebihan garam dan bahan lain pada filtrat dikeluarkan bersama urin
 Augmentasi : proses penambahan zat sisa dan urea yang terjadi di tubulus kontortus
distal. Dari tubulus-tubulus ginjal, urin akan menuju rongga ginjal, selanjutnya
menuju kantong kemih melalui saluran ginjal. Jika kantong kemih telah penuh terisi
urin, dinding kantong kemih akan tertekan sehingga timbul rasa ingin buang air kecil,
urin akan keluar melalui uretra. Komposisi urin yang dikeluarkan melalui uretra
adalah air, garam, urea dan sisa substansi lain, seperti pigmen empedu yang
memberi warna dan bau pada urin
Paru-paru
sisa metabolisme berupa karbondioksida (CO2) dan air (H2O) pada jaringan diangkut oleh
darah menuju jantung dan dari jantung akan dipompakan ke paru-paru untuk berdifusi di
alveolus. Sebagian besar CO2 dari jaringan diangkut oleh plasma darah dalam bentuk
senyawa asam karbonat (H2CO3) dan sekitar 25% diangkut oleh sel darah merah dalam
bentuk karbominohemoglobin (HbCO2). H2O dan CO2 berdifusi di alveolus paru-paru
karena pada alveolus bermuara banyak kapiler yang mempunyai selaput tipis. Selanjutnya
diekskresikan dari paru-paru melalui lubang hidung
hati
Sebagai alat ekskresi, Hati menghasilkan empedu (billus). Cairan empedu berasal dari
perombakan hemoglobin sel darah merah yang telah tua atau berumur sekitar 120 hari.
Hemoglobin dari sel darah merah akan dipecah menjadi hemin, globin, dan zat besi (Fe).
Hemin diubah menjadi zat warna empedu bilirubin yang berwarna hijau dan biliverdin.
Melalui proses oksidasi, bilirubin diubah menjadi urobilin yang berwarna kuning kecoklatan.
Zat ini memberi warna pada feses. Globin akan digunakan untu membuat hemoglobin baru
dan untuk merabolisme protein. Zat besi dikembalikan ke sumsum tulang untuk membentuk
sel eritrosit baru.
Kulit
Aktifnya kelenjar keringat mengakibatkan keluarnya keringat ke permukaan kulit yang
menyebabkan suhu tubuh turun sehingga kita tidak merasakan panas lagi. Kandungan
utama dalam keringat adalah air (H2O), urea (CO(NH)2), dan natrium klorida (NaCl). Proses
pengeluaran keringat diatur oleh hipotalamus yang menghasilkan enzim bradikinin yang
mempengaruhi kerja keringat. Suhu lingkungan rendah (dingin), kelenjar keringat tidak aktif
dan pembuluh kapiler di kulit menyempit, serta mengaktifkan otot rangka yang
menyebabkan tubuh menggigil. Penyempitan pembuluh darah mengakibatkan darah
banyak mengalir ke jaringan tubuh yang terletak lebih dalam dari permukaan kulit sehingga
mengurangi hilangnya panas melalui permukaan kulit. Pada keadaan ini darah tidak
membuang sisa metabolisme dan air, akibatnya penguapan sangat berkurang, sehingga
suhu tubuh tetap dan tubuh tidak mengalami kedinginan. Selain itu aktivitas mengigil akan
menghasilkan panas sehingga suhu tubuh meningkat.

Kajian aksiologi
Pada tinjauan aksiologi yaitu mengkaji tentang manfaat peranan osmoregulasi dan ekskresi
dengan ilmu pengetahuan lainya bagi kehidupan manusia. Beberapa teknologi sistem
ekskresi yang dapat bermanfaat dalam mengatasi gangguan sistem ekskresi yaitu:
1. Hemodialisis: Cuci darah atau hemodialisis merupakan cara yang dilakukan untuk
meringankan beban ginjal pada penderita gagal ginjal. proses ini umumnya dilakukan
2-3 kali dalam seminggu. Jika cara ini dihentikan maka penderita gagal ginjal tersebut
dapat mengalami keracunan dan terjadi komplikasi hingga menyebabkan kematian
2. Hemodialyzer: teknologi lain yang sering digunakan dalam mengatasi gangguan
ekskresi yaitu esin ginjal buatan (hemodialyzer). Hemodialyzer terdiri atas membran
semipermeabel sederhana. Terdapat dua jenis dialyzer, yaitu parallel plate dialyzer
dan hollow-fiber dialyzer
3. Transplantasi ginjal: Metode yang dikembangkan untuk mengatasi gagal ginjal untuk
jangka panjang adalah dengan transplantasi ginjal. Faktor penghambat utama dalam
prosedur transplantasi adalah respons imunologis dari tubuh yang menolak ginjal
transplantasi. Pada umumnya, makin dekat kesamaan genetik antara donor dengan
resipien, makin besar pula tingkat keberhasilan transplantasi

4. Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy (ESWL): standar prosedur rawat jalan yang
digunakan sebagai tata laksana batu ginjal dan batu ureter proksimal
5. Skin grafting (cangkok kulit): cangkok kulit) merupakan tindakan memindahkan
sebagian atau seluruh ketebalan kulit dari donor ke resipien yang membutuhkan.
Cangkok kulit bertujuan untuk penanganan luka bakar yang parah, dengan area luka
yang luas.

Anda mungkin juga menyukai