Anda di halaman 1dari 17

Materi Ajar

Pelatihan Kebijakan
Pengelolaan Sumber Daya
Alam Dan
Lingkungan Hidup
Indonesia

2021
YAYASAN
AURIGA NUSANTARA
Kebijakan Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan
Lingkungan Hidup Indonesia

II. ANTI-SLAPP:
PERLINDUNGAN PARTISIPASI
PUBLIK (DARI TUNTUTAN
PIDANA)

Anti-Strategic Lawsuit/Litigation Against Public proses partisipasi publik. Kedua, jaminan perlindungan
Participation (Anti-SLAPP) merupakan suatu bentuk hukum bagi masyarakat yang menjalankan partisipasi
perlindungan hukum yang diberikan kepada masyarakat publik dari perlawanan pihak lainnya, yang
dalam melakukan partisipasi publik sebagaimana hak kepentingannya terusik. Adapun perlindungan tersebut
yang telah dijamin oleh hukum atau peraturan dapat ditemukan dalam Pasal 66 UU No. 32/2009:
perundang-undangan. Dengan demikian, jaminan
hukum terhadap partisipasi publik secara ideal “Setiap orang yang memperjuangkan hak atas
lingkungan hidup yang baik dan sehat tidak
setidaknya harus mencakup dua hal. Pertama, jaminan
hak akses untuk melaksanakan atau menjalankan dapat dituntut secara
pidana maupun digugat secara perdata.” [Penjelasan: satu bentuk partisipasi yang dikehendaki oleh UU.
Ketentuan ini dimaksudkan untuk melindungi korban Dalam rapat Panja tanggal 28 Juli 2009, Rapiuddin
dan/atau pelapor yang menempuh cara hukum akibat Hamarung (Komisi VII DPR RI) selaku ketua rapat
pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup. kembali menyampaikan usulan dari masyarakat sipil
Perlindungan ini dimaksudkan untuk mencegah tindakan mengenai konsep perlindungan bagi masyarakat yang
pembalasan dari terlapor melalui pemidanaan dan/ memperjuangkan lingkungan hidup. Adapun ketentuan
atau gugatan perdata dengan tetap pasal yang diusulkan adalah……………yang
memperhatikan kemandirian peradilan.] memperjuangkan hak asasi lingkungan hidup yang
sehat yang dilandasi iktikad baik tidak dapat dituntut
Secara historis, rumusan Pasal 66 UU 32/2009 ini secara pidana maupun digugat secara perdata. Simon
diusulkan dan dibahas berdasarkan latar belakang Patrice (Anggota Komisi VII) mengomentari usulan ini
banyaknya pembungkaman atau perlawanan terhadap dengan memaparkan bahwa perlu dirumuskan sebuah
masyarakat yang memperjuangkan hak atas lingkungan aturan untuk melindungi peran serta masyarakat dalam
yang baik dan sehat. Padahal, upaya masyarakat untuk menjaga lingkungan hidup karena banyak sekali terjadi
memperjuangkan haknya tersebut merupakan salah kasus penuntutan yang

YAYASAN AURIGA NUSANTARA 197


Anti SLAPP dimaksud dengan “yang dilandasi dengan iktikad baik”.
Pada rapat Panja

dilakukan oleh sebuah perusahaan yang diduga atau


dilaporkan sebagai pencemar lingkungan. Perusahaan-
perusahaan tersebut sering sekali menggugat balik tanggal 29 Juli 2009, Rapiuddin Hamarung
masyarakat atau aktivis-aktivis lingkungan yang memaparkan suatu pendapat tentang kemungkinan
mengomentari/berpendapat tentang pencemaran pelanggaran terhadap hak asasi pihak terlapor untuk
lingkungan dengan dalil pencemaran nama baik. Simon mengajukan gugatan balik tercederai akibat rumusan
Patrice berpendapat bahwa seharusnya setiap orang pasal ini. Namun kemudian Tim Ahli
yang memperjuangkan masalah lingkungan KLH menanggapi dengan memaparkan bahwa
mendapatkan perlindungan hukum. Tim Ahli KLH tujuan dari perumusan pasal ini bukanlah untuk
menanggapi bahwa yang dimaksud oleh Simon Patrice menghalangi hak pihak
adalah Strategic Legal Action Against Public terlapor untuk melakukan gugat balik, tetapi
Participation (SLAAPP). Menurut KLH yang dimaksud memberikan kisi-kisi bagi hakim agar hakim
dengan SLAAP adalah gugatan balik, pengaduan atau berkonsentrasi memeriksa gugatan pencemarannya,
pelaporan untuk membungkam peran serta lalu hakim bisa memeriksa gugatan pihak terlapor
masyarakat. Hal ini umum terjadi pada saat pelapor tentang pencemaran nama baik.209
yang melaporkan adanya pencemaran lingkungan,
dilaporkan balik dengan dalil pencemaran nama baik. Perkembangan diskursus mengenai
Dalam prakteknya, seringkali hakim lebih fokus pada SLAPP diberbagai negara berbeda-beda. Di
gugatan pencemaran nama baik dan melupakan pokok Amerika Serikat, gugatan adalah cara yang ampuh
permasalahannya, yaitu pencemaran/ perusakan dan mudah bagi SLAPP filers menghadapi pihak-
lingkungan. KLH menanggapi usulan organisasi pihak yang dianggap
tersebut sebagai hal yang penting dengan argumen mengganggu kepentingannya. Namun di negara lainnya
bahwa setiap orang yang berperan serta memang seperti Indonesia, tidak hanya gugatan perdata namun
harus dilindungi haknya. Asfihani (Anggota Komisi VII) kemungkinan dalam bentuk pidana juga terbuka dan
kemudian menambahkan mengenai kasus yang terjadi sering terjadi, misalnya pelaporan pidana atas
di Kotabaru, dimana anggota DPR yang berjuang untuk perbuatan pencemaran, pengrusakan, memasuki
rakyat ternyata di sidang (pengadilan). Gusti Iskandar halaman orang tanpa izin, dan lain sebagainya, yang
Sukma Alamsyah (Anggota Komisi VII) mendukung pada pokoknya untuk menyerang atau melemahkan
konsep yang diajukan oleh masyarakat sipil tersebut lawan (masyarakat) secara hukum. Oleh karenanya,
dan mengusulkan agar dibahas di Timus. Airlangga istilah strategic lawsuit juga banyak yang menyamakan
Hartato (Anggota Komisi VII) kemudian meminta maknanya dengan strategic litigation.
pemerintah (KLH) untuk membuat rumusan apa yang
E.1. Definisi dan Kriteria SLAPP 209 Anotasi Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup, Indonesian Center for Environmental Law
(ICEL), hal. 75-76.
1. Filipina melalui Rules of Procedures for
Environmental Cases, The Supreme

198 YAYASAN AURIGA NUSANTARA


Kebijakan Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan
Lingkungan Hidup Indonesia

Court of the Phillipines, mendefinisikan SLAPP public afairs, and deter others from participating in
sebagai: discussion on matters of public interest” [Terjemahan
bebas: “... gugatan yang dimulai terhadap satu atau
“An action whether civil, criminal or administrative, lebih individu atau kelompok yang berbicara atau
brought against any person, institution or any mengambil posisi pada suatu masalah kepentingan
government agency or local government unit or its publik. SLAPP menggunakan sistem pengadilan
ofcials and employees, with the intent to harass, untuk membatasi keefektifan ucapan atau perilaku
vex, exert undue pressure or stifle any legal pihak lawan. SLAPP dapat mengintimidasi lawan,
resources that such person, institution or menghabiskan sumber daya mereka, mengurangi
government agency has taken or may take in the kemampuan mereka atau berpartisipasi dalam
enforcement of environmental laws, protection of urusan publik, dan menghalangi orang lain untuk
the environment or assertation of environmental berpartisipasi dalam diskusi tentang masalah
rights.” [Terjemahan bebas: “Tindakan baik perdata, kepentingan publik “]
pidana atau administratif, yang dilakukan terhadap
siapa pun, lembaga atau lembaga pemerintah atau Berdasarkan perdebatan dalam pembahasan Pasal 66
unit pemerintah daerah atau pejabat dan UU No. 32 Tahun 2009 dan definisi SLAPP yang ada,
karyawannya, dengan maksud untuk mengganggu, dapat disimpulkan beberapa kriteria untuk menilai suatu
menyusahkan, memberikan tekanan yang tidak tindakan hukum sebagai SLAPP, yakni:
semestinya, atau melumpuhkan sumber daya
(1) Perkara hukum yang dilancarkan baik dalam bentuk
hukum apa pun yang dimiliki orang tersebut,
gugatan ataupun laporan pidana memiliki motif
lembaga atau lembaga pemerintah telah mengambil
tersembunyi untuk memberikan gangguan
atau mungkin mengambil dalam penegakan hukum
(harassment), menyusahkan (vexatious),
lingkungan, perlindungan lingkungan atau
memberikan tekanan (pressure) yang tidak
penegasan hak
semestinya, mengintimidasi (intimidating) dan
lingkungan. “]
melemahkan sumber daya daripada pihak atau
2. Protection of Public Participation Act 2013, masyarakat, yang sebelumnya melakukan
Ontario, Kanada, mendefinsikan SLAPP: partisipasi memperjuangkan kepentingan publik atau
lingkungan.
“...a lawsuit initiated against one or more individuals
or groups that speak out or take a position on an (2) Terdapat bentuk-bentuk tindakan partisipasi
issue of public interest. SLAPPs use the court masyarakat yang telah
system to limit the efectiveness of the opposing dilakukan sebelumnya (keluhan,
party’s speech or conduct. SLAPPs can intimidate pengaduan, tuntutan dan tindakan tindakan
opponents, deplete partisipasi lainnya)
their resources, reduce their ability or participate in dengan masalah lingkungan yang

YAYASAN AURIGA NUSANTARA 199


Anti SLAPP menyangkut kepentingan umum
atau perhatian publik. Bentuk-bentuk tindakan
partisipasi tersebut dapat diidentifikasi melalui
ada tidaknya komunikasi yang telah dilakukan
masyarakat sebelumnya kepada korban SLAPP. Pihak yang melancarkan SLAPP
pemerintah terkait dengan keluhan atau umumnya adalah pihak-pihak yang merasa
kepentingan tersebut, misalnya pengaduan, terganggu kepentingannya dengan partisipasi
laporan ke pemerintah, siaran pers dan lain masyarakat yang ada. Hubungan kepentingan ini
sebagainya. dapat bersifat langsung atau terlihat secara
Sebagai contoh Warga Sungailiat yang langsung maupun tidak langsung/ terselubung.
memprotes permasalahan lingkungan, sebelum Hubungan kepentingan dapat dilihat secara
adanya laporan pidana langsung jika serangan SLAPP tersebut dilancarkan
mengenai penyalahgunaan jabatan oleh oleh pihak yang secara langsung kepentingannya
mantan Ketua RT-nya, mereka telah melakukan tergangggu, misalnya pihak perusahaan yang
pengaduan kepada secara
pemerintah daerah setempat dan telah difasilitasi langsung melancarkan perkara hukum terhadap
penyelesaian sengketa yang menghasilkan masyarakat yang sebelumnya menolak atau
kesepakatan, namun pihak perusahaan tidak mempersoalkan masalah lingkungan yang diduga
menjalankan kesepakatan tersebut sehingga warga akibat
melakukan gugatan. Pada saat warga berproses beroperasinya perusahaan tersebut. Hubungan
melakukan gugatan perdata dan mengumpulkan kepentingan antara partisipasi masyarakat dengan
warga lainnya untuk mendiskusikan rencana kepentingan pihak yang melancarkan SLAPP juga
tersebut dimana surat undangannya ditandatangani dapat terjadi secara terselubung, dimana pihak yang
oleh mantan Ketua RT yang telah melancarkan SLAPP menggunakan pihak ketiga atau
mengundurkan diri namun belum mendapatkan SK pihak lainnya untuk mengaburkan hubungan
pemberhentian dan belum ada penggantinya (namun tersebut. Sebagai contoh, laporan pidana yang
dalam undangan tertera sebagai “mengetahui Ketua diajukan oleh salah seorang anggota masyarakat
RT”), maka tindakan mantan Ketua RT tersebut (yang berbeda pendapat karena merupakan
dijadikan sebagai celah untuk melancarkan SLAPP karyawan perusahaan atau orang dekat perusahaan)
dengan melakukan pelaporan tindak pidana untuk menyerang kelompok masyarakat lainnya
penyalahgunaan jabatan. yang sebelumnya melakukan protes terkait dengan
masalah lingkungan yang ditimbulkan oleh
(3) Adanya hubungan kepentingan dari pihak yang perusahaan tersebut. Oleh karenanya, penegak
melancarkan SLAPP (baik langsung maupun tidak hukum dituntut untuk dapat memahami latar
langsung) dengan tindakan partisipasi yang belakang sosial-masyarakat yang ada dalam perkara-
sebelumnya oleh masyarakat atau perkara SLAPP, sebelum melakukan penegakan
hukum atas laporan-laporan dengan motif atau
tujuan untuk melancarkan serangan SLAPP.

200 YAYASAN AURIGA NUSANTARA

(4) Karena motif SLAPP adalah untuk melancarkan yang dilancarkan dapat pula
serangan yang bersifat menimbulkan gangguan, dalam bentuk yang terkesan berlebihan, mengada-
melemahkan ada atau tanpa dasar yang kuat. Sebagai contoh,
Kebijakan Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan Hidup Warga di Sungailiat yang dilaporkan oleh warga
Indonesia
lainnya
(individu yang memiliki hubungan kerja dalam
perusahaan) dengan tuduhan menyalahgunakan
jabatan Ketua
RT (karena sudah mengundurkan
Rignolda menyampaikan pendapatnya
diri namun belum mendapatkan SK
kepada media sesuai dengan keahliannya mengenai
pemberhentian) yang menandatangani surat
pencemaran yang dilakukan
undangan (sebagai “mengetahui Ketua RT”) yang
dan memberikan tekanan, maka tindakan hukum
diinisiasi warga lainnya untuk mengundang warga masyarakat sekitar Teluk Buyat. Pernyataan Dr.
dalam rangka mendiskusikan persoalan Rignolda pada Harian Kompas 20 Juli 2004 dan
lingkungan yang dihadapi warga dari perusahaan Sinar Harapan 21 Juli 2004 mengenai operasi
di lokasi tersebut. Pihak pelapor adalah warga penambangan yang dilakukan PT. NMR akhirnya
yang memiliki hubungan dekat dengan pengurus membuat PT. NMR yang diwakili Persiden Direktur
perusahaan. Richard Bruce Ness menggugat Dr. Rignolda
dengan gugatan pencemaran nama baik.
(5) Umumnya pihak yang dituju dari
tindakan/serangan SLAPP adalah (2) H. Rudy vs Willy Suhartanto (Putusan No.
pihak tertentu (individu atau kelompok 177/Pdt.G/2013/PN.Mlg). H.
masyarakat) sebagai pihak korban, Rudy merupakan pengurus Forum Masyarakat
potensial korban, organisasi non Peduli Mata Air (FMPA) yang memperjuangkan
pemerintah yang memiliki concern agar pembangunan The Rayja Batu Resort
terkait dengan isu-isu publik dalam hal ini adalah dihentikan karena dapat memberikan dampak
lingkungan hidup. negatif bagi sumber mata air gemulo di Kota Batu.
Adapun alasannya karena pembangunan The
Rayja Batu Resort hanya berjarak sekitar 150 meter
E.2. Beberapa Contoh Kasus yang Dianggap SLAPP dari sumber mata air yang dapat mengancam
kehidupan masyarakat sekitar sebagai
(1) Dr. Rignolda Djamaluddin vs Richard Bruce Ness. penggunanya. Atas tindakan yang dilakukan oleh
Dr. Rignolda adalah seorang ahli lingkungan yang H. Rudy, Willy Suhartanto sebagai Direktur PT.
berfokus pada Panggon Sarkarya Sukses Mandiri yang
konteks dinamika lingkungan pantai yang juga bertanggungjawab dalam membangun The Rayja
merupakan Direktur Kelola (sebuah lembaga Batu Resort menggugat H. Rudy dengan dalil
konservasi lingkungan). Dr. bahwa tindakan H. Rudy yang berperan serta
oleh PT. Newmont Minahasa Raya (PT NMR) dengan mengirimkan surat pengaduan dan
di Teluk Buyat. Dr. Rignolda menyatakan pelaporan kepada instansi
bahwa telah terjadi pemerintah, anggota DPR, dan institusi Pendidikan
pencemaran di Teluk Buyat yang atas pembangunan The Rayja
menyebabkan penyakit Minamata yang diidap oleh

YAYASAN AURIGA NUSANTARA 201


Anti SLAPP Budi Pego akhirnya diproses pidana. Putusan PN dan
PT menjatuhkan pidana terhadap terdakwa 10 bulan
dari 10 tahun tuntutan.

(4) Basuki Wasis vs Nur Alam (Putusan Perkara No.:


Batu Resort yang dapat mengancam kerusakan 47/Pdt.G/LH/2018/PN Cbi.). Dr. Basuki Wasis
lingkungan hidup dianggap sebagai perbuatan adalah akademisi IPB yang menjalankan kewajiban
melawan hukum. sebagai ahli penilai kerusakan dan penghitungan
kerugian lingkungan oleh KPK dalam perkara tindak
(3) Heri Budiawan vs Negara RI (Putusan PN No.
pidana korupsi Nur Alam (Mantan Gubernur
559/Pid.B/2017/PN.Byw, Putusan PT No.
Sulawesi Tenggara). Penghitungan kerugian
174/Pid/2018/PT.Sby) Heri Budiawan atau yang juga
lingkungan yang dilakukan oleh Dr. Basuki Wasis
dikenal dengan Budi
digunakan oleh KPK dalam dakwaan dan
Pego bersama-sama dengan warga masyarakat
tuntutannya, namun tidak menjadi pertimbangan
lainnya melakukan aksi penolakan terhadap tambang
hakim dalam memutus bersalah Nur Alam atas
emas PT. Bumi Suksesindo (PT. BSI) dan PT. Damai
penyalahgunaan kewenangannya dalam menerbitkan
Suksesindo (PT. DSI) yang beroperasi di sekitar
izin usaha
wilayah pemukiman mereka. Dalam menyampaikan
pertambangan yang mengakibatkan terjadinya
aksinya, Budi Pego bersama dengan masyarakat
kerugian negara. Walaupun
lainnya menggelar aksi pemasangan spanduk
penolakan. Hanya saja
kemudian ditemukan ada logo palu arit di spanduk
perangkat aksi tersebut. Situasi ini yang membuat
tidak menjadi dasar pertimbangan bagi hakim dalam Indramayu karena dibatalkan oleh putusan
memutus bersalah, Nur Alam tetap menggugat Dr. Pengadilan Tata Usaha Negara Bandung. Dalam
Basuki Wasis untuk mengganti kerugian immaterial acara tersebut, mereka memasang bendera merah
sebesar Rp. 3 triliun dan ganti rugi dana operasional putih di lapangan desa. Namun sehari setelah
sebesar Rp. 1,47 miliar. Adapun perhitungan bendera dipasang, bendera terlihat terpasang
kerugian yang dilakukan oleh Basuki Wasis terbalik yang kemudian menjadi dasar untuk
terhadap kerusakan lingkungan yang diakibatkan memproses pidana meraka, dengan menggunakan
oleh izin usaha pertambangan yang dikeluarkan Nur Pasal 24 huruf a UU No.24 Tahun 2009 tentang
Alam sebesar Rp. 2,72 triliun. Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu
Kebangsaan jo. Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP.
(5) Sawin, Nanto dan Sukma vs Negara RI (Putusan
PN No. 397/PID.B/2018/ PN.IDM). Sarwin, Nanto (6) Robandi dkk., Vs. Negara RI (Putusan PN No.
dan Sukma merupakan warga Desa Mekarsari, 475/Pid.B/2021/PN.Sgl; Putusan PT No.
Kabupaten Indramayu yang tergabung dalam 21/PID/2021/PT.BBL). Robandi, M. Yusuf, Mulyadi,
Jaringan Tanpa Asap Batubara Indrmayu Syamsul Efendi, Aditama, dan Heti Rukmana
(JATAYU). Mereka merayakan kemenangan warga kesemua adalah warga dan Ketua RT di Kelurahan
yang menggugat izin lingkungan PLTU Batubara Kenanga, Kecamatan Sungailiat,

202 YAYASAN AURIGA NUSANTARA


Kebijakan Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan
Lingkungan Hidup Indonesia

Kabupaten Bangka. Mereka didakwa dan diputus tugas-tugas sebagai Ketua RT. Oleh karena
melanggar ketentuan Pasal 228 dan 263 KUHP jo. persoalan ini, mereka harus menghadapi proses
Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP. Kasus berawal dari hukum dan mendapatkan penahanan. Dari 6 orang
penolakan warga Kenanga yang atas dampak yang ditahan, diketahui 1 orang menderita sakit stroke
lingkungan (bau) yang dihasilkan oleh PT. Bangka dan 1 orang sedang dalam masa hamil.
Asindo Agri (PT. BAA). Proses penyelesaian terhadap
kasus ini telah berlangsung lama, yakni tahun 2017
dimana warga mengajukan laporan kepada E.3. Kerangka Hukum Perlindungan SLAPP dalam UU
pemerirntah Kabupaten Bangka dan oleh karenanya, NO. 32 TAHUN 2009 (UUPPLH)
PT BAA sempat diberikan sanksi administrasi. Namun
Pasal 66 UU PPLH memiliki dasar
warga masih merasa bahwa dampak bau tersebut
historis yang tertuang dalam Risalah Pembahasan.
belum sepenuhnya terselesaikan sehingga warga
Secara historis, munculnya pasal ini dilatarbelakangi oleh
melakukan gugatan perwakilan kelompok (class
tujuan untuk memberikan perlindungan bagi masyarakat
action) dan dinyatakan ditolak pengadilan terkait
yang berperan serta dalam perlindungan dan pengelolaan
dengan legal standing penggugat. Setelah putusan
lingkungan hidup, khususnya dalam memperjuangkan
tersebut, terdapat laporan kepada pihak kepolisian
hak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat
terhadap Robandi dkk, yang telah menandatangani
sebagaimana dijamin dalam UU. Oleh karenanya,
Surat Undangan “perihal Sosialiasi Rencana
penempatan Pasal 66 secara sistematika berada dalam
Persetujuan Menggugat Hukum PT. BAA”, sebagai
BAB X Bagian Kesatu mengenai Hak. Oleh karenanya,
“Mengetahui” dengan posisi sebagai Ketua RT. Surat
rumusan “Setiap orang yang memperjuangkan hak atas
undangan tersebut yang dibuat oleh salah satu warga
lingkungan hidup yang baik dan sehat tidak dapat dituntut
(selaku inisiator) dan oleh karenanya dalam surat
secara pidana maupun digugat secara perdata” memiliki
ditulis mengetahui Ketua RT. Surat tersebut bertujuan
hubungan erat dengan Pasal 65 yang menyatakan:
untuk melakukan sosialisasi kepada warga dan
mendiskusikan rencana gugatan perwakilan kelompok. Pasal 65
Pada saat Undangan tesebut ditandatangi oleh 6 (1) Setiap orang berhak atas lingkungan hidup yang
orang Ketua RT tersebut, sebetulnya mereka telah baik dan sehat sebagai
mengajukan surat pengunduran diri, namun
bagian dari hak asasi manusia.
belum dikeluarkan Surat Keputusan pemberhentian
oleh Lurah Kenanga dan mereka masih menjalankan (2) Setiap orang berhak mendapatkan pendidikan
lingkungan hidup, akses informasi, akses partisipasi, (3) Setiap orang berhak mengajukan usul
dan akses keadilan dalam memenuhi hak atas dan/atau keberatan terhadap
lingkungan hidup yang baik dan sehat. rencana usaha dan/atau kegiatan yang diperkirakan
dapat menimbulkan dampak

YAYASAN AURIGA NUSANTARA 203


Anti SLAPP menjalankan partisipasi publik

terhadap lingkungan hidup.


untuk memperjuangkan hak-haknya tersebut. Hal ini
(4) Setiap orang berhak untuk berperan dalam
perlu diuji mengingat karakteristik dan tujuan dari
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup
SLAPP adalah perlawanan balik untuk melemahkan
sesuai dengan
tindakan-tindakan masyarakat dalam menjalankan
peraturan perundang-undangan. partisipasinya. UU
(5) Setiap orang berhak melakukan pengaduan akibat Perlindungan Partisipasi Publik di Negara British
dugaan pencemaran dan/atau perusakan Columbia maupun Ontario (kedua negara tersebut
lingkungan hidup. mengatur Anti SLAPP dalam konteks gugatan
perdata), mengatur bahwa untuk membuktikan
(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara terjadinya SLAPP, tergugat dapat
pengaduan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) mengajukan permohonan dismissal pada hakim atas
diatur dengan Peraturan Menteri. dasar: (a) Bahwa kasus yang disidangkan tersebut
muncul atas dasar ekspresi dari tergugat; dan (b)
Berdasarkan ketentuan di atas, maka terdapat tiga
Eskpresi tersebut berkaitan dengan masalah
hal penting yang perlu dilakukan penyidik atau
kepentingan umum. Persoalannya, dalam konteks
penuntut dalam mengidentifikasi apakah suatu
pidana, dampak dari tindakan SLAPP bisa timbul
kasus merupakan SLAPP, yaitu:
pada saat proses di tingkat penyidikan maupun
(1) apakah masyarakat yang bersangkutan dalam penuntutan, misalnya keputusan mengenai
kerangka menjalankan hak haknya sebagaimana penahanan tersangka. Oleh karenanya, penyidik
diatur dalam Pasal 65 di atas. Hal ini bersesuaian dan penuntut juga diharapkan dapat
dengan berbagai konsep mengenai perlindungan mempertimbangkan keputusan penahanan bagi
SLAPP yang berlaku di beberapa negara, yakni masyarakat dengan melihat latar belakang kasus
adanya kepentingan publik yang diperjuangkannya. yang ada melalui dua tes atau telaah di atas.
Dalam konteks ini berarti kepentingan perlindungan
Jika melihat kerangka hukum UU 32/2009, untuk
lingkungan hidup. Oleh karenanya, secara logis
mengidentifikasi keberadaan partisipasi publik oleh
penerapan pasal ini perlu dilakukan dengan
masyarakat, dapat dilihat dari beberapa Pasal yang
pengujian atau
dapat dijadikan dasar, antara lain:
penelaahan oleh penegak hukum, baik penyidik
atau penuntut terkait dengan ada tidaknya masalah a. Lingkup hak atas lingkungan hidup yang
lingkungan hidup yang menjadi latar belakang dari diperjuangkan sebagaimana dijamin dalam Pasal 65
kasus yang ditanganinya. UU 32/2009, yaitu: (1) hak atas lingkungan hidup yang
baik dan sehat; (2) hak mendapatkan pendidikan
(2) Selanjutnya, penyidik maupun penuntut perlu pula
lingkungan hidup, akses informasi, akses partisipasi,
menelaah apakah pihak yang bersangkutan
dan akses keadilan dalam memenuhi hak atas
(masyarakat)
lingkungan hidup
melakukan tindakan-tindakan dalam rangka

204 YAYASAN AURIGA NUSANTARA


yang baik dan sehat; (3) mengajukan usul dan/atau pengawasan sosial;
keberatan terhadap rencana usaha dan/atau kegiatan yang
Kebijakan Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan Hidup b. pemberian saran, pendapat, usul, keberatan,
Indonesia pengaduan; dan/atau

c. penyampaian informasi dan/atau laporan.

lingkungan hidup;

(3) Peran masyarakat dilakukan untuk: b. meningkatkan kemandirian,


keberdayaan masyarakat, dan
a. meningkatkan kepedulian dalam
kemitraan;
perlindungan dan pengelolaan
diperkirakan dapat menimbulkan dampak terhadap c. menumbuhkembangkan
lingkungan hidup; (4) hak berperan serta dalam kemampuan dan kepeloporan
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup masyarakat;
sesuai dengan peraturan perundang-undangan; dan
(5) hak melakukan pengaduan akibat dugaan d. menumbuhkembangkan
pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup. ketanggapsegeraan masyarakat
untuk melakukan pengawasan
b. Lingkup peran serta yang diatur dalam Pasal 70
sosial; dan
UU 32/2009. Mengingat salah satu hak atas
lingkungan hidup yang dijamin oleh Pasal 65 UU e. mengembangkan dan menjaga budaya dan
32/2009 adalah hak melakukan peran serta kearifan lokal
sebagaimana diatur dalam peraturan perundang- dalam rangka pelestarian fungsi
undangan, maka salah satu yang dapat dirujuk lingkungan hidup.
adalah peran serta sesuai dengan Pasal 70
meskipun bentuk pengaturan pasal ini tidak (3) Motif dari tindakan SLAPP. Penyidik dan penuntut
bersifat limitatif sehingga tidak menutup perlu mendalami motif dari pengajuan SLAPP. Dwight
kemungkinan peran serta dalam bentuk bentuk H. Merriam and Jefrey A. Benson menyatakan, dalam
lainnya sebagaimana dijamin dan diatur oleh banyak kasus, tindakan SLAPP umumnya
peraturan perundang undangan lain yang relevan. dilancarkan secara tidak berdasar atau dipaksakan
Pasal 70 UU 32/2009 tersebut mengatur peran serta dan mengandung motif politik atau ekonomi yang
masyarakat sebagai berikut: tersembunyi. Motif tersebut tentunya dapat terus
berkembang mengikuti kondisi yang terjadi. George
(1) Masyarakat memiliki hak dan W.Pring menyatakan bahwa salah satu kriteria yang
kesempatan yang sama dan seluas luasnya dapat dilihat, pada umumnya yang menjadi “korban”
untuk berperan aktif dalam perlindungan dan dari tindakan SLAPP adalah masyarakat, organisasi
pengelolaan non pemerintah, jurnalis, dan media yang bertindak
lingkungan hidup. kritis atas suatu peristiwa. Sedangkan bentuk
tindakan SLAPP umumnya dapat berupa fitnah,
(2) Peran masyarakat dapat berupa: a. gangguan yang mempengaruhi aktivitas sehari-hari,
gangguan yang dilakukan terhadap pribadi (privat),

YAYASAN AURIGA NUSANTARA 205


Anti SLAPP penyidik atau penuntut perlu memahami konstruksi
peristiwa secara lebih luas, bukan
sekedar pemenuhan unsur-unsur dari suatu
rumusan delik pidana saja.

konspirasi, tindakan yang berbahaya, tindakan


yang menimbulkan kerugian, dan seterusnya. E.4. Beberapa Kemungkinan Perlindungan Partisipasi
Fitnah merupakan tipe yang paling umum terjadi Publik (Anti-SLAPP) yang dapat dikembangkan dari
pada kasus SLAPP, hingga akhirnya berkembang KUHAP
menjadi pemidanaan atau gugatan yang motifnya
bersifat intimidatif dan untuk menimbulkan Sebagaimana diuraikan sebelumnya, bahwa tujuan
ketakutan bagi korban SLAPP.210 Oleh karenanya, SLAPP dimaksudkan “secara tersembunyi” untuk
melakukan tekanan, intimidasi, menimbulkan penahanan dilakukan dengan
gangguan akibat dari partisipasi publik yang telah mempertimbangkan alasan penahanan ditambah
dilakukan oleh masyarakat. Oleh karenanya, penting dengan dampak penahanan apabila penyidik
bagi penegak hukum untuk melihat atau penuntut
konstruksi kasus secara lebih luas dan mendapatkan kemungkinan adanya SLAPP.
mengidentifikasi apakah suatu kasus merupakan Kebijakan lainnya yang bisa dipertimbangkan
SLAPP atau bukan (lihat Sub Bagian C di atas). penyidik atau penuntut adalah pilihan jenis
Apabila penegak hukum dalam proses identifikasi penahanan (rumah tahanan, rumah, atau kota).
menemukan adanya indikasi bahwa kasus tersebut
(2) Penyelidikan dan Penyidikan. Tahap penyelidikan
merupakan SLAPP, maka beberapa
dan penyidikan merupakan tahapan yang sangat
kemungkinan aturan dalam KUHAP perlu menjadi
penting untuk mendapatkan gambaran lebih utuh
pertimbangan untuk “meringankan” serangan/tekanan
dari suatu peristiwa, termasuk untuk
atau akibatnya bagi masyarakat, antara lain:
mengidentifikasi kemungkinan ada tidaknya
(1) Penahanan. Penahanan seringkali memberikan SLAPP. Oleh karena itu,
efek psikologis/tekanan bagi tersangka, penyelidik maupun penyidik perlu
khususnya masyarakat. mengembangkan informasi/bahan/
keterangan/bukti – tidak sekedar
memenuhi sangkaan unsur pasal– melainkan
210 Ibid, hal. 78
juga mengindentifikasi persoalan lebih
lengkap di tingkat masyarakat mulai dari: ada
tidaknya persoalan lingkungan, ada tidaknya
upaya-upaya masyarakat dalam
memperjuangkan hak atas lingkungan atau
Oleh karena itu, salah satu upaya untuk melakukan partisipasi publik, hingga ada tidaknya
memberikan perlindungan motif yang dilakukan pihak tertentu untuk menekan
atau mengantisipasi dampak SLAPP bagi atau melemahkan upaya/partisipasi publik
masyarakat dalam proses tersebut. Berbagai informasi tersebut dimungkinkan
penyidikan maupun penuntutan untuk dimuat dalam Berita Acara Pemeriksaan
adalah kebijaksanaan mengenai perlu tidaknya sehingga dapat menjadi bahan pertimbangan bagi
penuntut umum maupun hakim dalam

206 YAYASAN AURIGA NUSANTARA

tahap selanjutnya. mengambil kebijakan yang tepat dalam tahap


penuntutan. Berdasarkan Pasal 14 huruf h KUHAP
(3) Penutupan perkara demi kepentingan hukum oleh
menyatakan bahwa penuntut umum mempunyai
Penuntut Umum. Proses penyelidikan dan penyidikan yang
wewenang menutup perkara demi kepentingan hukum.
Kebijakan Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan Hidup
Indonesia Pada Pasal 140 ayat (2) huruf a KUHAP menyatakan:
tindak pidana atau perkara ditutup demi hukum,
penuntut umum menuangkan hal tersebut dalam
surat ketetapan.”

Prof. Bagir Manan berpendapat bahwa makna


“Dalam hal penuntut umum memutuskan untuk
rumusan “demi kepentingan hukum” sebetulnya dapat
menghentikan penuntutan karena
dimaknai demi kepentingan tujuan hukum. Guru Besar
tidak terdapat cukup bukti atau peristiwa
Fakultas Hukum Universitas Padjajaran dan Mantan
tersebut ternyata bukan merupakan Ketua Mahkamah Agung ini menyebut beberapa
komprehensif akan membantu penuntut umum untuk contoh tujuan hukum. Yakni, ketertiban umum atau
rasa keadilan. “Bila kasus dipaksakan dikhawatirkan Ketiga, perkaranya sudah daluwarsa dengan merujuk
tujuan hukum itu tidak tercapai.” Sedangkan menurut Pasal 78 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.211
Mantan Hakim Agung M. Yahya Harahap
Dari kedua pendapat tersebut, pendapat Prof Bagir
berpendapat bahwa makna “demi
Manan cukup menarik untuk didalami, meskipun
kepentingan hukum” dimaknai dengan tiga contoh
pendapat M. Yahya Harahap juga bukanlah bersifat
alasan demi hukum.
limitatif pada tiga contoh alasan tersebut.
Pertama, bila tersangka atau terdakwa meninggal
dunia. Kedua, perkaranya nebis in idem, sebuah
prinsip hukum yang melarang terdakwa diadili lebih
dari satu kali atas satu perbuatan kalau sudah ada 211 https://www.hukumonline.com/berita/baca/lt4b1dea37d8cd8/ menafsirkan-
rumusan-demi-kepentingan-hukum-dalam kuhap?page=2 diakses 25 April 2021.
putusan yang menghukum atau membebaskannya.

YAYASAN AURIGA NUSANTARA 207


Anti SLAPP

Jika pendapat Prof Bagir Manan dikontekstualisasikan dengan Perlindungan Partisipasi Publik
(Anti-SLAPP), maka penyidik atau penuntut umum akan dihadapkan pada kondisi perlunya
mempertimbangkan kepentingan dari tujuan hukum mana yang lebih besar untuk
diprioritaskan. Pada satu sisi, melakukan penegakan hukum pidana sebagaimana disangkakan
kepada masyarakat memiliki tujuan untuk menegakkan kepentingan publik sesuai dengan
tujuan hukum pidana. Namun di sisi lain, perlindungan partisipasi publik (Anti-SLAPP) juga
memiliki kepentingan hukum yang patut dipertimbangkan berdasarkan rumusan ketentuan dan
tujuan hukum dari UU 32/2009. Mengingat kedua kepentingan hukum tersebut sama sama
memiliki dimensi kepentingan publik, maka dapat pula dikatakan sebagai perlunya
mempertimbangkan kepentingan publik mana yang lebih besar (balancing public interest test).
Hal lain, apakah akan terdapat potensi kerugian yang lebih besar jika salah satu kepentingan
hukum/kepentingan publik tersebut tidak ditegakkan daripada yang lain (consequential harm).
208 YAYASAN AURIGA NUSANTARA
Kebijakan Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan
Lingkungan Hidup Indonesia

DAFTAR PUSTAKA
Agenda 21, United Nations Conference on Environment and Development, Rio de Janeiro,
1992.

Allen, C. , & Clouth, S. (2012). Green economy, green growth, and low-carbon development –
history, definitions and a guide to recent publications . UNDESA: A guidebook to the Green
Economy. Retreived from https://sustainabledevelopment.un.org/content/documents/GE%20
Guidebook.pdf  

Andri G. Wibisana (2016), Kejahatan Lingkungan oleh Korporasi: Mencari Bentuk


Pertanggungjawaban Korporasi dan Pemimpin/Pengurus Korporasi untuk Kejahatan Lingkungan di
Indonesia, Jurnal Hukum & Pembangunan 46 No. 2.

Andri G. Wibisana (2017), Penegakan Hukum Lingkungan Melalui Pertanggungjawaban


Perdata, Badan Penerbit FHUI, Depok, 2017.

Andri Gunawan Wibisana, Tentang Ekor yang Tak Lagi Beracun: Kritik Konseptual atas Sanksi
Administratif dalam Hukum Lingkungan di Indonesia, https://jhli.icel.or.id/index.php/jhli/article/
view/123/93.

Arie Trouwborst (2009), Prevention, Precaution, Logic and Law: The Relationship beetwen
the Precautionary Principle and the Preventive Principle in International Law and Associated
Questions, Erasmus Law Review, Vol.02 Issue 02.

Basiago, A. D. (1996). The search for the sustainable city in. 20th century urban planning. The
Environmentalist , 16, 135–21. doi:10.1007/BF01325104.

Basiago, A. D. (1999). Economic, social, and environmental sustainability in development


theory and urban planning practice: The environmentalist . Boston: Kluwer Academic Publishers.

Benaim, C. A. , & Raftis, L. (2008). The Social Dimension of Sustainable Development:


Guidance and Application: Thesis submitted for completion of Master of Strategic Leadership
towards Sustainability, Blekinge Institute of Technology, Karlskrona, Sweden.

Benaim, C. A. , & Raftis, L. (2008). The Social Dimension of Sustainable Development:


Guidance and Application: Thesis submitted for completion of Master of Strategic Leadership
towards Sustainability, Blekinge Institute of Technology, Karlskrona, Sweden

Brian J. Preston (2017), The Judicial Development of the Precautionary Principle, Queensland
Government Environmental Management of Fire Fighting Foam Policy Implementation Seminar,
Brisbane.

Brodhag, C. , & Taliere, S. (2006). Sustainable development strategies: Tools for policy
coherence. Natural Resources Forum.

YAYASAN AURIGA NUSANTARA 209


Daftar Pustaka
Campagnolo, L. , Carraro, C. , Eboli, F. , Farnia, L. , Parrado, R. , & Pierfederici, R. (2018).
The ex-ante evaluation of achieving sustainable development goals. Social Indicators Research.

Caring for the Earth: A Strategy for Sustainable Living, IUCN-the World Conservation-UNEP
WWF, Gland, Switzerland, October, 1991.

Chelsea E. Stockwell et.al (2016), Field measurements of trace gases and aerosols emitted by
peat fires in Central Kalimantan, Indonesia, during the 2015 El Niño., Atmospheric Chemistry and
Physics, European Geosciences Union (https://acp.copernicus.org/articles/16/11711/2016/acp-16-
11711-2016.pdf).

Coomer, J. (1979). Quest for a sustainable society . Oxford: Pergamon.

Cooper, P. J. , & Vargas, M. (2004). Implementing sustainable development: From global


policy to local action . Lanham, MD: Rowman and Littlefield Publishers, Inc.

Daly, H. E. (1992). U.N. conferences on environment and development: retrospect on


Stockholm and prospects for Rio. Ecological Economics : the Journal of the International Society for
Ecological Economics.

Dernbach, J. C. (1993). The Other Ninety-Six Percent. Environmental Forum, p. 10, January/
February 1993 Widener Law School Legal Studies Research Paper No. 13–20.

Diesendorf, M. (2000). Sustainability and sustainable development. In D.Dunphy, J.


Benveniste, A.Grifths, & P.Sutton (Eds.), Sustainability: The corporate challenge of the 21st
century (pp. 2, 19–37). Sydney: Allen & Unwin.

Dr. Siti Nurbaya Bakar, Green Leaders dan Masa Depan Indonesia (Pada Prespektif
Lingkungan dan Kehutanan), presentasi, 23 Mei 2021.

Du, Q. , & Kang, J. T. (2016). Tentative ideas on the reform of exercising state ownership
of natural resources: Preliminary thoughts on establishing a state-owned natural resources
supervision and administration commission. Jiangxi Social Science.

Erich Lawson (2019), Three Environmental Issues and Ways to Combat Them, Environmental
Protection, Nov 25.

Evers, B. A. (2018) Why adopt the Sustainable Development Goals? The case of multinationals
in the Colombian cofee and extractive sector: Master Thesis Erasmus University Rotterdam.

Farazmand, A. (2016). Global encyclopedia of public administration, public policy, and


governance . Amsterdam: Springer International Publishing.

Frenki, Politik Hukum dan Perannya dalam Pembangunan Hukum di Indonesia Pasca
Reformasi, diakses dari https://media.neliti.com/media/publications/177590-ID-none.pdf

Garrett Hardin, the Tragedy of the Commons, The population problem has no technical
solution; it requires a fundamental extension in morality., diakses dari https://science.sciencemag.
org/.

210 YAYASAN AURIGA NUSANTARA


Kebijakan Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan
Lingkungan Hidup Indonesia

Global Warming of 1.5 °C, Intergovernmental on Climate Change (IPCC), 2018 https://www.
ipcc.ch/sr15/ diakses tanggal 1 Juli 2021

Goodland, R. , & Daly, H . (1996). Environmental sustainability: Universal and non-negotiable:


Ecological applications, 6(4), 1002–1017.

Gray, R. (2010). Is accounting for sustainability actually accounting for sustainability … and
how would we know? An exploration of narratives of organisations and the planet. Accounting,
Organizations and Society , 35(1), 47–62.

Guo, F. (2017). The spirit and characteristic of the general provisions of civil law. Law and
Economics.

Hemant More (2019), Environmental Laws: Intergenerational Equity Principle, diakses dari
https://thefactfactor.com/facts/law/civil_law/environmental_laws/intergenerational-equity/1487/

Henri Subagiyo (2016), Selamatkan Ekosistem Gambut, Selamatkan Indonesia: Restorasi


Gambut dan Pentingnya Peran Perguruan Tinggi (Presentasi), Fakultas Hukum Universitas Brawijaya
Malang.

Henri Subagiyo dan Astrid Deborah (2018),Ulasan Peraturan: Instruksi Presiden Republik
Indonesia Nomor 8 Tahun 2018 tentang Penundaan dan Evaluasi Perizinan Perkebunan Kelapa
Sawit serta Peningkatan Produktivitas Perkebunan Kelapa Sawit, Jurnal Hukum Lingkungan
Indonesia, Vol.5 No.1

I Nyoman Nurjaya (2006), Menuju Pengakuan Kearifan Lokal dalam Pengelolaan Sumber
Daya Alam: Perspektif Antropologi Hukum, Pascasarjana Universitas Brawijaya Malang.

ICSU . (2017). A guide to SDG interactions: From science to implementation. D. J.Griggs, M.


Nilsson, A.Stevance, & D.McCollum (Eds.), Paris: International Council for Science. (ICSU).

Ikhwanuddin Mawardi (2012), Pemberdayaan Kearifan Lokal dalam Perspektif Pembangunan


Berkelanjutan.

Imam Koeswahyono (2008), Hak Menguasai Negara, Perspektif Indonesia Sebagai Negara
Hukum, Jurnal Hukum dan Pembangunan Tahun ke-38 No. 1 Januari-Maret 2008.

Imam Koeswahyono (2008), Hak Menguasai Negara, Perspektif Indonesia Sebagai Negara
Hukum, Jurnal Hukum dan Pembangunan Tahun ke-38 No. 1 Januari-Maret 2008.

IUCN Council (2007), Guidelines for Applying The Precautionary Principle to Biodiversity
Conservation and Natural Resource Management

J.E. Sahetapy (1994) dalam Mompang L. Panggabean, Anotasi Putusan: Pertanggungjawaban


Korporasi dalam Hukum Pidana, Kajian Putusan No. 1405K/Pid.Sus/2013, Dictum Jurnal Kajian
Putusan Pengadilan, Edisi 12, LeIP , 2017.

Jimly Ashidiqqie (2009), Green Constitution: Nuansa Hijau Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945, Jakarta: Rajawali Pers.

YAYASAN AURIGA NUSANTARA 211


Daftar Pustaka

Keterangan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Pengantar Pembahasan Atas


Rancangan Undang-Undang Tentang Pengesahan Paris Agreement To The United Nations
Framework Convention on Climate Change (Persetujuan Paris Atas Konvensi Kerangka Kerja
Perserikatan Bangsa-Bangsa Mengenai Perubahan Iklim), Jakarta, 12 Oktober 2016

Koalisi Masyarakat Sipil untuk Penyelamatan Hutan dan Iklim Global,Briefing Paper: Evaluasi Tiga
TahunKebijakan Moratorium dan PerlindunganEkosistem Gambut Indonesia (Tugas Utama
Pemimpin Indonesia Baru), 2014. Lihat juga Enam Tahun Memperbaiki Tata Kelola Hutan dan Lahan
Gambut: Sebuah Evaluasi atas Pelaksanaan Inpres tentang Penundaan Pemberian Izin Baru dan
Penyempurnaan Tata Kelola Hutan Alam Primer dan Lahan Gambut, Forest Watch Indonesia, 2017

Koalisi Masyarakat Sipil untuk Perbaikan Tata Kelola Sawit (2019), Merayakan Satu
Tahun Moratorium Sawit: Merawat Harapan di Dua Tahun Tersisa, Jakarta.

Kolk, A. (2016). The social responsibility of international business: From ethics and the
environment to CSR and sustainable development. Journal of World Business , 51(1).

Kumar, S. , Raizada, A. , & Biswas, H. (2014). Prioritising development planning in the Indian
semi-arid Deccan using sustainable livelihood security index approach. International Journal of
Sustainable Development & World Ecology , 21, 4.

Kumar, S. , Raizada, A. , & Biswas, H. (2014). Prioritising development planning in the Indian
semi-arid Deccan using sustainable livelihood security index approach. International Journal of
Sustainable Development & World Ecology , 21, 4. Taylor and Francis Group.

Laporan Dua Tahun Pelaksanaan RAN GRK dan RAD GRK, Kementerian
Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas, Januari 2014

Lestario Widodo (2004), Pengelolaan Lingkungan Pada Era Otonomi Daerah dengan
Pendekatan Teknologi, hal.251-252, diakses dari http://ejurnal.bppt.go.id

Littig, B. , & Grießler, E. (2005). Social sustainability: a catchword between political


pragmatism and social theory. International Journal of Sustainable Development , 8.

Lobo, M.-J. , Pietriga, E. , & Appert, C. (2015). An evaluation of interactive map comparison
techniques. In Proceedings of the 33rd Annual ACM Conference on Human Factors in Computing
Systems - CHI ’15 (pp.3573–3582). New York, USA: ACM Press.

Lv, Z. M. (2018). Research group. The implementation outline of the “Green Principle” in civil
code. China Law Sci , 1.

M. Mahfud MD (2001), Politik Hukum di Indonesia, cet. II Jakarta: LP3ES.

Madani Insight (2019), Gambaran Industri Sawit Indonesia, Menjawab Asumsi dengan Fakta
dan Angka, Yayasan Madani, Vol.1.

Maria Sriwulani Sumardjono (1998), Kewenangan Negara untuk Mengatur dalam Konsep
Penguasaan Tanah oleh Negara, Pidato Pengukuhan Guru Besar Hukum Agraria, Universitas Gadjah
Mada, Yogyakarta, 14 Februari 1998

212 YAYASAN AURIGA NUSANTARA


Kebijakan Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan
Lingkungan Hidup Indonesia

Mas Achmad Santosa (2001), Hukum Lingkungan dan Good Governance, Indonesian Center
for Environmental Law, Jakarta, 2001.

Michiel A. Heldeweg dan Rene J.G.H Seerden (2012), Environmental Law in the Netherlands,
Kluwer Law International, Netherlands.

Mompang L. Panggabean (2017), Anotasi Putusan: Pertanggungjawaban Korporasi dalam


Hukum Pidana, Kajian Putusan No. 1405K/Pid.Sus/2013, Dictum Jurnal Kajian Putusan Pengadilan,
Edisi 12, LeIP.

Nota Sintesis: Evaluasi Gerakan Nasional Penyelamatan Sumber Daya Alam, Komisi
Pemberantasan Korupsi RI, Jakarta, 2018.
Pierobon, C. (2019). Promoting sustainable development through civil society: A case study
of the EU’s NSA/LA thematic programme in Kyrgyzstan. Development Policy Review; Wiley.

Plan of Implementation of the World Summit on Sustainable Development, 2002, https://


www.un.org/esa/sustdev/documents/WSSD_POI_PD/English/WSSD_PlanImpl.pdf

Report of the World Comission on Environment and Development: Our Common Future,
WCED, 1987, No. 46.

Restorasi Gambut di Indonesia, Kelompok Ahli Badan Restorasi Gambut RI, Desember 2020.

Retchless, D. P. , & Brewer, C. A. (2016). Guidance for representing uncertainty on global


temperature change maps. International Journal of Climatology.

Rio Declaration on Environment and Development, Report of the United Nations Conference on
Environment and Development, Rio De Janeiro, 3-14 June 1992.

Risalah Pembahasan RUU Pengelolaan Lingkungan Hidup, Rapat Kerja, 30 Juni 2009,

Risalah Rapat Dengar Pendapat DPR RI dengan Perguruan Tinggi, 15 Juli 2009

Risalah Rapat Dengar Pendapat Umum DPR RI dengan sejumlah LSM, 13 Juli 2009

Saith, A. (2006). From universal values to millennium development goals: Lost in


translation. Development and Change , 37(6), 1167–1199.

Shannon N Koplitz et al (2016), Public health impacts of the severe haze in Equatorial Asia in
September–October 2015: demonstration of a new framework for informing fire management
strategies to reduce downwind smoke exposure, Environmental Research Letter, Open Access,
(https://iopscience.iop.org/article/10.1088/1748-9326/11/9/094023/pdf )

Statistik 2019 Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Jakarta, 2020. Status

Restorasi Gambut 2016-2019, Badan Restorasi Gambut RI, Februari 2020. Strategi

Implementasi NDC (Nationally Determined Contribution), Kementerian Lingkungan

YAYASAN AURIGA NUSANTARA 213


Daftar Pustaka

Hidup dan Kehutanan RI, 2017.

Subarudi (2014), Kebijakan Pengelolaan Hutan Adat Pasca Putusan Mahkamah Konstitusi No.
35/PUU-X/2012: Suatu Tinjauan Kritis, Pusat Penelitian dan Pengembangan Perubahan Iklim dan
Kebijakan.

Taylor, S. J. (2016). A review of sustainable development principles: Centre for environmental


studies . South Africa: University of Pretoria

The Intergovernmental Science-Policy Platform on Biodiversity and Ecosystem Services


(IPBES), Germany, 2019, Germany.

The Johannesburg Declaration on Sustainable Development, 4 September 2002, https://


ec.europa.eu/environment/archives/wssd/documents/wssd_pol_declaration.pdf

The State of The World’s Forests 2020: Forests, Biodiversity and People, Food and Agriculture
Organization of the United Nations, Rome, 2020.
Ukaga, U. , Maser., C. , & Reichenbach, M. (2011). Sustainable development: principles,
frameworks, and case studies. International Journal of Sustainability in Higher Education , 12(2),
Emerald Group Publishing Limited.

UNSD . (2018c). SDG indicators metadata repository. Retrieved from https://unstats.un.org/


sdgs/metadata/

UNSD. (2018c). SDG indicators metadata repository. Retrieved from https://unstats.un.org/


sdgs/metadata/

World Commission on Environment and Development 1990, Our Common Future, Australian
edn, Oxford University Press, Melbourne.

Zhai, T. T. , & Chang, Y. C. (2019). Standing of environmental public-interest litigants in China:


Evolution, obstacles and solutions. Journal of Environmental Law , 30, 369–397.

214 YAYASAN AURIGA NUSANTARA


Pengantar
216 YAYASAN AURIGA NUSANTARA

Anda mungkin juga menyukai