Literasi dan Numerasi akan menjadi komponen utama dalam Asesmen Kompetensi
Minimum (AKM) sebagai pengganti Ujian Nasional.
Konsep Asesmen Kompetensi Minimum merupakan asesmen untuk mengukur
kemampuan minimal yang dibutuhkan peserta didik.
Kemampuan minimal tersebut terdiri dari kemampuan bernalar menggunakan bahasa
(literasi), kemampuan bernalar menggunakan matematika (numerasi), dan penguatan
pendidikan karakter.
Literasi dan numerasi adalah kompetensi yang sifatnya general dan mendasar. Pengertian
literasi dan numerasi terkait dengan kemampuan berpikir tentang, dan dengan, bahasa
serta matematika diperlukan dalam berbagai konteks, baik personal, sosial, maupun
profesional.
Pengertian literasi tidak hanya kemampuan membaca, tetapi kemampuan menganalisis
suatu bacaan, dan memahami konsep di balik tulisan tersebut. Sedangkan kompetensi
numerasi berarti kemampuan menganalisis menggunakan angka.
Dua hal tersebut yang akan menyederhanakan asesmen kompetensi minimal yang akan
dimulai tahun 2021, sehingga bukan lagi berdasarkan mata pelajaran dan penguasaan
materi.
Literasi dan numerisasi menjadi kompetensi minimum atau kompetensi dasar yang
dibutuhkan peserta didik untuk bisa belajar.
Pelaksanaan asesmen tersebut akan dilakukan oleh peserta didik yang berada di tengah
jenjang sekolah (misalnya kelas 4, 8, 11), sehingga dapat mendorong guru dan sekolah untuk
memperbaiki mutu pembelajaran.
Dengan dilakukan pada tengah jenjang, hasil asesmen bisa dimanfaatkan sekolah untuk
mengidentifikasi kebutuhan belajar peserta didik.
Asesmen yang dilakukan sejak jenjang SD, hasilnya dapat menjadi deteksi dini bagi
permasalahan mutu pendidikan nasional.
Literasi dan numerasi terkait dengan kemampuan menganalisis informasi yang ditampilkan
dalam berbagai bentuk, baik berupa gafik, tabel, dan bagan, kemudian menggunakan
interpretasi hasil analisis tersebut untuk memprediksi dan mengambil keputusan.
Secara sederhana, numerasi dapat diartikan sebagai kemampuan untuk mengaplikasikan
konsep bilangan dan keterampilan operasi hitung di dalam kehidupan sehari-hari dan
kemampuan untuk menginterpretasi informasi kuantitatif yang terdapat di sekeliling kita.
Kemampuan ini ditunjukkan dengan kenyamanan terhadap bilangan dan cakap
menggunakan keterampilan matematika secara praktis untuk memenuhi tuntutan kehidupan.
Kemampuan tersebut juga merujuk pada apresiasi dan pemahaman informasi yang
dinyatakan secara matematis, misalnya grafik, bagan, dan tabel.
Berikut ini adalah beberapa prinsip dasar dalam penerapan literasi dan numerasi bagi peserta
didik.
1. Bersifat kontekstual, sesuai dengan kondisi geografis, sosial budaya, dan sebagainya.
Kenyataan bahwa peserta didik sering kali tidak dapat menerapkan pengetahuan matematika
mereka di bidang lain secara langsung menunjukkan adanya suatu kebutuhan bahwa
semua pendidik perlu memfasilitasi proses tersebut.
Keterampilan literasi numerasi secara eksplisit diajarkan di dalam mata pelajaran
matematika, tetapi peserta didik diberikan berbagai kesempatan untuk menggunakan
matematika di luar mata pelajaran matematika, di berbagai situasi.
Menggunakan keterampilan matematika lintas kurikulum akan memperkaya pembelajaran
bidang studi lain dan memberikan kontribusi dalam memperluas dan memperdalam
pemahaman numerasi.
Selain melalui kurikulum, literasi numerasi juga dimunculkan di dalam lingkungan sekolah
oleh staf nonguru atau melalui kegiatan-kegiatan rutin yang terjadi di sekolah, yang
memberikan kesempatan nyata bagi peserta didik untuk mempraktikkan keterampilan literasi
numerasi mereka.