Anda di halaman 1dari 6

JIKAP PGSD: Jurnal Ilmiah Ilmu Kependidikan

Vol, 5. No, 2. Tahun 2021


e-ISSN: 2597-4440 dan p-ISSN: 2597-4424
This work is licensed under a Creative Commons Attribution
4.0 International License

Kemampuan Literasi Numerasi Ditinjau Dari Gaya Kognitif


Reflektif-Impulsif

Rahmawati Patta1, Awaluddin Muin2, Yonathan Pasinggi3, Mujahidah4


1,2,3
PGSD, Universitas Negeri Makassar
Email: 1rahmapatta@gmail.com
2
awalmuin@gmail.com
3
yonathan@unm.ac.id
4
mujahidah@unm.ac.id

Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana tingkat


kemampuan literasi numerasi berdasarkan gaya kognitif yaitu gaya kognitif reflektif-
impulsif. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
kuantitatfif dengan metode survey. Objek penelitian atau populasi adalah Mahasiswa
Angkatan 2018 PGSD Bone dengan menggunakan tes MTFF untuk melihat gaya
kognitif dan tes tulis terkait kemampuan literasi numerasi. Hasil penelitian dan
pembahasan diperoleha bahwa kemampaun literasi numerasi mahasiswa masih belum
maksimal yaitu 34.7%. Ditinjau dari gaya kognitif, 55% masuk kedalam gaya kognitif
reflektif, dan 22.08% bergaya impulsif. Gaya kognitif reflektif dalam menyelesaikan
soal membutuhkan waktu yang lama namun hasil yang diperoleh cendernung benar atau
akurat sedangkan gaya kognitif impulsif terkesan terburu-buru dalam menjawab dan
cenderung salah. Hasil temuan lain bahwa terdapat yang bergaya kognitif reflektif
dengan waktu yang lama digunakan tetapi jawabannya banyak juga salah dan bergaya
impulsif sekitar 10% menjawab benar dalam waktu singkat. Untuk meningkatkan
kemampuan literais numerasi diperlukan strategi atau model pembelajaran yang sesuai
dengan karakteristik mahasiswa untuk mengembangkan berpikir kreatif, kritis, berpikir
tingkat tinggi dengan mengintegrasikan keterampilan abad 21.

Kata Kunci: Literasi; Numerasi; Gaya Kognitif Reflektif-Impulisf


Abstract: The purpose of this study was to determine how the level of numeracy
literacy skills of students based on cognitive style, namely reflective-impulsive. The
method used in this study was a quantitative research with a survey method. The object
of the study or population was the 2018 PGSD Bone student class using the MFFT test
to see cognitive style and written test related to numeracy literacy skills. The result of
the research and discussion showed that the numeracy literacy ability of students was
still not maximal, namely 34.7%. Judging from the cognitive style, 55% entered into
reflective cognitive style and 22.08% entered an impulsive style. The reflective
cognitive style in solving the questions takes a long time, but the results obtained to be
correct or accurate, while the impulsive cognitive style is said to rush in answering and
tend to be wrong. Another finding is that there are reflective cognitive style with a long

212
JIKAP PGSD: Jurnal Ilmiah Ilmu Kependidikan

time used but the answers are also many wrong and about 10% impulsive style answers
correct in a short time. To improve numeracy literacy skills, a learning strategy or model
is needed in accordance with the characteristics of students to develop creative, critical,
high-order thinking by integrating 21st century.

Keyword: Literacy; Numeracy; Cognitive Style Reflective-Impulsive.

PENDAHULUAN literasi di sekolah, masyakat maupun di


keluarga. Selain literasi baca tulis, literasi
Pendidkan abad 21 adalah pendidikan numerasi merupakan literasi dasar yang dapat
mengaitkan atau mengintegrasikan antara
diaplikasikan di sekolah dasar. Literasi
kecakapan pengetahuan, sikap dan keterampilan
numerasi berbeda dengan literasi matematika
dengan penguasaan IT sehingga sistem walaupun sama-sama bertujuan untuk
pembelajaran abad 21 dari teacher centered bagaimana memecahkan masalah dalam
learning ke student centered learning (SCL). kehidupan sehari-hari.
Prinsip belajar harus Learning to know, learning
Literasi Numerasi (Kemendikbud,
to do, learning to be, dan learning to live
2017) adalah pengetahuan dan kecakapan dalam
together. Pendidikan abad 21 diproyeksikan menggunakan angka dan symbol-simbol yang
pada 3 faktor yaitu karkater, kompetensi atau terkait dengan matematika dasar untuk
keterampilan yang dikenal dengan 4C, dan memcahkan masalah praktis dalam kehidupan
literasi. Hal ini sesuai yang disampaikan sehari-hari, menganalisa informasi yang
Menteri pendidikan yang Baru Nadiem ditampilkan dalam bentuk table, grafik dan
Makarim bahwa asesmen penilaian yang diagram untuk dapat memprediksi atau
merupakan salah satu dari merdeka belajar tidak
memberikan interprestasi dan mengambil
lagi melalui ujian nasional tetapi dengan
keputusan berdasarkan hasil analisis. Secara
asesmen kompetensi minimum yang terdiri dari
sederhana, literasi Numerasi adalah
literasi, numerasi dan pendidikan karakter.
kemampuan seseorang atau individu
Literasi pada abad 21 terdiri dari 6 literasi yaitu menggunakan konsep bilangan dan
literasi baca tulis, literasi numerasi, literasi keterampilan operasi hitung matematika untuk
digital, literasi finansial, literasi sains dan memecahkan masalah matematika kehidupan
literasi budaya. Apa itu literasi? Menurut sehari-hari. Sebagai contoh, seorang siswa
Education Development Center (Sunarti, 2018) belajar membagi bilangan bulat dengan
kemampuan sesorang untuk membaca, menulis,
bilangan bulat lainnya. Ketika bilangan pertama
menghitung, memecahkan masalah sesuai
tidak habis dibagi, maka akan ada sisa, namun
dengna potensi dan skill yang dimiliki individu dalam kehidupan sehari-hari tidak dilakukan
dalam kehidupan sehari-hari. Mendikbud secara matematis seperti pembulatan ke atas
(Kompasiana, 2017) menyatakan bahwa bangsa atau pembulatan ke bawah. Misalkan jika ada
yang maju ditandai masyarakatnya yang literat 40 orang bertamasya diangkut dengan minibus
yang memiliki peradaban tinggi dengan bermuatan 12 orang secara matematis minibus
mengelola kekayaan alam secara baik. Sebagai yang dibutuhkan adalah 3,3333 sehingga
bangsa yang besar Indonesia mampu dibulatkan ke bawah menjadi 3 minibus.
mengembangkan budaya literasi di sekolah, Bagaimana jika tempat duduk hanya diduduki
keluarga, maupun masyarakat melalui oleh satu orang saja? Artinya ada 4 orang tidak
pendidikan yang terintegrasi. mendapatkan tempat duduk sehingga minibus
Dalam permendikbud Nomor 23 tahun yang dibutuhkan menjadi 4 buah. Literasi
2015 tentang penumbuhan budi pekerti, numerasi merupakan bagian dari matematika
Pemerintah mencanangkan Gerakan Literasi tetapi pembelajaran matematika belum tentu
Nasional (GLN) untuk meningkatkan budaya dapat menumbuhkan kemampuan numerasi.

213
Vol, 5. No,2. Tahun 2021

Literasi numerasi bersifat praktis, beririsan beberapa penelitian yang membahas mengenai
dengan literasi lainnya misalnya literasi sains, gaya kognitif tersebut. Gaya kognitif reflektif-
digital, membaca, kebudayaan dan impulsif merupakan suatu gaya kognitif yang
kewarganegaraan. Jadi literasi numerasi, berfokus pada kecepatan berpikir siswa dalam
bagaimana menggunakan konsep bilangan, memecahkan suatu masalah. Fadiana (2016)
operasi hitung tambah, kali, kurang, bagi dalam bahwa setiap ide siswa dalam menyelsaikan
konteks real. atau memecahkan masalah tergantung gaya
PISA suatu program dari Organization kognitif siswa. Adapun yang dimaksud dengan
for Economic Cooperation and development gaya kognitif reflektif adalah gaya yang selalu
(OCED) menjadi barometer atau patokan untuk mempertimbangkan alternatif sebelum
mengetahui atau mengevaluasi hasil pendidikan memecahkan masalah. Individu dengan gaya ini
siswa dalam kemampuan literasi baca, selalu mempertimbangkan alternatif sebelum
matematika dan sain. Literasi numerasi dan atau memecahkan masalah. Individu dengan gaya ini
literasi pada siswa yang diukur pada PISA menggunakan waktu dengan baik ketika
bukan berdasarkan yang ada pada buku teks di memecahkan masalah, dan kemungkinan salah
sekolah-sekolah tetapi bagaimana memecahkan pada gaya ini sangat kecil. Sedangkan gaya
masalah-masalah yang ada pada kehidupan kognitif impulsif adalah gaya yang cenderung
nyata, masalah tidak terstruktur seperti cepat dalam mengambil keputusan tanpa
berbelanja, memasak, perjalanan, dan memikirkan secara mendalam. Individu dengan
sebagainya. gaya ini biasanya cepat dalam memecahkan
Hasil Programme for international masalah akan tetapi kemungkinan kesalahannya
Students Assessment (PISA) untuk Indonesia besar.
tahun 2019 (edukasi.kompas.com) yang Berdasarkan deskripsi singkat yang
diumumkan oleh OCED yang melibatkan telah diuraikan pada latar belakang, penelitian
12.098 peserta didik dari 399 sekolah dimana ini bertujuan untuk mendekripsikan
tes PISA 2018 berbasis computer rata-rata kemampuan literasi numerasi mahasiswa
kemampuan membaca Indonesia berada di skor berdasarkan gaya kognitif siswa yaitu gaya
371 atau peringat 6 dari bawah (74 negara). kognitif reflektif-impulsif
Mengikuti PISA sejak tahun 2000 skor PISA
mtematika dan sains Indonesia berada pada skor METODE PENELITIAN
379, peringkat 7 dari bawah (74) untuk
Penelitian ini dilakukan dengan
matematika, turun dari peringkat 63 pada tahun
pendekatan kuantitatif dengan jenis penelitian
2015 sedangkan untuk sains, Indonesia berada
pada peringkat ke-9 dari bawah (71) dengan menggunakan metode survey. Populasi dalam
skor 396. Dimana rata-rata skor dunia untuk penelitian ini adalah Mahasiswa PGSD Bone
literasi adalah 487, matematika 489 dan Sains Angkatan 2018 yang memprogramkan mata
adalah 498. kuliah Pendidikan Matematika 3. Untuk
Ada beberapa faktor yang menggumpulkan data, digunakan instrument
mempengaruhi individu dalam memecahkan berupa tes MFFT untuk mengukur gaya kognitif
reflektif-impulsif mahasiswa, dan tes
masalah matematika atau ketercapaian lietrsi
numerasi siswa, salah satunya adalah gaya kemampuan literasi numerasi dalam bentuk tes
kognitif. Gaya kognitif menggambarkan pilihan ganda sebanyak 25 butir soal.
bagaimana kecenderungan siswa dalam Teknik analisis data yang digunakan
memperoleh pengetahuan dan bagaimana dalam penelitian ini secara deksriptif kuantitatif
yang diadopsi dari TIMSS (Witri, 2015) pada
sebuah informasi diproses oleh siswa. Gaya
kognitif yang dimiliki oleh setiap individu table berikut:
berbeda-beda. Gaya kognitif yang memperoleh
perhatian besar adalah gaya kognitif reflektif
dan impulsif. Hal ini dibuktikan adanya

214
JIKAP PGSD: Jurnal Ilmiah Ilmu Kependidikan

Tabel 1. Kategori Kemampuan Siswa Tabel 2. Kategori kemampuan siswa


Nilai Keterangan Nilai Frekuensi Keterangan
75 < N ≤ 100 Sangat tinggi 75 < N ≤ 100 10 Sangat
64 < N ≤ 75 Tinggi tinggi
53 < N ≤ 64 Sedang 64 < N ≤ 75 35 Tinggi
0 ≤ N ≤ 53 Rendah 53 < N ≤ 64 6 Sedang
0 ≤ N ≤ 53 18 Rendah

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil refleksi dengan melakukan tanya


Gaya kognitif reflektif dan impulsif jawab terkait dengan hasil akhir tes literasi
diukur dengan menggunakan kecepaatn waktu numerasi, ditemukan mahasiswa yang reflektif
dalam mneyelesaikan permsalahan dalam hal dapat menjelaskan secara akurat bagaimana
ini menggunakan tes MFFT yang terdiri dari proses secara tepat, sedangkan untuk yang
gambar-gambar. Hasil pengukuran gaya bergaya kognitif impulsif merespon pertanyaan
kognitif reflektif dan implusif terdiri dari gaya dengan cepat tetapi jawaban yang diberikan
reflektif lambat dan cemenggunakan intrumen kurang cermat serta tidak dapat menjelaskan
tes MFFT pada mahasiswa PGSD angkatan secara mendalam hasil akhir. Bahkan, yang
2018 berjumlah 85 orang diperoleh ada 69 bergaya kognitif impulsif memberikan jawaban
orang (81.17%) yang memiliki karateristik asal yang penting cepat selesai tanpa
bergaya kognitif reflektif-impulsif dan 19 orang memikirkan apakah jawabannya sudah tepat
(18.82%) yang memiliki gaya kognitif fast- atau belum. Hasil refleksi yang bergaya
accurate dan slow-inaccurate. Hal ini sesuai impulsif namun jawaban yang diberikan banyak
dengan penelitian sebelumnya, warli (2010) benar ketika ditanya tidak dapat memberikan
bahwa proporsi anak reflektif-impulsif 73%, jawaban bagaimana memperolehnya. Dalam
demikian dengan penelitian yang dilakukan mengerjakannya, mereka memberikan jawaban
oleh Soemantri (2018) bahwa dari 38 siswa asal tebak saja, mencari jawaban di option yang
diperoleh 9 siswa bergaya kognitif impulsif dan mendekati hasil hitungan, menggunakan intuisi.
24 sisiwa bergaya kognitif reflektif, yang berarti Salah satu faktornya karena bentuk soal yang
89% proporsi anak reflektif-impulsif. Diperkuat diberikan dalam bentuk pilihan ganda.
oleh penelitian Rochika (2017) dari 22 siswa, Individu yang menunjukkan gaya
81,81% bergaya kognitif reflektif-impulsif. kognitif reflektif akan menghabiskan lebih
Hasil analisis literasi numerasi dalam banyak waktu merespon sesuatu,
penelitian ini mengambil matakuliah statistic mempertimbangkan dengan hati-hati solusi
dengan subtopic penyajian data dengan skor alternatif, dan akan memeriksa akurasi dan
maksimum 10 (25 butir soal pilihan ganda) kelengkapan setiap masalah yang diberikan, dan
diperoleh bahwa hasil literasi numerasi yang menganalisis kembali jawabanya apakah sudah
bergaya reflektif rata-rata 55.07% jawaban betul atau tidak sehingga jawaban yang
yang diberikan akurat/benar dan yang bergaya diberikan orang yang bergaya kogntiif reflektif
implusif hasil literasi numerasi adalah rata-rata cenderung benar atau akurat. Hal ini sesuai
20.28%% memberikan jawaban yang dengan pendapat Philip dkk (1997) bahwa anak
akurat/benar. Hasil temuan lain, terdapat reflektif mempertimbangkan banyak alternatif
14.49% yang bergaya kognitif reflektif sebelum merespon sehingga memberikan
memberikan jawaban yang kurang tepat dengan jawaban yang cenderung benar (Rahmatina dkk,
waktu yang lama dan 10.14% yang bergaya 2014). Jadi, orang yang bergaya kognitif
kognitif impulsif memberikan jawaban yang reflektif lebih berhati-hati, lebih teliti dalam
tepat. Jadi,masih terdapat 34.78% hasil literasi menjawab soal.
numerasi masih rendah. Hasil literasi numerasi Individu dengan gaya kognitif impulsif
dapat dilihat pada tabel berikut: ditandai dengan kecenderungan untuk membuat

215
Vol, 5. No,2. Tahun 2021

keputusan yang cepat dan untuk merespon SIMPULAN DAN SARAN


dengan apa yang terlintas dalam pikiran bukan
dengan pemeriksaan kritis. Orang yang bergaya Berdasarkan hasil penelitian dan
kognitif impulsif cenderung untuk cepat-cepat, pembahasan diperoleha bahwa kemampaun
kurang cermat, tidak berpikir mendalam literasi numerasi mahasiswa masih belum
sehingga cenderung memberikan jawaban yang maksimal yaitu 34.7%. Ditnjau dari gaya
kurang tepat. Selain itu, rasa ingin tahuuntuk kognitif, 55% masuk kedalam gaya kognitif
mneyelesaikan soal atau masalah biasa saja, reflektif, dan 22.08% bergaya impulsif. Gaya
memberikan jawaban seadanya atanpa kognitif reflektif dalam menyelesaikan soal
mengecek kembali aakah sudah betul atau tidak, membutuhkan waktu yang lama namun hasil
yang jelas tugas selesai. Kagan (Rahmatina, yang diperoleh cendernung benar atau akurat
2014) mengemukakan bahwa gaya kognitif sedangkan gaya kognitif impulsif terkean
impulsif menggunakan alternative-alternatif terburu-buru dalam menjawab dan cenderung
singkat dan cepat dalam menyelsaikan suatu salah. Hasil temuan lain bahwa terdapat yang
masalah. Hal yang sama dikemukan Warli bergaya kognitif reflektif dengan waktu yang
(2010) bahwa orang dengan gaya kognitif lama digunakan tetapi jawabannya banyak juga
impulsif kurnag cermat, langsung mengerjakan, salah dan bergaya impulsif sekitar 10%
sehingga jawaban yang diperoleh banyak menjawab benar dalam waktu singkat.
namun cenderung salah. Untuk meningkatkan kemampuan
Namun, hasil tes literasi numerasi literais numerasi diperlukan strategi atau model
masih terdapat 44.92% yang masih belum pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik
maksimal. Hal ini menunjukkan masih mahasiswa maupun peserta didik untuk
rendahnya tingkat literasi numerasi mahasiswa. mengembangkan berpikir kreatif, kritis,
Literasi numerasi berbeda dengan literasi berpikir tingkat tinggi dengan mengintegrasikan
matematika. Pada literasi numerasi keterampilan abad 21.
meniitikberatkan pada kecakapan dan
pengethauan menggunakan berbagai macam DAFTAR RUJUKAN
angka dan symbol-simbol terkait dengan
matematika dasar dalam memecahakan masalah Fadiana, M. (2016). Perbedaan Kemampuan
sehari-hari serta menganalisis informasi yang Menyelesaikan Soal Cerita antara
ditampilkan dalam bentuk antara lain tabel, Siswa Bergaya Kognitif Reflektif dan
bagan, grafik. Numerasi menjadi salah satu alat Impulsif.Journal of Research and
ukur dalam asesmen kompetensi minimum pada Advances in Mathematics Education.
tingkat sekolah SD, SMP, SMA untuk 1(1), 79-89
menentukan kelulusan siswa selain literasi dan Han, dkk. (2017). Materi Pendukung Litersi
pendidikan karakter, sehingga penanaman Numerasi. Jakarta: Kementerian
literasi numerasi dimulai dari tingkat dasar pendidikan kedudayaan.
sesorang agar kedepannya dapat memiliki http://gln.kemdikbud.go.id/glnsite
kecakapan yang sesuai dibutuhkan di abad 21 Hasil Tes PISA Indonesia. (2019).
dimana numerasi selalu ada dalam kehidupan https://edukasi.kompasian.com/
sehari-hari. Untuk itu perlu menentukan strategi Http://id.m.wikipedia.org. Literasi.
atau model pembelajaran dalam kegiatan belajar
Online.
mengajar secara tepat yang disesuaikan dengan
Mahmud, M. F. & Pratiwi, I. M. (2019). Literasi
karkateristik peserta didik antara lain gaya
Numerasi Siswa dalam Pemecahan
belajar, gaya kognitif sehingga mudah
Masalah Tidak Terstruktur.
memahami materi maupun permasalahan yang
KALAMATIKA Jurnal Pendidikan
diberikan dan tentu dengan menfokuskan cara
Matematika, 4(1), 69-88.
berpikir kritis, kreatif, berpikir tingkat tinggi,
dengan mengembangkan keterampilan abad 21.

216
JIKAP PGSD: Jurnal Ilmiah Ilmu Kependidikan

Mendikbud. (2017). Literasi Numeras.


https://kemdikbud.go.id/literas-
numerasi/
Mendikbud. (2017). Gerkan Literasi di
Sekolah. https://kompasiana.com/
Pangesti, Fitraning tyas Putri. (2018).
Menumbuhkembangkan Literasi
Numerasi Pada Pembelajaran
Matematika dengan Soal HOTS.
Indonesian Digital Journal of
Mathematics and Education, 5(9).
http://idealmathedu.p4tkmatematika.or
g. ISSN 2407-8530
Rochika, Nadia dwi dan Imas Cintamulya.
(2017). Analisis Berpikir Kritis Siswa
Bergaya Kognitif Reflektif-Impulsif
pada Pelajaran Biologi Melalui Model
Means End Analysis (MEA)
Menggunakan Audio Visual. Vol 14 No
1 Hal 562-566. Proceeding Biologi
Education Conference.pdf.
Soemantri, S. (2018). Pengaruh Gaya Kognitif
Kontekstual Tempo terhadap Tingkat
Kesalahan Siswa. Dikdatis: Jurnal
Pendidkan dan Ilmu Pengetahuan. Vol
18 No 1 Hal 74-85.pdf.
Warli. (2010). Kretaivitas Siswa SMP bergaya
Kognitif reflektif dan Impulsif dalam
memecahkan Masalah Geometri. Pdf

217

Anda mungkin juga menyukai