Anda di halaman 1dari 5

LITERASI DAN NUMERASI

PENGERTIAN, PERBEDAAN, DAN PRINSIP PENERAPANNYA

Literasi dan numerasi akan menjadi komponen utama


dalam Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) sebagai pengganti
Ujian Nasional (UN).

Konsep asesmen kompetensi minimum merupakan asesmen


untuk mengukur kemampuan minimal yang dibutuhkan peserta
didik.

Kemampuan minimal tersebut terdiri dari :


1. kemampuan bernalar menggunakan bahasa (literasi),
2. kemampuan bernalar menggunakan matematika (numerasi),
dan;
3. penguatan pendidikan karakter.

Asesmen kompetensi mininum dilaksanakan tidak lagi


berdasarkan atas penguasaan materi kurikulum seperti yang
selama ini diterapkan dalam ujian nasional.

Asesmen tersebut tidak dilakukan berdasarkan mata pelajaran


atau penguasaan materi kurikulum seperti yang selama ini
diterapkan dalam ujian nasional, melainkan melakukan pemetaan
terhadap dua kompetensi minimum siswa, yakni dalam hal literasi
dan numerasi.

Asesmen kompetensi pengganti UN akan dirancang untuk


memberi dorongan lebih kuat ke arah pembelajaran yang inovatif
dan berorientasi pada pengembangan penalaran, bukan hafalan.

A. PENGERTIAN LITERASI DAN NUMERASI


Literasi dan numerasi adalah kompetensi yang sifatnya
general dan mendasar. Pengertian literasi dan numerasi terkait
dengan kemampuan berpikir tentang, dan dengan, bahasa
serta matematika diperlukan dalam berbagai konteks, baik
personal, sosial, maupun profesional.

Pengertian literasi tidak hanya kemampuan membaca,


tetapi kemampuan menganalisis suatu bacaan, dan
memahami konsep di balik tulisan tersebut.

Sedangkan kompetensi numerasi berarti kemampuan


menganalisis menggunakan angka.

Dua hal tersebut yang akan menyederhanakan asesmen kompetensi


minimal yang akan dimulai tahun 2021, sehingga bukan lagi
berdasarkan mata pelajaran dan penguasaan materi.

Literasi dan numerisasi menjadi kompetensi minimum atau kompetensi


dasar yang dibutuhkan peserta didik untuk bisa belajar.

Pelaksanaan asesmen tersebut akan dilakukan oleh peserta didik yang


berada di tengah jenjang sekolah (misalnya kelas 4, 8, 11), sehingga
dapat mendorong guru dan sekolah untuk memperbaiki mutu
pembelajaran.

Dengan dilakukan pada tengah jenjang, hasil asesmen bisa


dimanfaatkan sekolah untuk mengidentifikasi kebutuhan belajar peserta
didik.

Asesmen yang dilakukan sejak jenjang sd, hasilnya dapat menjadi


deteksi dini bagi permasalahan mutu pendidikan nasional.

B. PERBEDAAN LITERASI NUMERASI DENGAN MATEMATIKA


Literasi dan numerasi terkait dengan kemampuan menganalisis
informasi yang ditampilkan dalam berbagai bentuk, baik berupa gafik,
tabel, dan bagan, kemudian menggunakan interpretasi hasil analisis
tersebut untuk memprediksi dan mengambil keputusan.

Secara sederhana, numerasi dapat diartikan sebagai kemampuan


untuk mengaplikasikan konsep bilangan dan keterampilan operasi
hitung di dalam kehidupan sehari-hari dan kemampuan untuk
menginterpretasi informasi kuantitatif yang terdapat di sekeliling
kita.

Kemampuan ini ditunjukkan dengan kenyamanan terhadap bilangan


dan cakap menggunakan keterampilan matematika secara praktis untuk
memenuhi tuntutan kehidupan.

Kemampuan tersebut juga merujuk pada apresiasi dan pemahaman


informasi yang dinyatakan secara matematis, misalnya grafik, bagan,
dan tabel.

Keduanya berlandaskan pada pengetahuan dan keterampilan yang


sama, tetapi perbedaannya terletak pada pemberdayaan pengetahuan
dan keterampilan tersebut.

Pengetahuan matematika saja tidak membuat seseorang memiliki


kemampuan numerasi. Numerasi mencakup keterampilan
mengaplikasikan konsep dan kaidah matematika dalam situasi real
sehari-hari.

Keterampilan tersebut muncul pada saat permasalahannya sering tidak


terstruktur (unstructured), memiliki banyak cara penyelesaian, atau
bahkan tidak ada penyelesaian yang tuntas, serta berhubungan dengan
faktor nonmatematis.
C. PRINSIP PENERAPAN LITERASI DAN NUMERASI
Berikut ini adalah beberapa prinsip dasar dalam penerapan literasi dan
numerasi bagi peserta didik.

1. Bersifat kontekstual, sesuai dengan kondisi geografis, sosial


budaya, dan sebagainya.
2. Selaras dengan cakupan matematika dalam kurikulum 2013.
3. Saling bergantung dan memperkaya unsur literasi lainnya.

D. KOMPONEN LITERASI NUMERASI


Literasi numerasi merupakan bagian dari matematika, dalam hal
komponen literasi numerasi diambil dari cakupan matematika di dalam
kurikulum 2013, sebagai berikut.

Strategi gerakan literasi numerasi di sekolah


Strategi utama gerakan literasi numerasi sekolah berupa literasi
numerasi lintas kurikulum (numeracy across curriculum)

Literasi numerasi lintas kurikulum adalah sebuah pendekatan


penerapan numerasi secara konsisten dan menyeluruh di sekolah untuk
mendukung pengembangan literasi numerasi bagi setiap peserta didik.

Kenyataan bahwa peserta didik sering kali tidak dapat menerapkan


pengetahuan matematika mereka di bidang lain secara langsung
menunjukkan adanya suatu kebutuhan bahwa semua pendidik perlu
memfasilitasi proses tersebut.

Keterampilan literasi numerasi secara eksplisit diajarkan di dalam mata


pelajaran matematika, tetapi peserta didik diberikan berbagai
kesempatan untuk menggunakan matematika di luar mata pelajaran
matematika, di berbagai situasi.

Menggunakan keterampilan matematika lintas kurikulum akan


memperkaya pembelajaran bidang studi lain dan memberikan kontribusi
dalam memperluas dan memperdalam pemahaman numerasi.
Selain melalui kurikulum, literasi numerasi juga dimunculkan di dalam
lingkungan sekolah oleh staf nonguru atau melalui kegiatan-kegiatan
rutin yang terjadi di sekolah, yang memberikan kesempatan nyata bagi
peserta didik untuk mempraktikkan keterampilan literasi numerasi
mereka.

Anda mungkin juga menyukai