DISUSUN
OLEH KELOMPOK 1:
Puji syukur kehadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya
sehingga makalah dengan judul “Karakteristik Pembelajaran Matematika SD” ini dapat tersusun
hingga selesai. Tidak lupa juga kami mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan dari pihak
yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi nilai tugas dalam mata kuliah
Pembelajaran Matematika SD. Selain itu, pembuatan makalah ini juga bertujuan agar menambah
pengetahuan dan wawasan bagi para pembaca. Karena keterbatasan pengetahuan maupun
pengalaman maka kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini.
Oleh karena itu,kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca demi kesempuraan makalah ini. Akhir kata, semoga makalah ini dapat berguna bagi
para pembaca.
BAB 1 Pendahuluan
Latar belakang................................................................................................................. 1
Rumusan masalah ...................................................................................................... 2
Tujuan ....................................................................................................................... 2
BAB 2 Pembahasan
BAB 3 Penutup
Kesimpulan ......................................................................................................... 14
Daftar pustaka............................................................................................................... 15
II
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Matematika sekolah adalah matematika yang telah dipilah-pilah dan disesuaikan dengan
tahap perkembangan intelektual siswa, serta digunakan sebagai salah satu sarana untuk
mengembangkan kemampuan berpikir bagi para siswa. Ada sedikit perbedaan antara matematika
sebagai ilmu dengan matematika sekolah. Perbedaan itu dalam bentuk penyajian, pola pikir,
keterbatasan semesta, dan tingkat keabstrakan (Sumardyono, 1994: 43-44).
Ruang lingkup matematika di atas selaras dalam standar kompetensi kurikulum 2004
mata pelajaran matematika, dimana standar dikelompokkan dalam kemahiran matematika
bilangan, pengukuran dan geometri, aljabar, statistika dan peluang, trigonometri, dan kalkulus.
1.3 Tujuan
Tujuan utama yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui karakteristik siswa siswi sd kelas rendah dan tinggi ?
2. Untuk mengetahui dan mendapatkan karakteristik materi pembelajaran sd kelas
rendah dan tinggi?
2
BAB 2
PEMBAHASAN
1. Pernyajian Penyajian matematika tidak harus diawali dengan teorema atau definisi, tetapi
harus disesuaikan dengan taraf perkembangan berpikir siswa. Apalagi untuk ttingkat SD,
mereka belum mampu seluruhnya berpikir deduktif dengan obyek yang abstrak.
Pendekatan yang induktf dan menggunakan objek yang konkrit merupakan sarana yang
tepat untuk membelajarkan matematika, karena kemampuan berpikir siswa sekolah dasar
masih dalam tahap operasional konkrit. Suatu konsep diangkat melaui manipulasi dan
observasi terhadap objek konkrit. Kemudian dilakukan proses abstraksi dan idealisasi.
Jadi penggunaan media/ alat peraga untuk memahami suatu konsep atauprinsip sangat
penting dilakukan dalam proses pembelajaran matematika di SD.
2
2. Pola Pikir
Pembelajaran matematika di sekolah dapat menggunakan pola pikir deduktif
maupun pola pikir induktif. Hal ini dapat disesuaikan dengan topik bahasan dan tingkat
intelektual siswa. Sebagai kriteria umum, biasanya siswa di SD menggunakan pendekatan
induktif terlebih dahulu, sebab hal ini lebih memungkinkan siswa untuk menangkap
pengertian yang dimaksud. Contoh-contoh di atas dapat kita perhatikan.
3. Semesta Pembicaraan
Sesuai tingkat perkembangan intelektual siswa, matematika yang disajikan dalam
jenjang pendidikan juga menyesuaikan dalam kekomplekan semestanya. Semakin
meningkat perkembangan intelektual siswa, maka semesta matematikanya semakin
diperluas.
Contoh untuk siswa SD misalnya operasi bilangan bulat pada kurikulum 2004 di
SD dibatasi pada operasi penjumlahan dan pengurangan saja. Operasi perkalian,
pembagian, perpangkatan pada bilangan bulat tidak diberikan di SD.
4. Tingkat Keabstrakan
Seperti penjelasan sebelumnya, tingkat keabstrakan matematika juga
menyesuaikan dengan tingkat perkembangan intelektual siswa. Di sekolah dasar (SD),
untuk memahami materi pelajaran dimungkinkan untuk mengkonkretkan obyek-obyek
matematika. Akan tetapi, hal ini berbeda untuk jenjang sekolah yang lebih tinggi.
Semakin tinggi jenjang sekolah, tingkat keabstrakannya semakin tinggi pula.
Contoh untuk tingkat SD yaitu saat pembelajaran fakta mengenai bilangan di SD.
Siswa tidak langsung diperkenalkan dengan simbol “1”, “2”, “3”, “4”, ... beserta
urutannya, tetapi dimulai dengan menggunakan benda-benda yang konkret dan
menyuguhkan sifat urutan/relasi sebagai sifat “lebih banyak” atau “kurang banyak”.
3
pemecahan masalah.
b.Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam
membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan
matematika.
c.Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model
matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh.
d.Mengkomunkasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk
memperjelas keadaan atau masalah.
e.Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa
ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan
percaya diri dalam pemecahan masalah (Depdiknas, 2006 : 417).
Adapun ruang lingkup materi atau bahan kajian matematika di SD/MI mencakup
aspek-aspek berikut.:
a. Bilangan
b. Geometri dan pengukuran
c. Pengolahan data
Dalam hal ini, guru memegang peranan penting dalam menciptakan stimulus respon
agar siswa menyadari kejadian di sekitar lingkungannya. Siswa kelas rendah masih banyak
membutuhkan perhatian karena focks konsentrasinya masih kurang, perhatian terhadap
kecepatan dan aktivitas belajar juga masih kurang. Hal ini memerlukan kegigihan guru dalam
menciptakan proses belajar yang lebih menarik dan efektif.
4
a. Pembelajaran matematika menggunakan metode spiral Dalam pembelajaran konsep atau suatu
topik matematika selalu mengaitkan atau menghubungkan dengan materi sebelumnya.
Konsep yang baru selalu dikaitkan dengan konsep yang sudah dipelajari dan
mengingatkan kembali konsep yang sudah dipelajari oleh siswa. Pengulangan konsep
dalam materi ajar sangat diperlukan dalam pembelajaran matematika dengan cara
memperluas dan memperdalam materi.
b. Pembelajaran matematika bertahap Materi pembelajaran matematika diajarkan secara bertahap
yaitu dimulai dari hal yang konkret dilanjutkan ke hal yang abstrak, dari hal yang sederhana ke hal
yang kompleks. Atau dari konsep-konsep yang sederhana, menuju konsep yang lebih sulit.
c. Pembelajaran matematika menggunakan metode induktif Matematika merupakan ilmu deduktif.
Namun karena sesuai tahap perkembangan mental siswa SD/MI, pada pembelajaran matematika
di SD/MI digunakan pendekatan induktif maka digunakan penalaran induktif untuk menjelaskan
matematika kepada siswa SD/MI. Metode penalaran induktif yaitu suatu proses berpikir yang
berlangsung dari kejadian khusus menuju umum.
d. Pembelajaran matematika menggunakan metode induktif Matematika merupakan ilmu deduktif.
Namun karena sesuai tahap perkembangan mental siswa SD/MI, pada pembelajaran matematika di
SD/MI digunakan pendekatan induktif maka digunakan penalaran induktif untuk menjelaskan
matematika kepada siswa SD/MI. Metode penalaran induktif yaitu suatu proses berpikir yang
berlangsung dari kejadian khusus menuju umum.
e. Pembelajaran matematika hendaknya bermakna Pembelajaran secara bermakna merupakan cara
pengajaran materi pembelajaran yang mengutamakan pengertian dari pada hafalan.
5
C. Tujuan Pembelajaran Matematika SD
6
seperti membantu orang lain, (Daree et al, 2016).Social-help skillsakan mampu
menciptakan suasana perasaan siswa menjadi lebih berharga dan merasa lebih berguna
sehingga pada fase ini siswa akan lebih menyukai pembelajaran yang bersifat kooperatif.
Pada fase ini siswa kelas rendah juga telah menampakan keakuanya seperti jenis
kelamin, bersahabat, berbagi, mandiri dan mampu berkompetisi dengan kawan sebaya. Untuk
play skill berkaitan dengan kemampuan motorik siswa seperti berlari, menangkap,
melempar dan bermain keseimbangan, (Coplan et al, 2010; Yanardag et al, 2013; Beslar
et al, 2016) .
Siswa yang memiliki keterampilan ini dapat melakukan penyesuaian terhadap
lingkungannya. Pada fase ini siswa mampu untuk melompat, bermain sepatu roda, menangkap
bola dan mengkoordinasikan antara gerakan tangan dengan mata seperti kegiatan
menggunting.Pada fase ini pertumbuhan fisik siswa kelas rendah telah mencapai
tingkat kematangan.
Siswa mampu mengkoordinasikan kesimbangan tubuh. Pada perkembangan
emosional, siswa kelas rendah mampu untukdapat mengontrol emosi, berekpresi, mampu
menentukan hal yang benar dan yang salah serta mampu untuk dapat berpisah dengan
orang tua. Untuk perkembangan kognitif siswa kelas rendah dapat dilihat dari
kemampuan siswa untuk mengelompokan obyek, melakukan seriasi, banyaknya kosa kata,
sudah mulai berminat terhadap tulisan angka, aktif berbicara dan telah mengetahui makna
sebab dan akibat.
7
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan data yang sudah disebutkan, kami dapat menyimpulkan beberapa hal
yaitu :
1. Penyajian
2. Pola pikir
3. Semesta pembicaraan
4. Tingkat keabstrakan
B. Saran
8
DAFTAR PUSTAKA
Fathani, Abdul Halim. 2009. Matematika: Hakikat dan Logika. Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media.
Kurikulum 2006: Standar Isi Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Dasar/Madrasah
Ibtidaiyah. Jakarta: Depdiknas.