Anda di halaman 1dari 74

Similarity Report ID: oid:16696:41333879

PAPER NAME AUTHOR

REV1_RIFA RAHAYU_221641002.docx RIFA RAHAYU

WORD COUNT CHARACTER COUNT

13854 Words 92636 Characters

PAGE COUNT FILE SIZE

68 Pages 380.8KB

SUBMISSION DATE REPORT DATE

Aug 23, 2023 9:50 PM GMT+7 Aug 23, 2023 9:52 PM GMT+7

16% Overall Similarity


The combined total of all matches, including overlapping sources, for each database.
16% Internet database 4% Publications database
Crossref database Crossref Posted Content database

Excluded from Similarity Report


Submitted Works database Bibliographic material
Small Matches (Less then 15 words)

Summary
DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS V
SDN 2 GUJEG

BAGIAN I
PENGANTAR

A. Konteks Dasar Masalah


Pelajaran matematika hadir di semua tingkat pendidikan, dari tahap
awal seperti sekolah dasar hingga tingkat lebih tinggi seperti perguruan tinggi.
bahkan matematika diajarkan di taman kanak-kanak secara informalMenurut
pandangan (Johnson dan Rising seperti yang dikutip dalam Russefendi, 1972),
Matematika adalah cara berpikir yang terstruktur, pola pengorganisasian, dan
proses pembuktian yang didasarkan pada logika. Matematika memiliki sifat
sebagai bahasa yang menggunakan istilah-istilah yang terdefinisi dengan
tepat, menjelaskan dengan jelas dan akurat melalui simbol-simbol padat.
Lebih dari sekadar bahasa verbal, matematika lebih cenderung menjadi bahasa
simbolik yang mengungkapkan konsep-konsep, bukan sekadar suara-suara.

Matematika secara luas sering digunakan dalam berbagai bidang


kehidupan. setiap bidang studi memerlukan kompetensi matematika
meskipun hanya menggunakan perhitungan tingkat rendah seperti
3
penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian. Sehingga, sangat wajar
apabila masyarakat memiliki pandangan bahwa siswa yang pintar adalah
siswa yang memiliki nilai matematika yang tinggi.

Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 20 tahun 2006


tentang standar isi (Nurdiansyah, dkk. 2017) Maksud dari pembelajaran
matematika adalah agar peserta didik memperoleh kemampuan-kemampuan
matematika yang dapat menjadi modal bagi perkembangan diri mereka.
3
Sesuai dengan KTSP, dalam Kurikulum 2013, tujuan pembelajaran
matematika dijelaskan dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan

1
20
Republik Indonesia nomor 64 tahun 2013 mengenai standar isi. Ini terdiri dari
empat kompetensi inti, yaitu kompetensi sikap spiritual, kompetensi sikap
sosial, kompetensi pengetahuan, dan kompetensi keterampilan.

Kemampuan matematis didefinisikan oleh NCTM (National Council


of Teachers of Mathematics) tahun 2000 sebagai Kemampuan untuk
mengatasi tantangan, baik dalam konteks matematika maupun situasi
kehidupan sehari-hari, meliputi keterampilan berpikir matematis, komunikasi
terkait matematika, kemampuan menyelesaikan masalah matematis,
pemahaman konsep, penguasaan materi matematis, kreativitas berpikir, dan
analisis kritis. Pembelajaran matematika diharapkan berakhir dengan sebuah
pemahaman siswa yang komprehensif.

Pembelajaran matematika menurut Susanto (Maulina, 2021) yaitu


Sebuah proses pendidikan yang dirancang oleh pengajar untuk merangsang
kemampuan berpikir kreatif pada siswa, dengan tujuan meningkatkan
keterampilan berpikir mereka dan mendorong kemampuan konstruksi
pengetahuan baru. Hal ini dilakukan sebagai langkah untuk memperdalam
pemahaman terhadap materi. Semua ini terjadi dalam konteks pelaksanaan
proses pembelajaran di lingkungan sekolah, khususnya anak-anak usia
sekolah dasar seringkali mengalami kesulitan dalam menerima pelajaran dari
guru. Khususnya pada mata pelajaran matematika yang dianggap sebagai
Mata pelajaran yang kompleks dan kurang menarik, sehingga banyak siswa
13
merasa kurang antusias terhadapnya, bahkan berusaha menghindari pelajaran
matematika. Hal ini terbukti menjadi salah satu alasan prestasi dalam
matematika dianggap cukup rendah dan dibawah standar ketuntasan
minimum.

Proses pembelajaran matematika bergantung pada persiapan baik dari


siswa maupun guru dalam bidangnya. Pertama-tama, siswa dituntut untuk
memiliki perhatian, ketekunan, kesiapan, dan motivasi yang kuat dalam

2
menghadapi materi pelajaran. Siswa yang sudah memiliki minat dalam belajar
matematika akan merasa antusias dan penuh perhatian saat mengikuti
pelajaran. Oleh karena itu, tugas guru adalah menjaga serta mendorong
tingkat motivasi dan kesiapan belajar siswa.

Materi matematika yang abstrak, membuat siswa kesulitan untuk


7
memahami pembelajaran matematika. Seringkali terlihat siswa cenderung
bersifat pasif dan mendapatkan nilai rendah di sekolah. Selain itu, kesulitan
dalam memahami materi matematika yang diberikan guru dan tidak dapat
menyelesaikan tugas dengan baik.

Dalam konteks pembelajaran, peran guru menjadi sangat penting


dalam mengatasi hambatan yang dihadapi siswa saat menyelesaikan masalah
matematika. Namun, guru tidak dapat membuat keputusan yang tepat dalam
memberikan bantuan kepada siswa yang mengalami kesulitan tanpa
mengetahui sumber masalahnya. Karenanya, guru perlu memahami kesulitan
yang dialami oleh siswa dalam memahami matematika dan juga menganalisis
akar penyebabnya. Prinsip-prinsip yang terdapat dalam sumber-sumber
Qur'ani menjadi dasar bagi pendekatan ini sebagaimana firman Allah dalam
Qs. Al-Insyirah ayat 6

(٦)ۗ‫انۗ َم َۗع ْالعُسْرۗ يُس ًْرا‬

"Hakikatnya, setelah masa kesulitan akan datang periode kemudahan."


Ayat tersebut mengilustrasikan bahwa manusia memiliki kapasitas untuk
menggunakan potensi yang dianugerahkan oleh Tuhan kepada mereka guna
mengatasi berbagai tantangan. Pada hakikatnya, di tengah kesulitan selalu
terdapat peluang kemudahan. Tentu saja, ini memerlukan penggunaan akal
serta usaha sungguh-sungguh dalam menghadapi hambatan tersebut.

Hasil pengamatan yang dilakukan saat proses pembelajaran


matematika di kelas V SDN 2 GUJEG, masih ditemui beberapa siswa yang

3
kesulitan dalam memahami materi yang disampaikan oleh guru karena siswa
kurang memperhatikan penjelasan guru di depan kelas. Sehingga siswa
kesulitan dalam memecahakan soal dan berhitung. Siswa terlihat kurang siap
dalam menerima materi matematika hal ini terlihat dari perilaku siswa yang
tidak fokus, sulit berkonsentrasi, bahkan tidak tertarik dengan pelajaran
karena siswa lebih banyak bermain di dalam kelas. Ketika guru memberikan
tugas kepada murid untuk menyelesaikan soal, murid merasa bingung dan
cenderung banyak berdiskusi dengan teman sekelas. Padahal, pelajaran
matematika memiliki keterkaitan yang erat dengan dunia sehari-hari anak-
anak.

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka peneliti penting


melakukanۗ penelitianۗ lebihۗ lanjutۗ denganۗ judulۗ “Diagnosisۗ kesulitanۗ belajarۗ
matematikaۗsiswaۗkelasۗVۗSDNۗ2ۗGUJEG”.

B. Pengenalan Masalah
Dengan merujuk pada informasi yang telah dijelaskan sebelumnya,
kita dapat mengenali beberapa isu yang muncul dalam penelitian ini sebagai
berikut:

1. Pada jenjang kelas V SDN 2 GUJEG diketahui terdapat siswa dengan


kesulitan belajar matematika yang rendah.
2. Siswa tidak dapat memahami konsep materi matematika yang
diberikan guru.
3. Siswa sering tidak fokus dan sulit berkonsentrasi, karena siswa lebih
banyak melakukan kegiatan bermain di dalam kelas.

C. Batasan Masalah
Karena mencakup berbagai aspek dalam ruang lingkup penelitian ini
yang sangat luas, diperlukan pengaturan batasan pada permasalahan agar
pembahasan memiliki arahan yang jelas dan mampu mencapai tujuan yang
diinginkan. Oleh karena itu, peneliti membatasi fokus penelitian pada topik

4
mengenaiۗ “Diagnosisۗ kesulitanۗ belajarۗ matematikaۗ siswaۗ kelasۗ Vۗ SDNۗ 2ۗ
GUJEG”

D. Rumusan Masalah
Pertanyaan penelitian adalah pertanyaan yang akan dijawab melalui
30
pengumpulan data. Dengan demikian, pertanyaan penelitian yang diajukan
adalah sebagai berikut:

1. Apa ragam permasalahan belajar matematika yang dialami siswa kelas V


Negeri 2 Gujeg?
2. Faktor apa saja yang menyebabkan siswa kelas V SDN 2 GUJEG
mengalami kesulitan memahami materi matematika ?
3. Bagaimana diagnosis kesulitan belajar matematika pada siswa kelas V
SDN 2 GUJEG?
E. TujuannPenelitiann
Maksud dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk memahami variasi kesulitan dalam proses pembelajaran
matematika yang dihadapi oleh siswa kelas V di SDN 2 GUJEG..
13
2. Untuk mengetahui factor-faktor penyebab yang dialami peserta didik kelas
V SDN 2 GUJEG dalam menyelesaikan soal pada materi matematika
3. Untuk mengetahui hasil diagnosis kesulitan belajar matematika siswa
kelas V SDN 2 GUJEG

F. Manfaat penelitian
Terdapat dua jenis manfaat yang dapat diperoleh dari hasil penelitian,
yakni manfaat dalam ranah teoritis dan praktis. Diharapkan bahwa temuan
dari penelitian ini akan memberikan dampak yang menguntungkan seperti
berikut:

1. Manfaat secara teoritis


Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan
mengenai identifikasi jenis kesulitan belajar yang tengah dihadapi oleh

5
siswa, bersama dengan faktor-faktor yang memicu timbulnya kesulitan
belajar siswa pada mata pelajaran matematika kelas V SDN 2 GUJEG.
2. Manfaat secara Praktis
a. Manfaattbagiipeserta didik
1) Melalui pelaksanaan penelitian ini, diharapkan siswa dapat
mengenali kategori kesulitan yang mereka alami saat menghadapi
permasalahan dalam materi matematika tersebut .
2) Melalui pelaksanaan penelitian ini, diharapkan siswa akan
terinspirasi untuk mengembangkan motivasi dan usaha dalam
mengatasi tantangan belajar yang mereka hadapi.
b. Manfaat bagi pendidik
1) Melalui pelaksanaan penelitian ini, diharapkan guru dapat
memperoleh pemahaman lebih mendalam mengenai situasi pribadi
setiap siswa, sehingga guru dapat mengidentifikasi dengan lebih
tepat di mana letak kesulitan yang dihadapi oleh masing-masing
siswa.
2) Melalui pelaksanaan penelitian ini, diharapkan guru dapat
meningkatkan kualitas pembelajaran dengan lebih baik, termasuk
dalam pemilihan metode pengajaran yang sesuai dan efektif.
c. Manfaat bagi Sekolah
1) Melalui implementasi penelitian ini, diharapkan sekolah dapat
mengatasi kesulitan yang dihadapi siswa dalam memahami materi
matematika.
2) Melalui hasil penelitian ini, diharapkan sekolah dapat
meningkatkan ketersediaan sarana, prasarana, dan fasilitas
pendukung untuk kegiatan pembelajaran, terutama dalam konteks
materi matematika.
d. Manfaat bagi Peneliti

6
1) Melalui pelaksanaan penelitian ini, diharapkan peneliti dapat
memperoleh wawasan baru mengenai ragam kesulitan belajar
yang dihadapi siswa dalam memahami materi matematika.
2) Apabila peneliti ini menjadi seorang pendidik di masa mendatang,
hasil dari penelitian ini diharapkan akan membekali peneliti
dengan kemampuan untuk mengatasi tantangan dalam belajar
matematika yang dihadapi oleh siswa
3) Melalui hasil penelitian ini, diharapkan peneliti akan tetap sensitif
terhadap permasalahan dan berkomitmen untuk mengatasi
kesulitan belajar yang dihadapi siswa pada materi matematika.

7
BAB II
LANDASAN TEORITIS

A. Deskripsi Konseptual

1) Penentuan Kesulitan Belajar Matematika

a. Pengertian Dignosis
Istilah diagnosis sering digunakan secara teknis dalam bidang medis.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), diagnosis didefinisikan
18
sebagai: (1) identifikasi jenis penyakit melalui observasi atau analisis gejala-
gejalanya, (2) proses pemeriksaan terhadap situasi yang dianggap tidak
normal, (3) proses penemuan penyakit dengan merujuk pada tanda-tanda atau
gejala-gejala yang menggunakan metode dan alat seperti laboratorium,
gambar, dan fasilitas kesehatan.
25
Harriman dalam bukunya Handbook of Psychological Term, diagnosis
adalah suatu pemeriksaan anomali atau salah penyesuaian dari contoh efek
samping. Jadi kesimpulannya adalah metode yang terlibat dalam menganalisis
hal-hal yang dipandang salah atau rumit. Sedangkan menurut Webster,
diagnosis diartikan sebagai cara yang paling umum untuk memutuskan
masalah dengan ketidakmampuan atau ketidakmampuan dengan tes, dan
melalui tes ini dilakukan penyelidikan yang hati-hati terhadap realitas yang
ditemukan, yang kemudian digunakan untuk memutuskan masalah yang
dihadapi. Sejalan dengan pendapat tersebut (Alisnaini et al., 2023) Diagnosis
adalah memutuskan jenis masalah atau kekacauan dengan memeriksa dasar
penyebab atau dengan menyelidiki efek samping yang muncul

8
Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat diketahui bahwa
diagnosis adalah cara paling umum untuk melacak suatu masalah melalui
serangkaian tes untuk melacak masalah utama.

b. Langkah-Langkah Diagnosis
2
Langkah-langkah dalam mendiagnostik kesulitan belajar siswa pada
matematika menurut (Ruseffendi dalam Arifin, 2020) adalah sebagai berikut:
1) Mengamati kemajuan kognitif siswa menjadi penting karena mungkin
terdapat kegiatan atau tugas yang diberikan di luar jangka waktu yang
tepat.
2) Menganalisis sasaran yang belum tercapai, seperti contohnya lebih
dari seperempat siswa yang tidak berhasil menjawab dengan tepat
pada pertanyaan yang terkait.
3) Menyusun pertanyaan-pertanyaan diagnostik. Pertanyaan-pertanyaan
ini dirancang berdasarkan materi yang masih belum dipahami oleh
siswa, yang telah diidentifikasi melalui observasi, interaksi, ujian yang
dibuat oleh guru, tes standar, dan berbagai sumber lainnya.
Kemampuan dalam memperkirakan area di mana siswa mengalami
kesulitan menjadi krusial dalam pembuatan pertanyaan-pertanyaan
diagnostik ini, sehingga pertanyaan-pertanyaan tersebut dapat disusun
dengan lebih tepat
4) Melakukan evaluasi tes diagnostik dan menganalisis hasilnya.
Pertanyaan-pertanyaan yang tidak mendapatkan jawaban dari sebagian
besar siswa dapat dianggap sebagai indikasi bahwa terdapat
kelemahan pada area tersebut

c. Instrument Penentuan Permasalahan Pembelajaran


Pengidentifikasian kesulitan belajar dilakukan melalui pendekatan
pengujian formal dan observasi. Pendekatan yang dapat diterapkan oleh
pendidik untuk mendiagnosa kesulitan belajar termasuk uji prasyarat (baik

9
dalam pengetahuan maupun keterampilan), evaluasi diagnostik, interaksi
wawancara, serta observasi langsung (Suryanih, 2011)
 Ujian prasyarat digunakan untuk menilai apakah kondisi awal yang
diperlukan untuk mencapai pemahaman tertentu telah terpenuhi.
Aspek-aspek awal ini mencakup pemahaman dasar dan
ketrampilan awal
 Ujian diagnostik berfungsi untuk mengidentifikasi kendala yang
dihadapi oleh siswa dalam memahami suatu kemampuan khusus
 Proses wawancara dilakukan melalui komunikasi langsung dengan
siswa untuk mendalami dengan lebih detail mengenai hambatan-
hambatan dalam pembelajaran yang mereka alami
 Observasi dilaksanakan dengan teliti mengamati tingkah laku
belajar siswa. Dari pengamatan ini diharapkan bisa diperoleh
pemahaman mengenai ragam serta akar penyebab kesulitan belajar
yang dihadapi oleh siswa
Ujian diagnostik yang bertujuan untuk mengidentifikasi kesulitan
belajar yang dihadapi siswa bisa dijalankan dalam situasi pertemuan
kelompok atau dengan pendekatan individual. Tujuan utama mempelajari
Ujian diagnostik berfungsi untuk mendeteksi kesalahan atau kekeliruan dalam
proses pembelajaran siswa saat mereka memahami suatu subjek pelajaran
khusus.

Sementara itu, metode diagnostik non-tes (seperti wawancara dan


pengamatan) diterapkan untuk mengungkapkan hambatan-hambatan belajar
siswa yang tidak dapat terdeteksi melalui metode ujian.
13
2) Kesulitan Belajar
a. Pengertian Kesulitan Belajar
Kesulitan dalam proses belajar merupakan hal yang dihadapi oleh
beberapa siswa di tingkat sekolah dasar dan bahkan dapat terjadi pada mereka
yang sedang menempuh pendidikan tingkat lebih tinggi. Menurut The

10
National Joint Committee for Learning Disabilities (NJCLD), definisi
37
mengenai hal ini adalah sebagai berikut
Kesulitan belajar mengacu pada sekumpulan kesulitan yang
tampak dalam bentuk kendala yang jelas dalam keterampilan
dan penerapan kapabilitas mendengarkan, berbicara, membaca,
menulis, berpikir logis, atau penguasaan mata pelajaran
10
matematika. Kendala ini dianggap intrinsik dan diduga
dipengaruhi oleh gangguan pada sistem saraf pusat. Meskipun
kesulitan belajar mungkin muncul bersamaan dengan keadaan
lain yang mengganggu (seperti gangguan sensoris,
keterbelakangan mental, masalah sosial dan emosional), atau
berbagai pengaruh lingkungan (seperti perbedaan budaya,
metode pembelajaran yang tidak sesuai, faktor-faktor
psikologis), berbagai hambatan tersebut tidak dianggap sebagai
penyebab langsung atau pengaruh utama (Hammill seperti yang
dikutip dalam Abdurahman, 2003).

Hal ini juga senada dengan (Dumont dalam Alisnaini et al., 2023)
menyatakan bahwa Kesulitan belajar dapat dibedakan menjadi dua macam,
2
yaitu: Pertama, disebabkan oleh rintangan pembelajaran yang terjadi dalam
perkembangan kognitif anak itu sendiri, dan kedua, tantangan pembelajaran
yang berasal dari faktor-faktor di luar anak atau berbagai permasalahan
internal yang dialami oleh anak tersebut.

Sedangkan menurut (Pandiangan, 2020) Kesulitan belajar secara


46
fungsional terlihat dari kenyataan yang sebenarnya bahwa terdapat siswa yang
tinggal di kelas atau yang mendapat nilai kurang baik dalam beberapa mata
pelajaran yang diikutinya. Sejalan dengan pendapat (Kurniani Ningsih et al.,
2
2021). Mengemukakan bahwa kesulitan belajar dapat diartikan sebagai
ketidakmampuan siswa dalam menyelesaikan tugas-tugas yang di berikan
oleh guru. Di jenjang sekolah dasar, masih umum dijumpai siswa-siswa yang

11
menghadapi hambatan dalam proses belajar, dan penyebabnya bisa beragam
di setiap individu

Dari pemaparan tersebut, Dapat ditarik kesimpulan bahwa kesulitan


belajar merupakan situasi yang menghambat kemampuan siswa mencapai
prestasi akademik optimal, dan kondisi ini dipicu oleh sejumlah faktor yang
berbeda

b. Aspek-Apek Yang Menyebabkan Hambatan dalam Pembelajaran


Hambatan dalam proses pembelajaran yang dihadapi oleh siswa
disebabkan oleh beragam faktor. Menurut penelitian oleh Ahmadi dan
Supriyono (2013), faktor-faktor yang menjadi penyebab kesulitan belajar
dapat dikelompokkan ke dalam dua kategori, yaitu:

1) Faktor internal (aspek yang berasal dari dalam individu siswa)


a. Aspek fisik yang dapat menginduksi timbulnya kesulitan belajar pada
siswa, seperti keadaan kesehatan yang kurang baik, sakit, kelemahan
atau gangguan fisik, dan lain sebagainya..
b. Faktor psikologis yang bisa menyebabkan terjadinya kesulitan dalam
21
pembelajaran termasuk tingkat intelegensi yang cenderung rendah,
bakat yang tidak sejalan dengan materi pelajaran, minat belajar yang
kurang, motivasi yang rendah, kesehatan mental yang kurang optimal,
serta gaya belajar yang beragam.
2) Faktor eksternal (aspek yang berasal dari luar individu siswa)
a. Faktor non-sosial yang bisa memicu kesulitan belajar pada siswa dapat
melibatkan kelengkapan media pembelajaran, kualitas bangunan
sekolah yang kurang memadai, kurikulum yang terlalu kompleks untuk
diajarkan oleh guru dan dikuasai oleh siswa, kurangnya disiplin dalam
jadwal pembelajaran, dan faktor-faktor lainnya..
b. Aspek sosial yang bisa mengakibatkan terjadinya kesulitan dalam
belajar melibatkan elemen-elemen seperti faktor keluarga, lingkungan

12
sekolah, interaksi dengan teman sebaya, serta faktor-faktor dalam
1
lingkungan masyarakat yang lebih luas. Faktor keluarga yang
berpengaruh terhadap proses belajar mencakup relasi antara orang tua
dan anak, atmosfer di dalam rumah, arahan yang diberikan oleh orang
tua, dan situasi ekonomi keluarga..

Sementara itu, Kirk dan Gallagher sebagaimana yang dikutip oleh


Sunariah dan Rifqi (2017) menguraikan empat faktor yang menjadi penyebab
1
kesulitan dalam proses belajar sebagai berikut:

1) Aspek kondisi fisik


Kondisi fisik yang menghambat proses belajar anak mencakup
masalah penglihatan yang kurang baik, gangguan pendengaran,
kesulitan dalam berfokus, dan tingkat aktivitas yang berlebihan.
2) Aspek lingkungan
Faktor lingkungan yang tidak mendukung anak dalam proses
11
pembelajaran meliputi situasi di keluarga, lingkungan masyarakat, dan
pendekatan pengajaran di sekolah yang tidak memadai. Kondisi
lingkungan yang mengganggu aspek psikologis, seperti kurangnya
perhatian terhadap belajar, dapat menyebabkan kesulitan bagi anak
dalam mengikuti proses pembelajaran.
3) Aspek motivasi dan sikap
Kurangnya motivasi belajar dapat menyebabkan anak kurang
percaya diri dan menimbulkan perasaan-perasaan negatif terhadap
sekolah.
4) Aspek psikologis
Faktor psikologis yang bisa mengakibatkan kesulitan dalam
prestasi akademik meliputi kurangnya pemahaman, keterbatasan
kognitif, dan lambat dalam kemampuan bahasa

Menurut Sudjono (dalam Yeni, 2015) juga mengklasifikasikan Ketika


memandang kesulitan dalam memahami matematika dengan fokus pada

13
penyebabnya, dapat dikelompokkan menjadi dua faktor dasar: faktor dasar
umum dan faktor dasar khusus, sebagaimana berikut ini.

1) Faktor Pokok Umum


Faktor pokok umum merupakan faktor-faktor yang secara umum
menjadi pemicu kesulitan belajar pada siswa, dan beberapa aspek yang
termasuk dalam faktor ini meliputi:
a) Aspek Fisik
Faktor fisik dapat terwujud dalam bentuk masalah pada anak, seperti
masalah pendengaran yang lemah yang bisa menyebabkan kesulitan
dalam memahami penjelasan dari guru atau teman sekelas. Selain itu,
masalah penglihatan yang kurang baik juga bisa menyebabkan
kesulitan dalam membaca tulisan di papan tulis atau mengikuti
penjelasan guru di depan kelas
b) Aspek Intelektual
Siswa yang memiliki kelemahan dalam pemahaman abstraksi,
generalisasi, serta kemampuan penalaran deduktif dan induktif,
bersama dengan kemampuan numerik yang rendah, akan menghadapi
tantangan saat belajar matematika. Hal ini karena kemampuan-
kemampuan tersebut adalah dasar penting yang mempengaruhi
keberhasilan dalam memahami mata pelajaran matematika. Sebagai
contoh, jika seorang siswa memiliki kesulitan dalam memahami
38
konsep komutatif dan asosiatif dalam operasi penjumlahan, maka dia
akan mengalami kesulitan dalam menyelesaikan masalah yang
melibatkan hukum-hukum tersebut dalam solusinya.
c) Aspek Pedagogis
Kesulitan yang timbul akibat peran guru, seperti: kurangnya
kemampuan guru dalam memilih dan menerapkan metode pengajaran
yang sesuai dengan isi dan tingkat kesulitan materi; kurangnya
motivasi dan perhatian guru terhadap siswa; pendekatan yang tidak

14
tepat dalam memberikan motivasi, tanpa mempertimbangkan
perbedaan kemampuan siswa; kurangnya diferensiasi terhadap siswa
dengan kapasitas berbeda; suasana di dalam kelas selama proses
pembelajaran terasa kaku dan sangat serius, menghambat siswa untuk
berpartisipasi aktif; variasi bahasa yang digunakan oleh guru dalam
penyampaian materi terbatas, sehingga jika siswa sulit memahami cara
penyampaian guru, mungkin mereka merasa putus asa atau frustrasi
d) Aspek Sarana dan Metode Pembelajaran Siswa
Kendala dalam memahami matematika juga bisa diakibatkan oleh
terbatasnya sumber belajar seperti bahan bacaan, alat bantu visual,
serta lingkungan tempat belajar
e) Aspek Lingkungan di Sekolah
Sekolah yang memberikan kenyamanan, keindahan, dan suasana yang
menyenangkan akan mendorong semangat belajar siswa. Namun, jika
sekolah berlokasi di sekitar

1) Aspek Pokok Khusus


Faktor pokok khusus merujuk pada faktor-faktor tertentu yang secara
khusus menjadi pemicu kesulitan belajar pada siswa. Beberapa faktor-
faktor ini meliputi:
a) Tantangan dalam Penerapan Konsep Di sini diasumsikan bahwa siswa
sebelumnya telah mendapat pelajaran tentang konsep tersebut, namun
mereka belum menguasainya sepenuhnya mungkin karena ada yang
terlupa sebagian atau bahkan seluruhnya. Selain itu, pemahaman
siswa terhadap suatu konsep mungkin masih kabur atau kurang tepat
sehingga mereka menghadapi kesulitan dalam menerapkannya..
b) Kesulitan yang muncul karena Keterbatasan dalam Operasi
Aritmetika. Kesulitan yang dialami oleh siswa yang disebabkan oleh
keterbatasan dalam kemampuan operasional aritmetika merujuk pada
situasi di mana siswa tidak mampu secara akurat menjalankan operasi

15
25
matematika pada berbagai jumlah yang terdapat dalam soal. Operasi
ini meliputi tindakan seperti penjumlahan, pengurangan, perkalian,
dan pembagian bilangan bulat, pecahan, dan decimal
c) Tantangan dalam Menyelesaikan Soal Cerita
Soal cerita merujuk pada pertanyaan yang dirangkai dalam bentuk
naratif yang dapat dipahami dan dianalisis secara matematik.
Berdasarkan beberapa pandangan sebelumnya, dapat
disimpulkan bahwa elemen-elemen yang memengaruhi proses
41
pembelajaran dapat digolongkan menjadi dua kategori utama: faktor
internal dan faktor eksternal. Faktor internal mencakup aspek yang
berakar dari dalam diri siswa, seperti sikap, motivasi belajar,
kesehatan fisik, serta kemampuan sensorik.
1. Persepsi
Persepsi individu mampu memengaruhi hasil belajar. Persepsi
1
merupakan respons internal yang memiliki aspek emosional terhadap
objek, orang, peristiwa, dan lainnya, baik dalam pola positif maupun
negatif (Baharudin dan Wahyuni, 2008). Persepsi siswa dalam konteks
belajar bisa dipengaruhi oleh tingkat kepuasan terhadap kinerja guru,
materi pelajaran, serta lingkungan sekitarnya.
2. Motivasi
Motivasi adalah faktor yang memainkan peran penting dalam
efektivitas aktivitas belajar siswa. Motivasi mendorong siswa untuk
22
terlibat dalam proses pembelajaran. Berdasarkan sumbernya, motivasi
dapat dibedakan menjadi dua jenis: motivasi intrinsik dan motivasi
ekstrinsik. Motivasi intrinsik berasal dari dalam individu dan memacu
untuk beraksi. Dalam hal belajar, motivasi intrinsik lebih berdampak
efektif, karena bersifat lebih tahan lama dan tak bergantung pada
faktor luar.

16
Motivasi ekstrinsik, sebaliknya, berasal dari faktor eksternal yang
mempengaruhi keinginan belajar. Contohnya termasuk pujian,
peraturan, disiplin, contoh yang diberikan oleh guru atau orangtua, dan
lain sebagainya. Kurangnya tanggapan positif dari lingkungan dapat
mengurangi semangat belajar.
33
3. Kesehatan Jasmani
Keadaan fisik yang sehat dan bugar dapat memberikan dampak
positif terhadap kualitas belajar siswa. Sebaliknya, kesehatan yang
buruk atau masalah fisik dapat menghambat pencapaian hasil belajar
yang optimal.
4. Indra Pendengaran dan Penglihatan
Pancaindra, terutama pendengaran dan penglihatan, memegang
peran penting dalam kegiatan belajar. Oleh karena itu, baik guru
maupun siswa perlu menjaga kesehatan pancaindra dengan baik. Ini
melibatkan upaya pencegahan dan pengobatan jika diperlukan, serta
memastikan penyediaan lingkungan belajar yang memenuhi standar,
menjalani pemeriksaan mata dan telinga secara rutin, serta menjaga
asupan gizi yang tepat.
1
Sementara itu, faktor eksternal adalah faktor-faktor yang berasal
dari luar individu, meliputi peran guru, lingkungan di sekolah, fasilitas
dan infrastruktur, serta lingkungan keluarga
1. Guru
Guru merupakan faktor penting dalam menentukan
keberhasilan siswa dalam belajar. Dalam kegiatan belajar guru
berperan sebagai pembimbing, Memberikan motivasi agar tercipta
lingkungan interaktif yang mendukung. Pendekatan pengajaran guru
harus efisien, termasuk penggunaan model, teknik, dan metode
pengajaran yang sesuai dengan konsep yang diajarkan, yang
disesuaikan dengan kebutuhan siswa dalam proses pembelajaran.
(Subini, 2011).

17
2. Konteks Sekolah
24
Sekolah berperan sebagai lingkungan di mana anak-anak
belajar setelah keluarga dan masyarakat. Beberapa faktor lingkungan
sekolah yang dapat mempengaruhi kesulitan belajar siswa meliputi:
peran guru, metode mengajar, kondisi gedung, waktusekolah dan
kedisplinan
2. Sarana dan prasarana
Alat pelajaran yang kurang lengkap membuat penyajian
pelajaran tidak baik. Alat menentukan metode mengajar guru, dan juga
memenuhi kebutuhan dari berbagai jenis siswa. Kendala dalam hal
peralatan sering membuat guru cenderung mengandalkan metode
ceramah, yang dapat mengakibatkan kepasifan pada siswa. Dengan
demikian, kesulitan belajar pun tidak dapat dihindar
3. Pengaruh Keluarga
Keluarga merupakan lingkungan awal yang memiliki dampak
signifikan pada perkembangan anak sebelum situasi di sekitarnya
(masyarakat dan sekolah). Faktor-faktor dalam lingkungan keluarga
yang dapat mempengaruhi prestasi belajar anak antara lain::
a) Kualitas Interaksi Keluarga merupkan Hubungan antara anggota
keluarga, khususnya antara orangtua dan anak, melibatkan ekspresi
kasih sayang atau ketidaksetujuan, pendekatan yang keras atau
kepedulian yang kurang, dan aspek lainnya. Interaksi dalam
lingkungan keluarga memiliki peran dalam membentuk kesulitan
belajar anak. Hubungan yang kurang harmonis antar anggota
keluarga bisa berdampak negatif pada persepsi anak, menghambat
keberanian mereka untuk bertanya jika ada pelajaran yang
dianggap sulit
b) Lingkungan Rumah memiliki dampak besar pada hasil belajar.
Suasana di rumah yang bising dan tidak tenang dapat mengganggu
konsentrasi anak saat belajar. Hal ini sering terjadi dalam keluarga

18
dengan banyak anggota, suasana tegang, atau pertengkaran yang
dapat membuat anak merasa enggan tinggal di rumah dan akhirnya
mempengaruhi pencapaian akademisnya.
c) Kondisi Ekonomi Keluarga menjadi salah satu penyebab kesulitan
belajar pada anak. Keluarga dengan ekonomi menengah ke bawah
mungkin kesulitan memenuhi kebutuhan anak, terutama dalam hal
fasilitas pendukung belajar. Hal ini pasti berdampak pada kesulitan
yang dialami anak dalam proses belajar..

3) Bidang Matematikaa
8
a. Pengertian Matematika
Istilah "matematika" berasal dari kata Latin "mathematika," yang
awalnya diambil dari kata Yunani "mathematike," yang artinya "memahami."
Kata ini memiliki akar dalam kata Yunani "mathema," yang mengacu pada
pengetahuan atau ilmu. Kata "mathematike" juga berhubungan dengan kata
lain seperti "mathein" atau "mathenein," yang berarti "belajar" atau "berpikir."
Berdasarkan asal katanya, matematika lebih menekankan pada kegiatan dalam
domain rasio atau penalaran, daripada hanya berfokus pada hasil eksperimen
atau observasi.. (Siagian, 2016).
Matematika adalah pelajaran yang diajarkan di semua tingkatan
pendidikan, mulai dari sekolah dasar, menengah, hingga perguruan tinggi.
Selain itu, matematika juga berfungsi sebagai alat untuk menganalisis dan
menyederhanakan masalah. (Yazid et al., 2020). Mata pelajaran matematika
merupakan mata pelajaran yang sangat penting dalam suatu pendidikan
(Rangkuti, 2022). Secara luas matematika banyak digunakan dalam berbagai
bidang kehidupan karena setiap bidang studi memerlukan kompetensi
matematika meskipun hanya menggunakan perhitungan tingkat rendah
seperti penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian. Hal itupun
menjadikan Matematika sebagai ilmu yang digunakan dalam berbagai macam

19
disiplin ilmu, dan sangat erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari
(Nugraha et al., 2019).
Selanjutnya Johnson dan Rising (dalam Russefendi, 1972)
mengemukakan bahwa Matematika merupakan pola berpikir
dan cara mengorganisasi informasi. Matematika juga mencakup
pembuktian yang logis. Bahasa matematika menggunakan
istilah yang telah didefinisikan secara cermat, jelas, dan akurat,
direpresentasikan melalui simbol-simbol yang padat. Ini lebih
berfokus pada bahasa simbolik yang mewakili ide daripada
suara. Matematika adalah pengetahuan tentang struktur yang
terorganisir, dengan sifat-sifat yang didefinisikan secara
deduktif berdasarkan aksioma, sifat, atau teori yang sudah
dibuktikan. Ilmu ini berkaitan dengan pola atau ide yang teratur,
dan dianggap sebagai seni dengan keindahan yang timbul dari
keteraturan dan harmonisasi (Rahmah, 2018).

Berdasarkan uraian di atas, peneliti menyimpulkan bahwa matematika


merupakan ilmu pengetahuan yang menekankan pada penalaran dan
menganalisis suatu masalah.

b. Proses Pengajaran Matematika di Tingkat Sekolah Dasar

Pembelajaran merupakan gabungan yang terdiri dari elemen-elemen


manusiawi, bahan ajar, fasilitas, peralatan, dan prosedur yang saling
berinteraksi untuk mencapai tujuan pembelajaran. (Malik dalam Affandi,
2022). Sedangkan (Hasanah dalam Arifin, 2022) menyatakan bahwa
Matematika menjadi bagian integral dari kurikulum pendidikan, di mana
disiplin ini selalu diintegrasikan dalam proses pembelajaran karena memiliki
relevansi yang luas dengan berbagai bidang ilmu pengetahuan.

Menurut (Susanto dalam Maulina, 2021) Pengajaran matematika


merupakan proses pembelajaran di mana guru merancangnya untuk

20
membangun kreativitas berpikir siswa, dengan tujuan meningkatkan
kemampuan berpikir dan keterampilan siswa. Hal ini juga bertujuan
untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam membangun
pengetahuan baru sebagai upaya untuk lebih baik memahami dan
menguasaiۗmateriۗmatematika”

Kemampuan matematika dinyatakan oleh NCTM (National Council of


Teachers of Mathematics) tahun 2000 sebagai kemampuan untuk menghadapi
tantangan, baik dalam ranah matematika maupun dalam kehidupan nyata.
45
Kemampuan matematika mencakup aspek-aspek seperti penalaran matematis,
komunikasi matematis, pemecahan masalah matematis, pemahaman konsep,
pemahaman matematika, kreativitas berpikir, dan pemikiran kritis. Menurut
Nurdiansyah et al. (2017), pembelajaran matematika diarahkan untuk
mencapai pemahaman yang mendalam pada siswa
42
Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa Pembelajaran
matematika adalah suatu proses interaksi antara guru dan siswa yang
bertujuan untuk mempelajari meningkatkan pola dan hubungan, fakta-fakta
serta kerangka berpikir yang muncul sebagai hasil dari proses berpikir atau
penalaran manusia.

c. Sasaran Pembelajaran Matematika di Tingkat Sekolah Dasar


Tujuan pembelajaran matematika menurut pendapat (Faudi, dkk,
36
2016) menjelaskan bahwa dalam pembelajaran matematika kegiatan yang
dilakukan agar pembelajaran bermakna yaitu mengamati, menanya, mencoba,
menalar, menyaji, dan mencipta.

Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 20 tahun 2006


tentang standar isi (Nurdiansyah, dkk. 2017) Tujuan pembelajaran matematika
adalah untuk memastikan bahwa peserta didik memperoleh keterampilan
matematika yang dapat diaplikasikan dalam kehidupan mereka. Sesuai dengan
3
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), dalam Kurikulum 2013,

21
tujuan pembelajaran matematika diatur oleh Peraturan Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan Republik Indonesia nomor 64 tahun 2013 tentang standar isi.
20
Tujuan ini terdiri dari empat kompetensi inti, yakni kompetensi sikap
spiritual, kompetensi sikap sosial, kompetensi pengetahuan, dan kompetensi
keterampilan. (Nurdiansyah et al., 2017).
1
d. Komponen Pembelajaran yang Mendidik
Menurut Dirman dan Juarsih (2014) mengandung beberapa unsur yaitu:
1) Tujuan Pembelajaran, disusun berdasarkan indikator pencapaian
kompetensi dasar. Formulasi tujuan pembelajaran ini perlu mencakup tiga
dimensi yang saling terintegrasi, yakni dimensi sikap, dimensi
pengetahuan, dan dimensi keterampilan.
8
2) Materi Pembelajaran, merujuk pada semua isi kurikulum yang harus
dikuasai oleh peserta didik sesuai dengan kompetensi dasar. Hal ini
bertujuan untuk mencapai kompetensi inti dalam setiap mata pelajaran di
suatu lembaga pendidikan.
1
3) Pendekatan, Strategi, dan Metode Pembelajaran. Penggunaan pendekatan,
strategi, dan metode pembelajaran perlu memperhatikan beberapa prinsip,
termasuk berfokus pada tujuan, melibatkan aktivitas, mempertimbangkan
individualitas, dan memelihara integritas.
4) Sumber dan Media Pembelajaran, digunakan untuk memfasilitasi
perkembangan potensi peserta didik. Pemilihan sumber dan media
pembelajaran harus memperhatikan kriteria seperti efisiensi,
keterjangkauan, kemudahan penggunaan, fleksibilitas, kesesuaian dengan
tujuan pembelajaran, kesesuaian dengan karakteristik peserta didik, dan
konsistensi dengan gaya belajar siswa.
5) Kegiatan Pembelajaran, diatur dalam beberapa tahap, meliputi
pendahuluan, inti, dan penutup.
6) Evaluasi Pembelajaran, memiliki peran penting dalam rencana
pembelajaran. Melalui evaluasi, kita dapat menilai keberhasilan

22
pengelolaan pembelajaran dan pencapaian tujuan pembelajaran oleh
peserta didik..

Dari penjelasan tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa unsur-unsur


pembelajaran meliputi tujuan, pelaku atau subjek, isi materi, sumber dan
media, strategi, aktivitas pembelajaran, serta evaluasi pembelajaran.
1
e. Tahapan Pembelajaran Matematika
Pemahaman terhadap operasi matematika berlangsung dari tahap yang
1
sederhana ke tahap yang lebih sulit. Menurut Hammil dan Bavel dalam
Runtukahu dan Kandou, 2014 menguraikan proses pembelajaran matematika
sebagai berikut:
1) Tahap penerapan konsep
Pada tahap ini, materi yang akan diajarkan dihubungkan dengan
konsep yang telah diajarkan sebelumnya dan diterapkan dalam konteks
kehidupan sehari-hari anak.
2) Tahap pemahaman
Pada tahap pemahaman, anak mengembangkan dan memperluas
pemahaman mereka terhadap konsep matematika yang telah diajarkan dalam
tahap penerapan konsep. Mereka juga belajar untuk mengaplikasikan konsep
tersebut dalam pemecahan masalah. Pendekatan atau strategi yang digunakan
harus memprioritaskan pemahaman anak daripada sekedar menghafal.
3) Tahap pengembangan keterampilan
Dalam tahap pengembangan keterampilan, anak dilibatkan dalam
latihan penggunaan konsep-konsep matematika yang telah diperoleh
sebelumnya untuk memecahkan berbagai masalah..
Sedangkan Lenner dalam Abdurrahman (2010) Dikemukakan bahwa
dalam kurikulum bidang studi matematika, sebaiknya ada tiga elemen utama
yang tercakup, yakni:
14
1. Konsep merujuk pada pemahaman dasar. Siswa mengembangkan suatu
konsep ketika mereka mampu mengklasifikasikan atau mengelompokkan

23
benda-benda atau saat mereka dapat mengaitkan suatu nama dengan suatu
kelompok benda tertentu.

2. Keterampilan mengacu pada tindakan yang dilakukan oleh individu, seperti


dalam proses penggunaan operasi dasar matematika seperti penjumlahan,
pengurangan, perkalian, dan pembagian. Suatu keterampilan dapat diamati
dari kualitas kinerja siswa, baik yang baik maupun yang kurang baik.
1
3. Pemecahan masalah melibatkan penerapan konsep dan keterampilan.
Dalam pemecahan masalah, siswa menggunakan kombinasi berbagai konsep
dan keterampilan dalam situasi baru atau yang berbeda dari yang sudah
dikenal sebelumnya..
5
Dari penjelasan sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan bahwa
pembelajaran matematika terdiri dari tiga aspek, yaitu penanaman konsep,
keterampilan, dan pemecahan masalah. Ketiga elemen ini digunakan sebagai
tanda atau indikator jenis-jenis kesulitan matematika yang mungkin dihadapi
oleh siswa

f. Materi Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar

Materi pembelajaran memiliki peran yang sangat penting dalam proses


pembelajaran, karena berfungsi sebagai panduan bagi peserta didik dalam
mencapai tujuan atau target pembelajaran yang telah ditetapkan. Materi
pembelajaran memiliki esensi yang signifikan, sebagai alat yang digunakan
dalam kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan pembelajaran dan
membentuk kemampuan peserta didik (PrastowoۗdalamۗNi’am,ۗ2016)

Selanjutnya menurut (Arifin, 2015) Materi Pembelajaran pada


dasarnya merupakan elemen yang tidak dapat dipisahkan dari Silabus, yang
melibatkan perencanaan, perkiraan, dan gambaran tentang apa yang akan
dilakukan selama Kegiatan Pembelajaran. Adapun materi pembelajaran mata
pelajaran matematika pada satuan pendidikan Sekolah Dasar di kelas 5

24
meliputi : Operasi hitung bilangan bulat, Bangun ruang (jaring-jaring
volume), Operasi hitung pecahan, pengukuran skala dsb.

g. Upaya Mengatasi Kesulitan Belajar Matematika

Langkah untuk mengatasi kesulitan belajar matematika di kelas V di


7
SDN 2 GUJEG dilakukan melalui analisis hasil observasi dan wawancara.
Dalam konteks ini, peneliti tidak secara langsung melakukan tindakan untuk
mengatasi kesulitan belajar matematika, tetapi lebih kepada menggambarkan
usaha yang telah dilakukan oleh guru serta memberikan saran untuk mengatasi
kesulitan tersebut. Berikut adalah penjelasan mengenai upaya untuk mengatasi
kesulitan belajar
a. Menggunakan Media Pembelajaran yang Konkret
Diketahui bahwa siswa di sekolah dasar berada pada tahap operasional
kongkret. Pada tahap ini, siswa cenderung berpikir berdasarkan
pengamatan langsung terhadap benda konkret dan masih kesulitan berpikir
dalam bentuk abstrak. Oleh karena itu, penting untuk menghadirkan media
5
pembelajaran yang konkret dalam pembelajaran matematika.
b. Memperbanyak Latihan Soal
Salah satu kesulitan belajar matematika yang dihadapi siswa adalah
dalam keterampilan dan pemecahan masalah. Keterampilan matematika
1
melibatkan penggunaan operasi dasar seperti penjumlahan, pengurangan,
perkalian, dan pembagian. Untuk mengatasi kesulitan dalam keterampilan
ini, perlu adanya latihan dan praktik yang kontinu. Guru harus
memberikan banyak latihan soal kepada siswa yang mengalami kesulitan
belajar matematika karena dengan semakin banyak berlatih, siswa akan
lebih memahami materi tersebut
c. Membangun Kerja Sama dengan Orang Tua
Faktor internal yang dapat menyebabkan kesulitan belajar matematika
meliputi sikap, motivasi, kesehatan fisik, dan kemampuan pengindraan
28
siswa. Di samping itu, peran orang tua sangat penting dalam memberikan

25
motivasi kepada siswa. Siswa yang mendapatkan perhatian dan dukungan
di rumah cenderung memiliki motivasi belajar yang lebih baik di sekolah.
Oleh karena itu, orang tua perlu secara berkelanjutan memberikan
perhatian terhadap perkembangan belajar matematika anak..

B. Hasil Penelitian Yang Relevan


Landasan teoritis Pada prinsipnya, bagian ini digunakan untuk
mendapatkan informasi tentang teori-teori yang terkait dengan judul
penelitian, serta berfungsi sebagai dasar teoritis yang ilmiah. Dalam landasan
teoritis, peneliti menyelidiki berbagai penelitian sebelumnya, termasuk:
40
1. Yazid, dkk. (2020). DIAGNOSA KESULITAN BELAJAR
MATEMATIKA SISWA KELAS V MI NW PANCOR KOPONG NTB.
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang
6
berkontribusi terhadap rendahnya prestasi belajar siswa, terutama dalam
mata pelajaran matematika. Faktor-faktor kesulitan belajar ini menjadi
penyebab siswa kelas V di MI NW Pancor Kopong mengalami tantangan
dalam mencapai prestasi yang memadai dalam mata pelajaran tersebut.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor kesulitan belajar
yang dialami oleh siswa kelas V di MI NW Pancor Kopong, serta
dampaknya terhadap prestasi belajar yang kurang memuaskan dalam mata
pelajaran matematika. Metode penelitian yang digunakan adalah
6
penelitian deskriptif kualitatif. Subjek penelitian meliputi siswa kelas V
yang mengalami kesulitan belajar, yakni mereka yang tidak mencapai nilai
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) pada Ujian Akhir Semester. Data-
data dikumpulkan melalui dokumentasi dan wawancara. Pengumpulan
data dilakukan dengan menggunakan angket, dokumentasi, dan
wawancara. Analisis data dilakukan untuk menggambarkan faktor-faktor
psikologis yang menyebabkan kesulitan belajar, dengan menghitung
persentase hasil angket dari siswa kelas V di MI NW Pancor Kopong.
Selain itu, analisis data juga dilakukan untuk mengidentifikasi faktor-

26
faktor psikologis kesulitan belajar melalui hasil wawancara yang telah
dicatat
2. Ningsih, dkk. (2022). ANALISIS KESULITAN BELAJAR
MATEMATIKA PADA SISWA KELAS II SEKOLAH DASAR.
Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengidentifikasi kesulitan belajar
2
dalam mata pelajaran matematika dan faktor-faktor yang berkontribusi
terhadap kesulitan belajar tersebut. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah deskriptif kualitatif, dengan pendekatan pengumpulan
data melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Keabsahan data
dijamin melalui penerapan triangulasi. Proses analisis data dilakukan
melalui langkah-langkah pengumpulan data, penyajian data, dan akhirnya
penarikan kesimpulan. Responden dalam penelitian ini meliputi 11
individu, termasuk seorang guru kelas II serta 10 siswa kelas II di SDN
Cirewed. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kesulitan belajar
matematika pada siswa masih berada pada tingkat rendah,
mengimplikasikan perlunya kreativitas lebih lanjut dari pihak guru dalam
memilih metode pembelajaran.
12
3. Amaliyah, dkk. (2021). ANALISIS KESULITAN BELAJAR
MATEMATIKA SISWA KELAS V SD NEGERI TAMAN CIBODAS
KECAMATAN PERIUK KOTA TANGERANG. Penelitian ini bertujuan
untuk mengidentifikasi kesulitan belajar yang dihadapi oleh siswa serta
untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang berkontribusi terhadap kesulitan
belajar tersebut. Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan
12
kualitatif deskriptif, dan subjek penelitian ini adalah siswa yang berada di
kelas 5 SD Negeri Taman Cibodas. Metode pengumpulan data melibatkan
observasi, penggunaan angket, dan pemberian tes matematika. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa tingkat kesulitan belajar matematika yang
dialami siswa mencapai tingkat tinggi dengan presentase sebesar 61%.
Jenis kesulitan belajar yang diidentifikasi meliputi kesulitan dalam
memahami penjelasan dan tujuan soal, pemahaman konsep, interpretasi

27
simbol, dan keterampilan perhitungan. Faktor internal yang memengaruhi
kesulitan belajar meliputi rendahnya tingkat kecerdasan, sikap kurang
26
fokus pada pembelajaran, minat belajar yang rendah, dan motivasi belajar
yang rendah. Faktor eksternal juga berperan, seperti kurangnya perhatian
dari orang tua, kurangnya lingkungan belajar yang kondusif di rumah,
pengaruh media massa, penyajian materi pembelajaran yang kurang
menarik, variasi metode pembelajaran yang terbatas, jarangnya
penggunaan media pembelajaran, serta kurangnya ketersediaan saran
pembelajaran yang lengkap.

C. Kerangka pemikiran
Pengamatan awal di kelas, selama proses pembelajaran Matematika
terasa sangat monoton dan pasif karena menggunakan metode ceramah dan
penugasan saja, sehingga siswa kurang memperhatikan penjelasan guru di
18
depan kelas, siswa lebih banyak mengobrol dengan teman sebangku,
menggambar, bermain dengan alat tulis, dan terdapat siswa yang melamun.
Siswa yang tidak paham ataupun tidak bisa menyelesaikan tugas hanya diam
dan lebih banyak melihat hasil belajar teman yang lain. siswa sering tidak
konsentrasi terhadap pelajaran matematika khususnya pada materi yang
menggunakan pembagian sehingga mengakibatkan prestasi belajar pada
pelajaran matematika rendah dan dibawah KKM. Sehingga guru mencoba
mencari tahu faktor penyebab siswa mengalami kesulitan belajar matematika.
Hal ini dilakukan agar guru dapat melakukan diagnostic untuk membantu
siswa dalam mengatasi kesulitan belajar siswa kelas V Sekolah Dasar.

D. Asumsi penelitian
Menurut pendapat ahli sebagaimana dikutip dalam buku Prosedur
3
Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, bahwa asumsi adalah sebuah titik tolak
pemikiran yang kebenarannya dapat diterima oleh peneliti.

28
Berdasarkan kajian teori diatas maka asumsi yang dikemukakan dalam
penelitian ini yaitu diagnosis kesulitan belajar matematika pada siswa kelas V
SDN 2 GUJEG dapat diterapkan, karena siswa dapat memahami, mengatasi
kesulitan materi pembelajaran matematik

29
10
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian
Metode yang diterapkan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan
pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif dalam metode penelitian ini sering
disebut sebagai metode naturalistik karena penelitiannya dilakukan di
lingkungan yang alamiah atau kondisi alamiah (natural setting). (Sugiono,
2017). Sejalan dengan (Fadli, 2021) Penelitian dengan pendekatan kualitatif
bertujuan untuk mengidentifikasi dan menggambarkan secara naratif aktivitas
yang dilakukan serta dampak dari tindakan tersebut terhadap kehidupan
individu atau kelompok yang diteliti.

Metode penelitian kualitatif adalah metodologi yang pemeriksaan


penemuannya tidak diperoleh melalui estimasi atau sistem terukur, teknik ini
39
menghasilkan penemuan yang didapat dari informasi yang dikumpulkan
dengan menggunakan beragam sarana. Sarana tersebut meliputi pengamatan
dan wawancara, dokumen, buku, kaset video, dan bahkan data yang telah
dihitung untuk tujuan lain. Penelitian ini ditujukan untuk menganalisis,
mendeskripsikan atau menyajikan data tentang diagnosis kesulitan belajar
matematika dan mendiagnosis kesulitan belajar matematika siswa kelas V
SDN 2 GUJEG..
22
B. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SDN 2 GUJEG yang beralamat di Desa
Gujeg, Kecamatan Panguragan, Kabupaten Cirebon tahun ajaran 2023/2024.
Pemilihan lokasi penelitian didasarkan pada pertimbangan bahwa sekolah
dasar tersebut merupakan tempat di mana peneliti bertugas sebagai pengajar
dan berada dalam wilayah tempat tinggalnya. Oleh karena itu, peneliti
berharap bahwa pemilihan lokasi ini dapat mempermudah pelaksanaan
penelitian, menghemat waktu, tenaga, dan pikiran, serta tidak mengganggu

30
tanggung jawab peneliti sebagai pengajar di SD tersebut. Jadwal kegiatan
penelitian disusun dengan seksama dan direncanakan untuk memastikan
kelancaran proses penelitian dinyatakan dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 3. 1 Jadwal Kegiatan Penelitian

Kegiatan Meii Junii Julii Agustuss


1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Pengajuan judul proposal
Pendampingan hingga
persetujuan proposal penelitian
Penyusunan proposal
Pelaksanaan seminar proposal
Proses penelitian
Analisis masalah dan
penyimpulan pada bab IV dan V
Penyelesaian akhir untuk daftar
pustaka, lampiran, dan halaman
sampul
Pelaksanaan sidang skripsi

C. Objek dan Subjek Penelitian

Objek penelitian merujuk pada karakteristik tertentu dari suatu entitas


yang ditetapkan oleh peneliti untuk diinvestigasi dan pada akhirnya diambil
kesimpulan (Sugiyono, 2013). Dalam konteks penelitian ini, objek yang
diambil adalah diagnosa kesulitan belajar matematika. Subjek Penelitian
adalah sumber data yang diperoleh atau informan yang dapat memberikan
informasi kepada peneliti (Ansori, 2015). Subjek dalam penelitian ini adalah
siswa kelas V sebanyak 15 orang dipilih untuk mendapatkan data mengenai
berbagai kesulitan yang dialami siswa selama pembelajaran matematika, serta
guru kelas V SDN 2 Gujeg dipilih karena beliau merupakan wali kelas yang
mengampu mata pelajaran matematika.

31
C. Sumber Data
8
Sumber data merupakan subjek dari mana informasi itu diperoleh.
Sumber data diperlukan untuk mendukung terlaksananya penelitian dan
sekaligus untuk menjamin keberhasilan (Nufian dan Weda, 2018). Sumber
data dalam konteks studi ini, diperoleh dari dua sumber yang terlibat, yakni:
32
1. Sumber Data primer merupakan sumber informasi yang secara langsung
memberikan data kepada peneliti sebagai pengumpul informasi.
(Sugiyono, 2017). Sumber data primer dalam penelitian ini adalah proses
pembelajaran matematika siswa kelas V SDN 2 GUJEG
2. Sumber Data sekunder adalah sumber informasi yang tidak memberikan
data secara langsung kepada peneliti, melainkan melalui catatan atau
melalui pihak lain. Dalam penelitian ini, data sekunder terdiri dari buku-
buku pustaka, skripsi, jurnal, dan dokumen-dokumen yang relevan dengan
penelitian mengenai diagnosa kesulitan belajar matematika pada siswa
kelas V SDN 2 GUJEG. Data tersebut mendukung proses penelitian
dengan memberikan informasi yang diperlukan.

D. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data merupakan langkah paling penting menuju
penelitian karena bertujuan memperoleh informasi. Teknik pengumpulan data
yang digunakan adalah tes, wawancara, observasi dan dokumentasi.
Pengumpulan data dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1. Lembar soal tes diagnostik.
Menurut (Khaatimah dan Wibawa, 2017) Tes merupakan teknik yang
digunakan untuk mengumpulkan data mengenai hasil belajar siswa. Tes
ini digunakan untuk mendiagnosis letak kesulitan belajar matematika
dalam materi yang berbeda-beda. Sejauh mana pemahaman siswa terkait
materi yang telah dijelaskan oleh guru.

32
Tes diagnostik yang digunakan dalam penelitian ini mencakup materi
pokok bahasan yang diajarkan. Adapun bentuk soal yang digunakan yaitu
bentuk essay yang berjumlah 15 butir soal yang dibuat oleh guru kelas V.
2. Observasi
Menurut Arikunto (dalam Joesyiana, 2018) menyatakan bahwa
observasi adalah mengumpulkan informasi atau data yang seharusnya
dilakukan dengan cara mengajukan upaya pengamatan langsung ke tempat
yang akan diteliti. Observasi digunakan untuk mengetahui proses
pembelajaran siswa pada pelajaran matematika.
3. Wawancara
Wawancara merupakan suatu proses pertemuan antara dua individu
dengan tujuan untuk bertukar data dan gagasan melalui pertanyaan dan
jawaban, sehingga membentuk makna dalam suatu topik tertentu
(Sugiyono, 2013). Dalam penelitian ini, wawancara dilakukan kepada
guru kelas dan siswa kelas V di SD Negeri 2 Gujeg. Tujuan dari
wawancara adalah untuk memperoleh data dan informasi terkait kesulitan
belajar matematika serta untuk menentukan langkah-langkah yang akan
diambil dalam mengatasi kesulitan belajar siswa.. Pedoman wawancara
berisi 13 butir pertanyaan untuk guru dan siswa. Berikut pedoman
wawancara dengan guru.
Tabel 3. 2 Instrumen Wawancara Guru

No Variabel Indikator

Jenis kesulitan Kesulitan memahami konsep


1.
belajar matematika kesulitan dalam keterampilan
kesulitan pemecahanmasalah
4
Faktor 1. Faktor Internal
penyebab a. Sikap dalam belajar
2.
kesulitan b. Motivasi belajar
belajar c. Kesehatan tubuh

33
matematika d. Kemampuan pengindraan

2. Faktor Internal
a. Kesehatan tubuh
b. Variasi mengajar guru
c. Penggunaan media
pembelajaran
d. Sarana prasarana disekolah
e. Lingkungan keluarga
Diagnosis Penilaian Lembar Soal
3. kesulitan belajar Pengadaan Perbaikan/ Pengulangan
matematika Materi

Tabel 3. 3 Instrumen Wawancara Siswa

No Variabel Indikator
Kesulitan memahami konsep
- Menuliskan rumus

Jenis kesulitan kesulitan dalam keterampilan


1.
belajar matematika berhitung
- Teliti
kesulitan pemecahanmasalah
- menyelesaikan semua soal
1. Faktor Internal
4
Faktor a. Sikap siswa dalam belajar
penyebab b. Motivasi belajar
2. kesulitan c. Kesehatan tubuh
belajar d. Kemampuan pengindraan
matematika 2. Faktor Esternal
a. Kesehatan tubuh

34
b. Variasi mengajar guru
c. Penggunaan media
pembelajaran
d. Sarana prasarana disekolah
e. Lingkungan keluarga
Diagnosis Hasil Penilaian Lembar Soal
3. kesulitan belajar Upaya mengatasi kesulitan belajar
matematika matematika

4. Dokumentasi
Dokumen adalah catatan kejadian sebelumnya. Dokumen bisa
berbentuk, gambar, atau karya monumental individu. Dokumentasi
digunakaan untuk mendukung hasil observasi dan wawancara sehingga
data yang diperoleh benar dan tepat. Dokumen yang dikumupulkan dalam
penelitian ini berupa lembar hasil pekerjaan siswa, dan foto selama
penelitian.

E. Validasi Data
Penetapan keabsahan suatu data memerlukan teknik pemeriksaan.
Teknik pemeriksaan keabsahan data dalam penelitian ini diterapkan melalui
pendekatan triangulasi. Menurut Moleong (2007), triangulasi merupakan
metode verifikasi data yang memanfaatkan elemen lain di luar data itu sendiri
untuk tujuan pemeriksaan atau sebagai pembanding data tersebut. Di sisi lain,
menurut Putra sebagaimana yang dijelaskan dalam Purwanto (2004),
triangulasi adalah pendekatan pengecekan data yang melibatkan berbagai
sumber, teknik, dan periode waktu yang berbeda. Dalam konteks penelitian
ini, pendekatan triangulasi digunakan dengan menggabungkan kedua metode,
yaitu triangulasi teknik dan triangulasi sumber, untuk memastikan keabsahan
dan keandalan data yang diperoleh.

35
1. Pendekatan triangulasi teknik melibatkan penggunaan berbagai metode
yang berinteraksi saling memperkuat guna memastikan akurasi informasi.
Dalam konteks ini, peneliti memanfaatkan beragam teknik pengumpulan data
seperti observasi, wawancara, hasil tes, dan dokumentasi dengan tujuan
mengumpulkan informasi yang diverifikasi dan terpercaya.

2. Pendekatan triangulasi sumber mengacu pada penggunaan berbagai sumber


informasi yang berbeda guna memastikan validitas informasi yang dihasilkan.
Dalam penelitian ini, sumber-sumber data tidak hanya terbatas pada guru
sebagai sumber utama. Keterlibatan kepala sekolah, siswa, dan wali murid
sebagai sumber informasi juga dilakukan untuk memperkuat keabsahan dan
keandalan data yang diperoleh. Upaya ini bertujuan untuk menghasilkan
informasi yang lebih akurat dan lengkap.

F. Proses Analisis Data

Miles dan Huberman (2007), analisis data kualitatif merupakan suatu


rangkaian tindakan yang terus menerus dan berulang. Proses ini melibatkan
beberapa tahap, yaitu reduksi data, penyajian data, serta pengambilan
kesimpulan dan verifikasi. Gambaran mengenai tahapan ini dapat dilihat
dalam ilustrasi berikut:

Gambar 3.1 analisis data kaulitatif

1. Reduksi data
Reduksi data diartikan sebagai siklus pilihan, memusatkan perhatian
pada penyederhanaan, pengabstraksian, dan perubahan informasi mentah

36
yang muncul dari perhitungan yang sudah ditetapkan di lapangan. Reduksi
data terjadi secara terus-menerus selama penelitian belum selesai. Dalam
reduksi data peneliti memilih informasi yang akan dikumpulkan dan tidak
digunakan Penyajian Informasi Data yang terkumpul dari wawancara,
observasi, dan dokumentasi akan diorganisir berdasarkan jenis kesulitan
belajar yang dihadapi, akar penyebab kesulitan, hasil diagnosa yang telah
dilakukan, serta upaya yang telah dilakukan untuk mengatasi kesulitan
tersebut.
2. Presentasi Data
Setelah proses pengurangan data, langkah selanjutnya adalah
menyajikan data. Penyajian data bertujuan untuk memberikan gambaran
tentang situasi di lapangan. Dalam penelitian ini, data akan dijelaskan
secara deskriptif dan akan ditampilkan dalam bentuk tabel agar
mempermudah pemahaman bagi pembaca.
3. Verifikasi dan Pengukuhan Kesimpulan
44
Kesimpulan yang dihasilkan dari penelitian merupakan temuan baru
yang belum pernah terungkap sebelumnya. Temuan tersebut bisa berupa
deskripsi atau gambaran objek yang semula belum jelas, kemudian
dianalisis untuk mendapatkan pemahaman yang lebih terperinci.
Kesimpulan ini berperan dalam menjawab permasalahan yang
diidentifikasi sebelumnya, seperti hasil diagnosa mengenai kesulitan
belajar matematika siswa. kelas V SDN 2 Gujeg.

37
BAB IV
PEMBAHASAN

A. Penyajian Data
Penelitian ini dilakukan pada tanggal 28 Juli 2023 melalui teknik
pengamatan langsung di kelas V. peneliti melihat kondisi awal siswa dalam
menerima pembelajaran matematika di kelasserta melihat interaksi guru
dengan siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Hasil pengamatan
yang sudah di lakukan ditemukan bahwa seperti pada umunya proses
pembelajaran berlangsung kondusif, sebagian siswa tampak serius
memperhatikan guru yang menjelaskan materi dan sebagaian siswa terlihat
mengobrol dengan temannya. Selama pembelajaran peneliti menemukan
bahwa guru belum menggunakan media pembelajaran yang bervariasi dan
tidak memberikan umpan balik terkait materi yang diajarkan. Sehingga guru
tidak mengetahui pemahaman konsep materi siswa terkait materi yang
diajarkan.

Penelitian berikutnya dilakukan pada tanggal 1 juli 2023 dengan


mewawancarai subjek penelitian yaitu guru kelas V terkait diagnosis kesulitan
belajar matematika di kelas V SDN 2 Gujeg. Pertanyaan yang diajukan
berjumlah 13 butir. Selama wawancara berlangsung peneliti mencatat dan
merekan hasil wawancara menggunakan Handphone agar data yang diperoleh
dapat terekam dengan jelas. Berikut hasil penelitian yang dilakukan di SDN 2
Gujeg.

1. Deskripsi Kesulitan Belajar Matematika


Kesulitan belajar matematika siswa terbagi menjadi tiga jenis yaitu
kesulitan memahami konsep, kesulitan dalam berhitung dan kesulitan
menyelesaikan soal. berikut ini penejelasan dari masing-masing tiap
kesulitan belajar matematika siswa.
a) Kesulitan Memahami Konsep

38
Pada saat observasi awal peneliti menemukan bahwa siswa belum
memahami konsep materi bilangan pecahan dengan baik ketika guru
memberikan soal mengenai perbandingan pecahan yang penyebutnya
1
berbeda. Siswa terlihat mengalami kesulitan ketika diminta mengurutkan
pecahan dengan penyebut yang berbeda. Seperti mengurutkan bilangan
3 4 7 3
pecahan dari yang terbesar sampai yang terkecil , , , . Siswa belum
8 5 10 4

memahami konsep bahwa untuk mengurutkan pecahan maka penyebutnya


harus disamakan terlebih dahulu.
“Selama mengajarkan materi matematika, materi yang lama
dan sulit itu ya pecahan, karena macamnya, ada pecahan
campuran, desimal, dan penjumlahannya. apalagi jika harus
menyamakan penyebutnya anak kadang masih bingung. Pas
minggu awal kemarin saya kasih penjumlahan pecahan dan
penyebutnyaۗudahۗsamaۗmasihۗbanyakۗyangۗsalah”.

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru tersebut peneliti


menemukan bahwa selain sulit materi pecahan ini membutuhkan waktu
yang lama untuk diajarkan karena materi pecahan ada banyak macamnya.
Serta berdasarkan hasil dari lembar jawaban soal diketahui siswa tidak
menjawab dengan benar ketika diminta untuk mengurutkan pecahan dari
3 4 7 3
terbesar , , , . Kesalahan siswa dalam menjawab dapat dilihat pada
8 5 10 4

gambar berikut.

Gambar 4.1 Pecahan

7 3 4 3
Siswa menjawab dengan jawaban berikut , , . Jawaban yang
10 8 5 4

dituliskan siswa dapat mengindikasikan bahwa pemahaman konsep siswa


tentang pecahan masih kurang karena penyampaian materi dilakukan

39
secara abstrak. Kesulitan lain yang ditemui peneliti yaitu siswa sulit dalam
memahami konsep materi kelipatan persekutuan terkecil atau KPK yang
terlihat pada gambar berikut.

Gambar 4. 2 KPK
Berdasarkan hasil lembar kerja siswa, peneliti menemukan bahwa
terdapat siswa yang mengalami kesulitan memahami materi KPK yang
diajarkan. Hal tersebut menunjukkan siswa belum memahami konsep
dengan baik. Selain itu ketika menjawab soal siswa terlihat tidak
menuliskan rumus yang perlu dituliskan saat mengerjakan soal yang
abstrak. Hal tersebut juga disampaikan dalam petikan wawancara dengan
salah satu siswa sebagai berikut.

Peneliti ` :“ۗ Apakahۗ kamuۗ selaluۗ menuliskanۗ


rumusۗsaatۗmengerjakanۗsoal??”.
Siswa :“Gak,ۗlangsungۗajaۗjawab”

Berdasarkan hasil wawancara dengan siswa tersebut peneliti


menemukan bahwa selain materi yang sulit siswa juga tidak pernah
menuliskan rumus dalam menjawab soal.

b) Kesulitan Keterampilan Berhitung

Keterampilan berhitung menyangkut penjumlahan, pengurangan,


1
perkalian, dan pembagian. Kesulitan dalam keterampilan ini dapat dilihat
dari kesalahan yang dilakukan siswa saat melakukan operasi hitung seperti
gambar.

Gambar 4. 3 Penjumlahan

40
Berdasarkan hasil jawaban siswa, peneliti menemukan bahwa siswa
belum teliti dalam mengerjakan soal terkait operasi hitung bilangan bulat.
Selain itu berdasarkan penuturan guru, kesulitan penguasaan kemampuan
1
berhitung matematika dapat menghambat siswa lain karena materi harus
disampaikan secara berulang-ulang agar siswa yang kesulitan tidak
tertinggal.

“kalauۗ materiۗ berhitungۗ dikelasۗ saya,ۗ sebagianۗ bisaۗ dan


sebagian kecil masih belum bisa. Dalam perkalian masih
kurang lancar, siswa masih menghitung secara manual. Dalam
pembagian hampir semua terkendala. seharusnya kalo sudah
mengerti cara berhitung perkalian maka pembagiannnya pun
mengikut”.

Dari pemaparan diatas, dapat simpulkan bahwa kesulitan dalam


keterampilan berhitung karena siswa belum lancar menghitung perkalian
dan siswa masih berhitung dengan cara manual seperti menjumlahkan
angka sesuai angka yang dikalikan sehingga sering terjadi ketidaktelitian
dalam proses berhitung.

c) Kesulitan Memecahkan Masalah

Temuan dari penelitian mengindikasikan bahwa siswa mengalami


1
kesulitan ketika dihadapkan pada pemecahan masalah dalam bentuk soal
cerita. Contoh konkret yang mencerminkan kesulitan siswa dalam
memecahkan masalah adalah contoh soal cerita terkait materi volume
bangun ruang, yang dapat dilihat pada gambar berikut ini:

Gambar 4. 4 Bangun Ruang

41
Berdasarkan hasil lembar kerja siswa peneliti menemukan bahwa
siswa mengalami kesulitan memahami kalimat atau kata perintah dalam
soal cerita yang diberikan. Hal ini diperkuat dalam penuturan guru yang
menyatakan kurangnya penguasaan kemampuan menyelesaikan soal cerita
di kelas V terjadi karena siswa tidak memahami kata dalam kalimatnya..
“Banyakۗsekaliۗkesulitanۗdiۗsoalۗceritaۗterutamaۗpemahamanۗ
kata di dalam soal cerita apalagi ditambah angka-angka dari
soal matematika tersebut. Siswa kesulitan memahami
instruksi soal. anaknya bisa membaca tapi tidak memhami
berbeda dengan anak yang tidak bisa membaca otomatis
tidak dapat menjawab soal bahkan kalaupun menjawab
dengan asal-asalan.”ۗ
Hal tersebut juga disampaikan dalam petikan wawancara dengan salah
satu siswa sebagai berikut.
Peneliti ` :“Apakahۗ kamuۗ selaluۗ
menyelesaikan soal yang diberikan?.
Siswa :“kadang-kadang tergantung kalau
sulitۗlangsungۗjawabۗsebisanya”.

Dari pemaparan diatas, dapat simpulkan bahwa kesulitan dalam


menyelesaikan soal cerita karena siswa masih belum lancar membaca dan
tidak mengerti atau memhami kata dalam soal sehingga siswa kesulitan
dalam mengerjakan soal cerita.

2. Deskripsi Faktor pemicu kesulitan dalam proses belajar


Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan dengan guru kelas
V serta ditambahkan dengan wawancara kepada siswa, dapat ditarik
kesimpulan bahwa faktor-faktor penyebab kesulitan belajar matematika di
kelas V melibatkan faktor internal dan eksternal sebagai berikut.
a) Faktor ini terutama bersumber dari dalam diri individu

42
Salah satu faktor internal yang dapat mempengaruhi kesulitan
belajar adalah
(1) sikap saat belajar
1
Sikap mengacu pada kecondongan untuk bertindak dengan cara
tertentu. Sikap positif terhadap suatu mata pelajaran adalah langkah awal
yang menguntungkan dalam proses pembelajaran. Berdasarkan temuan dari
wawancara, peneliti menemukan variasi dalam sikap siswa terhadap
pelajaran matematika secara keseluruhan. Beberapa siswa memiliki minat
terhadap pelajaran matematika, sementara yang lain tidak. Beberapa siswa
yang tidak merasa tertarik pada pelajaran matematika berpendapat bahwa
subjek ini terasa sulit, sehingga mereka kurang antusias dalam
mempelajarinya. Hal tersebut disampaikan dalam wawancara sebagai
berikut.
Peneliti ` :“Kamuۗ sukaۗ tidakۗ pelajaranۗ
matematika?”.
Siswa :“nggakۗ suka,ۗ karenaۗ pelajarannyaۗ
sangatۗsulit”

Siswa yang memiliki pandangan yang kurang positif terhadap


pembelajaran matematika cenderung menunjukkan keterlibatan yang
kurang dalam proses pembelajaran. Mereka mungkin tidak memberikan
perhatian sepenuhnya pada penjelasan yang diberikan oleh guru dan
terkadang terlibat dalam kegiatan lain selama pelajaran, seperti berbicara
dengan teman atau bermain. Pernyataan ini diperkuat oleh pengamatan dari
guru dalam wawancara, seperti yang dijelaskan di bawah ini.

“Alhamdulillahۗ dikelasۗ sayaۗ karenaۗ masihۗ awalۗ sikapۗ siswaۗ


menerima saja pelajaran matematika, untuk jadwalnya itu
seminggu 2x, hari rabu dan jumat. Saya juga tempatin
pelajaran matematika diawal jam pelajaran tujuannya supaya
masih bisa konsentrasi dan fresh karena masih semangat dan

43
dapat mengikuti materi pelajaran. Namun, reaksi siswa yang
tidak menyukai matematika lebih banyak menggerutu, sering
cemberut karena merasa pelajaran matematika diberikan
setiapۗhari”.ۗ

16
Hasil wawancara di atas menunjukkan bahwa sikap selama
pembelajaran matematika mempengaruhi siswa dalam mengikuti proses
pembelajaran matematika.

(2) Motivasi Belajar


Memberikan motivasi oleh guru memiliki peran krusial dalam
mendorong siswa agar dapat fokus dengan baik dalam proses belajar. Di
samping peran motivasi yang diberikan oleh guru, dukungan yang
diberikan oleh orang tua juga memiliki dampak signifikan terhadap
motivasi siswa. Siswa yang merasakan perhatian dan dukungan dari orang
tua cenderung memiliki motivasi yang lebih tinggi. Hal ini terlihat dalam
observasi, di mana terdapat indikasi bahwa motivasi siswa saat mengikuti
pelajaran matematika cenderung rendah, sebagaimana terlihat dari
kurangnya persiapan buku pelajaran. Selain itu, motivasi siswa dapat
diketahui dari persiapan yang dilakukan siswa dalam belajar matematika.
24
siswa yang memiliki motivasi rendah, cenderung tidak akan mengulang
kembali materi atau mempelajari terlebih dahulu materi yang akan
disampaikan sebelum ulangan.
Peneliti : "Apakah kamu akan belajar matematika
meskipun tidak ada ulangan besok?"
Siswa : "Tidak, saya tidak akan belajar."
Peneliti : "Bagaimana jika besok ada ulangan, apakah
kamu akan belajar matematika terlebih dahulu?"
Siswa :“ۗBelajar”ۗ
Dari pemaparan diatas, dapat simpulkan bahwa motivasi belajar siswa
dipengaruhi oleh adanya ujian, jika tidak ada ujian maka siswa tidak belajar

44
mandiri dirumah. Umumnya guru memberikan motivasi kepada siswa
1
secara lisan dengan kata-kata maupun kalimat penyemangat. Namun
motivasi dari guru tanpa dukungan orang tua tidak akan memberikan
dampak yang berarti untuk siswa.
“Setiapۗadaۗpertemuanۗdenganۗorangtuaۗsayaۗselaluۗmemintaۗ
untuk dapat bekerjasamaۗuntukۗkeberhasilanۗsiswaۗdiۗkelas.”ۗ

Berdasarkan dua pernyataan tersebut, dapat disimpulkan bahwa peran


keluarga memiliki signifikansi dalam memberikan motivasi kepada siswa.
Ketika orang tua tidak memberikan perhatian yang memadai, hal ini
berpotensi menyebabkan penurunan motivasi belajar siswa di lingkungan
sekolah.
1
(3) Kesehatan tubuh
Kesehatan menjadi faktor penting untuk menjalankan aktivitas belajar
matematika. Siswa yang kurang sehat akan mempengaruhi kualitas belajar.
Siswa yang sering merasakan kantuk, gelisah, dan kurang konsentrasi saat
pembelajaran berlangsung bisa mengindikasikan bahwa keadaan fisik
siswa tidak berada dalam kondisi yang optimal. Hal ini juga terdengar dari
pengakuan siswa dalam kutipan wawancara berikut ini.
Peneliti: "Pernahkah kamu merasakan ketidaknyamanan fisik yang
mengganggu saat pelajaran matematika?"
Siswa: "Ya, pernah. Saya merasa sakit perut dan ingin buang air
besar."”
Keadaan fisik yang tidak baik pada siswa dapat mengganggu fokus
belajar. Selain itu, masalah kesehatan yang parah bahkan dapat
menyebabkan absensi siswa di sekolah, yang pada gilirannya
mengakibatkan mereka ketinggalan dalam memahami materi pelajaran.
Kondisi ini juga berperan dalam menyebabkan kesulitan siswa dalam
memahami pelajaran matematika, seperti yang diungkapkan oleh seorang
guru.

45
“untukۗ sekarangۗ belumۗ adaۗ anakۗ yangۗ sakitۗ sampaiۗ berhari-
hari dan tertinggal pelajaran. Yang sering dijumpai kondisi
anak yang mengeluh sakit perut kalau ada anak yang pusing,
atau panas,terus anaknya kelihatannya lemas biasanya saya
panggilۗorangۗtuanya”.

Siswa yang mempunyai masalah kesehatan perlu mendapat perhatian


19
khusus dan mendapatkan penanganan yang tepat. Berdasarkan hasil
wawancara tersebut, guru telah memberikan perhatian terhadap kesehatan
siswa. Langkah selanjutnya adalah mengkoordinasikan upaya antara guru
dan orang tua untuk menjaga kesehatan siswa di rumah.

(4) Kemampuan Pengindraan


Ketidakmampuan dalam penglihatan dapat menghambat siswa dalam
menerima informasi terutama dalam proses pembelajaran matematika.
Namun, dari hasil observasi tidak terlihat adanya siswa yang mengalami
gangguan penglihatan. Berikut kutipan wawancara dengan siswa yang
mengatakan bahwa:
Peneliti :”Selamaۗbelajarۗapakahۗkamuۗdapatۗmelihatۗ
tulisanۗdenganۗjelas?”ۗ
Siswa :“Iya,ۗ tulisannyaۗ bisaۗ dilihatۗ tapiۗ papanۗ
tulisnyakadang kotor jadi kalau mau lihat ya
harusۗmaju”
Berdasrkan pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa jika papan
tulis kotor maka siswa tidak dapat melihat materi dengan jelas.Selain itu,
Gangguan pendengaran juga mempengaruhi siswa dalam menyerap
informasi yang disampaikan oleh guru. Hal tersebut biasanya terjadi pada
siswa yang duduk di belakang berdasarkan hasil pengamatan peneliti
menemukan bahwa siswa tersebut terus mengobrol ketika guru sedang
menyampaiakan materi..

46
b) Faktor Penyebab Kesulitan dari Sisi Eksternal
(1) Ragam Pendekatan Pengajaran oleh Guru
Diperlukan variasi dalam penerapan model dan metode pembelajaran
1
guna menarik minat serta perhatian siswa. Berdasarkan hasil observasi dan
wawancara peneliti menemukan bahwa guru tidak hanya menggunakan
metode pembelajaran yang konvesional. Pada awal pembelajaran guru
menggunakan metode ceramah dengan metode tanya jawab agar menarik
minat siswa dan tidak mengobrol atau dengan membuat kelompok belajar
kecil.berikut hasil wawancara dengan siswa
Peneliti :“Saatۗ belajarۗ matematika,ۗ apakahۗ kamuۗ
pernahۗۗbelajarۗkelompokۗdikelas?”
Siswa :“Iya,ۗ kalauۗ lagiۗ bisaۗ ngerjainۗ soalۗ nyaۗ
bareng teman-teman”ۗ.
(2) Penggunaan Media Pembelajaran
Pentingnya penggunaan media untuk membantu pemahaman siswa,
Oleh karena itu, guru berusaha untuk memanfaatkan berbagai media dalam
proses pembelajaran matematika. Guru menyampaikan pendapat ini dalam
wawancara sebagai berikut.
"alat pembelajaran atau media yang digunakan disesuaikan dengan
materi, mislanya materi membuat balok atau kubus kadang anak
membuat sendiri alat peraga dari karton dan kardus bekas. Terus
kalau matematika itu ya medianya banyak seperti perkalian lebih
dariۗlimaۗbisaۗۗmemakaiۗjari”
Berdasarkan temuan tersebut, dapat disimpulkan bahwa
ketidakpahaman guru terhadap penggunaan media dapat mengakibatkan
siswa memiliki pemahaman yang kurang baik terhadap materi. Selain itu,
peneliti juga menemukan bahwa sikap guru yang kurang mendorong
kreativitas dalam pembuatan media inovatif sesuai dengan materi dapat
4
memengaruhi minat dan perhatian siswa dalam pembelajaran matematika..
(3) Sarana dan Prasarana di Sekolah

47
Berdasarkan observasi yang dilakukan, sarana dan prasarana di
sekolah telah mendukung proses pembelajaran matematika. Tetapi selama
pengamatan peneliti menemukan bahwak kondisi kelas belum dapat
dikatakan baik, karena masih terlihat kursi diletakan secara sembarangan
bahkan kadang kelasnya kotor sehingga membuat siswa tidak nyaman.
Selain itu, papan tulis yang digunakan adalah papan tulis black board yang
menggunakan kapur sehingga ketika papan hendak dibersihkan terdapat
ampas dari hasil kapur yang membuat kelas kotor dan tulisan yang
menggunakan kapur meninggalkan bekas ketika dihapus.

Gambar 4. 5 Papan Tulis hitam kotor

Umumnya, fasilitas di sekolah memiliki dukungan yang


memadai untuk proses pembelajaran matematika, seperti yang
diungkapkan oleh guru:
"Meskipun ada beberapa kekurangan dalam kondisi sekolah,
namun fasilitas yang ada sudah cukup untuk mendukung
pelajaran.".”
Namun, dari hasil ulasan wawancara dengan siswa mengatakan bahwa
ruang kelas terkadang tidak membuat nyaman sehingga sulit berkonsentrasi
selama belajar matematika.
Peneliti :“Menurutmu,ۗ apakahۗ kondisi ruang kelas
sudah mendukung dalam pembelajaran
matematika?”

48
Siswa :“Engga,ۗ kadangۗ kelasnyaۗ kotor,semrawutۗ
jadi ga enak buat belajar boro-boro bisa
fokus”ۗ
Dari hasil wawancara dengan dengan siswa SDN 2 GUJEG diperoleh
hasil bahwa sarana sekolah berupa papan tulis masih menjadi hal yang
harus diperhatikan guru untuk memberikan kenyamanan belajar
matematika siswa kelas V. Peneliti menemukan tidak semua ruang kelas
masih menggunakan papan tulis black board tetapi di kelas V masih
menggunakan papan tulis hitam.
(4) Pengaruh Lingkungan Keluarga
Lingkungan keluarga memainkan peran yang penting dalam
mendukung proses pembelajaran siswa. Keadaan ekonomi keluarga dapat
menjadi faktor yang mempengaruhi tingkat perhatian yang diberikan oleh
orang tua terhadap siswa. Terutama, orang tua siswa di Sekolah Dasar
Negeri 2 GUJEG kebanyakan bekerja di luar desa atau merantau ke ibukota
dan pulang pada saat hari tertentu misalnya hari raya. Sehingga tidak bisa
1
mendampingi siswa belajar dirumah. Contoh kurangnya perhatian orang
tua pada pembelajaran siswa disekolah yaitu PR yang tidak dikerjakan.
Peneliti :“Jikaۗ adaۗ PRۗ dariۗ sekolahۗ apakahۗ orangtuaۗ
muۗikutۗmenemaniۗmengerjakannyaۗ?”
Siswa :“Iya,ۗ tapiۗ biasanyaۗ ngerjainۗ PRۗ samaۗ kakakۗ
karena ibu dan ayah ga dirumah lagi kerja di
Jakarta”.ۗ
Tugas rumah yang diberikan oleh guru bertujuan untuk mendorong
siswa untuk terus belajar di rumah dan memberi kesempatan kepada
mereka untuk bertanya kepada orang tua jika menghadapi kesulitan.
Namun, dalam praktiknya, penelitian menemukan bahwa beberapa siswa
yang kesulitan dalam matematika tidak mengerjakan tugas rumah tersebut
karena orang tua mereka tidak ada di rumah atau tidak memberikan
perhatian yang cukup. Dalam kata-kata seorang guru,

49
"Saya melihat bahwa sebagian besar keluarga tidak
memberikan respons. Ini berarti bahwa hanya sekitar 90% siswa
yang mengerjakan tugas rumah. Sebagai orang tua, seharusnya
mereka memberikan respons dengan rutin memeriksa apakah
ada tugas rumah dan mendampingi anak-anak mereka saat
mengerjakannya."
Dari pernyataan tersebut, terlihat bahwa lingkungan keluarga
memegang peran kunci bagi siswa. Lingkungan keluarga yang memberikan
perhatian dan mengedukasi siswa tentang pentingnya belajar dapat
membantu siswa saat mereka menghadapi kesulitan dalam pelajaran
matematika. Keterlibatan orang tua juga mendorong siswa untuk mencapai
hasil belajar yang lebih baik. Namun, jika dukungan orang tua kurang,
siswa dapat mengalami hambatan dalam belajar matematika di rumah.

3. Deskripsi Hasil Diagnosis Kesulitan Belajar Matematika


Dalam penelitian ini, metode tes diagnostik melibatkan tiga aspek
yaitu pengamatan, wawancara, dan soal tes. Penggunaan soal tes bertujuan
untuk mengidentifikasi kesulitan belajar yang dialami oleh siswa secara
individual. Fokus utama dari penerapan tes diagnostik adalah untuk
mengidentifikasi adanya kesalahan konseptual dan kesalahan proses yang
mungkin terjadi saat siswa memahami suatu topik pelajaran tertentu.
Tes yang digunakan untuk mendiagnosis kesulitan belajar siswa kelas
V yaitu menggunakan soal yang dibuat guru sebanyak 15. Adapun materi
yang digunakan untuk soal yaitu beragam disesuaikan dengan materi
matematika di kelasV. Berikut kutipan dari hasil wawancara dengan guru .
“Untukۗ mendiagnosisۗ kesulitanۗ belajarۗ siswaۗ sayaۗ membuatۗ
beberapa soal untuk dikerjakan siswa. Adapun isi soalnya
bisa berupa essay ataupun pilihan ganda. Materi soalnya
beragam tidak semua materi yang baru diajarkan tujuannya

50
agar dapat mengetahui letak kesulitan siswa berdasarkan hasil
jawabannya”.ۗ

Berdasarakan pemamaparan di atas maka dapat diketahui bahwa untuk


mendiagnosis kesulitan belajar siswa maka guru akan membuat soal untuk
dikerjakan siswa . karena dari hasil jawaban siswa dapat diketahui bentuk-
bentuk kesulitan siswa kelas V. sehingga bisa melakukan pengadaan
remedial jika memungkinkan agar niali siswa tetap baik. Menghadapi
tantangan belajar yang dialami siswa memerlukan pemahaman mendalam
terhadap faktor penyebab kesulitan belajar yang ada. Oleh karena itu,
langkah-langkah untuk mengatasi kesulitan belajar matematika sebaiknya
didasarkan pada pemahaman mendalam terhadap faktor penyebab yang
mendasari kesulitan tersebut. Dalam konteks ini, peneliti telah
mengidentifikasi berbagai upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi
kesulitan belajar matematika.

Berdasarkan paparan diatas mengenai hasil diagnostik kesulitan belajar


matematika. Peneliti menemukan bahwa guru tidak hanya mengajarkan
materi matematika saja tetapi juga bertanggung jawab dalam mengatasi
kesulitan belajar matematika siswa di kelas. Berikut ini beberapa upaya
mengatasi kesulitan belajar matematika yang sudah dilakukan di SDN 2
GUJEG:

 Upaya Mengatasi Kesulitan Belajar dari Guru

Upaya guru kelas V SDN 2 GUJEG untuk mengatasi kesulitan belajar


matematika siswanya, adalah dengan melakukan pengulangan materi
ataupun soal, Memberikan waktu tambahan untuk melakukan sesi belajar
ekstra setelah jam pelajaran reguler adalah salah satu langkah yang
direkomendasikan. Siswa yang belum mencapai tingkat pencapaian
minimal yang diharapkan dianjurkan untuk mengikuti pelajaran tambahan
7
setelah kegiatan belajar di sekolah berakhir. Pelajaran tambahan ini

51
dilakukan dilakukan setiap hari sabtu. Pelajaran tambahan tersebut tidak
hanya untuk pelajaran matematika tapi juga pelajaran yang lain.
1
Namun tidak semua siswa merasa antusias dengan pelajaran tambahan
tersebut, terkadang beberapa siswa tidak ikut pelajaran tambahan dan
langsung pulang karena harus mengatur waktu dengan sekolah madrasah
setiap pukul 1 siang. sehingga siswa mengalami kesulitan belajar
7
matematika di kelas. Selain itu untuk mengurangi kesulitan memahami
konsep, guru berusaha menggunakan media dalam pembelajaran karena
menyadari pentingnya media khususnya pada materi yang bersifat
abstrak. Sedangkan untuk mengurangi kesulitan belajar yang disebabkan
faktor dari dalam diri siswa, guru berusaha selalu memberikan motivasi
1
kepada siswa karena guru memahami bahwa tugas guru bukan hanya
memberi pengetahuan tapi juga mendidik siswa menjadi lebih baik.

Dari hasil wawancara diketahui upaya yang dilakukan guru untuk


mengurangi kesulitan belajar siswa adalah Hasil penilaian belajar siswa
atau hasil ujian dapat menjadi acuan untuk melakukan perbaikan dalam
proses pembelajaran. Jika terdapat banyak siswa yang belum mencapai
1
tingkat pencapaian minimal yang diharapkan, hal tersebut dapat
mengindikasikan bahwa siswa menghadapi kesulitan dalam memahami
materi yang telah diajarkan oleh guru. Oleh karena itu, hal ini dapat
menjadi pertimbangan bagi guru untuk memberikan ulangan atau
pengulangan pada materi yang belum sepenuhnya dikuasai oleh siswa..
1
“Sayaۗ biasanya berikan tambahan pelajaran untuk anak-anak yang
masih belum tuntas saat pulang sekolah. anak-anak yang nilainya
dibawah KKM saya haruskan mengikuti pelajaran tambahan dulu.
Kalau nilainya masih rendah maka saya juga adakan pengulangan
atauۗremidi”.

 Langkah-langkah untuk mengatasi kesulitan yang dihadapi oleh siswa

52
Langkah yang diambil oleh guru di sekolah untuk mengatasi kesulitan
belajar siswa belum sepenuhnya efektif. Oleh karena itu, dibutuhkan usaha
dari siswa sendiri untuk mengatasi kesulitan belajar matematika tersebut.
Hasil dari wawancara menunjukkan bahwa siswa mengambil inisiatif untuk
mengatasi kesulitan belajar matematika dengan mengikuti pelajaran
tambahan di luar jam sekolah. Hal ini dinyatakan oleh siswa dalam kutipan
wawancara sebagai berikut:

Peneliti :“Apakahۗkamuۗpernahۗmengikutiۗlesۗtambahanۗ
diۗluarۗsekolah?”.
Siswa :ۗ“iya,ۗikutۗlesnyaۗsamaۗtetangga”.

Berdasarkan wawancara yang dilakukan, siswa telah mencoba


mengatasi kesulitan belajar matematika dengan mengambil langkah
tambahan seperti mengikuti les di luar sekolah. Namun, usaha ini terutama
difokuskan pada pemahaman materi yang belum dikuasai di lingkungan
sekolah. Oleh karena itu, peran orang tua juga sangat penting dalam
mengidentifikasi akar penyebab kesulitan belajar matematika siswa.
Dengan pemahaman ini, tindakan yang lebih tepat dapat diambil untuk
mengatasi kesulitan belajar matematika yang dihadapi oleh siswa.

B. Pembahasan

1. Kesulitan Belajar Matematika


Pemaparan pembahasan dari hasil penelitian sebagai berikut:

a. Kesulitan dalam memahami konsep


Pemahaman konsep merupakan aspek krusial bagi siswa. Dalam
penelitian ini, kesulitan dalam memahami konsep terfokus pada
permasalahan perbandingan pecahan. Tidak mampunya siswa dalam
mengurutkan pecahan saat penyebutnya berbeda adalah gambaran nyata
dari kesulitan ini. Temuan tersebut mencerminkan pandangan yang

53
diungkapkan oleh (Purwanto dalam Jarmita, 2015) bahwa pemahaman
atau komprehensi mengacu pada tingkat kemampuan siswa untuk benar-
benar memahami arti, konsep, situasi, dan fakta yang ada. Dalam hal ini,
siswa tidak sekadar menghafal secara mekanis, melainkan benar-benar
memahami konsep di balik pertanyaan atau fakta yang diberikan
Menurut hasil penelitian yang didapatkan, kurangnya pemahaman
konsep menyebabkan siswa kesulitan mengerjakan soal dikarenakan
siswa tidak memahami soal yang diberikan guru terkait pecahan yang
34
penyebutnya berbeda. Selain itu, selama pembelajaran terlihat guru
mengajarkan materi dengan cara yang kurang tepat dan tidak
menggunakan contoh kongret yang dihubungkan dengan kehidupan
sehari-hari.
a. Kesulitan Keterampilan Berhitung
Keterampilan merujuk pada kemampuan mengoperasikan operasi
matematika seperti penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian.
Kesulitan dalam hal ini dapat timbul ketika siswa melakukan kesalahan
dalam menjalankan operasi matematika secara tepat. Peneliti menemukan
adanya kesalahan dalam menjalankan operasi matematika saat
mengerjakan soal terkait bilangan bulat, yang menyebabkan siswa tidak
dapat menjawab dengan benar. Kesalahan semacam ini sesuai dengan
pandangan Lenner (dalam Simbolon dkk, 2019), yang menyatakan bahwa
anak-anak yang mengalami kesulitan belajar matematika seringkali
mengalami hambatan dalam memahami dan menggunakan simbol
matematika, seperti tanda tambah (+), kurang (-), kali (x), dan bagi (:),
serta kesulitan dalam menerapkan rumus secara tepat.
Selain itu, kesulitan dalam keterampilan berhitung juga mungkin
disebabkan oleh kurangnya penguasaan kemampuan dasar berhitung yang
diajarkan di kelas sebelumnya. Hal ini merupakan salah satu faktor yang
turut berperan dalam kesulitan siswa dalam menguasai keterampilan
berhitung..

54
b. Kesulitan Memecahkan Masalah
Pemecahan masalah adalah penerapan dari konsep dan
keterampilan. Kesulitan memecahkan masalah umumnya ditemukan
35
dalam soal-soal matematika yang terkatagori masalah bisa berupa soal
cerita yang tidak bisa secara langsung dikerjakan dengan prosedural
biasa. Kesimpulan dari analisis yang telah dilakukan adalah bahwa para
siswa mengalami kesulitan dalam mengatasi tantangan dalam soal cerita.
Ini mengindikasikan bahwa para siswa memiliki hambatan dalam
memahami makna kata dan kalimat yang terdapat dalam soal cerita, serta
tidak mampu mengidentifikasi langkah-langkah yang diperlukan untuk
memecahkan masalah dengan akurat. Dampak dari hal ini adalah
ketidakmampuan para siswa untuk berhasil menyelesaikan soal-soal
tersebut dengan benar. Sesuai dengan pendapat (Surya dalam Sesanti dan
Bere, 2020) bahwa Kesulitan siswa dalam menyelasaikan soal cerita
matematika bisa kita lihat dari kemampuannya dalam membaca,
mamahami, proses tranfortasi, ketrampilan proses penyelasaiannya dan
penulisan jawabannya.

2. Faktor Penyebab kesulitan dalam memahami pelajaran matematika t


Penyebab kesulitan dalam memahami pelajaran matematika dapat
dibagi menjadi dua kategori, yaitu faktor internal dan faktor eksternal

a. Faktor yang Menyebabkan Kesulitan dari Sisi Internal


1) Sikap saat belajar
Temuan dari analisis faktor-faktor yang memicu kesulitan belajar
secara internal sejalan dengan apa yang telah diuraikan oleh (Baharudin
dan Wahyuni, 2008) bahwa faktor yang mempengaruhi hasil belajar
adalah sikap. baik sikap positif dan sikap negatif terhadap mata pelajaran
matematika. Mempengaruhi hasil belajar siswa. Berdasarkan informasi
yang diperoleh dari wawancara dengan siswa, tergambar bahwa siswa
tidak memiliki minat yang kuat terhadap mata pelajaran matematika dan

55
cenderung menunjukkan sikap negatif terhadap proses pembelajarannya.
Akibatnya, partisipasi siswa dalam pembelajaran menjadi terganggu.
Tanda-tanda sikap tersebut terlihat dalam perilaku gaduh dan
ketidakhadiran perhatian selama proses pembelajaran matematika
berlangsung. Selain itu, tanda-tanda sikap negatif juga tercermin dalam
kurangnya antusiasme siswa serta keengganan mereka untuk
berpartisipasi secara aktif dalam pembelajaran.
2) Semangat Belajar
Motivasi bertujuan mengarahkan Tindakan siswa selama proses
pembelajaran.. Sejalan dengan pendapat (Mukhtar dalam Jemudin dkk,
2019) mengatakan bahwa motivasi belajar siswa merupakan daya
17
penggerak bagi siswa untuk melakukan sesuatu. Namun, Hasil analisis
mengindikasikan bahwa semangat belajar siswa masih tergolong kurang.
Beberapa siswa ternyata tidak mempersiapkan peralatan tulis dan buku
pelajaran matematika sebelum pelajaran dimulai. Mereka juga tidak
melakukan revisi terhadap materi yang telah diajarkan sebelumnya, baik
di rumah maupun menjelang ujian berikutnya.
Kurangnya motivasi ini juga berdampak pada kurangnya semangat
siswa untuk mengikuti pelajaran matematika dengan penuh antusiasme,
dan akhirnya menyebabkan hambatan dalam proses belajar matematika..
Sejalan dengan hasil penelitian (Rismawati dan Khairiati, 2020)
mengemukakan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi
rendahnya motivasi belajar siswa pada mata pelajaran matematika
diantaranya sarana belajar yang tidak lengkap, rendahnya minat belajar,
kurangnya perhatian, kemampuan diri, teman sebaya, dan kesahatan.
Hasil analisis menunjukkan selain kurangnya motivasi dari dalam diri
siswa yang tidak ditanamkan dengan baik oleh orang tua dirumah.
3) Kesehatan Tubuh
23
Hasil analisis menunjukkan bahwa tidak semua siswa menghadapi
kesulitan belajar matematika yang disebabkan oleh faktor kesehatan.

56
Namun, beberapa siswa menghadapi tantangan karena masalah kesehatan
yang mengakibatkan absensi di sekolah, berdampak pada keterlambatan
dalam memahami materi pelajaran matematika. Isu kesehatan yang sering
muncul dan mempengaruhi siswa adalah masalah fisik yang tidak prima.
Sebagai contoh, siswa yang mengalami kesulitan dalam berkonsentrasi
dan mengalami rasa pusing saat mengikuti pelajaran matematika
menandakan bahwa kondisi fisik mereka tidak dalam keadaan yang
optimal. Pandangan ini sejalan dengan pendapat (Slameto, 2013) yang
menyatakan bahwa kesehatan individu dapat memengaruhi proses belajar.
Ketika seseorang belajar dalam keadaan sakit, dampaknya akan terlihat
dalam kehilangan semangat, mudah merasa pusing, mengantuk jika
4
kelelahan tubuh, dan mudah lelah. Keadaan tubuh yang tidak optimal
mempengaruhi penerimaan informasi yang disampaikan guru untuk
siswa. Secara umum, tidak banyak siswa yang mengalami masalah
kesehatan..
4) Kemampuan Pengindraan
Gangguan pengindraan dan pendengaran yang dialami siswa dapat
mengurangi daya serap informasi yang disampaikan oleh guru. Dari hasil
analisis menunjukkan tidak ditemukan siswa yang mengalami gangguan
pada pengindraan secara serius. Namun, gangguan pengindraan yang
sering dialami siswa adalah terkait papan tulis yang kotor dan posisi
tempat duduk yang menghalangi siswa yang bertubuh pendek tidak dapat
melihat papan tulis dengan baik.
1
Seperti yang ditegaskan oleh Muhibbin Syah (2009), hambatan pada
kemampuan pendengaran dan penglihatan merupakan faktor internal yang
mempengaruhi kesulitan belajar siswa. Sebagai alternatif, guru dapat
membantu mengatasi kendala ini dengan merancang meja belajar
berbentuk huruf U, yang dapat memfasilitasi siswa dalam menyerap
informasi secara lebih baik. Selain itu, disarankan agar sekolah
bekerjasama dengan para profesional kesehatan untuk melakukan

57
pemeriksaan rutin terhadap kemampuan pendengaran dan penglihatan
siswa, dengan tujuan agar siswa dapat memperoleh informasi secara
maksimal

2) Faktor yang Menyebabkan Kesulitan dari Sisi Eksternal


1) Ragam Metode Pengajaran oleh Pengajar
Dari hasil analisis yang telah dilaksanakan, terlihat bahwa para guru
telah berusaha menerapkan berbagai metode pengajaran yang beragam
dalam konteks pembelajaran matematika. Seleksi metode yang diterapkan
juga telah disesuaikan dengan materi yang akan disampaikan, misalnya,
metode demonstrasi digunakan untuk mengajar konsep bangun ruang.
Namun, tetap terdapat kecenderungan di mana metode ceramah masih
sering digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran. Penggunaan
metode ceramah ini saat mengajarkan materi memiliki efek kurang
memotivasi siswa, karena kurangnya interaksi yang mendorong siswa
1
untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran.
Pemilihan metode yang tidak tepat dapat menyebabkan kesulitan
belajar pada siswa, sebagaimana disoroti oleh (Ahmadi dan Supriyono,
2013), di mana keahlian guru dalam memilih metode yang cocok untuk
setiap mata pelajaran adalah salah satu faktor yang dapat berkontribusi
pada kesulitan belajar siswa
2) Penggunaan Media Pembelajaran
Guru kelas V SDN 2 GUJEG Menyadari signifikansi media sebagai
alat untuk mengkomunikasikan informasi dengan tujuan memfasilitasi
pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan. Namun, terdapat
kendala dalam pelaksanaannya, yakni kurangnya pemahaman guru
terhadap media pembelajaran yang inovatif dan sesuai dengan materi yang
diajarkan. Penggunaan media yang berwujud nyata dalam pembelajaran
memiliki kepentingan yang tinggi, karena dalam tahap ini siswa berada
dalam level pemahaman operasional konkret di mana mereka belum

58
memiliki kemampuan berpikir secara abstrak. Hal ini sejalan dengan
temuan dari penelitian (Rahmasari, 2014) yang menekankan bahwa media
pembelajaran berfungsi sebagai alat untuk menyajikan materi secara
konkret, sehingga peserta didik dapat meraih pengalaman yang memiliki
makna. Media sebagai sarana pembelajaran di sekolah bertujuan untuk
dapat meningkatkan mutu pendidikan. Sesuai dengan pendapat (Rusman
3
dkk dalam Akbar, 2018) bahwa media pembelajaran merupakan sarana
komunikasi dalam bentuk cetak maupun pandang dan dengar termasuk
teknologi perangkat keras.
Namun, Guru menggunakan berbagai jenis media saat melakukan
pengajaran, mulai dari sumber daya yang telah tersedia di sekolah hingga
memanfaatkan lingkungan sekitar dan bahkan melibatkan siswa dalam
pembuatan media. Dari konteks tersebut, dapat ditarik kesimpulan akan
pentingnya peran media dalam proses pembelajaran matematika. Oleh
karena itu sangat disarankan agar guru secara berkelanjutan meningkatkan
pemahaman mereka tentang media pembelajaran yang inovatif dan
interaktif. Tujuannya adalah untuk memperoleh pengetahuan yang lebih
luas tentang berbagai macam media yang dapat digunakan, sehingga dapat
meningkatkan motivasi siswa dan mempermudah pemahaman mereka
terhadap materi yang diajarkan
3) Fasilitas dan Perlengkapan di Lingkungan Sekolah
Hasil analisis menunjukkan bahwa fasilitas dan perlengkapan di
lingkungan sekolah memberikan dukungan yang memadai untuk
pembelajaran matematika. Kualitas bangunan dapat dianggap baik karena
gedung yang digunakan merupakan struktur permanen yang menjamin
1
keamanan saat proses belajar. Ruang kelas dilengkapi dengan ventilasi
udara yang memungkinkan sirkulasi udara yang baik, menjaga kelas tetap
nyaman dan tidak pengap, sehingga kondusif untuk pembelajaran.
Meskipun demikian, ditemukan bahwa papan tulis di kelas V terlihat kotor
karena kapur, sehingga mengganggu keterbacaan tulisan di papan tulis.

59
Namun, ada aspek yang masih kurang mendukung dalam hal
pembelajaran matematika, yaitu variasi tata letak tempat duduk yang
sering berubah dan kurang teratur, bahkan terlihat kotor karena serbuk
kapur, mengakibatkan siswa kesulitan untuk berkonsentrasi sepenuhnya
dalam pembelajaran. Situasi pembelajaran yang seperti ini dapat
menghambat proses pembelajaran (Ahmadi dan Supriyono, 2013). Agar
siswa dapat tetap fokus dan konsentrasi, disarankan bagi guru untuk
mengatur tata letak ruang kelas dengan cara yang menghalangi pandangan
langsung ke luar kelas
4) Lingkungan Keluarga
4
Keluarga merupakan pusat pendidikan pertama bagi siswa selama
dirumah. Bimbingan serta perhatian dari orang tua menjadi faktor penting
dalam keberhasilan belajar siswa. Sesuai dengan pendapat (Melisa dan
Putra, 2021) bahwa Tiap individu atau siswa membutuhkan dukungan
dari orang tua dalam mencapai prestasi belajar, karena perhatian dan
dukungan dari keluarga akan berperan penting dalam menentukan apakah
siswa dapat mencapai hasil belajar yang tinggi.

Dari hasil analisis yang diperoleh, terlihat bahwa beberapa siswa


yang mengalami kesulitan dalam pembelajaran matematika tidak selalu
mendapatkan perhatian yang memadai dari orang tua di rumah.
Kekurangan perhatian ini sering kali dikarenakan orang tua yang sibuk
dengan pekerjaan mereka, sehingga kurang memberikan perhatian
terhadap perkembangan pelajaran anak di sekolah. Salah satu contohnya
adalah ketika siswa sering kali tidak menyelesaikan pekerjaan rumah
(PR) yang diberikan oleh guru.

Berdasarkan hasil penelitian, faktor-faktor yang menyebabkan


23
kesulitan belajar matematika meliputi dua aspek, yaitu faktor internal dan

60
faktor eksternal. Faktor internal mencakup sikap negatif siswa terhadap
pembelajaran matematika, kurangnya motivasi belajar siswa, masalah
29
kesehatan tubuh yang mempengaruhi pembelajaran, dan kemampuan
indra yang kurang optimal. Sementara itu, faktor eksternal yang berasal
dari lingkungan luar siswa termasuk variasi pengajaran guru yang
terbatas, pemanfaatan media pembelajaran yang belum optimal, fasilitas
dan perlengkapan di lingkungan sekolah, serta pengaruh lingkungan
keluarga

3. Diagnosis Kesulitan Belajar Matematika Siswa Kelas V


Mendiagnosis kesulitan belajar matematika di SDN 2 GUJEG,
maka langkah pertama yang dilakukan peneliti adalah memeriksa soal
yang diberikan guru berupa soal esai dengan materi yang berbeda-beda.
Ujian tulis ini digunakan untuk mengambil subjek penelitian dari kelas
yang sedang diselidiki. Ujian ini diadakan pada tanggal 1 Agustus 2023
dengan melibatkan 15 peserta dari kelas V. Ketika ujian berlangsung,
beberapa siswa mengajukan pertanyaan mengenai beberapa soal yang
mereka anggap sulit. Fenomena ini tak dapat diabaikan, mengingat bahwa
setiap soal memiliki level kesulitan yang berbeda-beda. Selain itu, setiap
siswa memiliki tingkat kemampuan yang beragam dalam memahami soal-
soal yang disajikan dalam ujian tulis ini. Ujian ini terdiri dari 15 soal esai,
masing-masing memiliki tujuan tersendiri untuk mengindikasikan
kesulitan belajar matematika yang dialami oleh siswa. Setiap soal
memiliki skor yang berbeda dan total skor maksimal dari keseluruhan soal
adalah 100.
Berdasarkan hasil ujian yang dilaksanakan untuk mengukur
kesulitan belajar matematika di kelas V SDN 2 GUJEG, didapatkan hasil
sebagai berikut: 3 siswa mencapai tingkat kemampuan "sangat baik," 1
siswa mencapai tingkat kemampuan "baik," 2 siswa mencapai tingkat
kemampuan "cukup," 4 siswa mencapai tingkat kemampuan "kurang," dan

61
5 siswa mencapai tingkat kemampuan "kurang sekali." Persentase hasil
ujian berdasarkan tingkat pencapaian kemampuan siswa dapat dijabarkan
27
lebih lanjut dengan mengunakan rumus:
NP = R x 100 (Purwanto, 2008)
SM
Keterangan:
NP = Persentase nilai yang diinginkan atau dicari,
R = Skor mentah yang diperoleh oleh siswa,
SM = Skor maksimal ideal dari tes yang terkait,
100 = Konstanta tetap
Tabel 4.1 Distribusi Siswa Berdasarkan
Persentase Kemampuan Siswa
Predikat Skor Jumlah
Tingkat prestasi 100 3 orang
yang sangat baik
Tingkat prestasi 80-90 1 orang
yang baik
Tingkat prestasi 70-80 2 orang
yang Cukup
Tingkat prestasi 60-70 4 orang
yang Kurang
Tingkat prestasi < 60 5 orang
yang Kurang Sekali
Jumlah 15 orang

Sebagai partisipan dalam penelitian ini, kelompok sampel yang


dipilih adalah siswa kelas V. Tujuannya adalah untuk dengan lebih
mudah mengidentifikasi kesulitan belajar matematika yang dihadapi oleh
setiap siswa. Dalam upaya ini, peneliti akan mengkategorikan kesulitan
belajar matematika ke dalam masing-masing subjek berdasarkan indikator
materi soal yang digunakan dalam penelitian ini, yakni:
a. Pecahan
Pecahan bisa diartikan sebagai bagian dari sesuatu yang utuh.
Menurut (Hakiki, 2020) Apabila suatu objek dipartisi menjadi dua

62
bagian yang memiliki ukuran sama, maka nilai dari setiap bagian
adalah separuh dari keseluruhan. Pecahan biasa merupakan angka
yang dinyatakan dalam format a/b, di mana a disebut sebagai
pembilang dan b disebut sebagai penyebut. Penting untuk dicatat
bahwa penyebut pecahan tidak diperbolehkan bernilai 0 (nol).
Pembilang adalah bilangan bulat yang mencakup angka-angka seperti
0, 1, 2, 3, dan seterusnya, sementara penyebut terdiri dari bilangan asli
seperti 1, 2, 3, dan seterusnya. Pecahan terbagi menjadi beberapa jenis
diantaranya pecahan biasa, pecahan campuran, pecahan desimal,
pecahan bentuk persen. Serta terdapat pecahan senilai,
menyederhanakan pecahan, membandingkan pecahan, dan
mengurutkan pecahan
9
Berdasarkan hasil analisis terhadap jawaban-jawaban setiap
subjek dalam penelitian ini maka dapat dideskripsikan dimana siswa
menjawab soal mengurutkan pecahan dari yang terbesar ke terkecil
dengan melihat angka penyebutnya yang paling besar. Sedangkan
seharusnya siswa menyederhanakan pecahan terlebih dahulu dengan
menyamakan penyebutnya.
b. Bilangan bulat
Angka bulat didefinisikan sebagai hasil dari angka cacah, seperti
contohnya 0, 1, 2, 3, 4, dan juga angka negatif -1, -2, -3, -4, dan
seterusnya. Konsep bilangan bulat telah diperkenalkan dalam materi
pelajaran matematika sejak lama, sehingga definisinya telah menjadi
tetap. Operasi aritmetika pada bilangan bulat, menurut (Mufidah,
2017), merujuk pada langkah-langkah perhitungan pada angka bulat
dengan melibatkan operasi penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan
pembagian. Konsep ini menjadi dasar dalam proses pembelajaran
matematika
9
Berdasarkan hasil analisis terhadap jawaban-jawaban setiap
subjek dalam penelitian ini maka dapat dideskripsikan dimana siswa

63
masih keliru atau tidak teliti dalam menjawab soal adalah dengan
menghitung angka yang terdapat di dalam kurung terlebih dahulu
kemudian dijumlahkan sesuai perintah soal nya.
c. KPK dan Faktorisasi
Kelipatan Persekutuan Terkecil adalah hasil kali kelipatan
bersama dari bilangan-bilangan tersebut dengan nilai yang paling
minimal. Di sisi lain, Faktor Persekutuan Terbesar adalah bilangan
yang dapat membagi dua bilangan atau lebih dengan bilangan tersebut
menjadi faktor dari masing-masing bilangan tersebut. Hal ini selaras
31
denga pendapatnya (Mustaqim dan Astuti dalam Tyas, 2018) yang
menyatakan bahwa kelipatan persekutuan dari dua bilangan bilangan
merupakan kelipatan-kelipatan dari dua bilangan tersebut yang bernilai
sama.
9
Berdasarkan hasil analisis terhadap jawaban-jawaban setiap
subjek dalam penelitian ini maka dapat dideskripsikan dimana siswa
menjawab soal dengan asal karena siswa belum memahami konsep
penyelesaian soal sehingga kesulitan ketika mengerjakan. Selain itu
dalam menjawab siswa terlihat tidak menuliskan rumus yang perlu
dituliskan saat mengerjakan soal yang abstrak.
d. Bilangan Cacah
15
Bilangan cacah merupakan himpunan bilangan yang anggotanya
bilangan nol ( 0 ) dan bilangan asli {1, 2, 3, 4, 5, ..}. Jadi himpunan
bilangan cacah yaitu {0, 1, 2, 3, 4,.}. sejalan dengan pendapat
15
(Muchtar, 1996) yang menjelaskan bilangan cacah merupakan
bilangan yang digunakan untuk menyatakan cacah anggota atau
kardinalitas suatu himpunan.
9
Berdasarkan hasil analisis terhadap jawaban-jawaban setiap
subjek dalam penelitian ini maka dapat dideskripsikan dimana siswa
dapat mengerjakan soal membaca dan menyebutkan bilangan cacah

64
dengan benar. Karena materi ini tidak membutuhkan rumus ataupun
penyelesaian soal yang abstrak.
e. Bentuk Ruang
Bentuk ruang adalah tampilan geometris yang memiliki volume.
Bentuk ruang ini memiliki tiga dimensi dan lebih dikenal dengan
istilah 3D. Dimensi-dimensi tersebut meliputi panjang, lebar, dan
47
tinggi. Sejalan dengan pendapat (Putra dan Palit, 2016) Bangun ruang
yang terdiri dari Kubus, balok, limas segitiga, limas segiempat,
prisma, tabung, kerucut, bola.
Namun dalam penelitian ini materi bangun ruang yang terdapat
dalam soal adalah kubus dan balok. Hasil analisis menunjukkan siswa
tidak memahami soal cerita untuk menghitung volume kubus maupun
balok hal ini terjadi karena siswa tidak memahami kata perintah dalam
kalima sehingga menyebabkan kekeliruan dalam menjawab soal.

Setelah mengidentifikasi kesulitan yang dihadapi oleh siswa dan


faktor-faktor yang berkontribusi pada kesulitan tersebut, langkah berikutnya
16
adalah membahas strategi untuk mengatasi kesulitan belajar matematika.
Analisis terhadap upaya mengatasi kesulitan belajar matematika di kelas V
SDN 2 GUJEG dilakukan melalui evaluasi hasil wawancara dan observasi
yang dilakukan terhadap subjek penelitian. Untuk memahami tindakan yang
dapat diambil guna mengatasi kesulitan belajar, berikut ini adalah penjelasan
lebih lanjut:
1) Pemanfaatan Media Pembelajaran Konkret
Para siswa di tingkat sekolah dasar berada dalam fase operasional
kongkret, di mana mereka berpikir berdasarkan objek atau hal konkret dan
belum mampu berpikir secara abstrak. Oleh karena itu, dalam pembelajaran
matematika, sangatlah penting untuk menggunakan media pembelajaran yang
1
memiliki sifat konkret. Namun, dari hasil analisis yang telah dilakukan,
terungkap bahwa guru tidak selalu memanfaatkan media pembelajaran yang

65
bersifat konkret, sehingga siswa kesulitan memahami konsep yang diajarkan,
hal ini mengakibatkan kesulitan dalam pemahaman konsep
2) Intensifikasi Latihan Soal
Kemampuan matematika melibatkan penerapan operasi matematika
1
seperti penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian. Untuk
mengatasi kesulitan dalam kemampuan ini dan kemampuan menyelesaikan
masalah, diperlukan latihan dan praktik berulang. Dalam rangka mengatasi
kesulitan tersebut, penting bagi guru untuk memberikan lebih banyak latihan
soal kepada siswa yang mengalami kesulitan belajar matematika. Dengan
semakin banyak latihan, kemampuan pemahaman siswa akan semakin
meningkat. Latihan soal tidak harus dilakukan semata-mata di dalam kelas,
namun juga bisa menjadi pekerjaan rumah yang dapat diawasi kemampuan
perkembangan siswa.
3) Kolaborasi dengan Orang Tua
Faktor internal yang menjadi penyebab kesulitan belajar matematika
1
meliputi sikap, motivasi, kesehatan tubuh, dan kemampuan indra pada siswa.
Analisis yang telah dilakukan mengindikasikan bahwa peran orang tua sangat
penting dalam memberikan motivasi bagi siswa. Siswa yang mendapat
perhatian dan dukungan yang baik dari orang tua di rumah akan cenderung
memiliki motivasi belajar yang positif di sekolah. Oleh karena itu, penting
bagi orang tua untuk terus memantau perkembangan belajar matematika
siswa. Selain itu, perhatian terhadap pola makan dan istirahat siswa juga perlu
diperhatikan, sehingga kondisi tubuh siswa tetap optimal dalam mengikuti
pembelajaran matematika di sekolah

66
43
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil riset dan diskusi mengenai analisis faktor-faktor
5
penyebab kesulitan belajar matematika pada kelas V di SDN 2 GUJEG, dapat
disimpulkan sebagai berikut:
1. Kesulitan belajar matematika yang dialami oleh siswa teridentifikasi dalam
tiga kategori, yakni kesulitan memahami konsep, kesulitan dalam
keterampilan berhitung, dan kesulitan dalam menyelesaikan soal.
2. Faktor-faktor penyebab kesulitan belajar matematika melibatkan faktor
internal yang berasal dari siswa itu sendiri, seperti sikap siswa, rendahnya
motivasi belajar, masalah kesehatan yang memengaruhi proses pembelajaran,
dan kurangnya kemampuan indra siswa. Sementara itu, faktor eksternal yang
berhubungan dengan lingkungan luar siswa meliputi keterbatasan variasi
17
metode pengajaran guru, pemanfaatan media pembelajaran yang belum
optimal, kualitas sarana dan prasarana di sekolah, serta dampak lingkungan
keluarga.
3. Hasil analisis diagnosa kesulitan belajar matematika pada siswa
mengindikasikan dengan tujuan mengidentifikasi secara spesifik jenis
kesulitan yang dialami oleh siswa terkait dengan materi yang diujikan dalam
tes. Informasi ini akan disampaikan kepada guru guna menentukan langkah-
langkah selanjutnya dalam mengatasi kesulitan belajar matematika yang
dihadapi oleh siswa kelas V. Dari hasil diagnosis persentasi kemampuan
siswa diperoleh hasil yaitu 6 orang siswa dengan pencapaian kemampuan
“kurangۗ baik”ۗ dalamۗ menyelesaikanۗ solۗ tesۗ diagnostik yang diberikan guru.
Upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi kesulitan belajar matematika
berdasarkan pemaparan diatas maka baik guru maupun siswa memilikii cara
tersendiri untuk dapat mengatasi kesulitan belajar diantaranya: dengan
memberikan pelajaran tambahan, melakukan perbaikan nilai atau mengadakan
5
remidi, menggunakan media pembelajaran yang kongret, memperbanyak

67
latihan soal, dan menjalin kerja sama dengan orang tua siswa serta yang dapat
dilakukan siswa adalah dengan mengikuti les belajar di luar sekolah
B. Saran
1. Bagi Guru
Guru sebaiknya mengajarkan matematika dengan metode, model yang
bervariasi disertai penggunaan alat peraga yang dapat meningkatkan
motivasi belajar siswa karena mengingat pentingnya penguasaan
matematika dengan baik
2. Bagi Siswa
Menanamkan sikap positif pada pelajaran matematika serta lebih aktif
dalam pembelajaran. Selain itu siswa harus terus berlatih mengerjakan soal
dengan Cara meningkatkan frekuensi latihan soal dengan lebih cermat guna
mengurangi hambatan dalam memahami matematika.
3. Untuk Orang Tua
Orang tua sebaiknya mengamati perkembangan belajar anak, khususnya
pada matematika. Selain itu, disarankan agar orang tua memotivasi anak
dengan pandangan positif tentang matematika, serta meyakinkan mereka
bahwa matematika bisa menjadi pelajaran yang menarik dan mudah,
sehingga siswa memiliki pandangan positif terhadap pelajaran tersebut.
4. Untuk Peneliti Lain
Studi ini dapat dijadikan pijakan untuk penelitian lanjutan dengan fokus
pada cara-cara mengatasi kesulitan belajar matematika yang berbeda,
sehingga dapat ditemukan metode yang lebih beragam dalam mengatasi
kesulitan belajar matematika.

68
Similarity Report ID: oid:16696:41333879

16% Overall Similarity


Top sources found in the following databases:
16% Internet database 4% Publications database
Crossref database Crossref Posted Content database

TOP SOURCES
The sources with the highest number of matches within the submission. Overlapping sources will not be
displayed.

docobook.com
1 4%
Internet

media.neliti.com
2 <1%
Internet

123dok.com
3 <1%
Internet

repository.uinsu.ac.id
4 <1%
Internet

admin.ebimta.com
5 <1%
Internet

uniflor.ac.id
6 <1%
Internet

repository.radenfatah.ac.id
7 <1%
Internet

repository.radenintan.ac.id
8 <1%
Internet

ejournal.yasin-alsys.org
9 <1%
Internet

Sources overview
Similarity Report ID: oid:16696:41333879

repository.ikippgribojonegoro.ac.id
10 <1%
Internet

repository.uin-suska.ac.id
11 <1%
Internet

researchgate.net
12 <1%
Internet

repositori.uin-alauddin.ac.id
13 <1%
Internet

docplayer.info
14 <1%
Internet

eprints.uny.ac.id
15 <1%
Internet

etheses.uinmataram.ac.id
16 <1%
Internet

jurnal.stkippersada.ac.id
17 <1%
Internet

core.ac.uk
18 <1%
Internet

j-las.lemkomindo.org
19 <1%
Internet

id.123dok.com
20 <1%
Internet

repository.uindatokarama.ac.id
21 <1%
Internet

Sources overview
Similarity Report ID: oid:16696:41333879

text-id.123dok.com
22 <1%
Internet

eprints.walisongo.ac.id
23 <1%
Internet

repository.metrouniv.ac.id
24 <1%
Internet

es.scribd.com
25 <1%
Internet

portaluniversitasquality.ac.id:55555
26 <1%
Internet

jurnal.uisu.ac.id
27 <1%
Internet

download.garuda.ristekdikti.go.id
28 <1%
Internet

Andani Salamah Syakur, Ratih Purnamasari, Dadang Kurnia. "Analisis K...


29 <1%
Crossref

repository.uinsaizu.ac.id
30 <1%
Internet

eprints.umm.ac.id
31 <1%
Internet

Resti Fadhilah Nurrohmah, Radia Purbayati. "Pengaruh Tingkat Literasi...


32 <1%
Crossref

e-campus.iainbukittinggi.ac.id
33 <1%
Internet

Sources overview
Similarity Report ID: oid:16696:41333879

ejournal.unma.ac.id
34 <1%
Internet

journal.upgris.ac.id
35 <1%
Internet

prosiding.unma.ac.id
36 <1%
Internet

cipcipmuuach.blogspot.com
37 <1%
Internet

ngadiyonopendmtk.blogspot.com
38 <1%
Internet

wohingbasajawa-nuri.blogspot.com
39 <1%
Internet

digilib.iainkendari.ac.id
40 <1%
Internet

jonedu.org
41 <1%
Internet

library.walisongo.ac.id
42 <1%
Internet

repository.umsu.ac.id
43 <1%
Internet

repository.upi.edu
44 <1%
Internet

Adityan Riyanto, Naufal Ishartono. "Kemampuan Berpikir Kritis Siswa d...


45 <1%
Crossref

Sources overview
Similarity Report ID: oid:16696:41333879

lib.unnes.ac.id
46 <1%
Internet

scribd.com
47 <1%
Internet

Sources overview

Anda mungkin juga menyukai