68 Pages 380.8KB
Aug 23, 2023 9:50 PM GMT+7 Aug 23, 2023 9:52 PM GMT+7
Summary
DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS V
SDN 2 GUJEG
BAGIAN I
PENGANTAR
1
20
Republik Indonesia nomor 64 tahun 2013 mengenai standar isi. Ini terdiri dari
empat kompetensi inti, yaitu kompetensi sikap spiritual, kompetensi sikap
sosial, kompetensi pengetahuan, dan kompetensi keterampilan.
2
menghadapi materi pelajaran. Siswa yang sudah memiliki minat dalam belajar
matematika akan merasa antusias dan penuh perhatian saat mengikuti
pelajaran. Oleh karena itu, tugas guru adalah menjaga serta mendorong
tingkat motivasi dan kesiapan belajar siswa.
3
kesulitan dalam memahami materi yang disampaikan oleh guru karena siswa
kurang memperhatikan penjelasan guru di depan kelas. Sehingga siswa
kesulitan dalam memecahakan soal dan berhitung. Siswa terlihat kurang siap
dalam menerima materi matematika hal ini terlihat dari perilaku siswa yang
tidak fokus, sulit berkonsentrasi, bahkan tidak tertarik dengan pelajaran
karena siswa lebih banyak bermain di dalam kelas. Ketika guru memberikan
tugas kepada murid untuk menyelesaikan soal, murid merasa bingung dan
cenderung banyak berdiskusi dengan teman sekelas. Padahal, pelajaran
matematika memiliki keterkaitan yang erat dengan dunia sehari-hari anak-
anak.
B. Pengenalan Masalah
Dengan merujuk pada informasi yang telah dijelaskan sebelumnya,
kita dapat mengenali beberapa isu yang muncul dalam penelitian ini sebagai
berikut:
C. Batasan Masalah
Karena mencakup berbagai aspek dalam ruang lingkup penelitian ini
yang sangat luas, diperlukan pengaturan batasan pada permasalahan agar
pembahasan memiliki arahan yang jelas dan mampu mencapai tujuan yang
diinginkan. Oleh karena itu, peneliti membatasi fokus penelitian pada topik
4
mengenaiۗ “Diagnosisۗ kesulitanۗ belajarۗ matematikaۗ siswaۗ kelasۗ Vۗ SDNۗ 2ۗ
GUJEG”
D. Rumusan Masalah
Pertanyaan penelitian adalah pertanyaan yang akan dijawab melalui
30
pengumpulan data. Dengan demikian, pertanyaan penelitian yang diajukan
adalah sebagai berikut:
F. Manfaat penelitian
Terdapat dua jenis manfaat yang dapat diperoleh dari hasil penelitian,
yakni manfaat dalam ranah teoritis dan praktis. Diharapkan bahwa temuan
dari penelitian ini akan memberikan dampak yang menguntungkan seperti
berikut:
5
siswa, bersama dengan faktor-faktor yang memicu timbulnya kesulitan
belajar siswa pada mata pelajaran matematika kelas V SDN 2 GUJEG.
2. Manfaat secara Praktis
a. Manfaattbagiipeserta didik
1) Melalui pelaksanaan penelitian ini, diharapkan siswa dapat
mengenali kategori kesulitan yang mereka alami saat menghadapi
permasalahan dalam materi matematika tersebut .
2) Melalui pelaksanaan penelitian ini, diharapkan siswa akan
terinspirasi untuk mengembangkan motivasi dan usaha dalam
mengatasi tantangan belajar yang mereka hadapi.
b. Manfaat bagi pendidik
1) Melalui pelaksanaan penelitian ini, diharapkan guru dapat
memperoleh pemahaman lebih mendalam mengenai situasi pribadi
setiap siswa, sehingga guru dapat mengidentifikasi dengan lebih
tepat di mana letak kesulitan yang dihadapi oleh masing-masing
siswa.
2) Melalui pelaksanaan penelitian ini, diharapkan guru dapat
meningkatkan kualitas pembelajaran dengan lebih baik, termasuk
dalam pemilihan metode pengajaran yang sesuai dan efektif.
c. Manfaat bagi Sekolah
1) Melalui implementasi penelitian ini, diharapkan sekolah dapat
mengatasi kesulitan yang dihadapi siswa dalam memahami materi
matematika.
2) Melalui hasil penelitian ini, diharapkan sekolah dapat
meningkatkan ketersediaan sarana, prasarana, dan fasilitas
pendukung untuk kegiatan pembelajaran, terutama dalam konteks
materi matematika.
d. Manfaat bagi Peneliti
6
1) Melalui pelaksanaan penelitian ini, diharapkan peneliti dapat
memperoleh wawasan baru mengenai ragam kesulitan belajar
yang dihadapi siswa dalam memahami materi matematika.
2) Apabila peneliti ini menjadi seorang pendidik di masa mendatang,
hasil dari penelitian ini diharapkan akan membekali peneliti
dengan kemampuan untuk mengatasi tantangan dalam belajar
matematika yang dihadapi oleh siswa
3) Melalui hasil penelitian ini, diharapkan peneliti akan tetap sensitif
terhadap permasalahan dan berkomitmen untuk mengatasi
kesulitan belajar yang dihadapi siswa pada materi matematika.
7
BAB II
LANDASAN TEORITIS
A. Deskripsi Konseptual
a. Pengertian Dignosis
Istilah diagnosis sering digunakan secara teknis dalam bidang medis.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), diagnosis didefinisikan
18
sebagai: (1) identifikasi jenis penyakit melalui observasi atau analisis gejala-
gejalanya, (2) proses pemeriksaan terhadap situasi yang dianggap tidak
normal, (3) proses penemuan penyakit dengan merujuk pada tanda-tanda atau
gejala-gejala yang menggunakan metode dan alat seperti laboratorium,
gambar, dan fasilitas kesehatan.
25
Harriman dalam bukunya Handbook of Psychological Term, diagnosis
adalah suatu pemeriksaan anomali atau salah penyesuaian dari contoh efek
samping. Jadi kesimpulannya adalah metode yang terlibat dalam menganalisis
hal-hal yang dipandang salah atau rumit. Sedangkan menurut Webster,
diagnosis diartikan sebagai cara yang paling umum untuk memutuskan
masalah dengan ketidakmampuan atau ketidakmampuan dengan tes, dan
melalui tes ini dilakukan penyelidikan yang hati-hati terhadap realitas yang
ditemukan, yang kemudian digunakan untuk memutuskan masalah yang
dihadapi. Sejalan dengan pendapat tersebut (Alisnaini et al., 2023) Diagnosis
adalah memutuskan jenis masalah atau kekacauan dengan memeriksa dasar
penyebab atau dengan menyelidiki efek samping yang muncul
8
Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat diketahui bahwa
diagnosis adalah cara paling umum untuk melacak suatu masalah melalui
serangkaian tes untuk melacak masalah utama.
b. Langkah-Langkah Diagnosis
2
Langkah-langkah dalam mendiagnostik kesulitan belajar siswa pada
matematika menurut (Ruseffendi dalam Arifin, 2020) adalah sebagai berikut:
1) Mengamati kemajuan kognitif siswa menjadi penting karena mungkin
terdapat kegiatan atau tugas yang diberikan di luar jangka waktu yang
tepat.
2) Menganalisis sasaran yang belum tercapai, seperti contohnya lebih
dari seperempat siswa yang tidak berhasil menjawab dengan tepat
pada pertanyaan yang terkait.
3) Menyusun pertanyaan-pertanyaan diagnostik. Pertanyaan-pertanyaan
ini dirancang berdasarkan materi yang masih belum dipahami oleh
siswa, yang telah diidentifikasi melalui observasi, interaksi, ujian yang
dibuat oleh guru, tes standar, dan berbagai sumber lainnya.
Kemampuan dalam memperkirakan area di mana siswa mengalami
kesulitan menjadi krusial dalam pembuatan pertanyaan-pertanyaan
diagnostik ini, sehingga pertanyaan-pertanyaan tersebut dapat disusun
dengan lebih tepat
4) Melakukan evaluasi tes diagnostik dan menganalisis hasilnya.
Pertanyaan-pertanyaan yang tidak mendapatkan jawaban dari sebagian
besar siswa dapat dianggap sebagai indikasi bahwa terdapat
kelemahan pada area tersebut
9
dalam pengetahuan maupun keterampilan), evaluasi diagnostik, interaksi
wawancara, serta observasi langsung (Suryanih, 2011)
Ujian prasyarat digunakan untuk menilai apakah kondisi awal yang
diperlukan untuk mencapai pemahaman tertentu telah terpenuhi.
Aspek-aspek awal ini mencakup pemahaman dasar dan
ketrampilan awal
Ujian diagnostik berfungsi untuk mengidentifikasi kendala yang
dihadapi oleh siswa dalam memahami suatu kemampuan khusus
Proses wawancara dilakukan melalui komunikasi langsung dengan
siswa untuk mendalami dengan lebih detail mengenai hambatan-
hambatan dalam pembelajaran yang mereka alami
Observasi dilaksanakan dengan teliti mengamati tingkah laku
belajar siswa. Dari pengamatan ini diharapkan bisa diperoleh
pemahaman mengenai ragam serta akar penyebab kesulitan belajar
yang dihadapi oleh siswa
Ujian diagnostik yang bertujuan untuk mengidentifikasi kesulitan
belajar yang dihadapi siswa bisa dijalankan dalam situasi pertemuan
kelompok atau dengan pendekatan individual. Tujuan utama mempelajari
Ujian diagnostik berfungsi untuk mendeteksi kesalahan atau kekeliruan dalam
proses pembelajaran siswa saat mereka memahami suatu subjek pelajaran
khusus.
10
National Joint Committee for Learning Disabilities (NJCLD), definisi
37
mengenai hal ini adalah sebagai berikut
Kesulitan belajar mengacu pada sekumpulan kesulitan yang
tampak dalam bentuk kendala yang jelas dalam keterampilan
dan penerapan kapabilitas mendengarkan, berbicara, membaca,
menulis, berpikir logis, atau penguasaan mata pelajaran
10
matematika. Kendala ini dianggap intrinsik dan diduga
dipengaruhi oleh gangguan pada sistem saraf pusat. Meskipun
kesulitan belajar mungkin muncul bersamaan dengan keadaan
lain yang mengganggu (seperti gangguan sensoris,
keterbelakangan mental, masalah sosial dan emosional), atau
berbagai pengaruh lingkungan (seperti perbedaan budaya,
metode pembelajaran yang tidak sesuai, faktor-faktor
psikologis), berbagai hambatan tersebut tidak dianggap sebagai
penyebab langsung atau pengaruh utama (Hammill seperti yang
dikutip dalam Abdurahman, 2003).
Hal ini juga senada dengan (Dumont dalam Alisnaini et al., 2023)
menyatakan bahwa Kesulitan belajar dapat dibedakan menjadi dua macam,
2
yaitu: Pertama, disebabkan oleh rintangan pembelajaran yang terjadi dalam
perkembangan kognitif anak itu sendiri, dan kedua, tantangan pembelajaran
yang berasal dari faktor-faktor di luar anak atau berbagai permasalahan
internal yang dialami oleh anak tersebut.
11
menghadapi hambatan dalam proses belajar, dan penyebabnya bisa beragam
di setiap individu
12
sekolah, interaksi dengan teman sebaya, serta faktor-faktor dalam
1
lingkungan masyarakat yang lebih luas. Faktor keluarga yang
berpengaruh terhadap proses belajar mencakup relasi antara orang tua
dan anak, atmosfer di dalam rumah, arahan yang diberikan oleh orang
tua, dan situasi ekonomi keluarga..
13
penyebabnya, dapat dikelompokkan menjadi dua faktor dasar: faktor dasar
umum dan faktor dasar khusus, sebagaimana berikut ini.
14
tepat dalam memberikan motivasi, tanpa mempertimbangkan
perbedaan kemampuan siswa; kurangnya diferensiasi terhadap siswa
dengan kapasitas berbeda; suasana di dalam kelas selama proses
pembelajaran terasa kaku dan sangat serius, menghambat siswa untuk
berpartisipasi aktif; variasi bahasa yang digunakan oleh guru dalam
penyampaian materi terbatas, sehingga jika siswa sulit memahami cara
penyampaian guru, mungkin mereka merasa putus asa atau frustrasi
d) Aspek Sarana dan Metode Pembelajaran Siswa
Kendala dalam memahami matematika juga bisa diakibatkan oleh
terbatasnya sumber belajar seperti bahan bacaan, alat bantu visual,
serta lingkungan tempat belajar
e) Aspek Lingkungan di Sekolah
Sekolah yang memberikan kenyamanan, keindahan, dan suasana yang
menyenangkan akan mendorong semangat belajar siswa. Namun, jika
sekolah berlokasi di sekitar
15
25
matematika pada berbagai jumlah yang terdapat dalam soal. Operasi
ini meliputi tindakan seperti penjumlahan, pengurangan, perkalian,
dan pembagian bilangan bulat, pecahan, dan decimal
c) Tantangan dalam Menyelesaikan Soal Cerita
Soal cerita merujuk pada pertanyaan yang dirangkai dalam bentuk
naratif yang dapat dipahami dan dianalisis secara matematik.
Berdasarkan beberapa pandangan sebelumnya, dapat
disimpulkan bahwa elemen-elemen yang memengaruhi proses
41
pembelajaran dapat digolongkan menjadi dua kategori utama: faktor
internal dan faktor eksternal. Faktor internal mencakup aspek yang
berakar dari dalam diri siswa, seperti sikap, motivasi belajar,
kesehatan fisik, serta kemampuan sensorik.
1. Persepsi
Persepsi individu mampu memengaruhi hasil belajar. Persepsi
1
merupakan respons internal yang memiliki aspek emosional terhadap
objek, orang, peristiwa, dan lainnya, baik dalam pola positif maupun
negatif (Baharudin dan Wahyuni, 2008). Persepsi siswa dalam konteks
belajar bisa dipengaruhi oleh tingkat kepuasan terhadap kinerja guru,
materi pelajaran, serta lingkungan sekitarnya.
2. Motivasi
Motivasi adalah faktor yang memainkan peran penting dalam
efektivitas aktivitas belajar siswa. Motivasi mendorong siswa untuk
22
terlibat dalam proses pembelajaran. Berdasarkan sumbernya, motivasi
dapat dibedakan menjadi dua jenis: motivasi intrinsik dan motivasi
ekstrinsik. Motivasi intrinsik berasal dari dalam individu dan memacu
untuk beraksi. Dalam hal belajar, motivasi intrinsik lebih berdampak
efektif, karena bersifat lebih tahan lama dan tak bergantung pada
faktor luar.
16
Motivasi ekstrinsik, sebaliknya, berasal dari faktor eksternal yang
mempengaruhi keinginan belajar. Contohnya termasuk pujian,
peraturan, disiplin, contoh yang diberikan oleh guru atau orangtua, dan
lain sebagainya. Kurangnya tanggapan positif dari lingkungan dapat
mengurangi semangat belajar.
33
3. Kesehatan Jasmani
Keadaan fisik yang sehat dan bugar dapat memberikan dampak
positif terhadap kualitas belajar siswa. Sebaliknya, kesehatan yang
buruk atau masalah fisik dapat menghambat pencapaian hasil belajar
yang optimal.
4. Indra Pendengaran dan Penglihatan
Pancaindra, terutama pendengaran dan penglihatan, memegang
peran penting dalam kegiatan belajar. Oleh karena itu, baik guru
maupun siswa perlu menjaga kesehatan pancaindra dengan baik. Ini
melibatkan upaya pencegahan dan pengobatan jika diperlukan, serta
memastikan penyediaan lingkungan belajar yang memenuhi standar,
menjalani pemeriksaan mata dan telinga secara rutin, serta menjaga
asupan gizi yang tepat.
1
Sementara itu, faktor eksternal adalah faktor-faktor yang berasal
dari luar individu, meliputi peran guru, lingkungan di sekolah, fasilitas
dan infrastruktur, serta lingkungan keluarga
1. Guru
Guru merupakan faktor penting dalam menentukan
keberhasilan siswa dalam belajar. Dalam kegiatan belajar guru
berperan sebagai pembimbing, Memberikan motivasi agar tercipta
lingkungan interaktif yang mendukung. Pendekatan pengajaran guru
harus efisien, termasuk penggunaan model, teknik, dan metode
pengajaran yang sesuai dengan konsep yang diajarkan, yang
disesuaikan dengan kebutuhan siswa dalam proses pembelajaran.
(Subini, 2011).
17
2. Konteks Sekolah
24
Sekolah berperan sebagai lingkungan di mana anak-anak
belajar setelah keluarga dan masyarakat. Beberapa faktor lingkungan
sekolah yang dapat mempengaruhi kesulitan belajar siswa meliputi:
peran guru, metode mengajar, kondisi gedung, waktusekolah dan
kedisplinan
2. Sarana dan prasarana
Alat pelajaran yang kurang lengkap membuat penyajian
pelajaran tidak baik. Alat menentukan metode mengajar guru, dan juga
memenuhi kebutuhan dari berbagai jenis siswa. Kendala dalam hal
peralatan sering membuat guru cenderung mengandalkan metode
ceramah, yang dapat mengakibatkan kepasifan pada siswa. Dengan
demikian, kesulitan belajar pun tidak dapat dihindar
3. Pengaruh Keluarga
Keluarga merupakan lingkungan awal yang memiliki dampak
signifikan pada perkembangan anak sebelum situasi di sekitarnya
(masyarakat dan sekolah). Faktor-faktor dalam lingkungan keluarga
yang dapat mempengaruhi prestasi belajar anak antara lain::
a) Kualitas Interaksi Keluarga merupkan Hubungan antara anggota
keluarga, khususnya antara orangtua dan anak, melibatkan ekspresi
kasih sayang atau ketidaksetujuan, pendekatan yang keras atau
kepedulian yang kurang, dan aspek lainnya. Interaksi dalam
lingkungan keluarga memiliki peran dalam membentuk kesulitan
belajar anak. Hubungan yang kurang harmonis antar anggota
keluarga bisa berdampak negatif pada persepsi anak, menghambat
keberanian mereka untuk bertanya jika ada pelajaran yang
dianggap sulit
b) Lingkungan Rumah memiliki dampak besar pada hasil belajar.
Suasana di rumah yang bising dan tidak tenang dapat mengganggu
konsentrasi anak saat belajar. Hal ini sering terjadi dalam keluarga
18
dengan banyak anggota, suasana tegang, atau pertengkaran yang
dapat membuat anak merasa enggan tinggal di rumah dan akhirnya
mempengaruhi pencapaian akademisnya.
c) Kondisi Ekonomi Keluarga menjadi salah satu penyebab kesulitan
belajar pada anak. Keluarga dengan ekonomi menengah ke bawah
mungkin kesulitan memenuhi kebutuhan anak, terutama dalam hal
fasilitas pendukung belajar. Hal ini pasti berdampak pada kesulitan
yang dialami anak dalam proses belajar..
3) Bidang Matematikaa
8
a. Pengertian Matematika
Istilah "matematika" berasal dari kata Latin "mathematika," yang
awalnya diambil dari kata Yunani "mathematike," yang artinya "memahami."
Kata ini memiliki akar dalam kata Yunani "mathema," yang mengacu pada
pengetahuan atau ilmu. Kata "mathematike" juga berhubungan dengan kata
lain seperti "mathein" atau "mathenein," yang berarti "belajar" atau "berpikir."
Berdasarkan asal katanya, matematika lebih menekankan pada kegiatan dalam
domain rasio atau penalaran, daripada hanya berfokus pada hasil eksperimen
atau observasi.. (Siagian, 2016).
Matematika adalah pelajaran yang diajarkan di semua tingkatan
pendidikan, mulai dari sekolah dasar, menengah, hingga perguruan tinggi.
Selain itu, matematika juga berfungsi sebagai alat untuk menganalisis dan
menyederhanakan masalah. (Yazid et al., 2020). Mata pelajaran matematika
merupakan mata pelajaran yang sangat penting dalam suatu pendidikan
(Rangkuti, 2022). Secara luas matematika banyak digunakan dalam berbagai
bidang kehidupan karena setiap bidang studi memerlukan kompetensi
matematika meskipun hanya menggunakan perhitungan tingkat rendah
seperti penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian. Hal itupun
menjadikan Matematika sebagai ilmu yang digunakan dalam berbagai macam
19
disiplin ilmu, dan sangat erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari
(Nugraha et al., 2019).
Selanjutnya Johnson dan Rising (dalam Russefendi, 1972)
mengemukakan bahwa Matematika merupakan pola berpikir
dan cara mengorganisasi informasi. Matematika juga mencakup
pembuktian yang logis. Bahasa matematika menggunakan
istilah yang telah didefinisikan secara cermat, jelas, dan akurat,
direpresentasikan melalui simbol-simbol yang padat. Ini lebih
berfokus pada bahasa simbolik yang mewakili ide daripada
suara. Matematika adalah pengetahuan tentang struktur yang
terorganisir, dengan sifat-sifat yang didefinisikan secara
deduktif berdasarkan aksioma, sifat, atau teori yang sudah
dibuktikan. Ilmu ini berkaitan dengan pola atau ide yang teratur,
dan dianggap sebagai seni dengan keindahan yang timbul dari
keteraturan dan harmonisasi (Rahmah, 2018).
20
membangun kreativitas berpikir siswa, dengan tujuan meningkatkan
kemampuan berpikir dan keterampilan siswa. Hal ini juga bertujuan
untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam membangun
pengetahuan baru sebagai upaya untuk lebih baik memahami dan
menguasaiۗmateriۗmatematika”
21
tujuan pembelajaran matematika diatur oleh Peraturan Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan Republik Indonesia nomor 64 tahun 2013 tentang standar isi.
20
Tujuan ini terdiri dari empat kompetensi inti, yakni kompetensi sikap
spiritual, kompetensi sikap sosial, kompetensi pengetahuan, dan kompetensi
keterampilan. (Nurdiansyah et al., 2017).
1
d. Komponen Pembelajaran yang Mendidik
Menurut Dirman dan Juarsih (2014) mengandung beberapa unsur yaitu:
1) Tujuan Pembelajaran, disusun berdasarkan indikator pencapaian
kompetensi dasar. Formulasi tujuan pembelajaran ini perlu mencakup tiga
dimensi yang saling terintegrasi, yakni dimensi sikap, dimensi
pengetahuan, dan dimensi keterampilan.
8
2) Materi Pembelajaran, merujuk pada semua isi kurikulum yang harus
dikuasai oleh peserta didik sesuai dengan kompetensi dasar. Hal ini
bertujuan untuk mencapai kompetensi inti dalam setiap mata pelajaran di
suatu lembaga pendidikan.
1
3) Pendekatan, Strategi, dan Metode Pembelajaran. Penggunaan pendekatan,
strategi, dan metode pembelajaran perlu memperhatikan beberapa prinsip,
termasuk berfokus pada tujuan, melibatkan aktivitas, mempertimbangkan
individualitas, dan memelihara integritas.
4) Sumber dan Media Pembelajaran, digunakan untuk memfasilitasi
perkembangan potensi peserta didik. Pemilihan sumber dan media
pembelajaran harus memperhatikan kriteria seperti efisiensi,
keterjangkauan, kemudahan penggunaan, fleksibilitas, kesesuaian dengan
tujuan pembelajaran, kesesuaian dengan karakteristik peserta didik, dan
konsistensi dengan gaya belajar siswa.
5) Kegiatan Pembelajaran, diatur dalam beberapa tahap, meliputi
pendahuluan, inti, dan penutup.
6) Evaluasi Pembelajaran, memiliki peran penting dalam rencana
pembelajaran. Melalui evaluasi, kita dapat menilai keberhasilan
22
pengelolaan pembelajaran dan pencapaian tujuan pembelajaran oleh
peserta didik..
23
benda-benda atau saat mereka dapat mengaitkan suatu nama dengan suatu
kelompok benda tertentu.
24
meliputi : Operasi hitung bilangan bulat, Bangun ruang (jaring-jaring
volume), Operasi hitung pecahan, pengukuran skala dsb.
25
motivasi kepada siswa. Siswa yang mendapatkan perhatian dan dukungan
di rumah cenderung memiliki motivasi belajar yang lebih baik di sekolah.
Oleh karena itu, orang tua perlu secara berkelanjutan memberikan
perhatian terhadap perkembangan belajar matematika anak..
26
faktor psikologis kesulitan belajar melalui hasil wawancara yang telah
dicatat
2. Ningsih, dkk. (2022). ANALISIS KESULITAN BELAJAR
MATEMATIKA PADA SISWA KELAS II SEKOLAH DASAR.
Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengidentifikasi kesulitan belajar
2
dalam mata pelajaran matematika dan faktor-faktor yang berkontribusi
terhadap kesulitan belajar tersebut. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah deskriptif kualitatif, dengan pendekatan pengumpulan
data melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Keabsahan data
dijamin melalui penerapan triangulasi. Proses analisis data dilakukan
melalui langkah-langkah pengumpulan data, penyajian data, dan akhirnya
penarikan kesimpulan. Responden dalam penelitian ini meliputi 11
individu, termasuk seorang guru kelas II serta 10 siswa kelas II di SDN
Cirewed. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kesulitan belajar
matematika pada siswa masih berada pada tingkat rendah,
mengimplikasikan perlunya kreativitas lebih lanjut dari pihak guru dalam
memilih metode pembelajaran.
12
3. Amaliyah, dkk. (2021). ANALISIS KESULITAN BELAJAR
MATEMATIKA SISWA KELAS V SD NEGERI TAMAN CIBODAS
KECAMATAN PERIUK KOTA TANGERANG. Penelitian ini bertujuan
untuk mengidentifikasi kesulitan belajar yang dihadapi oleh siswa serta
untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang berkontribusi terhadap kesulitan
belajar tersebut. Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan
12
kualitatif deskriptif, dan subjek penelitian ini adalah siswa yang berada di
kelas 5 SD Negeri Taman Cibodas. Metode pengumpulan data melibatkan
observasi, penggunaan angket, dan pemberian tes matematika. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa tingkat kesulitan belajar matematika yang
dialami siswa mencapai tingkat tinggi dengan presentase sebesar 61%.
Jenis kesulitan belajar yang diidentifikasi meliputi kesulitan dalam
memahami penjelasan dan tujuan soal, pemahaman konsep, interpretasi
27
simbol, dan keterampilan perhitungan. Faktor internal yang memengaruhi
kesulitan belajar meliputi rendahnya tingkat kecerdasan, sikap kurang
26
fokus pada pembelajaran, minat belajar yang rendah, dan motivasi belajar
yang rendah. Faktor eksternal juga berperan, seperti kurangnya perhatian
dari orang tua, kurangnya lingkungan belajar yang kondusif di rumah,
pengaruh media massa, penyajian materi pembelajaran yang kurang
menarik, variasi metode pembelajaran yang terbatas, jarangnya
penggunaan media pembelajaran, serta kurangnya ketersediaan saran
pembelajaran yang lengkap.
C. Kerangka pemikiran
Pengamatan awal di kelas, selama proses pembelajaran Matematika
terasa sangat monoton dan pasif karena menggunakan metode ceramah dan
penugasan saja, sehingga siswa kurang memperhatikan penjelasan guru di
18
depan kelas, siswa lebih banyak mengobrol dengan teman sebangku,
menggambar, bermain dengan alat tulis, dan terdapat siswa yang melamun.
Siswa yang tidak paham ataupun tidak bisa menyelesaikan tugas hanya diam
dan lebih banyak melihat hasil belajar teman yang lain. siswa sering tidak
konsentrasi terhadap pelajaran matematika khususnya pada materi yang
menggunakan pembagian sehingga mengakibatkan prestasi belajar pada
pelajaran matematika rendah dan dibawah KKM. Sehingga guru mencoba
mencari tahu faktor penyebab siswa mengalami kesulitan belajar matematika.
Hal ini dilakukan agar guru dapat melakukan diagnostic untuk membantu
siswa dalam mengatasi kesulitan belajar siswa kelas V Sekolah Dasar.
D. Asumsi penelitian
Menurut pendapat ahli sebagaimana dikutip dalam buku Prosedur
3
Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, bahwa asumsi adalah sebuah titik tolak
pemikiran yang kebenarannya dapat diterima oleh peneliti.
28
Berdasarkan kajian teori diatas maka asumsi yang dikemukakan dalam
penelitian ini yaitu diagnosis kesulitan belajar matematika pada siswa kelas V
SDN 2 GUJEG dapat diterapkan, karena siswa dapat memahami, mengatasi
kesulitan materi pembelajaran matematik
29
10
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Metode yang diterapkan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan
pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif dalam metode penelitian ini sering
disebut sebagai metode naturalistik karena penelitiannya dilakukan di
lingkungan yang alamiah atau kondisi alamiah (natural setting). (Sugiono,
2017). Sejalan dengan (Fadli, 2021) Penelitian dengan pendekatan kualitatif
bertujuan untuk mengidentifikasi dan menggambarkan secara naratif aktivitas
yang dilakukan serta dampak dari tindakan tersebut terhadap kehidupan
individu atau kelompok yang diteliti.
30
tanggung jawab peneliti sebagai pengajar di SD tersebut. Jadwal kegiatan
penelitian disusun dengan seksama dan direncanakan untuk memastikan
kelancaran proses penelitian dinyatakan dalam tabel sebagai berikut:
31
C. Sumber Data
8
Sumber data merupakan subjek dari mana informasi itu diperoleh.
Sumber data diperlukan untuk mendukung terlaksananya penelitian dan
sekaligus untuk menjamin keberhasilan (Nufian dan Weda, 2018). Sumber
data dalam konteks studi ini, diperoleh dari dua sumber yang terlibat, yakni:
32
1. Sumber Data primer merupakan sumber informasi yang secara langsung
memberikan data kepada peneliti sebagai pengumpul informasi.
(Sugiyono, 2017). Sumber data primer dalam penelitian ini adalah proses
pembelajaran matematika siswa kelas V SDN 2 GUJEG
2. Sumber Data sekunder adalah sumber informasi yang tidak memberikan
data secara langsung kepada peneliti, melainkan melalui catatan atau
melalui pihak lain. Dalam penelitian ini, data sekunder terdiri dari buku-
buku pustaka, skripsi, jurnal, dan dokumen-dokumen yang relevan dengan
penelitian mengenai diagnosa kesulitan belajar matematika pada siswa
kelas V SDN 2 GUJEG. Data tersebut mendukung proses penelitian
dengan memberikan informasi yang diperlukan.
32
Tes diagnostik yang digunakan dalam penelitian ini mencakup materi
pokok bahasan yang diajarkan. Adapun bentuk soal yang digunakan yaitu
bentuk essay yang berjumlah 15 butir soal yang dibuat oleh guru kelas V.
2. Observasi
Menurut Arikunto (dalam Joesyiana, 2018) menyatakan bahwa
observasi adalah mengumpulkan informasi atau data yang seharusnya
dilakukan dengan cara mengajukan upaya pengamatan langsung ke tempat
yang akan diteliti. Observasi digunakan untuk mengetahui proses
pembelajaran siswa pada pelajaran matematika.
3. Wawancara
Wawancara merupakan suatu proses pertemuan antara dua individu
dengan tujuan untuk bertukar data dan gagasan melalui pertanyaan dan
jawaban, sehingga membentuk makna dalam suatu topik tertentu
(Sugiyono, 2013). Dalam penelitian ini, wawancara dilakukan kepada
guru kelas dan siswa kelas V di SD Negeri 2 Gujeg. Tujuan dari
wawancara adalah untuk memperoleh data dan informasi terkait kesulitan
belajar matematika serta untuk menentukan langkah-langkah yang akan
diambil dalam mengatasi kesulitan belajar siswa.. Pedoman wawancara
berisi 13 butir pertanyaan untuk guru dan siswa. Berikut pedoman
wawancara dengan guru.
Tabel 3. 2 Instrumen Wawancara Guru
No Variabel Indikator
33
matematika d. Kemampuan pengindraan
2. Faktor Internal
a. Kesehatan tubuh
b. Variasi mengajar guru
c. Penggunaan media
pembelajaran
d. Sarana prasarana disekolah
e. Lingkungan keluarga
Diagnosis Penilaian Lembar Soal
3. kesulitan belajar Pengadaan Perbaikan/ Pengulangan
matematika Materi
No Variabel Indikator
Kesulitan memahami konsep
- Menuliskan rumus
34
b. Variasi mengajar guru
c. Penggunaan media
pembelajaran
d. Sarana prasarana disekolah
e. Lingkungan keluarga
Diagnosis Hasil Penilaian Lembar Soal
3. kesulitan belajar Upaya mengatasi kesulitan belajar
matematika matematika
4. Dokumentasi
Dokumen adalah catatan kejadian sebelumnya. Dokumen bisa
berbentuk, gambar, atau karya monumental individu. Dokumentasi
digunakaan untuk mendukung hasil observasi dan wawancara sehingga
data yang diperoleh benar dan tepat. Dokumen yang dikumupulkan dalam
penelitian ini berupa lembar hasil pekerjaan siswa, dan foto selama
penelitian.
E. Validasi Data
Penetapan keabsahan suatu data memerlukan teknik pemeriksaan.
Teknik pemeriksaan keabsahan data dalam penelitian ini diterapkan melalui
pendekatan triangulasi. Menurut Moleong (2007), triangulasi merupakan
metode verifikasi data yang memanfaatkan elemen lain di luar data itu sendiri
untuk tujuan pemeriksaan atau sebagai pembanding data tersebut. Di sisi lain,
menurut Putra sebagaimana yang dijelaskan dalam Purwanto (2004),
triangulasi adalah pendekatan pengecekan data yang melibatkan berbagai
sumber, teknik, dan periode waktu yang berbeda. Dalam konteks penelitian
ini, pendekatan triangulasi digunakan dengan menggabungkan kedua metode,
yaitu triangulasi teknik dan triangulasi sumber, untuk memastikan keabsahan
dan keandalan data yang diperoleh.
35
1. Pendekatan triangulasi teknik melibatkan penggunaan berbagai metode
yang berinteraksi saling memperkuat guna memastikan akurasi informasi.
Dalam konteks ini, peneliti memanfaatkan beragam teknik pengumpulan data
seperti observasi, wawancara, hasil tes, dan dokumentasi dengan tujuan
mengumpulkan informasi yang diverifikasi dan terpercaya.
1. Reduksi data
Reduksi data diartikan sebagai siklus pilihan, memusatkan perhatian
pada penyederhanaan, pengabstraksian, dan perubahan informasi mentah
36
yang muncul dari perhitungan yang sudah ditetapkan di lapangan. Reduksi
data terjadi secara terus-menerus selama penelitian belum selesai. Dalam
reduksi data peneliti memilih informasi yang akan dikumpulkan dan tidak
digunakan Penyajian Informasi Data yang terkumpul dari wawancara,
observasi, dan dokumentasi akan diorganisir berdasarkan jenis kesulitan
belajar yang dihadapi, akar penyebab kesulitan, hasil diagnosa yang telah
dilakukan, serta upaya yang telah dilakukan untuk mengatasi kesulitan
tersebut.
2. Presentasi Data
Setelah proses pengurangan data, langkah selanjutnya adalah
menyajikan data. Penyajian data bertujuan untuk memberikan gambaran
tentang situasi di lapangan. Dalam penelitian ini, data akan dijelaskan
secara deskriptif dan akan ditampilkan dalam bentuk tabel agar
mempermudah pemahaman bagi pembaca.
3. Verifikasi dan Pengukuhan Kesimpulan
44
Kesimpulan yang dihasilkan dari penelitian merupakan temuan baru
yang belum pernah terungkap sebelumnya. Temuan tersebut bisa berupa
deskripsi atau gambaran objek yang semula belum jelas, kemudian
dianalisis untuk mendapatkan pemahaman yang lebih terperinci.
Kesimpulan ini berperan dalam menjawab permasalahan yang
diidentifikasi sebelumnya, seperti hasil diagnosa mengenai kesulitan
belajar matematika siswa. kelas V SDN 2 Gujeg.
37
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Penyajian Data
Penelitian ini dilakukan pada tanggal 28 Juli 2023 melalui teknik
pengamatan langsung di kelas V. peneliti melihat kondisi awal siswa dalam
menerima pembelajaran matematika di kelasserta melihat interaksi guru
dengan siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Hasil pengamatan
yang sudah di lakukan ditemukan bahwa seperti pada umunya proses
pembelajaran berlangsung kondusif, sebagian siswa tampak serius
memperhatikan guru yang menjelaskan materi dan sebagaian siswa terlihat
mengobrol dengan temannya. Selama pembelajaran peneliti menemukan
bahwa guru belum menggunakan media pembelajaran yang bervariasi dan
tidak memberikan umpan balik terkait materi yang diajarkan. Sehingga guru
tidak mengetahui pemahaman konsep materi siswa terkait materi yang
diajarkan.
38
Pada saat observasi awal peneliti menemukan bahwa siswa belum
memahami konsep materi bilangan pecahan dengan baik ketika guru
memberikan soal mengenai perbandingan pecahan yang penyebutnya
1
berbeda. Siswa terlihat mengalami kesulitan ketika diminta mengurutkan
pecahan dengan penyebut yang berbeda. Seperti mengurutkan bilangan
3 4 7 3
pecahan dari yang terbesar sampai yang terkecil , , , . Siswa belum
8 5 10 4
gambar berikut.
7 3 4 3
Siswa menjawab dengan jawaban berikut , , . Jawaban yang
10 8 5 4
39
secara abstrak. Kesulitan lain yang ditemui peneliti yaitu siswa sulit dalam
memahami konsep materi kelipatan persekutuan terkecil atau KPK yang
terlihat pada gambar berikut.
Gambar 4. 2 KPK
Berdasarkan hasil lembar kerja siswa, peneliti menemukan bahwa
terdapat siswa yang mengalami kesulitan memahami materi KPK yang
diajarkan. Hal tersebut menunjukkan siswa belum memahami konsep
dengan baik. Selain itu ketika menjawab soal siswa terlihat tidak
menuliskan rumus yang perlu dituliskan saat mengerjakan soal yang
abstrak. Hal tersebut juga disampaikan dalam petikan wawancara dengan
salah satu siswa sebagai berikut.
Gambar 4. 3 Penjumlahan
40
Berdasarkan hasil jawaban siswa, peneliti menemukan bahwa siswa
belum teliti dalam mengerjakan soal terkait operasi hitung bilangan bulat.
Selain itu berdasarkan penuturan guru, kesulitan penguasaan kemampuan
1
berhitung matematika dapat menghambat siswa lain karena materi harus
disampaikan secara berulang-ulang agar siswa yang kesulitan tidak
tertinggal.
41
Berdasarkan hasil lembar kerja siswa peneliti menemukan bahwa
siswa mengalami kesulitan memahami kalimat atau kata perintah dalam
soal cerita yang diberikan. Hal ini diperkuat dalam penuturan guru yang
menyatakan kurangnya penguasaan kemampuan menyelesaikan soal cerita
di kelas V terjadi karena siswa tidak memahami kata dalam kalimatnya..
“Banyakۗsekaliۗkesulitanۗdiۗsoalۗceritaۗterutamaۗpemahamanۗ
kata di dalam soal cerita apalagi ditambah angka-angka dari
soal matematika tersebut. Siswa kesulitan memahami
instruksi soal. anaknya bisa membaca tapi tidak memhami
berbeda dengan anak yang tidak bisa membaca otomatis
tidak dapat menjawab soal bahkan kalaupun menjawab
dengan asal-asalan.”ۗ
Hal tersebut juga disampaikan dalam petikan wawancara dengan salah
satu siswa sebagai berikut.
Peneliti ` :“Apakahۗ kamuۗ selaluۗ
menyelesaikan soal yang diberikan?.
Siswa :“kadang-kadang tergantung kalau
sulitۗlangsungۗjawabۗsebisanya”.
42
Salah satu faktor internal yang dapat mempengaruhi kesulitan
belajar adalah
(1) sikap saat belajar
1
Sikap mengacu pada kecondongan untuk bertindak dengan cara
tertentu. Sikap positif terhadap suatu mata pelajaran adalah langkah awal
yang menguntungkan dalam proses pembelajaran. Berdasarkan temuan dari
wawancara, peneliti menemukan variasi dalam sikap siswa terhadap
pelajaran matematika secara keseluruhan. Beberapa siswa memiliki minat
terhadap pelajaran matematika, sementara yang lain tidak. Beberapa siswa
yang tidak merasa tertarik pada pelajaran matematika berpendapat bahwa
subjek ini terasa sulit, sehingga mereka kurang antusias dalam
mempelajarinya. Hal tersebut disampaikan dalam wawancara sebagai
berikut.
Peneliti ` :“Kamuۗ sukaۗ tidakۗ pelajaranۗ
matematika?”.
Siswa :“nggakۗ suka,ۗ karenaۗ pelajarannyaۗ
sangatۗsulit”
43
dapat mengikuti materi pelajaran. Namun, reaksi siswa yang
tidak menyukai matematika lebih banyak menggerutu, sering
cemberut karena merasa pelajaran matematika diberikan
setiapۗhari”.ۗ
16
Hasil wawancara di atas menunjukkan bahwa sikap selama
pembelajaran matematika mempengaruhi siswa dalam mengikuti proses
pembelajaran matematika.
44
mandiri dirumah. Umumnya guru memberikan motivasi kepada siswa
1
secara lisan dengan kata-kata maupun kalimat penyemangat. Namun
motivasi dari guru tanpa dukungan orang tua tidak akan memberikan
dampak yang berarti untuk siswa.
“Setiapۗadaۗpertemuanۗdenganۗorangtuaۗsayaۗselaluۗmemintaۗ
untuk dapat bekerjasamaۗuntukۗkeberhasilanۗsiswaۗdiۗkelas.”ۗ
45
“untukۗ sekarangۗ belumۗ adaۗ anakۗ yangۗ sakitۗ sampaiۗ berhari-
hari dan tertinggal pelajaran. Yang sering dijumpai kondisi
anak yang mengeluh sakit perut kalau ada anak yang pusing,
atau panas,terus anaknya kelihatannya lemas biasanya saya
panggilۗorangۗtuanya”.
46
b) Faktor Penyebab Kesulitan dari Sisi Eksternal
(1) Ragam Pendekatan Pengajaran oleh Guru
Diperlukan variasi dalam penerapan model dan metode pembelajaran
1
guna menarik minat serta perhatian siswa. Berdasarkan hasil observasi dan
wawancara peneliti menemukan bahwa guru tidak hanya menggunakan
metode pembelajaran yang konvesional. Pada awal pembelajaran guru
menggunakan metode ceramah dengan metode tanya jawab agar menarik
minat siswa dan tidak mengobrol atau dengan membuat kelompok belajar
kecil.berikut hasil wawancara dengan siswa
Peneliti :“Saatۗ belajarۗ matematika,ۗ apakahۗ kamuۗ
pernahۗۗbelajarۗkelompokۗdikelas?”
Siswa :“Iya,ۗ kalauۗ lagiۗ bisaۗ ngerjainۗ soalۗ nyaۗ
bareng teman-teman”ۗ.
(2) Penggunaan Media Pembelajaran
Pentingnya penggunaan media untuk membantu pemahaman siswa,
Oleh karena itu, guru berusaha untuk memanfaatkan berbagai media dalam
proses pembelajaran matematika. Guru menyampaikan pendapat ini dalam
wawancara sebagai berikut.
"alat pembelajaran atau media yang digunakan disesuaikan dengan
materi, mislanya materi membuat balok atau kubus kadang anak
membuat sendiri alat peraga dari karton dan kardus bekas. Terus
kalau matematika itu ya medianya banyak seperti perkalian lebih
dariۗlimaۗbisaۗۗmemakaiۗjari”
Berdasarkan temuan tersebut, dapat disimpulkan bahwa
ketidakpahaman guru terhadap penggunaan media dapat mengakibatkan
siswa memiliki pemahaman yang kurang baik terhadap materi. Selain itu,
peneliti juga menemukan bahwa sikap guru yang kurang mendorong
kreativitas dalam pembuatan media inovatif sesuai dengan materi dapat
4
memengaruhi minat dan perhatian siswa dalam pembelajaran matematika..
(3) Sarana dan Prasarana di Sekolah
47
Berdasarkan observasi yang dilakukan, sarana dan prasarana di
sekolah telah mendukung proses pembelajaran matematika. Tetapi selama
pengamatan peneliti menemukan bahwak kondisi kelas belum dapat
dikatakan baik, karena masih terlihat kursi diletakan secara sembarangan
bahkan kadang kelasnya kotor sehingga membuat siswa tidak nyaman.
Selain itu, papan tulis yang digunakan adalah papan tulis black board yang
menggunakan kapur sehingga ketika papan hendak dibersihkan terdapat
ampas dari hasil kapur yang membuat kelas kotor dan tulisan yang
menggunakan kapur meninggalkan bekas ketika dihapus.
48
Siswa :“Engga,ۗ kadangۗ kelasnyaۗ kotor,semrawutۗ
jadi ga enak buat belajar boro-boro bisa
fokus”ۗ
Dari hasil wawancara dengan dengan siswa SDN 2 GUJEG diperoleh
hasil bahwa sarana sekolah berupa papan tulis masih menjadi hal yang
harus diperhatikan guru untuk memberikan kenyamanan belajar
matematika siswa kelas V. Peneliti menemukan tidak semua ruang kelas
masih menggunakan papan tulis black board tetapi di kelas V masih
menggunakan papan tulis hitam.
(4) Pengaruh Lingkungan Keluarga
Lingkungan keluarga memainkan peran yang penting dalam
mendukung proses pembelajaran siswa. Keadaan ekonomi keluarga dapat
menjadi faktor yang mempengaruhi tingkat perhatian yang diberikan oleh
orang tua terhadap siswa. Terutama, orang tua siswa di Sekolah Dasar
Negeri 2 GUJEG kebanyakan bekerja di luar desa atau merantau ke ibukota
dan pulang pada saat hari tertentu misalnya hari raya. Sehingga tidak bisa
1
mendampingi siswa belajar dirumah. Contoh kurangnya perhatian orang
tua pada pembelajaran siswa disekolah yaitu PR yang tidak dikerjakan.
Peneliti :“Jikaۗ adaۗ PRۗ dariۗ sekolahۗ apakahۗ orangtuaۗ
muۗikutۗmenemaniۗmengerjakannyaۗ?”
Siswa :“Iya,ۗ tapiۗ biasanyaۗ ngerjainۗ PRۗ samaۗ kakakۗ
karena ibu dan ayah ga dirumah lagi kerja di
Jakarta”.ۗ
Tugas rumah yang diberikan oleh guru bertujuan untuk mendorong
siswa untuk terus belajar di rumah dan memberi kesempatan kepada
mereka untuk bertanya kepada orang tua jika menghadapi kesulitan.
Namun, dalam praktiknya, penelitian menemukan bahwa beberapa siswa
yang kesulitan dalam matematika tidak mengerjakan tugas rumah tersebut
karena orang tua mereka tidak ada di rumah atau tidak memberikan
perhatian yang cukup. Dalam kata-kata seorang guru,
49
"Saya melihat bahwa sebagian besar keluarga tidak
memberikan respons. Ini berarti bahwa hanya sekitar 90% siswa
yang mengerjakan tugas rumah. Sebagai orang tua, seharusnya
mereka memberikan respons dengan rutin memeriksa apakah
ada tugas rumah dan mendampingi anak-anak mereka saat
mengerjakannya."
Dari pernyataan tersebut, terlihat bahwa lingkungan keluarga
memegang peran kunci bagi siswa. Lingkungan keluarga yang memberikan
perhatian dan mengedukasi siswa tentang pentingnya belajar dapat
membantu siswa saat mereka menghadapi kesulitan dalam pelajaran
matematika. Keterlibatan orang tua juga mendorong siswa untuk mencapai
hasil belajar yang lebih baik. Namun, jika dukungan orang tua kurang,
siswa dapat mengalami hambatan dalam belajar matematika di rumah.
50
agar dapat mengetahui letak kesulitan siswa berdasarkan hasil
jawabannya”.ۗ
51
dilakukan dilakukan setiap hari sabtu. Pelajaran tambahan tersebut tidak
hanya untuk pelajaran matematika tapi juga pelajaran yang lain.
1
Namun tidak semua siswa merasa antusias dengan pelajaran tambahan
tersebut, terkadang beberapa siswa tidak ikut pelajaran tambahan dan
langsung pulang karena harus mengatur waktu dengan sekolah madrasah
setiap pukul 1 siang. sehingga siswa mengalami kesulitan belajar
7
matematika di kelas. Selain itu untuk mengurangi kesulitan memahami
konsep, guru berusaha menggunakan media dalam pembelajaran karena
menyadari pentingnya media khususnya pada materi yang bersifat
abstrak. Sedangkan untuk mengurangi kesulitan belajar yang disebabkan
faktor dari dalam diri siswa, guru berusaha selalu memberikan motivasi
1
kepada siswa karena guru memahami bahwa tugas guru bukan hanya
memberi pengetahuan tapi juga mendidik siswa menjadi lebih baik.
52
Langkah yang diambil oleh guru di sekolah untuk mengatasi kesulitan
belajar siswa belum sepenuhnya efektif. Oleh karena itu, dibutuhkan usaha
dari siswa sendiri untuk mengatasi kesulitan belajar matematika tersebut.
Hasil dari wawancara menunjukkan bahwa siswa mengambil inisiatif untuk
mengatasi kesulitan belajar matematika dengan mengikuti pelajaran
tambahan di luar jam sekolah. Hal ini dinyatakan oleh siswa dalam kutipan
wawancara sebagai berikut:
Peneliti :“Apakahۗkamuۗpernahۗmengikutiۗlesۗtambahanۗ
diۗluarۗsekolah?”.
Siswa :ۗ“iya,ۗikutۗlesnyaۗsamaۗtetangga”.
B. Pembahasan
53
diungkapkan oleh (Purwanto dalam Jarmita, 2015) bahwa pemahaman
atau komprehensi mengacu pada tingkat kemampuan siswa untuk benar-
benar memahami arti, konsep, situasi, dan fakta yang ada. Dalam hal ini,
siswa tidak sekadar menghafal secara mekanis, melainkan benar-benar
memahami konsep di balik pertanyaan atau fakta yang diberikan
Menurut hasil penelitian yang didapatkan, kurangnya pemahaman
konsep menyebabkan siswa kesulitan mengerjakan soal dikarenakan
siswa tidak memahami soal yang diberikan guru terkait pecahan yang
34
penyebutnya berbeda. Selain itu, selama pembelajaran terlihat guru
mengajarkan materi dengan cara yang kurang tepat dan tidak
menggunakan contoh kongret yang dihubungkan dengan kehidupan
sehari-hari.
a. Kesulitan Keterampilan Berhitung
Keterampilan merujuk pada kemampuan mengoperasikan operasi
matematika seperti penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian.
Kesulitan dalam hal ini dapat timbul ketika siswa melakukan kesalahan
dalam menjalankan operasi matematika secara tepat. Peneliti menemukan
adanya kesalahan dalam menjalankan operasi matematika saat
mengerjakan soal terkait bilangan bulat, yang menyebabkan siswa tidak
dapat menjawab dengan benar. Kesalahan semacam ini sesuai dengan
pandangan Lenner (dalam Simbolon dkk, 2019), yang menyatakan bahwa
anak-anak yang mengalami kesulitan belajar matematika seringkali
mengalami hambatan dalam memahami dan menggunakan simbol
matematika, seperti tanda tambah (+), kurang (-), kali (x), dan bagi (:),
serta kesulitan dalam menerapkan rumus secara tepat.
Selain itu, kesulitan dalam keterampilan berhitung juga mungkin
disebabkan oleh kurangnya penguasaan kemampuan dasar berhitung yang
diajarkan di kelas sebelumnya. Hal ini merupakan salah satu faktor yang
turut berperan dalam kesulitan siswa dalam menguasai keterampilan
berhitung..
54
b. Kesulitan Memecahkan Masalah
Pemecahan masalah adalah penerapan dari konsep dan
keterampilan. Kesulitan memecahkan masalah umumnya ditemukan
35
dalam soal-soal matematika yang terkatagori masalah bisa berupa soal
cerita yang tidak bisa secara langsung dikerjakan dengan prosedural
biasa. Kesimpulan dari analisis yang telah dilakukan adalah bahwa para
siswa mengalami kesulitan dalam mengatasi tantangan dalam soal cerita.
Ini mengindikasikan bahwa para siswa memiliki hambatan dalam
memahami makna kata dan kalimat yang terdapat dalam soal cerita, serta
tidak mampu mengidentifikasi langkah-langkah yang diperlukan untuk
memecahkan masalah dengan akurat. Dampak dari hal ini adalah
ketidakmampuan para siswa untuk berhasil menyelesaikan soal-soal
tersebut dengan benar. Sesuai dengan pendapat (Surya dalam Sesanti dan
Bere, 2020) bahwa Kesulitan siswa dalam menyelasaikan soal cerita
matematika bisa kita lihat dari kemampuannya dalam membaca,
mamahami, proses tranfortasi, ketrampilan proses penyelasaiannya dan
penulisan jawabannya.
55
cenderung menunjukkan sikap negatif terhadap proses pembelajarannya.
Akibatnya, partisipasi siswa dalam pembelajaran menjadi terganggu.
Tanda-tanda sikap tersebut terlihat dalam perilaku gaduh dan
ketidakhadiran perhatian selama proses pembelajaran matematika
berlangsung. Selain itu, tanda-tanda sikap negatif juga tercermin dalam
kurangnya antusiasme siswa serta keengganan mereka untuk
berpartisipasi secara aktif dalam pembelajaran.
2) Semangat Belajar
Motivasi bertujuan mengarahkan Tindakan siswa selama proses
pembelajaran.. Sejalan dengan pendapat (Mukhtar dalam Jemudin dkk,
2019) mengatakan bahwa motivasi belajar siswa merupakan daya
17
penggerak bagi siswa untuk melakukan sesuatu. Namun, Hasil analisis
mengindikasikan bahwa semangat belajar siswa masih tergolong kurang.
Beberapa siswa ternyata tidak mempersiapkan peralatan tulis dan buku
pelajaran matematika sebelum pelajaran dimulai. Mereka juga tidak
melakukan revisi terhadap materi yang telah diajarkan sebelumnya, baik
di rumah maupun menjelang ujian berikutnya.
Kurangnya motivasi ini juga berdampak pada kurangnya semangat
siswa untuk mengikuti pelajaran matematika dengan penuh antusiasme,
dan akhirnya menyebabkan hambatan dalam proses belajar matematika..
Sejalan dengan hasil penelitian (Rismawati dan Khairiati, 2020)
mengemukakan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi
rendahnya motivasi belajar siswa pada mata pelajaran matematika
diantaranya sarana belajar yang tidak lengkap, rendahnya minat belajar,
kurangnya perhatian, kemampuan diri, teman sebaya, dan kesahatan.
Hasil analisis menunjukkan selain kurangnya motivasi dari dalam diri
siswa yang tidak ditanamkan dengan baik oleh orang tua dirumah.
3) Kesehatan Tubuh
23
Hasil analisis menunjukkan bahwa tidak semua siswa menghadapi
kesulitan belajar matematika yang disebabkan oleh faktor kesehatan.
56
Namun, beberapa siswa menghadapi tantangan karena masalah kesehatan
yang mengakibatkan absensi di sekolah, berdampak pada keterlambatan
dalam memahami materi pelajaran matematika. Isu kesehatan yang sering
muncul dan mempengaruhi siswa adalah masalah fisik yang tidak prima.
Sebagai contoh, siswa yang mengalami kesulitan dalam berkonsentrasi
dan mengalami rasa pusing saat mengikuti pelajaran matematika
menandakan bahwa kondisi fisik mereka tidak dalam keadaan yang
optimal. Pandangan ini sejalan dengan pendapat (Slameto, 2013) yang
menyatakan bahwa kesehatan individu dapat memengaruhi proses belajar.
Ketika seseorang belajar dalam keadaan sakit, dampaknya akan terlihat
dalam kehilangan semangat, mudah merasa pusing, mengantuk jika
4
kelelahan tubuh, dan mudah lelah. Keadaan tubuh yang tidak optimal
mempengaruhi penerimaan informasi yang disampaikan guru untuk
siswa. Secara umum, tidak banyak siswa yang mengalami masalah
kesehatan..
4) Kemampuan Pengindraan
Gangguan pengindraan dan pendengaran yang dialami siswa dapat
mengurangi daya serap informasi yang disampaikan oleh guru. Dari hasil
analisis menunjukkan tidak ditemukan siswa yang mengalami gangguan
pada pengindraan secara serius. Namun, gangguan pengindraan yang
sering dialami siswa adalah terkait papan tulis yang kotor dan posisi
tempat duduk yang menghalangi siswa yang bertubuh pendek tidak dapat
melihat papan tulis dengan baik.
1
Seperti yang ditegaskan oleh Muhibbin Syah (2009), hambatan pada
kemampuan pendengaran dan penglihatan merupakan faktor internal yang
mempengaruhi kesulitan belajar siswa. Sebagai alternatif, guru dapat
membantu mengatasi kendala ini dengan merancang meja belajar
berbentuk huruf U, yang dapat memfasilitasi siswa dalam menyerap
informasi secara lebih baik. Selain itu, disarankan agar sekolah
bekerjasama dengan para profesional kesehatan untuk melakukan
57
pemeriksaan rutin terhadap kemampuan pendengaran dan penglihatan
siswa, dengan tujuan agar siswa dapat memperoleh informasi secara
maksimal
58
memiliki kemampuan berpikir secara abstrak. Hal ini sejalan dengan
temuan dari penelitian (Rahmasari, 2014) yang menekankan bahwa media
pembelajaran berfungsi sebagai alat untuk menyajikan materi secara
konkret, sehingga peserta didik dapat meraih pengalaman yang memiliki
makna. Media sebagai sarana pembelajaran di sekolah bertujuan untuk
dapat meningkatkan mutu pendidikan. Sesuai dengan pendapat (Rusman
3
dkk dalam Akbar, 2018) bahwa media pembelajaran merupakan sarana
komunikasi dalam bentuk cetak maupun pandang dan dengar termasuk
teknologi perangkat keras.
Namun, Guru menggunakan berbagai jenis media saat melakukan
pengajaran, mulai dari sumber daya yang telah tersedia di sekolah hingga
memanfaatkan lingkungan sekitar dan bahkan melibatkan siswa dalam
pembuatan media. Dari konteks tersebut, dapat ditarik kesimpulan akan
pentingnya peran media dalam proses pembelajaran matematika. Oleh
karena itu sangat disarankan agar guru secara berkelanjutan meningkatkan
pemahaman mereka tentang media pembelajaran yang inovatif dan
interaktif. Tujuannya adalah untuk memperoleh pengetahuan yang lebih
luas tentang berbagai macam media yang dapat digunakan, sehingga dapat
meningkatkan motivasi siswa dan mempermudah pemahaman mereka
terhadap materi yang diajarkan
3) Fasilitas dan Perlengkapan di Lingkungan Sekolah
Hasil analisis menunjukkan bahwa fasilitas dan perlengkapan di
lingkungan sekolah memberikan dukungan yang memadai untuk
pembelajaran matematika. Kualitas bangunan dapat dianggap baik karena
gedung yang digunakan merupakan struktur permanen yang menjamin
1
keamanan saat proses belajar. Ruang kelas dilengkapi dengan ventilasi
udara yang memungkinkan sirkulasi udara yang baik, menjaga kelas tetap
nyaman dan tidak pengap, sehingga kondusif untuk pembelajaran.
Meskipun demikian, ditemukan bahwa papan tulis di kelas V terlihat kotor
karena kapur, sehingga mengganggu keterbacaan tulisan di papan tulis.
59
Namun, ada aspek yang masih kurang mendukung dalam hal
pembelajaran matematika, yaitu variasi tata letak tempat duduk yang
sering berubah dan kurang teratur, bahkan terlihat kotor karena serbuk
kapur, mengakibatkan siswa kesulitan untuk berkonsentrasi sepenuhnya
dalam pembelajaran. Situasi pembelajaran yang seperti ini dapat
menghambat proses pembelajaran (Ahmadi dan Supriyono, 2013). Agar
siswa dapat tetap fokus dan konsentrasi, disarankan bagi guru untuk
mengatur tata letak ruang kelas dengan cara yang menghalangi pandangan
langsung ke luar kelas
4) Lingkungan Keluarga
4
Keluarga merupakan pusat pendidikan pertama bagi siswa selama
dirumah. Bimbingan serta perhatian dari orang tua menjadi faktor penting
dalam keberhasilan belajar siswa. Sesuai dengan pendapat (Melisa dan
Putra, 2021) bahwa Tiap individu atau siswa membutuhkan dukungan
dari orang tua dalam mencapai prestasi belajar, karena perhatian dan
dukungan dari keluarga akan berperan penting dalam menentukan apakah
siswa dapat mencapai hasil belajar yang tinggi.
60
faktor eksternal. Faktor internal mencakup sikap negatif siswa terhadap
pembelajaran matematika, kurangnya motivasi belajar siswa, masalah
29
kesehatan tubuh yang mempengaruhi pembelajaran, dan kemampuan
indra yang kurang optimal. Sementara itu, faktor eksternal yang berasal
dari lingkungan luar siswa termasuk variasi pengajaran guru yang
terbatas, pemanfaatan media pembelajaran yang belum optimal, fasilitas
dan perlengkapan di lingkungan sekolah, serta pengaruh lingkungan
keluarga
61
5 siswa mencapai tingkat kemampuan "kurang sekali." Persentase hasil
ujian berdasarkan tingkat pencapaian kemampuan siswa dapat dijabarkan
27
lebih lanjut dengan mengunakan rumus:
NP = R x 100 (Purwanto, 2008)
SM
Keterangan:
NP = Persentase nilai yang diinginkan atau dicari,
R = Skor mentah yang diperoleh oleh siswa,
SM = Skor maksimal ideal dari tes yang terkait,
100 = Konstanta tetap
Tabel 4.1 Distribusi Siswa Berdasarkan
Persentase Kemampuan Siswa
Predikat Skor Jumlah
Tingkat prestasi 100 3 orang
yang sangat baik
Tingkat prestasi 80-90 1 orang
yang baik
Tingkat prestasi 70-80 2 orang
yang Cukup
Tingkat prestasi 60-70 4 orang
yang Kurang
Tingkat prestasi < 60 5 orang
yang Kurang Sekali
Jumlah 15 orang
62
bagian yang memiliki ukuran sama, maka nilai dari setiap bagian
adalah separuh dari keseluruhan. Pecahan biasa merupakan angka
yang dinyatakan dalam format a/b, di mana a disebut sebagai
pembilang dan b disebut sebagai penyebut. Penting untuk dicatat
bahwa penyebut pecahan tidak diperbolehkan bernilai 0 (nol).
Pembilang adalah bilangan bulat yang mencakup angka-angka seperti
0, 1, 2, 3, dan seterusnya, sementara penyebut terdiri dari bilangan asli
seperti 1, 2, 3, dan seterusnya. Pecahan terbagi menjadi beberapa jenis
diantaranya pecahan biasa, pecahan campuran, pecahan desimal,
pecahan bentuk persen. Serta terdapat pecahan senilai,
menyederhanakan pecahan, membandingkan pecahan, dan
mengurutkan pecahan
9
Berdasarkan hasil analisis terhadap jawaban-jawaban setiap
subjek dalam penelitian ini maka dapat dideskripsikan dimana siswa
menjawab soal mengurutkan pecahan dari yang terbesar ke terkecil
dengan melihat angka penyebutnya yang paling besar. Sedangkan
seharusnya siswa menyederhanakan pecahan terlebih dahulu dengan
menyamakan penyebutnya.
b. Bilangan bulat
Angka bulat didefinisikan sebagai hasil dari angka cacah, seperti
contohnya 0, 1, 2, 3, 4, dan juga angka negatif -1, -2, -3, -4, dan
seterusnya. Konsep bilangan bulat telah diperkenalkan dalam materi
pelajaran matematika sejak lama, sehingga definisinya telah menjadi
tetap. Operasi aritmetika pada bilangan bulat, menurut (Mufidah,
2017), merujuk pada langkah-langkah perhitungan pada angka bulat
dengan melibatkan operasi penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan
pembagian. Konsep ini menjadi dasar dalam proses pembelajaran
matematika
9
Berdasarkan hasil analisis terhadap jawaban-jawaban setiap
subjek dalam penelitian ini maka dapat dideskripsikan dimana siswa
63
masih keliru atau tidak teliti dalam menjawab soal adalah dengan
menghitung angka yang terdapat di dalam kurung terlebih dahulu
kemudian dijumlahkan sesuai perintah soal nya.
c. KPK dan Faktorisasi
Kelipatan Persekutuan Terkecil adalah hasil kali kelipatan
bersama dari bilangan-bilangan tersebut dengan nilai yang paling
minimal. Di sisi lain, Faktor Persekutuan Terbesar adalah bilangan
yang dapat membagi dua bilangan atau lebih dengan bilangan tersebut
menjadi faktor dari masing-masing bilangan tersebut. Hal ini selaras
31
denga pendapatnya (Mustaqim dan Astuti dalam Tyas, 2018) yang
menyatakan bahwa kelipatan persekutuan dari dua bilangan bilangan
merupakan kelipatan-kelipatan dari dua bilangan tersebut yang bernilai
sama.
9
Berdasarkan hasil analisis terhadap jawaban-jawaban setiap
subjek dalam penelitian ini maka dapat dideskripsikan dimana siswa
menjawab soal dengan asal karena siswa belum memahami konsep
penyelesaian soal sehingga kesulitan ketika mengerjakan. Selain itu
dalam menjawab siswa terlihat tidak menuliskan rumus yang perlu
dituliskan saat mengerjakan soal yang abstrak.
d. Bilangan Cacah
15
Bilangan cacah merupakan himpunan bilangan yang anggotanya
bilangan nol ( 0 ) dan bilangan asli {1, 2, 3, 4, 5, ..}. Jadi himpunan
bilangan cacah yaitu {0, 1, 2, 3, 4,.}. sejalan dengan pendapat
15
(Muchtar, 1996) yang menjelaskan bilangan cacah merupakan
bilangan yang digunakan untuk menyatakan cacah anggota atau
kardinalitas suatu himpunan.
9
Berdasarkan hasil analisis terhadap jawaban-jawaban setiap
subjek dalam penelitian ini maka dapat dideskripsikan dimana siswa
dapat mengerjakan soal membaca dan menyebutkan bilangan cacah
64
dengan benar. Karena materi ini tidak membutuhkan rumus ataupun
penyelesaian soal yang abstrak.
e. Bentuk Ruang
Bentuk ruang adalah tampilan geometris yang memiliki volume.
Bentuk ruang ini memiliki tiga dimensi dan lebih dikenal dengan
istilah 3D. Dimensi-dimensi tersebut meliputi panjang, lebar, dan
47
tinggi. Sejalan dengan pendapat (Putra dan Palit, 2016) Bangun ruang
yang terdiri dari Kubus, balok, limas segitiga, limas segiempat,
prisma, tabung, kerucut, bola.
Namun dalam penelitian ini materi bangun ruang yang terdapat
dalam soal adalah kubus dan balok. Hasil analisis menunjukkan siswa
tidak memahami soal cerita untuk menghitung volume kubus maupun
balok hal ini terjadi karena siswa tidak memahami kata perintah dalam
kalima sehingga menyebabkan kekeliruan dalam menjawab soal.
65
bersifat konkret, sehingga siswa kesulitan memahami konsep yang diajarkan,
hal ini mengakibatkan kesulitan dalam pemahaman konsep
2) Intensifikasi Latihan Soal
Kemampuan matematika melibatkan penerapan operasi matematika
1
seperti penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian. Untuk
mengatasi kesulitan dalam kemampuan ini dan kemampuan menyelesaikan
masalah, diperlukan latihan dan praktik berulang. Dalam rangka mengatasi
kesulitan tersebut, penting bagi guru untuk memberikan lebih banyak latihan
soal kepada siswa yang mengalami kesulitan belajar matematika. Dengan
semakin banyak latihan, kemampuan pemahaman siswa akan semakin
meningkat. Latihan soal tidak harus dilakukan semata-mata di dalam kelas,
namun juga bisa menjadi pekerjaan rumah yang dapat diawasi kemampuan
perkembangan siswa.
3) Kolaborasi dengan Orang Tua
Faktor internal yang menjadi penyebab kesulitan belajar matematika
1
meliputi sikap, motivasi, kesehatan tubuh, dan kemampuan indra pada siswa.
Analisis yang telah dilakukan mengindikasikan bahwa peran orang tua sangat
penting dalam memberikan motivasi bagi siswa. Siswa yang mendapat
perhatian dan dukungan yang baik dari orang tua di rumah akan cenderung
memiliki motivasi belajar yang positif di sekolah. Oleh karena itu, penting
bagi orang tua untuk terus memantau perkembangan belajar matematika
siswa. Selain itu, perhatian terhadap pola makan dan istirahat siswa juga perlu
diperhatikan, sehingga kondisi tubuh siswa tetap optimal dalam mengikuti
pembelajaran matematika di sekolah
66
43
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil riset dan diskusi mengenai analisis faktor-faktor
5
penyebab kesulitan belajar matematika pada kelas V di SDN 2 GUJEG, dapat
disimpulkan sebagai berikut:
1. Kesulitan belajar matematika yang dialami oleh siswa teridentifikasi dalam
tiga kategori, yakni kesulitan memahami konsep, kesulitan dalam
keterampilan berhitung, dan kesulitan dalam menyelesaikan soal.
2. Faktor-faktor penyebab kesulitan belajar matematika melibatkan faktor
internal yang berasal dari siswa itu sendiri, seperti sikap siswa, rendahnya
motivasi belajar, masalah kesehatan yang memengaruhi proses pembelajaran,
dan kurangnya kemampuan indra siswa. Sementara itu, faktor eksternal yang
berhubungan dengan lingkungan luar siswa meliputi keterbatasan variasi
17
metode pengajaran guru, pemanfaatan media pembelajaran yang belum
optimal, kualitas sarana dan prasarana di sekolah, serta dampak lingkungan
keluarga.
3. Hasil analisis diagnosa kesulitan belajar matematika pada siswa
mengindikasikan dengan tujuan mengidentifikasi secara spesifik jenis
kesulitan yang dialami oleh siswa terkait dengan materi yang diujikan dalam
tes. Informasi ini akan disampaikan kepada guru guna menentukan langkah-
langkah selanjutnya dalam mengatasi kesulitan belajar matematika yang
dihadapi oleh siswa kelas V. Dari hasil diagnosis persentasi kemampuan
siswa diperoleh hasil yaitu 6 orang siswa dengan pencapaian kemampuan
“kurangۗ baik”ۗ dalamۗ menyelesaikanۗ solۗ tesۗ diagnostik yang diberikan guru.
Upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi kesulitan belajar matematika
berdasarkan pemaparan diatas maka baik guru maupun siswa memilikii cara
tersendiri untuk dapat mengatasi kesulitan belajar diantaranya: dengan
memberikan pelajaran tambahan, melakukan perbaikan nilai atau mengadakan
5
remidi, menggunakan media pembelajaran yang kongret, memperbanyak
67
latihan soal, dan menjalin kerja sama dengan orang tua siswa serta yang dapat
dilakukan siswa adalah dengan mengikuti les belajar di luar sekolah
B. Saran
1. Bagi Guru
Guru sebaiknya mengajarkan matematika dengan metode, model yang
bervariasi disertai penggunaan alat peraga yang dapat meningkatkan
motivasi belajar siswa karena mengingat pentingnya penguasaan
matematika dengan baik
2. Bagi Siswa
Menanamkan sikap positif pada pelajaran matematika serta lebih aktif
dalam pembelajaran. Selain itu siswa harus terus berlatih mengerjakan soal
dengan Cara meningkatkan frekuensi latihan soal dengan lebih cermat guna
mengurangi hambatan dalam memahami matematika.
3. Untuk Orang Tua
Orang tua sebaiknya mengamati perkembangan belajar anak, khususnya
pada matematika. Selain itu, disarankan agar orang tua memotivasi anak
dengan pandangan positif tentang matematika, serta meyakinkan mereka
bahwa matematika bisa menjadi pelajaran yang menarik dan mudah,
sehingga siswa memiliki pandangan positif terhadap pelajaran tersebut.
4. Untuk Peneliti Lain
Studi ini dapat dijadikan pijakan untuk penelitian lanjutan dengan fokus
pada cara-cara mengatasi kesulitan belajar matematika yang berbeda,
sehingga dapat ditemukan metode yang lebih beragam dalam mengatasi
kesulitan belajar matematika.
68
Similarity Report ID: oid:16696:41333879
TOP SOURCES
The sources with the highest number of matches within the submission. Overlapping sources will not be
displayed.
docobook.com
1 4%
Internet
media.neliti.com
2 <1%
Internet
123dok.com
3 <1%
Internet
repository.uinsu.ac.id
4 <1%
Internet
admin.ebimta.com
5 <1%
Internet
uniflor.ac.id
6 <1%
Internet
repository.radenfatah.ac.id
7 <1%
Internet
repository.radenintan.ac.id
8 <1%
Internet
ejournal.yasin-alsys.org
9 <1%
Internet
Sources overview
Similarity Report ID: oid:16696:41333879
repository.ikippgribojonegoro.ac.id
10 <1%
Internet
repository.uin-suska.ac.id
11 <1%
Internet
researchgate.net
12 <1%
Internet
repositori.uin-alauddin.ac.id
13 <1%
Internet
docplayer.info
14 <1%
Internet
eprints.uny.ac.id
15 <1%
Internet
etheses.uinmataram.ac.id
16 <1%
Internet
jurnal.stkippersada.ac.id
17 <1%
Internet
core.ac.uk
18 <1%
Internet
j-las.lemkomindo.org
19 <1%
Internet
id.123dok.com
20 <1%
Internet
repository.uindatokarama.ac.id
21 <1%
Internet
Sources overview
Similarity Report ID: oid:16696:41333879
text-id.123dok.com
22 <1%
Internet
eprints.walisongo.ac.id
23 <1%
Internet
repository.metrouniv.ac.id
24 <1%
Internet
es.scribd.com
25 <1%
Internet
portaluniversitasquality.ac.id:55555
26 <1%
Internet
jurnal.uisu.ac.id
27 <1%
Internet
download.garuda.ristekdikti.go.id
28 <1%
Internet
repository.uinsaizu.ac.id
30 <1%
Internet
eprints.umm.ac.id
31 <1%
Internet
e-campus.iainbukittinggi.ac.id
33 <1%
Internet
Sources overview
Similarity Report ID: oid:16696:41333879
ejournal.unma.ac.id
34 <1%
Internet
journal.upgris.ac.id
35 <1%
Internet
prosiding.unma.ac.id
36 <1%
Internet
cipcipmuuach.blogspot.com
37 <1%
Internet
ngadiyonopendmtk.blogspot.com
38 <1%
Internet
wohingbasajawa-nuri.blogspot.com
39 <1%
Internet
digilib.iainkendari.ac.id
40 <1%
Internet
jonedu.org
41 <1%
Internet
library.walisongo.ac.id
42 <1%
Internet
repository.umsu.ac.id
43 <1%
Internet
repository.upi.edu
44 <1%
Internet
Sources overview
Similarity Report ID: oid:16696:41333879
lib.unnes.ac.id
46 <1%
Internet
scribd.com
47 <1%
Internet
Sources overview