Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN

PENELITIAN TINDAKAN KELAS

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN


MATEMATIKA MATERI PECAHAN DENGAN PEMBELAJARAN
KOOPERATIF TIPE TGT (TEAMS GAMES TOURNAMENTS) BERBASIS
PERMAINAN “CERDAS CERMAT” OLEH SISWA KELAS VI SD NEGERI 1
SIDODADI LAWANG KAB. MALANG

DIBIMBING OLEH :
Drs. TIKSNO WIDYATMOKO, M.A

DISUSUN OLEH :

NAMA : AHMAD JUNAIDI


NIM: 858832462

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS TERBUKA UPBJJ-UT MALANG

POKJAR PURWODADI

PROGRAM STUDI S-1 PGSD

TAHUN 2022.2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam mempelajari materi matematika, diperlukan kemampuan berhitung,


kemampuan mengingat, kemampuan berpikir logis (logika) dan sebagainya. Hal ini
menjadi salah satu penyebab, mengapa mata pelajaran matematika dianggap banyak orang
sebagai mata pelajaran yang sulit. Sulitnya mataematika diperparah dengan kecenderungan
guru untuk melaksanakan pembelajaran dengan pendekatan yang monoton yaitu
menjelaskan materi, memberikan contoh, dan memberikan latihan soal.
Tidak semua sekolah mempunyai siswa dengan rata-rata kemampuan dasar yang baik.
Banyak hal yang menyebabkan kemapuan dasar siswa kurang baik. Penyebab tersebut
antara lain dukungan orang tua, sarana-prasarana yang kurang, faktor guru, faktor motivasi
siswa, dan lain sebagainya. Namun demikian sekolah harus terus berusaha untuk
menjalankan misinya dalam mensukseskan wajib belajar dan mencapai tujuan belajar yang
menjadi tugasnya.
Mengajar pada sekolah yang baik, kemampuan dan motivasi siswa yang baik, hal
lainya juga mendukung, tentu akan memudahkan guru dalam melaksanakan pembelajaran.
Namun apapun keadaan sekolah dan siswa yang dihadapi, seorang guru dituntut
melaksanakan pembelajaran dengan segala kemampuan yang dimiliki.
Dalam mengatasi segala masalah yang berhubungan dengan pembelajaran dikelas,
gurulah pihak yang pertama kali harus berusaha mencari cara mengatasinya. Hal ini adalah
suatu yang wajar, karena guru adalah pihak pertama yang dapat merasakan adanya masalah
tersebut. Dalam usaha mengatasi masalah tersebut, guru dituntut untuk kreatif
memanfaatkan segala hal yang mungkin dilakukan. Kesigapan guru dalam mengatasi
masalah dalam pembelajaran diperlukan karena jika tidak segera diatasi, maka kesulitan
tersebut akan terus mempengaruhi pembelajaran materi berikutnya. Hal ini disebabkan
karena materi pelajaran yang cenderung berhubungan dengan materi-materi lainya, seperti
halnya pada mata pelajaran matematika.
Pada mata pelajaran matematika, keterkaitan antara materi yang satu dengan materi
yang lain, sangat jelas. Misalnya materi tentang pecahan, materi ini terkait dengan banyak
materi lain, misalnya operasi pada bentuk aljabar, aritmetika sosial, dan masih banyak
materi yang lain. Berdasarkan pengalaman penulis, banyak siswa yang salah dalam
menyelesaikan soal karena salah dalam melakukan operasi pecahan walaupun ia
memahami materi utamanya.
Kesulitan dalam belajar matematika ini juga dialami oleh siswa Kelas VI SD
Negeri 1 Sidodadi Lawang. Kesulitan tersebut antara lain dapat dilihat dari hasil ulangan
harian siswa pada materi bilangan bulat dimana terdapat 18 siswa yang tidak mencapai
KKM, dengan rata-rata nilai 59.87. Kesulitan ini juga terlihat ketika siswa mulai belajar
pecahan.
Kesulitan yang dialami siswa mendorong penulis untuk mancari jalan keluar
dengan tujuan agar siswa dapat mengikuti pembelajaran materi pecahan dengan baik. Jika
siswa dapat mengikuti pembelajaran dengan baik maka diharapkan siswa juga tidak akan
kesulitan memahami materi lain yang berhubungan dengan pecahan.
Pada materi pecahan, bagian yang sangat menentukan bagi siswa untuk dapat
memahami materi pecahan adalah menemukan pecahan senilai dengan mengali atau
membagi pembilang dan penyebut dengan bilangan yang sama, mengurutkan pecahan dan
merubah pecahan dari bentuk yang satu ke bentuk yang lain. Materi-materi tersebut
penting mengingat materi tersebut sangat menentukan kemampuan siswa dalam melakukan
operasi penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian pada pecahan.
Salah satu cara yang tepat untuk meningkatkan kemampuan siswa memahami
materi pecahan adalah membuat pembelajaran yang menyenangkan dan menantang bagi
siswa. Hal ini dapat dilakukan dengan cara membuat pembelajaran dengan sisipan
permainan di dalamnya. Pilihan ini didasarkan pada pendapat bahwa usia siswa khususnya
kelas VII adalah usia bermain. Permainan yang dimaksud adalah permainan CERDAS
CERMAT, yang sebenarnya adalah sekumpulan soal pecahan yang dikemas sebagai Puzzle.
Dengan kemasan soal sebagai permainan diharapkan siswa senang berlatih soal secara
sadar maupun dengan tujuan memecahkan persoalan Puzzle itu sendiri.
Agar tujuan untuk melaksanakan pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa
dapat tercapai, maka langkah menggunakan permainan tersebut dirasa belum cukup.
Karena itu, maka diperlukan pemilihan model/pendekatan pembelajaran yang tepat.
Sehingga penulis berusaha mencari pendekatan/model pembelajaran yang memungkinkan
siswa saling membantu dalam memahami materi. Di samping itu, model/pendekatan
tersebut harus dapat memunculkan rasa kebersamaan dan persaingan, sehingga hasil yang
diperoleh lebih baik. Salah satu pendekatan yang menurut penulis dapat memenuhi
tuntutan tersebut adalah pembelajaran kooperatif tipe TGT.
Mengingat hal tersebut di atas penulis berkeinginan melakukan suatu penelitian
yang berbentuk penelitian tindakan kelas dengan judul: ” Upaya Meningkatkan Prestasi
Belajar Siswa Mata Pelajaran Matematika Materi Pecahan Dengan Pembelajaran
Kooperatif Tipe Tgt (Teams Games Tournaments) Berbasis Permainan “Cerdas Cermat”
Oleh Siswa Kelas Vi Sd Negeri 1 Sidodadi Lawang Kab. Malang.

B. Perumusan Masalah
Permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
”Apakah pembelajaran matematika Dengan Kombinasi Pembelajaran Kooperatif TGT Dan
Permainan CERDAS CERMAT dapat meningkatkan hasil belajar siswa Kelas VI SD
Negeri 1 Sidodadi Lawang untuk materi pecahan?”.
Masalah di atas akan diuraikan sebagai berikut:
1. Bagaimana hasil belajar siswa pada materi pecahan jika pembelajaran dilakukan
dengan Dengan Kombinasi Pembelajaran Kooperatif TGT Dengan Permainan
CERDAS CERMAT?
2. Bagaimana peningkatkan aktifitas siswa jika pembelajaran materi pecahan
dilakukan dengan Dengan Kombinasi Pembelajaran Kooperatif TGT Dan
Permainan CERDAS CERMAT ?
3. Bagaimanakah respon siswa terhadap pembelajaran matematika Dengan Kombinasi
Pembelajaran Kooperatif TGT Dan Permainan CERDAS CERMAT?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan utama penelitian tindakan kelas ini adalah mengetahui apakah pembelajaran
matematika dengan Dengan Kombinasi Pembelajaran Kooperatif TGT Dan Permainan
CERDAS CERMAT dapat meningkatkan hasil belajar siswa Kelas VI SD Negeri 1 Sidodadi
Lawang dalam melakukan operasi pecahan.
D. Batasan Penelitian
Sebagaimana yang diuraikan dalam latar belakang, maka pecahan yang akan
dibahas pada penelitian ini adalah: menemukan pecahan yang senilai dengan cara mengali
atau membagi pembilang dan penyebut dengan bilangan yang sama, mengurutkan pecahan,
dan mengubah pecahan dari bentuk yang satu ke bentuk yang lainnya.
E. Manfaat Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas ini diharapkan dapat memberikan manfaat terutama bagi
siswa sebagai tujuan utama, namun penelitian ini diharapkan memberi manfaat bagi guru,
sekolah dan pihak-pihak lainnya. Manfaat yang diharapkan diperoleh adalah sebagai
berikut.

1. Manfaat bagi siswa.


Dengan pembelajaran yang tepat dan menyenangkan diharapkan kesulitan siswa
dapat dihilangkan atau dikurangi, sehingga siswa dapat memahami materi pecahan
dengan baik. Dengan pemahaman tersebut diharapkan siswa dapat mempelajari
materi yang berkaitan dengan pecahan dengan lebih lancar.
2. Manfaat bagi Guru
Penelitian ini dapat dipertimbangkan sebagai masukan dalam mengatasi
permasalahan siswa pada kesempatan berikutnya.
3. Peneliti selanjutnya
Sebagai pertimbangan untuk melakukan penelitian-penelitian yang berkaitan
dengan pecahan pada umumnya serta pecahan pada khususnya serta latar belakang
siswa yang hampir sama.
F. Batasan Istilah
Untuk menghindari kesalahan penafsiran, maka pada karya tulis ini, penulis
membatasi pengertian istilah-istilah berikut ini.
1. CERDAS CERMAT :
Suatu permainan dalam bentuk Puzzle yang berisi pertanyaan-pertanyaan tentang
pecahan. Jika siswa benar menjawabnya, maka pada bagian belakang Puzzle akan
tersusun suatu gambar/pola geometri yang benar, namun jika salah gambar
tersebut akan terlihat berapa bagian yang tidak pada tempatnya. Banyak bagian
puzzle yang salah tempat menandakan banyaknya kesalahan yang dilakukan.
Terdiri dari 3 macam CERDAS CERMAT yang digunakan.
BAB II

KAJIAN KEPUSTAKAAN

Strategi dan Pendekatan Pembelajaran Matematika

Seorang guru matematika, di samping harus menguasai materi pelajaran


matematika, ia juga harus mampu merencanakan dan melaksanakan pembelajaran
matematika dengan baik, dalam arti peserta didiknya benar-benar dapat memahami
matematika sesuai dengan jenjang sekolahnya. Untuk itu, ia perlu mengenal dan
melaksanakan dengan baik berbagai pedoman tentang: 1) strategi, 2) pendekatan,
3) metode dan 4) teknik pembelajaran (Soedjadi, 1999: 100).
Pendekatan Pembelajaran Matematika
Ruseffendi (1988: 240), mengemukakan bahwa pendekatan pembelajaran
adalah suatu jalan, cara atau kebijakan yang ditempuh guru atau siswa dalam
pencapaian tujuan pembelajaran dilihat dari sudut bagaimana proses atau materi
pembelajaran itu, umum atau khusus dikelola.
Sementara itu Soedjadi (1999: 102), mengklasifikasikan pendekatan
pembelajaran matematika menjadi dua, yaitu:
1. Pendekatan materi (material approach), yaitu proses penjelasan topik
matematika tertentu menggunakan materi matematika lain.
2. Pendekatan pembelajaran (teaching approach), yaitu proses penyampaian
atau penyajian topik matematika tertentu agar mempermudah siswa
memahaminya.
Dalam tulisan ini, pendekatan diartikan sebagai pendekatan pembelajaran
yang berupa cara penyampaian/penyajian bahan ajar atau proses pembelajaran
secara keseluruhan.
Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif
Terdapat beberapa ciri-ciri yang dapat membedakan pembelajaran
kooperatif dibanding pembelajaran lainnya. Ibrahim (2000: 6) menyatakan bahwa
ciri-ciri pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut.
1. Siswa bekerja dalam kelompok untuk menuntaskan materi belajarnya.
2. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi,
sedang ,dan rendah. Dengan bekerjasama diharapkan motivasi siswa
dapat muncul dan meningkat karena adanya saling memberi
dukungan antar sesama anggota kelompok. Di samping hal tersebut
gagasan atau kesulitan bertanya, akan terbantu dengan kerja
kelompok dan komunikasi dalam kelompok. Dengan demikian
penulis merasa bahwa model pembelajaran kooperatif sesuai untuk
meningkatkan motivasi belajar siswa.
Team Game Tournament (TGT)
Menurut Ratumanan (2002: 115) pembelajaran kooperatif tipe team games
tournament (TGT) adalah suatu pembelajaran di mana setelah kehadiran guru,
siswa pindah ke kelompoknya masing-masing untuk mendiskusikan dan
menyelesaikan pertanyaan-pertanyaan atau masalah yang diberikan guru. Sebagai
ganti tes tertulis setiap siswa akan bertemu seminggu sekali pada meja turnamen
dengan dua rekan dari kelompok lain untuk membandingkan kemampuan
kelompoknya dengan kelompok yang lain.
1. Tinjauan Umum
TGT terdiri dari 4 komponen utama: a. Presentasi Kelas, b. Kerja Tim,
c.Turnamen, d. Penghargaan Tim.
2. Tahap Persiapan.
Sebelum kita dapat melaksanakan pembelajaran dengan TGT ada
beberapa hal yang harus dipersiapkan.
Hal-hal tersebut antara lain:
a. Memilih materi yang akan diajarkan.
b. Membentuk kelompok/tim 4 atau 5 anggota)
c. Menyiapkan kartu turnamen
d. Menyiapkan lembar skor permainan
3. Kegiatan TGT
Kegiatan TGT terdiri dari : 1) Presentasi Kelas/Mengajar, 2)
Belajar Kelompok/Tim, 3) Turnamen, 4) Penghargaan Tim.
a. Presentasi Kelas (Ideal 1 – 2 jam pelajaran)
Bahan ajar yang akan dipelajari melalui kegiatan ini, mula-
mula disajikan melalui presentasi kelas. Biasanya menggunakan
pembelajaran langsung, namun dapat juga melalui penemuan
kelompok. Pembelajaran ini harus benar-benar fokus pada unit
yang akan dipelajari dengan pembelajaran ini. Dengan cara ini
diharapkan siswa sungguh-sungguh berkonsentrasi karena dengan
begitu akan membantu mereka mengerjakan soal pada saat
permainan/turnamen dengan baik, dan skor mereka menentukan
skor tim. Hal yang penting untuk diingat bahwa seyogyanya
presentasi kelas juga berisi: 1). Pendahuluan, 2). Presentasi, 3).
Latihan Terbimbing.
1) Pendahuluan. Guru mengatakan pada siswa tentang apa yang
akan dipelajari dan alasan mengapa hal tesebut penting.
Bangkitkan rasa ingin tahu siswa dengan demonstrasi yang
mengundang pertanyaan, masalah kehidupan sehari-hari atau
cara lain. Secara singkat bahas ulang materi prasyarat.
2) Presentasi. Fokus pada makna bukan pada hafalan.
Demonstrasikan konsep-konsep atau keterampilan, beri/gunakan
contoh. Hal yang juga penting: sering mengakses
pemahaman /mengecek pemahaman dengan mengajukan banyak
pertanyaan. Selalu menjelaskan suatu jawaban itu benar atau
salah, kecuali sudah jelas benar. Berpindah secara cepat begitu
siswa telah menangkap ide utama tersebut. Pertahankan
momentum dengan tidak mengajukan pertanyaan yang kurang
perlu dan berpindah secara cepat jika telah dianggap
memungkinkan.
3) Latihan Terbimbing. Pada saat Latihan terbimbing, mintalah
seluruh siswa mengerjakan soal, contoh soal, membahas
jawaban atau pertanyaan-pertanyaan guru. Siswa diperbolehkan
(sudah) berdiskusi dalam kelompok/tim, untuk menyatukan
pendapat terhadap jawaban soal/pertanyaan guru, kemudian
menunjuk salah satu wakilnya untuk menyajikan kesepakatan
jawaban mereka.
4. Belajar Tim/Kerja Tim.
Tim tersusun atas 4 atau 5 orang yang mewakili heterogenitas kelas
(kemampuan akademik, jenis kelamin, suku, agama, dll). Tugas tim yang paling
mendasar adalah menyiapkan anggotanya agar dapat mengerjakan soal kuis dengan
baik. Siswa memiliki LKS dan Kunci jawaban yang dapat digunakan untuk latihan
keterampilan yang harus dipelajarinya dan dapat digunakan untuk mengakses/menilai
dirinya. Tiap tim cukup diberi 2 set soal dan jawaban, agar siswa dapat “dipaksa”
untuk bekerja dalam tim. Namun jika keadaan memaksa, misalnya baru pertama kali
bekerja dalam tim, maka guru harus mempunyai cadangan.
Jika siswa kurang/belum berpengalaman dalam kerja tim/kelompok maka
perlu dijelaskan arti kerja dalam tim. Aturan-aturan ini dapat didiskusikan dahulu dan
dituliskan pada papan tulis atau cetak untuk setiap tim. Aturan-aturan tersebut adalah:
a. Siswa harus memastikan bahwa teman sesama timnya telah mempelajari bahan
yang harus dipelajari.
b. Tidak seorang anggotapun selesai belajar, jika masih ada teman satu timnya
yang belum menuntaskan bahan yang dipelajari/memahami.
c. Bertanya dulu kepada semua teman sesama tim sebelum bertanya kepada guru.
d. Sesama anggota tim boleh saling berbicara asal dengan suara pelan.
Ada hal yang juga harus diperhatikan agar kerja tim atau kelompok dapat
berjalan secara lancar. Kelancaran tersebut dapat terjadi jika anggota tim
mengetahui aturan kerja dan memiliki rasa kebersamaan. Pengenalan Kerja
Tim antara lain sebagai berikut:
a. Mintalah siswa menyusun/mengatur meja bersama-sama.
b. Beri kesempatan tim untuk memilih nama kelompok.
c. Bagikan LKS dan kunci (2 untuk tiap kelompok). Mintalah mereka bekerja
secara berpasangan/atau bertiga. Jika ada soal mintalah mereka bekerja
secara individu dulu baru mengecek dengan mitranya. Jika ada siswa yang
tidak dapat mengerjakan soal maka teman satu timnya berkewajiban
membantunya. Jika soal berupa jawaban singkat maka mereka dapat saling
Tanya jawab dengan salah satu mitra memegang kunci jawaban (juga ikut
menjawab).
d. LKS adalah sarana belajar tidak sekedar diisi terus dikumpulkan, jadi siswa
perlu saling memeriksa dan menjelaskan jawaban, tidak sekedar
mencocokkan.
5. Turnamen (idealnya 1 pertemuan)
Ide utama: Siswa bertanding pada meja-meja turnamen tiga-tiga siswa
dengan kemampuan homogen. Bahan turnamen yang dibutuhkan: Lembar
permainan dan kunci lembar permainan, satu tumpuk kartu-kartu bernomor, 1
lembar skor permainan untuk tiap meja turnamen. Pada permulaan periode
turnamen, ajak siswa bersama-sama menggeser meja dan menempati meja
turnamen. Tugaskan pada seorang siswa untuk membagi satu lembar permainan,
satu lembar kunci jawaban, satu set kartu bernomor, satu lembar skor permainan
untuk tiap meja.
Penempatan siswa pada turnamen. Ide dasar penempatan siswa adalah
bahwa siswa berkompetisi dengan anggota kelompok lain yang mempunyai
kemampuan sama. Langkah yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:
Buat salinan lembar penempatan meja turnamen, memuat siswa dari
rangking tertinggi sampai dengan terendah. Hitung jumlah siswa, jika jumlahnya
habis dibagi tiga, maka tiap meja turnamen berisi 3 siswa, 3 siswa teratas pada
meja turnamen 1, 3 berikutnya pada meja 2 dst. Penamaan meja 1, 2 dst, hanya ada
dalam pikiran guru, untuk memanggilnya gunakan sebutan meja biru, meja coklat,
dst. Boleh juga memakai nama bunga atau buah atau binatang, dst. Jika jumlah
siswa tidak habis dibagi 3, maka akan ada meja dengan 4 anggota. Misalkan
jumlah siswa 29, maka jika dibagi 3 akan bersisa 2. Jadi meja 1 ada 4 siswa, meja
2 ada 4 siswa, meja 3 ada 3 siswa, dst.
Memulai permainan: masing-masing siswa dalam sebuah meja turnamen
menggambil sebuah kartu untuk menentukan pembaca pertama, yaitu siswa yang
mengambil kartu dengan nomor tertinggi. Permainan berlangsung menurut arah
jarum jam dari pembaca pertama. Selesai permainan mintalah siswa menghitung
skor yang mereka peroleh. Langkah berikutnya adalah mengisi lembar skor
permainan (nama, ti, skor). Berikutnya mentransfer skor yang mereka peroleh
menjadi poin, dengan aturan sebagai berikut.

Tabel 2.1 Penskoran untuk tim 4 orang

Tidak Kemba Kemba Kemba Kemba Kemba Kemba Kemba


ada r r r r Tiga r Tiga r r Dua
Skor Untuk Untuk Untuk Untuk Untuk Empat Pasang
Kemba Skor Skor Skor Skor Skor
r Tinggi Tenga Renda Tinggi Renda
h h h

Skor 60 50 60 60 50 60 30 50
tinggi

Skor 40 50 40 40 50 30 30 50
menenga
h

Skor 30 30 40 30 50 30 30 30
menenga
h

Skor 20 20 20 30 20 30 30 30
rendah

Untuk tim beranggota 4 (empat) Untuk tim beranggota 4

Tidak Kembar Kembar Kemb Kem Kem


Ada Untuk Untuk ar bar bar
Skor Skor Skor Tiga Empa Dua
Kembar Tinggi Rendah t Pasan
g

Skor 60 50 60 40 Skor 60 40
tinggi tinggi

Skor 40 50 30 40 Skor 20 40
menengah rendah

Skor 20 20 30 40
rendah

Penghargaan Tim
Ide Utama: Menghitung Skor Tim dan Menyiapkan Sertifikat dan bulletin.
Sesegera mungkin setelah usai turnamen tersebut, hitung skor tim dan siapkan
sertifikat tim atau siapkan tulisan hasil turnamen untuk diumumkan pada papan bulletin.
Penghargaan tim didasarkan pada rata-rata poin dalam sebuah tim. Panduannya adalah
sebagai berikut:

Tabel 2.2 Rata-Rata Poin Tim


No Rata- Rata Poin Tim Penghargaan

1 40 TIM BAIK

2 45 TIM HEBAT

3 50 TIM SUPER

Setelah beberapa periode (boleh juga setelah satu turnamen, penempatan siswa
disesuaikan. Siswa yang memperoleh peringkat bagus (terbaik pada sebuah meja
turnamen diikutkan pada meja turnamen yang lebih berat, siswa yang memperoleh poin
terendah, diturunkan ke meja yang lebih ringan).
Ide lain turnamen yang lebih sederhana adalah:
Kartu dua sisi, sisi atas adalah nomor, sisi bawah adalah soal. Siswa yang mempunyai
giliran pertama memilih kartu, diundi terlebih dahulu. Siswa yang memilih kartu bertugas
membaca soal dan mencocokkan jawaban dengan kunci ketika peserta turnamen lain pada
meja itu telah selesai mengerjakan. Siswa yang memilih kartu sendiri tidak perlu
mengerjakan. Kunci jawaban juga ditulis pada kartu-kartu, dengan bagian atas berupa
nomor sesuai soal. Kemudian giliran siswa berikutnya dan seterusnya.

Permainan CERDAS CERMAT

Permainan CERDAS CERMAT adalah permainan yang berupa Puzzle yang berisi
pertanyaan-pertanyaan tentang pecahan. Permainan ini pada dasarnya bertujuan untuk
meningkatkan motivasi siswa untuk berlatih soal-soal, terutama soal pecahan. Permainan
ini dibuat berdasarkan inspirasi yang berasal dari permainan Puzzle menyusun potongan-
potongan gambar menjadi suatu gambar utuh yang lebih besar.
Permainan ini dinamakan CERDAS CERMAT karena dalam bermain siswa tidak
berhadapan langsung dengan gambar, melainkan menghadapi rangkaian soal. Gambar/pola
sebenarnya berada pada balik rangkaian soal tersebut. Jika siswa mampu menjawab soal-
soal pecahan dengan benar, maka dengan sendirinya rangkaian potongan gambar akan
tersusun dengan benar. Untuk memeriksa jawaban mereka maka mereka dapat melihat
susunan Puzzle di balik lembar pertanyaan tersebut dengan meletakkan pada buku dan
membaliknya. Banyaknya jawaban salah dapat dihitung dengan menghitung potongan
Puzzle yang tidak berada pada tempatnya.
Bagian-bagian CERDAS CERMAT terdiri dari beberapa bagian. Bagian-bagian
tersebut antara lain sebagai berikut.
a. Bingkai / frame. Bingkai / frame ini terbuat dari karton. Bagian ini berfungsi sebagai
tempat meletakkan papan Puzzle.
b. Papan Puzzle. Papan Puzzle ini terbuat dari karton, bagian atas terdapat soal-soal
sedangkan bagian bawah terdapat gambar terbuat dari kertas foto. Pada bagian atas
papan Puzzle terdapat soal-soal yang harus dikerjakan siswa.
c. Potongan Puzzle terbuat dari karton.
Puzzle yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari tiga macam. Satu set Puzzle
untuk materi menemukan pecahan yang senilai, satu set untuk mengurutkan pecahan
dan satu set untuk mengubah bentuk pecahan dari bentuk satu ke bentuk yang lain,
CERDAS CERMAT ini dibuat sendiri oleh penulis.

Bilangan Pecahan dan Operasi pada Bilangan Pecahan

Beberapa ahli memberikan pengertian pecahan yang berbeda. Berikut dikemukakan


beberapa pengertian pecahan oleh beberapa ahli:
1. Marks, dkk (1958: 195) memperkenalkan empat konsep dasar yang
berhubungan dengan pecahan, yaitu:
a. Pecahan sebagai bagian dari keseluruhan (as part of a whole).
b. Pecahan sebagai bagian dari suatu kelompok (as part of a group).
c. Pecahan menunjukkan pembagian (as an indicated division).
d. Pecahan sebagai suatu perbandingan (as a ratio).
2. John F. Le Blanc (dalam Ruseffendi, 1979: 30) mengatakan bahwa pecahan
a
adalah simbol untuk bilangan rasional dalam bentuk b , dengan a,b bilangan
bulat (b  0).
3. Pandoyo, dkk (1993: 53) mengatakan bahwa pecahan adalah bilangan yang
a
dinyatakan sebagai b , dengan a,b bilangan bulat, b ≠ 0 dan b bukan faktor
dari a.
p
4. Junaidi, dkk (2002: 36) mengatakan bahwa setiap bilangan yang berbentuk q ,
dengan p, q bilangan bulat dan q ≠ 0 disebut pecahan.
Berorientasi pada pembelajaran pecahan di SLTP, maka pecahan diartikan sebagai
a
bilangan yang dapat dinyatakan dalam bentuk b , dengan a, b bilangan bulat dan b  0.
a
Memperhatikan bilangan a dan b pada pecahan b , dapat ditinjau beberapa hal berikut.
a
a. Jika a = 0 maka b adalah lambang pecahan untuk menyatakan bilangan 0
a
b. Jika b faktor dari a dan a  b maka b adalah lambang pecahan yang digunakan
untuk melambangkan bilangan bulat.
a
c. Jika b bukan faktor dari a maka b adalah lambang pecahan yang disebut:
1) Pecahan murni, jika a < b,
2) Pecahan campuran, jika a > b.
Dalam penelitian ini pecahan diartikan sebagai bilangan yang dapat
a
dinyatakan dalam bentuk b , dengan a, b bilangan bulat dan b  0.
Materi pecahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah: menemukan
pecahan yang senilai dengan cara mengali atau membagi pembilang dan penyebut dengan
bilangan yang sama, mengurutkan pecahan, dan mengubah pecahan dari bentuk yang satu
ke bentuk yang lainnya. Pemilihan ini didasarkan karena materi ini yang paling
menentukan kemampuan memahami materi pecahan pada umumnya. Misalnya kesalahan
1 2

dalam operasi penjumlahan pecahan seperti 2 5 yang sering dikerjakan sebagai
1 2 3

2  5 7 lebih disebabkan karena siswa tidak mampu menemukan pecahan yang senilai.
Siswa kelas VI SD Negeri Sidodadi I Lawang mengalami kesulitan dalam
memahami materi operasi pada bilangan bulat yang dapat dilihat dari nilai ulangan harian
yang hanya terdapat siswa mencapai KKM dari 35 siswa dengan rata-rata nilai 59.87 dan
ketuntasan klasikal.48.57%. Materi ini merupakan kesatuan dengan materi pecahan.
Penulis beranggapan jika siswa kesulitan dalam memahami materi bilangan bulat, maka ia
juga akan kesulitan dalam memahami materi pecahan. Hal ini terbukti pada pembelajaran
awal materi pecahan, dimana banyak siswa yang mengalami kesulitan.
Pembelajaran pecahan akan dilakukan dengan pembelajaran kooperatif tipe TGT
dan permainan CERDAS CERMAT. Dengan pembelajaran TGT siswa diharapkan saling
bantu-membantu dalam memahami pelajaran, muncul rasa kebersamaan terutama dalam
kelompok, muncul semangat belajar ditunjang adanya persaingan antar kelompok dalam
turnamen TGT. Agar siswa lebih bersemangat berlatih soal maka soal-soal latihan dikemas
dalam permainan yang dinamakan CERDAS CERMAT yang dikembangkan sebelumnya
oleh penulis.
Dengan adanya kerja sama saling bantu membantu, adanya persaingan (antar
kelompok) serta semangat berlatih soal yang dikemas dalam bentuk permainan, maka
diharapkan siswa dapat memahami materi pecahan. Dengan memahami materi pecahan
diharapkan hasil belajar siswa pada materi pecahan khusunya dan materi matematika
umumnya menjadi bagus.

2.1 Kerangka Berpikir


1. Kondisi awal
Siswa KELAS VI SDN 1 Sidodadi Lawang mengalami kesulitan dalam
memahami materi operasi pada bilangan bulat yang dapat dilihat dari nilai ulangan
harian yang hanya terdapat 17 siswa mencapai KKM dari 35 siswa dengan rata-rata
nilai 59.87 dan ketuntasan klasikal.48.57%. Materi ini merupakan kesatuan dengan
materi pecahan. Penulis beranggapan jika siswa kesulitan dalam memahami materi
bilangan bulat, maka ia juga akan kesulitan dalam memahami materi pecahan. Hal
ini terbukti pada pembelajaran awal materi pecahan, dimana banyak siswa yang
mengalami kesulitan.

2. Tindakan
Pembelajaran pecahan akan dilakukan dengan pembelajaran kooperatif tipe
TGT dan permainan CERDAS CERMAT. Dengan pembelajaran TGT siswa
diharapkan saling bantu-membantu dalam memahami pelajaran, muncul rasa
kebersamaan terutama dalam kelompok, muncul semangat belajar ditunjang adanya
persaingan antar kelompok dalam turnamen TGT. Agar siswa lebih bersemangat
berlatih soal maka soal-soal latihan dikemas dalam permainan yang dinamakan
CERDAS CERMAT yang dikembangkan sebelumnya oleh penulis.

3. Kondisi akhir
Dengan adanya kerja sama saling bantu membantu, adanya persaingan
(antar kelompok) serta semangat berlatih soal yang dikemas dalam bentuk
permainan, maka diharapkan siswa dapat memahami materi pecahan. Dengan
memahami materi pecahan diharapkan hasil belajar siswa pada materi pecahan
khusunya dan materi matematika umumnya menjadi bagus.

Dalam skema digambarkan sebagai berikut:

KONDISI AWAL

Siswa KELAS VI SDN 1 Sidodadi Lawang


mengalami kesulitan dalam memahami materi operasi
pada bilangan bulat yang dapat dilihat dari nilai
ulangan harian

TINDAKAN

Pembelajaran dengan TGT dan permainan CERDAS


CERMAT

KONDISI AKHIR YANG DIHARAPKAN

Siswa mampu memahami pembelajaran pecahan


dengan baik, hasil belajar siswa baik, siswa mampu
mengerjakan soal yang berhubungan dengan pecahan
Gambar 2.1 Skema Kerangka Berpikir

Hipotesis Tindakan
Hipotesis yang dirumuskan pada penelitian ini, yang didasarkan kerangka teori di
atas adalah sebagai berikut:
”Jika pembelajaran dilakukan dengan kombinasi pembelajaran dengan TGT dan
permainan ”CERDAS CERMAT” maka pembelajaran materi pecahan dapat dilakukan
dengan baik, siswa bekerja sama dan saling membantu dalam belajar, siswa bersemangat
berlatih soal karena soal dikemas dalam permainan, maka hasil belajar siswa menjadi
baik.”
BAB III
METODE PENELITIAN

Perencanaan Penelitian
Sesuai dengan pengaturan materi pada program semester, maka penelitian akan
dilakukan pada awal November yaitu minggu pertama sampai dengan minggu ketiga.
Materi tentang pecahan dipilih karena didasarkan hasil ulangan harian pada materi
sebelumnya dan mengingat pentingnya materi ini.
Subjek Penelitian
Subyek penelitian adalah siswa KELAS VI SD NEGERI 1 Sidodadi Lawang yang
berjumlah 35. siswa. Kelas ini dipilih karena pada kelas ini terdapat lebih banyak siswa
yaitu 28 siswa yang mengalami kesulitan terbukti banyaknya siswa yang tidak mencapai
KKM matematika yaitu 70 dibanding kelas paralel yang ada di lingkungan guslah sekolah
di sekitar.
Sumber Data
Sumber data utama dalam penelitian ini adalah lembar jawaban ulangan harian
siswa, angket respon siswa ,dan lembar observasi aktifitas siswa. Sumber data
lain/penunjang adalah catatan harian penulis dan catatan observer.
Alat dan Teknik Pengumpulan Data
Alat / instrumen yang akan dipakai untuk mengumpulkan data adalah sebagai
berikut :
1. Data aktivitas siswa dalam pembelajaran
Data aktivitas siswa dalam pembelajaran dikumpulkan dengan menggunakan
lembar pengamatan aktivitas siswa. Data diperoleh dari hasil pengamatan yang
dilakukan oleh 1 orang pengamat. Pengamat dilakukan terhadap siswa yang dipilih
sebagai sampel, terdiri atas 6 orang siswa. Enam orang siswa tersebut terdiri atas:
dua orang dari kelompok atas, dua orang dari kelompok bawah dan dua orang dari
kelompok tengah.
2. Data Respon Siswa
Respon siswa diperoleh dengan menggunakan instrumen angket respon siswa.
Setelah siklus berakhir, siswa diminta mengisi angket respon siswa.
3. Data Tentang Nilai Tes Hasil Belajar
Data tentang nilai tes hasil belajar dikumpulkan dengan menggunakan instrumen
tes hasil belajar. Tes diberikan pada akhir pembelajaran (setelah siswa selesai
mempelajari keseluruhan materi/ 1 siklus).
Validasi Instrumen
Agar data yang dikumpulkan lebih baik, maka perlu diadakan validasi instrumen
yang akan dipakai dalam penelitian. Validasi tersebut adalah sebagai berikut. :
1. Butir Soal untuk Tes dan Kuis
Butir soal untuk tes dan kuis diambil dari beberapa buku atau dari soal ulangan
semester yang telah diuji kelayakannya oleh forum MGMP dengan beberapa revisi.
Namun demikian untuk menjamin kesahihan soal dilakukan validasi ulang berupa
validasi ahli dan validasi sejawat. Validasi dilakukan dari segi isi, bahasa, bentuk
sajian. Validasi langsung tidak dapat dilakukan karena waktu yang tidak
memungkinkan. Kuis terlampir.
2. Angket Respon Siswa
Angket respon siswa diambil dari angket respon yang telah ada (telah
dikembangkan sebelumnya, namun dilakukan beberapa penyesuaian. Sebagaimana
soal tes dan kuis, angket respon siswa juga divalidasi dengan validasi ahli dan
sejawat. Lembar validasi angket siswa terlampir.
3. Lembar Observasi Aktivitas Siswa.
Lembar observasi aktivitas siswa yang digunakan adalah lembar aktivitas siswa
yang dikembangkan dengan beberapa penyesuaian. Namun demikian lembar
observasi ini juga divalidasi ulang oleh sejawat atau ahli.
Di samping ketiga alat/instrumen pengumpul data di atas, perangkat pembelajaran
yang digunakan juga divalidasi dengan validasi oleh sejawat dan ahli. Validasi dititik
beratkan pada kebenaran langkah TGT dan keterlaksanaannya. Yang bertindak sebagai
validator dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 3.1 Daftar Nama Validator
NO NAMA VALIDATOR KETERANGAN
1 Agustin Purnomowati, S.Pd.SD Guru Senior SDN Ardimulyo 03
2 Nur Aini, S.Pd Ketua KKG Wilayah Kepengawasan I
3 Erni,S.Pd, M.MPd Ketua KKKS wilayah kepengawasan I

Teknik Analisis Data


Analisa data dilakukan dengan analisis deskriptif. Analisis data tersebut dapat
diuraikan secara singkat sebagai berikut:
Analisis Data Aktivitas Siswa
Analisis data aktivitas siswa dalam pembelajaran dilakukan dengan persentase. Persentase
pengamatan aktivitas siswa yaitu frekuensi rata-rata setiap aspek pengamatan dibagi
dengan banyaknya frekuensi rata-rata semua aspek pengamatan dikalikan 100%.
Penentuan kriteria ketercapaian aktivitas siswa dalam setiap aspek berdasar pada waktu
ideal, berpedoman pada penyusunan RPP. Batas toleransi untuk masing-masing aspek tiap
pertemuan adalah 5%. Tiap aspek yang berada dalam rentang toleransi (tercapai) diberi
kategori baik, sedangkan aspek yang berada diluar rentang toleransi diberi kategori tidak
baik. Kriteria kategori baik untuk aktifitas siswa dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel. 3.2 Kriteria Waktu Aktifitas Ideal Berdasarkan Waktu Pada RPP.
Waktu
Baik Jika
No Aspek Ideal
(%)
(%)

1 Mendengarkan/memperhatikan penjelasan 29,3 -


34,3
guru. 39,3

2 Membaca buku/ LKS /tugas yang berkaitan


5,4 0,4 – 10,4
dengan pelajaran/menulis.

3 Mengerjakan (dalam kelompok/individu) 29,9 -


34,9
soal/tugas/perintah dari guru 39,9

4 Bertanya pada guru atau teman 12,2 7,2 – 17,2

5 Menjawab pertanyaan/menjelaskan atau


mendengarkan jawaban/pertanyaan 13,2 8,2 – 18,2
guru/teman.

6 Kegiatan lain yang tidak relevan dengan


0 0-5
pembelajaran
Analisis Data Respon Siswa
Data respon siswa diperoleh dengan angket respon siswa. Siswa diminta mengisi angket
respon siswa ketika satu siklus telah selesai dilaksanakan. Respon siswa disajikan dalam
bentuk prosentasi. Respon siswa dikatakan positif jika rata-rata persentase siswa yang
menyatakan sangat senang, senang, sangat semangat, semangat, sangat berminat, berminat,
sangat baik, baik lebih dari atau sama dengan 90%. Data respon siswa akan digunakan
untuk pertimbangan perbaikan pembelajaran pada siklus selanjutnya, disamping untuk
menjawab pertanyaan penelitian.
Analisis Data Nilai Tes Hasil Belajar
Nilai nilai tes hasil belajar/ulangan dilakukan dengan analisis pencapaian ketuntasan. Batas
ketuntasan adalah KKM Matematika kelas VII yaitu 74.
Indikator Kinerja
Kondisi akhir yang diharapkan setelah pelaksanaan penelitian adalah meningkatnya hasil
belajar siswa KELAS VI. Peningkatan hasil belajar akan dilihat dari peningkatan nilai
ulangan harian, aktifitas siswa dalam pembelajaran, serta hasil angket siswa. Pembelajaran
kooperatif tipe TGT dan permainan CERDAS CERMAT dikatakan mampu meningkatkan
hasil belajar siswa jika: 1) minimal 75% siswa mampu mencapai KKM yaitu 74; 2)
terdapat 5 dari 6 aktifitas siswa yang diamati berada pada kategori baik; 3) 85% siswa
memberi respon positif terhadap pembelajaran kooperatif tipe TGT dan permainan
CERDAS CERMAT.
Penelitian ini direncanakan terdiri dari 2 siklus. Langkah-langkah dalam siklus terdiri
dari:
1. Persiapan
Dalam rangka persiapan, peneliti menyiapkan RPP yang sesuai, soal kuis individu, soal
ulangan harian, lembar observasi aktifitas siswa, angket respon siswa, alat permainan
CERDAS CERMAT. Disamping itu peneliti berkoordinasi dengan guru yang bertindak
sebagai observer untuk mendiskusikan pembentukan kelompok/tim dan pengisian lembar
observasi aktifitas siswa.
2. Perencanaan Tindakan Siklus 1
Peneliti merencanakan kegiatan pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran Kooperatif
tipe TGT dan permainan CERDAS CERMAT (double step).
3. Rencana Pelaksanaan Siklus 1
Melaksanakan kegiatan sesuai dengan perencanaan tindakan siklus 1. Dalam pelaksanaan
ini dilakukan di KELAS VI.
4. Pengamatan dan pengambilan data dalam siklus 1
Pengamatan dilakukan oleh guru yang berlaku sebagai kolabolator yang membantu
melakukan pengamatan dengan berpedoman lembar observasi aktifitas siswa. Pada
pelaksanaan Ulangan harian pada akhir siklus dilakukan sendiri oleh peneliti. Angket
respon siswa diberikan diakhir kegiatan pembelajaran siklus 1.
5. Refleksi dalam siklus 1
Hasil pengamatan dan data yang diperoleh pada pelaksanaan tindakan siklus 1, akan
digunakan untuk menentukan apakah indikator kinerja telah tercapai. Jika belum tercapai,
maka akan dilakukan tindakan siklus ke 2. Data yang telah diperoleh digunakan untuk
perbaikan RPP, soal, perbaikan lain yang memungkinkan pencapaian indikator kinerja.
6. Siklus 2
Siklus 2 hanya akan dilakukan jika hasil tindakan pada siklus pertama tidak berhasil
mencapai indikator kinerja yang telah ditetapkan. Hasil refleksi pada siklus 1 dianalisis
dan dilihat pada aspek-aspek mana yang perlu perbaikan. Untuk selanjutnya dibuat
kembali perencanaan siklus 2, pelaksanaan siklus 2, dan pengamatan siklus 2 serta refleksi
siklus
Secara garis besar rancangan penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilakukan mengikuti
pada skema yang dikembangkan pada Kemmis & Taggart (Prayitno; 2007; 6). Pada model
ini tindakan dan pengamatan dijadikan satu. Hal ini sesuai dengan kenyataan bahwa kedua
hal tersebut tidak dapat dipisahkan. Dengan kata lain, kedua hal tersebut dilaksanakan
dalam satu kesatuan waktu. Dalam model ini, siklus diartikan sebagai untaian satu
perangkat yang terdiri dari satu komponen yaitu: perencanaan, tindakan, pengamatan, dan
refleksi. Bentuk desain dari Kemmis & Taggart dapat dilihat pada gambar berikut ini.
Perencanaan

Refleksi

Revisi Perencanaan

Refleksi

Tindakan

Dan Pengamatan

Anda mungkin juga menyukai