Anda di halaman 1dari 55

EFEKTIVITAS PENGAWASAN KEPALA MADRASAH DALAM

PENINGKATAN KEDISIPLINAN GURU DI MTS NEGERI 2


TANGGAMUS

PROPOSAL

Oleh:

VERA MONICA
NPM. 1911030218

Program Studi: Manajemen Pendidikan Islam

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG
TAHUN 1443H/2022M
EFEKTIVITAS PENGAWASAN KEPALA MADRASAH DALAM
PENINGKATAN KEDISIPLINAN GURU DI MTS NEGERI 2
TANGGAMUS

PROPOSAL

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Guna


Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd) Dalam Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan

Oleh:

VERA MONICA
NPM. 1911030218

Jurusan: Manajemen Pendidikan Islam

PembimbingI: Dr. H. Subandi, MM


PembimbingII: Dr. M. Kharis Fadillah, S. Pd.I., M. Pd.I

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG
TAHUN 1443H/2022 M

2
DAFTAR ISI

A. Penegasan Judul .....................................................................................1


B. Latar Belakang Masalah ........................................................................3
C. Fokus dan Sub Fokus Penelitian ...........................................................10
D. Rumusan Masalah ..................................................................................10
E. Tujuan Penelitian....................................................................................11
F. Manfaat Penelitian .................................................................................11
G. Kajian Terdahulu yang Relevan (Studi Pustaka) ................................12
H. Metode Penelitian ...................................................................................15
I. Kerangka Teoritik ..................................................................................23

1. Efektivitas Pengawasan.......................................................................23
a. Pengertian Pengawasan ................................................................23
b. Fungsi Pengawasan ......................................................................24
c. Jenis Pengawasan .........................................................................25
2. Kepala Madrasah ................................................................................25
a. Pengertian Kepala Madrasah ........................................................25
b. Peran dan Fungsi Kepala Madrasah .............................................27
3. Kepala Madrasah Sebagai Pengawas (Supervisor) ............................29
4. Kedisiplinan Guru ..............................................................................34
a. Pengertian Kedisiplinan ................................................................34
b. Indikator-Indikator Kedisiplinan ..................................................35
c. Supervisi dan Peningkatan Kedisiplinan Guru .............................37
OUTLINE

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

i
DAFTAR TABEL

Tabel 1 Hasil Prapenelitian ............................................................................6

Tabel 2 Data Guru Kelas VIII C MTs Negeri 2 Tanggamus ......................... 17

Tabel 3 Kisi-Kisi Pedoman Observasi ........................................................... 19

Tabel 4 Fungsi Utama Supervisi .................................................................... 33

ii
DAFTAR BAGAN

Bagan 1 Skema Model Analisis Data Interaktif Model Miles dan Huberman.21

Bagan 2 Tipe-Tipe Pengawasan ......................................................................24

iii
A. Penegasan Judul

Demi memudahkan pemahaman tentang judul proposal ini agar tidak

menimbulkan kekeliruan dan kesalahpahaman, maka peneliti terlebih dahulu

akan menguraikan secara singkat istilah-istilah yang terdapat dalam proposal

yang berjudul: “Efektivitas Pengawasan Kepala Madrasah Dalam

Peningkatan Kedisiplinan Guru Di MTs Negeri 2 Tanggamus”. Adapun

istilah-istilah yang perlu dijabarkan adalah sebagai berikut:

1. Efektivitas adalah ukuran berhasil tidaknya pencapaian tujuan suatu

organisasi mencapai tujuannya. Apabila suatu organisasi mencapai tujuan

maka organisasi tersebut telah berjalan dengan efektif.1 Maksud efektivitas

pada proposal ini ialah berhasil tidaknya pengawasan seorang Kepala

Madrasah dalam peningkatan kedisiplinan guru di MTs Negeri 2

Tanggamus.

2. Pengawasan dapat diartikan sebagai proses kegiatan monitoring untuk

meyakinkan bahwa semua kegiatan organisasi terlaksana seperti yang

direncanakan dan sekaligus juga merupakan kegiatan untuk mengoreksi

dan memperbaiki bila ditemukan adanya penyimpangan yang akan

menggangggu pencapaian tujuan.2 Pengawasan yang dimaksud adalah

mengawasi untuk memastikan kedisiplinan guru di MTs Negeri 2

Tanggamus.

1
Maya Mardiasmo, Perpajakan Edisi Revisi Tahun 2018, (Yogyakarta: ANDI, 2018), 134.
2
Latifa, dkk, Manajemen Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Paramu Ilmu, 2021), 258.

1
2

3. Kepala Madrasah adalah seorang pemimpin madrasah pada satuan

pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam meraih mutu

sekolah.3 Dalam hal ini Kepala Madrasah yang dimaksud ialah

Kepala/Pemimpin MTs negeri 2 Tanggamus.

4. Kedisiplinan adalah sikap kesediaan dan kerelaan seseorang untuk

mematuhi dan menaati norma-norma peraturan yang berlaku di

sekitarnya.4 Kedisiplinan yang dimaksud ialah kedisiplinan seorang guru

dalam melakukan aktivitas nya di MTs Negeri 2 Tanggamus.

5. Guru adalah pendidik, pengajar, pembimbing dan pengasuh peserta didik

yang akan melanjutkan pembangunan masyarakat dengan ilmu

pengetahuan dan peradaban budaya luhur untuk kemajuan dan

kesejahteraan bangsa dan negara di masa depan. 5 Guru yang dimaksud di

sini ialah guru MTs Negeri 2 Tanggamus.

Berdasarkan penjelasan beberapa istilah tersebut di atas, maka dapat

ditegaskan bahwa yang dimaksud dengan judul skripsi ini adalah untuk

melihat efektivitas pengawasan Kepala Madrasah dalam meningkatkan

kedisiplinan guru di MTs Negeri 2 Tanggamus. Melalui pengawasan Kepala

Madrasah ini diharapkan kedisiplinan guru di MTs Negeri 2 Tanggamus ini

dapat meningkat sesuai dengan yang diharapkan.

3
Diding Nurdin, Manajemen Mutu Sekolah Teori, Konsep dan Implementasi, (Bandung: PT
Refika Aditama, 2021), 65.
4
Edi Sutrisno, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta: Kencana, 2017), 86.
5
Diding Nurdin, Manajemen Mutu Sekolah Teori, Konsep dan Implementasi, 134.
3

B. Latar Belakang Masalah

UUSPN No. 20 Tahun 2003, ditegaskan bahwa pendidikan berfungsi,

yakni mengembangkan kemampuan membentuk watak serta peradaban bangsa

yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. pendidikan

membimbing peserta didik ke arah tujuan yang kita nilai tinggi. pendidikan

yang baik adalah usaha yang berhasil membawa seua peserta didik kepada

tujuan itu. Dalam fungsi pendidikan tersebut terdapat tiga unsur yang menjadi

fokus dari pengembangan fungsi pendidikan di Indonesia yaitu, (1)

mengembangkan kemampuan, (2) membentuk watak, dan (3) membentuk

peradaban bangsa yang bermartabat. Untuk memfungsikan pendidikan secara

proporsional, mesti dilakukan perbaikan pada semua level strategis, seperti

level kebijakan pendidikan dan level pengelolaan pendidikan.6

Pemimpin dan kepemimpinan di era globalisasi akan menghadapi

tuntutan yang semakin kompleks dan penuh ketidakpastian. Kondisi demikian

menuntut kapabilitias dan keterampilan pemimpin dalam mengelola

perubahan yang ada di lingkungan yang berdampak pada eksistensi

organisasi/lembaga melalui kepemimpinan yang efektif. Pada era globalisasi,

pemimpin dituntut untuk memiliki persepsi dan wawasan luas dalam

menghadapi kondisi real yang dihadapi oleh organisasi/lembaga.7

Program sekolah unggul ditandai dengan adanya komitmen dari

pimpinan lembaga untuk berupaya meningkatkan mutu tenaga kependidikan

6
Furtasan Ali Yusuf, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Depok: PT Rajagrafindo Persada, 2021),
11.
7
Ernie Tisnawati dan Donni Juni Priansa, Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi
(Membangun Organisasi Unggul Di Era Perubahan), (Bandung: PT Refika Aditama, 2018), 1.
4

(SDM) dari waktu ke waktu. Komitmen pimpinan untuk meningkatkan mutu

pendidikan di sekolah dengan meningkatkan profesionalisme tenaga

kependidikan. Untuk mewujudkan tujuan sekolah, manajemen tenaga

kependidikan sangat penting dikelola secara tepat, karena sumber daya

manusia sekolah memiliki peran yang amat strategis dalam memajukan dan

meningkatkan mutu sekolah.8

Kepemimpinan adalah tentang memengaruhi, memotivasi, dan

memungkinkan orang lain memberikan kontribusi pada efektivitas dan

keberhasilan organisasi dimana mereka menjadi anggota. Pepemimpin

menerapkan berbagai bentuk pengaruh, terutama persuasi dan taktik yang

berkaitan dalam membangun komitmen untuk memastikan bahwa pengikut

mempunyai motivasi dan kejelasan peran untuk mencapai tujuan spesifik.

Pemimpin juga mengatur lingkungan kerja, seperti mengalokasikan sumber

daya dan mengubah pola komunikasi, sehingga pekerja dapat mencapai sasara

organisasional lebih mudah.9

Secara sederhana seorang pemimpin dikatakan efektif apabila dapat

mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditentukan sebelumnya. Menurut

pendapat Colquitt, Le Pine, dan Wesson, efektivitas ditentukan oleh taktik

dalam cara pemimpin memengaruhi. Mereka memberikan 2 (dua) catatan

tentang pemimpin yang menggunakan taktik memengaruhi. Pertama, taktik

memengaruhi cenderung paling sukses apabila dipergunakan dalam

kombinasi. Kedua, taktik memengaruhi yang mempunyai kecenderungan


8
Diding Nurdin, Manajemen Mutu Sekolah Teori, Konsep dan Implementasi, 91.
9
Wibowo, Kepemimpinan Pemahaman Dasar, Pandangan Konvensional, Gagasan
Kontemporer, (Depok: PT Rajagrafindo Persada, 2020), 3.
5

paling sukses adalah yang sifatnya lebih lembut, softer. Pemimpin yang paling

efektif dalam memengaruhi orang lain pada umumnya akan bergantung pada

taktik lebih lembut, membuat permintaan yang tepat, dan memastikan taktik

yang dipergunakan sesuai.10

Keberhasilan pendidikan suatu sekolah banyak dipengaruhi beberapa

faktor diantaranya peserta didik, guru-guru, kepala madrasah, sarana-

prasarana dan masyarakat. Keberhasilan pendidikan dipengaruhi oleh

lingkungan peserta didik itu sendiri dan juga dipengaruhi oleh tenaga pendidik

(guru). Peranan guru didalam dunia pendidikan sangat menentukan tingkat

keberhasilan peserta didik pada saat proses belajar mengajar sehingga

mencapai tingkat pemahaman yang diharapkan oleh guru.11

Guru merupakan salah satu faktor penentu kesuksesan dalam proses

pembelajaran. Guru berperan sebagai pengelola proses pembelajaran, sebagai

fasilitator proses belajar mengajar, mengembangkan bahan ajar, dan

mengarahkan siswa-siswi untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditentukan.

Pendidikan yang dilaksanakan oleh guru dalam proses pembelajaran di

sekolah dan masyarakat memerlukan kompetensi dalam arti luas yaitu standar

kemampuan yang diperlukan untuk menggambarkan kualifikasi guru baik

secara kualitatif maupun kuantitatif dalam melandasi pelaksanaan tugasnya.

Kesadaran diri guru untuk senantiasa mengembangkan diri, menghasilkan

karya ilmiah dan karya inovatif yang bermanfaat bagi kemajuan di sekolah.12
10
Wibowo, Kepemimpinan Pemahaman Dasar, Pandangan Konvensional, Gagasan
Kontemporer, 21-23.
11
Aris Yulina, “Peran Kepala Madrasah Sebagai Supervisor Dalam Mengembangkan
Profesionalisme Guru Di MTs Negeri 1 Bandar Lampung”, (Skripsi,UIN Raden Intan Lampung:
Lampung, 2019), 4.
12
Diding Nurdin, Manajemen Mutu Sekolah Teori, Konsep dan Implementasi, 113-114.
6

Seorang pemimpin harus mampu menumbuhkan sikap disiplin terutama

disiplin diri, dalam kaitan ini seorang pemimpin harus membantu para

pegawainya agar dapat mampu mengembangkan pola dan meningkatkan

standar perilakunya serta melaksanakan peraturan sebagai alat untuk

menegakkan keadilan. Disiplin merupakan sesuatu yang penting untuk

menumbuhkan rasa hormat terhadap kewenangan dalam menanamkan kerja

sama serta menumbuhkan rasa hormat terhadap orang lain. 13 Menurut

Rusdinal dalam penanaman disiplin kepala sekolah dapat dengan mudah

menerapkan dan mengambil keputusan dalam mendisiplinkan guru yaitu

dengan cara sebagai berikut:

1. Membuat peraturan

2. Memberikan penghargaan

3. Memberikan hukuman

4. Konsistensi.14

Tabel 1
Hasil Pra Penelitian Efektivitas Pengawasan Kepala Madrasah Dalam
Meningkatkan Kedisiplinan Guru Di MTs Negeri 2 Tanggamus

No. Indikator Ya Tidak


1. Membuat Peraturan √
2. Memberi Penghargaan √
3. Memberikan hukuman √
4. Konsistensi √
Sumber: Wawancara Kepala Madrasah MTs Negeri 2 Tanggamus oleh Bapak Fathul Bari.

13
Zainal Aqib, Profesionalisme Guru Dalam Pembelajaran, (Bandung: YRAMA WIDYA,
2020), 108.
14
Nurlasmi, Upaya Meningkatkan Kedisiplinan Guru, (Yogyakarta: Kresna Bina Insan Prima,
2018), 56.
7

Kedisiplinan merupakan fungsi operatif dari manajemen sumber daya

manusia yang terpenting, karena semakin baik kedisiplinan guru maka akan

semakin baik pula tingkat prestasi kerja yang bisa tercapai. tanpa adanya

disiplin yang baik maka akan sulit bagi suatu organisasi untuk mencapai hasil

yang optimal. Kedisiplinan guru dalam melaksanakan tugas dapat

meningkatkan kelancaran aktivitas guru itu sendidi dalam melaksanakan

tugasnya, guru yang memiliki disiplin yang baik mencerminkan rasa besarnya

tanggung jawab terhadap tugas yang telah diberikan kepadanya. Bentuk

disiplin yang baik akan tercermin pada suasana di lingkungan sekolah apabila:

1. Tingginya kepedulian guru terhadap visi dan misi sekolah.

2. Tinggginya gairah semangat kerja dan inisiatif para guru dalam mengajar.

3. Besarnya rasa tanggung jawab untuk melaksanakan tugas dengan sebaik

mungkin.

4. Berkembangnya rasa memiliki dan rasa solidaritas yang tnggi dikalangan

guru.

5. Meningkatkan efisiensi dan produktivitas dalam bekerja.15

Guru dan kedisiplinan adalah dua sisi yang tidak dapat dipisahkan.

Karena tanpa adanya kedisiplinan yang ada di dalam diri seorang guru dalam

melaksanakan tugasnya maka tujuan mulia dari proses pembelajaran tidak

akan tercapai. sesuai degan perintah Allah dalam QS. An-Nisa ayat 59 yang

berbunyi:

15
Dwi Okta Herlintina, “Upaya Kepala Sekolah Dalam Mendisiplinkan Guru Di SD
Muhammadiyah 1 Bandar Lampung”, (Skripsi, UIN RIL: Lampung, 2021), 5-7.
8

“Hai orang-orang yang beriman. Taatilah Allah dan taatilah rasul


(Nya) dan ulil amri diatara kamu, kemudia jika kamu berlainan pendapat
tetang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al-Qur’an dan rasul
(sunahnya) jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian,
maka demikianlah itu lebih baik bagimu dan lebih baik akibatnya.” Qs. An-
Nisa [4]: 59.

Dari penggalan ayat di atas menjelaskan bahwa kedisiplinan adalah

patuh pada aturan-aturan dari Allah dan rasul-Nya. Kedisiplinan akan taat

pada peraturan tidak akan terasa berat apabila dilaksanakan dengan penuh

kesadaran dana mengetahui akan penting dan manfaat kedisiplinan tersebut.

Karena kemauan dan kesediaan untuk mematuhi disiplin tersebut datang pada

dalam diri sendiri bukan datang dari paksaan orang lain.16

Maka dari itu kedisiplinan guru perlu diperhatikan karena guru memiliki

tugas untuk melahirkan generasi penerus bangsa yang berilmu pengetahuan

dan berkepribadian yang baik. Jika kedisiplinan guru tidak diperhatikan maka

tujuan dalam pembelajaran pun tidak akan menjadi lebih baik. Menurut

Mangkunegara dan Octored disiplin kerja guru dapat diukur dari indikator

yaitu:

1. Ketepatan waktu datang ke tempat kerja

2. Ketepatan jam pulang ke rumah

3. Kepatuhan terhadap peraturan yang berlaku


16
Nurlasmi, Upaya Meningkatkan Kedisiplinan Guru, 56.
9

4. Penggunaan seragam kerja yang telah ditentukan

5. Tanggung jawab dalam mengerjakan tugas

6. Tepat waktu dalam melaksanakan tugas

Dalam hal ini peran kepala madrasah sebagai pengawas sangat penting

dalam menumbuhkan, meningkatkan kedisiplinan guru. Dalam hal ini upaya

yang harus dilakukan kepala madrasah adalah mengefektifkan pengawasan

untuk menambah dan meningkatkan kedisiplinan. Maka dari itu kedisiplinan

guru perlu diperhatikan karena guru memiliki tugas yang sangat mulia yaitu

untuk melahirkan generasi penerus bangsa yang berilmu pengetahuan dan

berkepribadian yang baik. Jika kedisiplinan guru tidak diperhatikan maka

tujuan dalam pengajaranpun tidak akan menjadi lebih baik.

Penegakkan tata tertib sekolah dalam rangka pembentukan budaya

disiplin di sekolah harus diawasi. Tanpa adanya pengawasan, kedisiplinan

akan sulit diterapkan di sekolah. Menurut Robins karakteristik utama yang

menjadi pembeda dari budaya organisasi adalah kontrol, jumlah peraturan dan

pengawasan langsung yang digunakan untuk mengawasi dan mengendalikan

perilaku pegawai. Kepala sekolah selalu mengawasi jalannya tata tertib di

sekolah sebagai upaya pembentukan budaya disiplin di sekolah. Segala hal

penting, dicatat dan kemudian dibahas pada kegiatan rutin.17

Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti berkeyakinan bahwa untuk

menjamin terpeliharanya tata tertib dan kelancaran tugas dan tanggung

jawabnya maka harus adanya peraturan yang dibuat untuk dapat tercapainya

17
Jejen Musfah, Manajemen Pendidikan Aplikasi, Strategi, dan Inovasi, (Jakarta:
Prenadamedia Group, 2018), 43-44.
10

tujuan sekolah. Melalui pengawasan kepala madrasah ini harapannya

permasalahan kedisiplinan guru di MTs Negeri 2 Tanggamus ini dapat

ditingkatkan melalui efektivitas pegawasan dari kepala madrasah MTs Negeri

2 Tanggamus, yang kemudian hendak penulis tuangkan dalam proposal yang

berjudul “Efektivitas Pengawasan Kepala Madrasah Dalam

Meningkatkan Kedisiplinan Guru Di MTs Negeri 2 Tanggamus”

C. Fokus dan Sub Fokus Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas peneliti tertarik

untuk melakukan penelitian yang fokus pada efektivitas pengawasan kepala

madrasah dalam meningkatkan kedisiplinan guru di MTs Negeri 2

Tanggamus. Sedangkan sub fokus pada penelitian ini ialah efektivitas kepala

madrasah dalam meningkatkan kedisiplinan guru di MTs Negeri 2

Tanggamus.

D. Rumusan Masalah

Sesuai dengan latar belakang, identifikasi dan batasan masalah yang

telah diuraikan, maka dirumuskan masalah pada penelitian ini, sebagai

berikut: “Bagaimana efektivitas pengawasan kepala madrasah dalam

meningkatkan kedisiplinan guru di MTs Negeri 2 Tanggamus?”

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah maka tujuan pengembangan, sebagai

berikut: “Untuk mengetahui efektivitas pengawasan kepala madrasah dalam

meningkatkan kedisiplinan guru di MTs Negeri 2 Tanggamus.”


11

F. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian efektivitas pengawasan kepala madrasah

dalam meningkatkan kedisiplinan guru di MTs Negeri 2 Tanggamus adalah

sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan

kontribusi pemikiran, pengetahuan, informasi dan sekaligus referensi yang

berupa bacaan ilmiah. Khususnya pengetahuan mengenai efektivitas

pengawasan kepala madrasah dalam meningkatkan kedisiplinan guru di

MTs Negeri 2 Tanggamus.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi acuan mendasar

khususnya bagi pihak sekolah MTs Negeri 2 Tanggamus dalam bidang

efektivitas pengawasan kepala madrasah dalam meningkatkan

kedisiplinan guru di MTs Negeri 2 Tanggamus.

G. Kajian Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu dijadikan titik acuan untuk penelitian yang akan

datang yang nantinya penelitian ini digunakan sebagai perbandingan hasil dari

peneliti diantaranya :

1. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa peran kepala madrasah sebagai

supervisor dalam mengembangkan profesionalisme guru di MTs Negeri 1


12

Bandar Lampung sudah terlaksana dengan baik, dibuktikan dengan

mengadakan penilaian guru dengan kunjungan kelas, memantau guru

untuk meningkatkan efektifitas pembelajaran, mengadakan pertemuan

dengan para guru baik secara individu maupun kelompok. Terdapat

persamaan antara peneliti dengan penulis yaitu membahas mengenai peran

kepala madrasah terhadap guru. Sedangkan perbedaan dalam penelitian ini

yaitu pada tempat penelitian di MTs Negeri 2 Tanggamus, dan pada yang

dikembangkan yaitu kedisiplinan guru.

2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa gambaran dari Peran Kepemimpinan

kepala madrasah dalam mendisiplinkan guru dan staff di MIN 9 Bandar

Lampung sudah berbagai upaya diterapkan oleh kepala sekolah mulai dari

kegiatan apel pagi, disetiap rapat dewan guru, dan dalam bentuk

kerjasama. Adapun peran kepemimpinan kepala madrasah dalam

mendisiplinkan guru dan staff yaitu mulai dari perencanaan tata tertib,

keteladanan, dan kinerja. Faktor penghambat peran kepala madrasah

dalam mendisiplinkan guru dan staff yaitu berasal dari background guru

itu sendiri karena memiliki kewajiban dalam rumah tangga, selain itu

faktor jarak sekolah yang jauh dari tempat tinggal. Terdapat persamaan

antara peneliti dengan penulis yaitu membahas mengenai kepala madrasah

dalam mendisiplinkan guru. Sedangkan perbedaan dalam penelitian ini

dengan penelitian terdahulu yaitu, tempat penelitian ini pada sekolah MTs

Negeri 2 Tanggamus.
13

3. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peraturan yang dibuat oleh kepala

sekolah dalam mendisiplinkan guru di SD Muhammadiyah 1 Bandar

lampung yang tertuang dalam integritas yang dibuat oleh kepala sekolah

sudah berjalan cukup baik, hal ini dapat dilihat dari tingkat kedisiplinan

guru dalam mengatur waktu baik melakukan kegiatan yang ada di sekolah

maupun pekerjaan yang diberikan kepada para guru. Persamaan penelitian

ini dengan penelitian penulis yaitu sama-sama membahasa tentang kepala

sekolah dalam mendisiplinkan guru. Sedangkan perbedaanya, dalam

skripsi penulis lebih spesifik kepada efektivitas pengawasan kepala

madrasah dalam meningkatkan kedisiplinan guru di MTs Negeri 2

Tanggamus.

4. Hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar guru sudah menerapkan

kedisiplinan dengan mematuhi peraturan yang berlaku di sekolah, dalam

pelaksanaan pengawasan kepala sekolah menjalin suasana hangat dengan

guru dan staf, kedekatan dan keterbukaan sehingga pelaksanaan

pengawasan terlaksana dengan efektif dan efesien, hambatan kepala

sekolah dalam pelaksanaan kedisiplinan guru di SMAN 1 Bukit yaitu

adanya kekhawatiran kepala sekolah terhadap guru yang tidak bisa

menerima perencanaan peningkatan dan perbaikan yang akan dilakukan

oleh kepala sekolah. Solusi dari hambatan ini yaitu ketegasan kepala

sekolah dalam penerapan peningkatan dan perbaikan terhadap kedisiplinan

guru.18 Adapun persamaan dengan penelitian ini ialah sama sama


18
Dina Dara Yani, “Efektivitas Pengawasan Kepala Sekolah Dalam Peningkatan
Kedisiplinan Guru Di SMA Negeri 1 Bukit Bener Meriah”, (Skripsi UIN Ar-Raniry: Aceh, 2019),
ii.
14

membahas efektivitas pengawasan kepala sekolah dalam peningkatan

keidsiplinan guru, sedangkan perbedaan nya terdapat pada objek dan

tempat penelitian nya yaitu, guru di MTs Negeri 2 Tanggamus.

5. Hasil penelitian diketahui bahwa implementasi strategi kepala sekolah

dalam menegakkan kedisiplinan guru adalah melakukan penjabaran

strategi-strategi yang telah dirumuskan dalam bentuk kegiatan-kegiatan.

Evaluasi yang dilakukan adalah dengan melakukan supervisi pendidikan

terhadap para guru.19 Adapun persamaan dengan penelitian ini ialah sama

sama membahas tentang Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Disiplin

Guru. Fokus penelitian pada artikel dan skripsi diatas ada kesamaan,

namun subtansi yang diajukan peneliti dalam skripsi ini berbeda. Pada

skripsi ini peneliti mencoba mencari tahu mengenai efektivitas kepla

madrasah dalam meningkatkan kedisiplinan guru. Selain itu objek

penelitian pada skripsi ini berbeda dengan artikel dan skripsi diatas yaitu

di MTs Negeri 2 Tanggamus. Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat

diketahuai bahwa judul skripsi yang diajukan peneliti memiliki perbedaan

subtansi dan objek penelitian dengan artikel dan skripsi diatas.

H. Metode Penelitian

1. Jenis dan Sifat Penelitian

a. Jenis Penelitian

Dilihat dari jenisnya, maka penelitian ini termasuk penelitian

kualitatif, yaitu suatu penelitian ilmiah yang bertujuan untuk

19
Widya Intan Sari, “Strategi Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Disiplin Guru”, Manajer
Pendidikan, Volume 11 Nomor 3, (Maret 2017): 239, https://doi.org/10.33369/mapen.v11i3.3253
15

memahami fenomena dalam konteks sosial secara alamiah dengan

mengedepankan proses interaksi komunikasi yang mendalam antara

peneliti dengan fenomena diteliti.20 Dalam prosesnya, penelitian ini

mengangkat data dan permasalahan yang ada di lapangan dalam hal

ini adalah mengenai efektivitas pengawasan kepala madrasah dalam

mendisiplinkan guru di MTs Negeri 2 Tanggamus. Adapun lokasi

penelitian yang dilakukan penulis adalah di MTs Negeri 2 Tanggamus.

b. Sifat Penelitian

Sifat dari penelitian ini adalah deskriptif. Penelitian deskriptif

adalah penelitian yang berusaha menganalisis suatu gejala, peristiwa,

kejadian yang terjadi saat sekarang dan memusatkan perhatian pada

masalah aktual sebagaimana adanya pada saat penelitian

berlangsung.21 Penelitian ini menggambarkan secara objektif tentang

efektivitas pengawasan kepala madrasah dalam meningkatkan

kedisiplinan guru di MTs Negeri 2 Tanggamus.

2. Sumber Data

Dalam penelitian ini data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan

data sekunder sebagai berikut :

a. Data primer

20
Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif Paradigma Baru Ilmu Komunikasi Dan
Ilmu Sosial Lainnya, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2018), 8.
21
Juliansyah Noor, Metodologi Penelitian, (Jakarta : Kencana. 2017), 34-35.
16

Data primer merupakan data utama diperoleh dan dikumpulkan

oleh peneliti secara langsung dari kegiatan penelitian yang dilakukan.

Menurut Nasution (1988) “Dalam penelitian kualitatif, tidak ada

pilihan lain daripada menjadikan manusia sebagai instrumen penelitian

utama.22 Sumber data primer yang akan diambil dalam penelitian ini

adalah kepala sekolah, guru dan siswa MTs Negeri 2 Tanggamus. Data

primer didasarkan atas pertimbangan bahwa kepala sekolah

merupakan pimpinan sekaligus yang bertanggung jawab penuh dalam

setiap kegiatan di sekolah tersebut dan sangat berperan dalam

pengambilan data ini.

Penentuan guru didasari atas beberapa pertimbangan. Melalui

informasi yang diperoleh dengan cara wawancara dengan 1 orang

kepala madrasah selaku pemimpin madrasah, 17 guru dan 36 siswa

kelas VIII C diambil dari seluruh jumlah guru sebanayak 52 guru dan

siswa sebanyak 145 siswa kelas VIII di MTs Negeri 2 Tanggamus,

terkait efektivitas pengawasan kepala madrasah dalam meningkatkan

kedisiplinan guru di MTs Negeri 2 Tanggamus.

Berdasarkan atas kepentingan peneliti hanya mengambil

mengambil beberapa informan yang tepat untuk dijadikan sampel

dengan kriteria sebagai berikut:

1. Guru tersebut adalah guru tetap di MTs Negeri 2 Tanggamus.

22
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Kuantitaif, Kualitatif, Kombinasi, R&D dan
Penelitian Pendidikan), (Bandung: Alfabeta, 2021), 408.
17

2. Guru kelas atau yang selalu terlibat dalam kegiatan di sekolah dan

dalam proses pembelajaran..

Untuk memperoleh data, peneliti mengambil beberapa orang

yang tepat untuk dijadikan informan untuk diwawancarai sebagai

berikut:

Tabel 2
Data Guru Kelas VIII MTs Negeri 2 Tanggamus

No. Nama Jabatan

1. Nurzaman, S. Ag, M. Pd. I Kepala Madrasah

2. Muhammad Shokhiful Ansor, S. Pd Wali Kelas VIII A

3. Yuliati, S. Pd Wali Kelas VIII B

4. Yetmawati, S. Pd Wali Kelas VIII C

5. Sri Sumartini, S. Pd Wali Kelas VIII D

6. Meilispa, S. Pd Wali Kelas VIII E

7. Ratia Hesti Putridenanti, S. Pd Wali Kelas VIII F

8. Vivi Hardiana, S. Pd Wali Kelas VIII G

9. Mega Triwulansari, S. Pd. Wali Kelas VIII Reguler

Sumber: Kepala TU MTs Negeri 2 Tanggamus

b. Data Sekunder.

Data sekunder merupakan sumber yang tidak langsung

memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain


18

atau lewat dokumen.23 Dalam penelitian ini data sekunder akan

mendapatkan mengenai profil sekolah MTs Negeri 2 Tanggamus,

struktur, visi, misi dan lain-lain. Data sekunder diperoleh dari sumber

buku, website, untuk mendukung penelitian ini.

3. Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini metode atau alat pengumpul data yang

digunakan untuk menghimpun data antara lain adalah metode observasi,

wawancara, dan dokumentasi.

a. Observasi

Observasi adalah pengamatan yang dilakukan secara sengaja,

sistematis mengenai fenomena sosial dengan gejala-gejala psikis untuk

kemudian dilakukan pencatatan. Observasi sebagai alat pengumpul

data dapat dilakukan secara spontan dapat pula dengan daftar isian

yang telah disiapkan sebelumnya. Dari pengertian diatas dapat

disimpulkan bahwa observasi adalah proses mengumpulkan data

langsung dari lapangan menggunakan pencatatan fenomena yang

dilakukan secara sistematis.24 Berikut kisi-kisi pedoman observasi

mengenai efektivitas pengawasan kepala madrasah dalam

mendisiplinkan guru di MTs Negeri 2 Tanggamus.

Tabel 3
Kisi-Kisi Pedoman Observasi

No Objek Observasi Kegiatan Observasi


.

23
Ibid., 410.
24
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D, (Bandung: Alfabeta,
2017), 145.
19

1. Kepala Sekolah 1. Membuat peraturan

2. Memberikan penghargaan

3. Memberikan hukuman

4. Konsistensi

2 Guru 1. Ketepatan waktu datang ke tempat kerja

2. Ketepatan jam pulang ke rumah

3. Kepatuhan terhadap peraturan yang berlaku

4. Penggunaan seragam kerja yang telah

ditentukan

5. Tanggung jawab dalam mengerjakan tugas

6. Tepat waktu dalam melaksanakan tugas.

b. Wawancara

Metode wawancara yaitu teknik pengumpulan data dengan cara

berkomunikasi, bertatap muka yang disengaja, terencana, dan

sistematis antara pewawancara (interviewer) dengan individu yang

diwawancarai (interviewer). Wawancara adalah pertemuan dua orang

untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat

dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu. 25 Adapun

responden yang penulis wawancarai yaitu kepala madrasah, guru dan

siswa. Jadi metode wawancara yang digunakan adalah menggunakan

wawancara tidak terstruktur yang menjadi pendukung.

25
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Kuantitaif, Kualitatif, Kombinasi, R&D dan
Penelitian Pendidikan), 418.
20

c. Dokumentasi

Metode dokumentasi adalah teknik mencari data mengenai hal-hal

variabel yang berupa catatan atau dokumen, surat kabar dan

sebagainya. Metode dokumentasi menjadi pendukung dari penggunaan

metode observasi dan wawancara pada penelitian. Sehingga hasil

penelitian akan lebih kredibel/dapat dipercaya karena didukung dengan

dokumen-dokumen yang sesuai dengan data yang dibutuhkan. 26 Data

yang diambil dalam penelitian ini meliputi data guru dan siswa, profil

sekolah MTs Negeri 2 Tanggamus, struktur organisasi dan hal lain

yang terdapat di sekolah MTs Negeri 2 Tanggamus.

1. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis

data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan

dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori,

menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam

pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat

kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri ataupun orang

lain.27 Menurut Miles dan Huberman aktivitas dalam analisis data kualitatif

dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus-menerus sampai

tuntas, sehingga data sudah jenuh. Analisis data model interaktif ini

memiliki tiga komponen, yaitu pada gambar 1 sebagai berikut:

Bagan 1

26
Ibid., 430.
27
Ibid., 436.
21

Skema Model Analisis Data Interaktif


Model Milles dan Huberman

Sumber: Sugiyono, 2017: 336.

Berdasarkan gambar diatas dengan model Miles dan Huberman,

maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Data collection (pengumpulan data)

Mengumpulkan data dari sumber data dalam hal ini guru, siswa,

dan kepala madrasah MTs Negeri 2 Tanggamus melalui teknik

wawancara dan observasi serta dokumentasi.

2. Data reduction (reduksi data)

Melakukan analisis data dengan cara merangkum, memilih hal-

hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dan

membuat kategori sehingga memberi gambaran yang jelas serta

mempermudah peneliti dalam menganalisis data sesuai dengan tujuan

penelitian. Pada analisis tahap pertama penulis melakukan

pengkodean. Kemudian penulis memilih catatan lapangan tersebut

mana yang dibuang dan diambil yang sesuai dengan tujuan

penelitian.28

3. Data display (penyajian data),


28
Ibid., 440.
22

Mengorganisasikan data, membuat ke dalam pola, membuat

uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori. Data yang disajikan

adalah data yang sudah melalui trianggulasi dari berbagai sumber data

yang ditampilkan, artinya data yang dianggap konsisten dari berbagai

sumber penelitian ini. Dalam hal ini Milles dan Huberman menyatakan

“the most frequent from of display data for qualitative research data in

the past has been narrative text” artinya yang paling sering digunakan

untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks

yang bersifat naratif (bercerita).

4. Data conclution/drawing/verifiying (kesimpulan dan verifikasi),

Menarik kesimpulan sementara, sehingga memungkinkan

verifikasi selama penelitian berlangsung. Tahapan ini dilakukan secara

bersamaan, sehingga pengumpulan dan analisis data selalu berjalan

dalam waktu yang bersamaan. Simpulan dari penelitian harus sesuai

dengan hal-hal berikut: tema/topik dan judul penelitian, tujuan

penelitian, pemecahan permasalahan, data-data dalam penelitian,

temuan-temuan dari hasil analisis data dalam penelitian dan teori/ilmu

yang relevan.29

I. Kerangka Teoritik
1. Efektivitas Pengawasan
a. Pengertian Efektivitas Pengawasan

29
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Kuantitaif, Kualitatif, Kombinasi, R&D dan
Penelitian Pendidikan), 417.
23

Pengawasan dapat diartikan sebagai proses kegiatan monitoring

untuk meyakinkan bahwa semua kegiatan organisasi terlaksana seperti

yang direncanakan dan sekaligus juga merupakan kegiatan untuk

mengoreksi dan memperbaiki bila ditemukan adanya penyimpangan

yang akan menggangggu pencapaian tujuan.30 Dalam praktik

pendidikan di sekolah atau madrasah, pengawasan merupakan aktivitas

manajerial yang sangat penting. Setidaknya ada tiga faktor mengapa

aktivitas manajerial pengawasan dianggap penting. Pertama, faktor

accountability, kedua terletak pada rapidity of change, dan ketiga,

terletak pada complexity today’s organization.31

Kepemimpinan kepala sekolah adalah cara atau usaha kepala

sekolah dalam memengaruhi, mendorong, membimbing,

mengarahkan, dan menggerakkan guru, staff, siswa, orang tua siswa,

dan pihak lain yang terkait untuk bekerja/berperan serta guna

mencapai tujuan yang ditetapkan. Singkatnya bagaimana cara kepala

sekolah untuk “membuat” orang lain bekerja untuk mencapai tujuan

sekolah. Menurut para ahli, ada 3 tipe dasar kepemimpinan, yaitu: (a)

otoriter, (b) demokratis, (c) laises faire. Dari ketiga tipe tersebut,

timbul tipe kepemimpinan lainnya, misalnya tipe instruktif,

konsultatif, partisipatif, dan delegatif.32

Bagan 2
Tipe-Tipe Pengawasan

30
Latifa, dkk, Manajemen Pendidikan Islam, 258.
31
Furtasan Ali Yusuf dan Budi Ilham Maliki, Manajemen Pendidikan, 89.
32
Zainal Aqib, Profesionalisme Guru Dalam Pembelajaran, 108.

Feedforward Control Concurrent Control Feedback Control


24

Kegiatan belum Kegiatan sedang Kegiatan telah


dilaksanakan dilaksanakan dilaksanakan

Sumber: (Iswandir Iwan, 2021: 69.)33

b. Fungsi Pengawasan

Menurut Donn pengawasan mempunya empat fungsi, yaitu:

1. Fungsi eksplanasi, menjelaskan bagaimana kegiatan dilakukan,

meliputi hambatan dan kesulitan serta alasan adanya perbedaan

hasil kegiatan.

2. Fungsi akuntansi, dilakukan auditing terhadap penggunaan sumber

daya dan tingkat output yang dicapai. Hal ini bermanfaat untuk

melakukan program lanutan atau bahkan untuk pengembangan

program.

3. Fungsi pemeriksaan, mengkaji kesesuaian pelaksanaan kerja nyata

dengan rencana.

4. Fungsi kepatuhan, mulai sejauh mana ketaatan personal dengan

aturan, sehingga dapat (compliance) diketahui tingkat

kedisiplinannya.34

c. Jenis Pengawasan

Jenis pengawasan yang lazim dilakukan di lembaga pendidikan

33
Iswandir Iwan, “Dasar-Dasar Proses Pengawasan Dalam Organisasi”, JSI (Jurnal Sistem
Informasi, Volume 1 Nomir 1, (April 2021): 69. https://doi.org/10.35968/jsi.v1i1.34
34
Furtasan Ali Yusuf dan Budi Ilham Maliki, Manajemen Pendidikan, 91.
25

(sekolah) pada umumnya meliputi:

a. Pengawasan yang dilakukan oleh kepala sekolah sebagai top leader

dan supervisor di sekolah. Hal ini dilakukan sebagai upaya

pengabdian, agar pimpinan bisa memonitor efektivitas proses

manajemen dan dapat mengambil tindakan korektif sesuai

kebutuhan.

b. Pengawasan yang dilakukan oleh seorang penilik atau pengawas

sekolah sebagai pengawas fungsional, yaitu melaksanakan

pembinaan terhadap personal sekolah, agar profesional dan dapat

mengembangkan diri secara optimal.35

2. Kepala Madrasah
a. Pengertian Kepala Madrasah
Kepala madrasah berasal dari dua kata yakni kepala dan

madrasah. Kepala dapat diartikan sebagai sebagai ketua atau pemimpin

dalam suatu organisasi atau lembaga.36 Kata “madrasah” dalam bahasa

Arab adalah bentuk kata “keterangan tempat” (zharaf makan) dari akar

kata “darasa”. Secara harfiah “madrasah” diartikan sebagai “tempat

belajar para pelajar”, atau “tempat untuk memberikan pelajaran”. Dari

akar kata “darasa” juga bisa diturunkan kata “midras” yang

mempunyai arti “buku yang dipelajari” atau “tempat belajar”, kata “al-

midras” juga diartikan sebagai “rumah untuk mempelajari kitab

Taurat”.

35
Ibid., 96-97.
36
Aris Yulina, “Peran Kepala Madrasah Sebagai Supervisor Dalam Mengembangkan
Profesionalisme Guru”, 20.
26

Kata “madrasah” juga ditemukan dalam bahasa Hebrew atau

Aramy, dari akar kata yang sama yaitu “darasa”, yang berarti

“membaca dan belajar” atau “tempat duduk untuk belajar”.37 Sehingga

kepala madrasah adalah seorang pemimpin pendidikan pada satuan

pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam meraih

mutu sekolah.38 Menurut Pidarta, kepala sekolah merupakan kunci

kesuksesan sekolah dalam mengadakan perubahan, sehingga kegiatan

meningkatkan dan memperbaiki program serta pembelajaran di

sekolah sebagian besar terletak pada diri kepala sekolah itu sendiri.39

Indikator dari keberhasilan sekolah adalah jika sekolah tersebut

berfungsi dengan baik, terutama jika prestasi siswa dapat mencapai

maksimal. Sebagaimana disebutkan dalam Al-qur’an Surat As-Sajadah

ayat 24 sebagai berikut:

“Dan kami jadikan diantara mereka itu pemimpin-pemimpin


yang memberi petunjuk dengan perintah kami ketika mereka sabar,
dan adalah mereka meyakini ayat-ayat kami”. QS. As-Sajadah: 24.

Bagaimanapun, kepala madrasah merupakan unsur vital bagi

efektivitas lembaga pendidikan. Tidak akan pernah kita jumpai

madrasah yang baik dengan kepala sekolah yang buruk atau

sebaliknya madrasah yang buruk dengan kepala sekolah yang baik.

37
Latifa, dkk, Manajemen Pendidikan Islam, 77.
38
Diding Nurdin, Manajemen Mutu Sekolah Teori, Konsep, dan Implementasi, 65.
39
Zainal Aqib, Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) Teori dan Aplikasi, (Yogyakarta: ANDI,
2017), 26.
27

Kepala sekolah yang baik akan bersikap dinamis dan menyiapkan

berbagai macam program pendidikan. Bahkan tinggi rendahnya mutu

suatu sekolah akan dipengaruhi oleh kepemimpinan di madrasah.40

b. Peran dan Fungsi Kepala Madrasah

Lipham dan Hoer mengemukakan bahwa peran dan fungsi kepala

sekolah terdiri dari peran program pembelajaran (the instructional

program), peran pelayanan staf (staff personal services), peran

pelayanan siswa (student personal services), peran pengelolaan sumber

daya fisik dan keungan (financial-phisical resources), peran hbungan

dengan masyarakat sekolah (school-community relationship).

Sedangkan Wayne K. Hoy & Cecil G. Miskel mengklasifikan tugas

kepemimpinan berdasarkan variabel sifat-sifat kepemimpinan yang

terbagi dalam tiga kategori, yaitu:

1. Personality: self-confidence, stress tolerance, emotional maturity

and integrity

2. Motivation: task and interpersonal needs, achievment orientation,

power needs, and expectation

3. Skills: technical, interpersonal, conceptual, and administrative.41

Pada tingkat sekolah, peran kepala sekolah sangat sentral sebagai

figur pengambil kebijakan dan keputusan strategis dalam

40
Satria Budi Kurniawan, “Peran Kepemimpinan Kepala Madrasah Dalam Mendisiplinkan
Guru Dan Staff Di MIN 9 Bandar Lampung”, (Skripsi, UIN RIL: Lampung ,2021), 23-24.
41
Sobirin, Kepala Sekolah, Guru Dan Pembelajaran, (Bandung: Nuansa, 2018), 97.
28

pengembangan sekolah. Adapun peran kepala sekolah memiliki

banyak fungsi, diantara lain sebagai berikut:

1) Sebagai evaluator, melakukan pengukuran seperti kehadiran,

kerajinan, dan pribadi para guru, tenaga kependidikan, adinistrasi

sekolah, dan siswa.

2) Sebagai manajer, memahami dan mampu mengaplikasikan fungsi-

fungsi manajerial (planning, organizing, actuating, dan

controlling).

3) Sebagai administrator, mengendalikan struktur organisasi

(pelaporan dan kinerja sekolah) dan melaksanakan administrasi

substantif (kurikulum, siswa, personalia, keuangan, sarana, humas,

dan administrasi umum).

4) Sebagai supervisor, memberikan pembinaan atau bimbingan

kepada para guru dan tenaga kependidikan.

5) Sebagai leader, mampu menggerakkan orang lain agar melakukan

kewajibannya secara sadar dan sukarela.

6) Sebagai inovator, cermat dan cerdas melakukan pembaruan-

pembaruan dan inovasi-inovasi baru.

7) Sebagai motivator, memberikan semangat dan dorongan kepada

para guru dan staf agar bergairah dalam pekerjaan.

Disamping tujuh fungsi di atas, Wohlstetter dan Mohrman,

menyatakan bahwa peran kepala sekolah adalah sebagai berikut:


29

1) Sebagai desainer, membuat rencana dengan memberikan

kesempatan untuk terciptanya diskusi-diskusi menyangkut isu-isi

dan permasalahan di seputar sekolah dengan tim pengambil

keputusan sekolah.

2) Sebagai fasilitator, mendorong proses pengembangan kemampuan

seluruh staf dan mampu menyediakan dan mempergunakan semua

sumber daya untuk pengembangan sekolah.

3) Sebagai penghubung sekolah dengan dunia di luar sekolah,

membawa ide-ide baru dan hasil-hasil penelitian di sekolah dan

mampu mengomunikasikan kinerja dan hasil sekolah kepada

stakeholder di luar sekolah.

4) Sebagai edukator (pendidik), yaitu mampu memberikan pembinaan

(mental, moral, fisik, dan artistik) kepada para guru dan staf serta

para siswa.42

c. Kepala Madrasah Sebagai Pengawas

Supervisi secara etimologis berasal dari bahasa Inggris “to

supervise” atau mengawasi. Menurut Merriam Webster’s Collegiate

Dictionary disebutkan bahwa supervisi merupakan “A critical

watching and directing”. Hasil analisis menunjukkan bahwa kepala

sekolah digambarkan sebagai seorang “expert” dan “superior”,

sedangkan guru digambarkan sebagai orang yang memerlukan kepala

sekolah. Supervisi ialah suatu aktivitas pembinaan yang direncanakan

42
Tatang Ibrahim, dan Rusdiana, Manajemen Mutu Terpadu, (Bandung: YRAMA WIDYA,
2021), 212-214.
30

untuk membantu para guru dan pegawai sekolah lainnya dalam

melakaukan pekerjaan secara efektif.43

Dalam kedudukannya sebagai supervisor/pengawas kepala

sekolah bertugas melakukan berbagai pengawasan dan pengendalian

untuk membimbing para guru dalam menentukan bahwa pelajaran

yang dapat meningkatkan potensi siswa, memilih metode yang akan

digunakan dalam proses belajar mengajar, mengadakan rapat dewan

guru dan mengadakan kunjungan kelas. Maka tugas kepala sekolah

sebagai supervisor berarti bahwa ia harus meneliti, mencari dan

menentukan syarat-syarat mana saja yang diperlukan bagi kemajuan

sekolahnya. Kepala sekolah harus dapat meneliti syarat-syarat mana

yang telah ada dan tercukupi dan mana yang belum ada atau kurang

secara maksimal.44

Dari rumusan di atas pada dasarnya mempunyai kesamaan secara

umum, bahwa kegiatan supervisi di tujukan untuk perbaikan

pengajaran melalui peningkatan kemampuan profesional guru dalam

melaksanakan tugasnya. Sehingga penulis dapat menarik kesimpulan

bahwa supervisi/pengawasan merupakan suatu aktivitas untuk

memperbaiki dan meningkatkan profesional guru sehingga mereka

dapat mengatasi masalah sendiri. Dengan demikian perlu adanya

pembinaan yang berupa bimbingan atau tuntunan oleh kepala sekolah

terhadap para guru dan personalia sekolah ke arah mutu pembelajaran.


43
Euis Karwati, dan Donni Juni Priansa, Kinerja Dan Profesionalisme Kepala Sekolah
Membangun Sekolah Yang Bermutu, (Bandung: Alfabeta, 2016), 204.
44
Zainal Aqib, Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) Teori dan Aplikasi, 27-28.
31

Kegiatan utama pendidikan di sekolah dalam rangka mewujudkan

tujuannya dengan kegiatan pembelajaran, sehingga seluruh aktivitas

organisasi sekolah bermuara pada pencapaian efesiensi dan efektivitas

pembelajaran. Oleh karena itu, salah satu tugas kepala sekolah adalah

sebagai supervisor/pengawas, yaitu mensupervisi pekerjaan yang

dilakukan oleh tenaga kependidikan.

Secara umum menurut M. Ngalim Purwanto, kegiatan atau

usaha-usaha yang dapat dilakukan oleh kepala sekolah sesuai dengan

fungsinya sebagai supervisor antara lain:

a. Membangkitkan dan merangsang guru-guru dan pegawai sekolah

di dalam menjalankan tugasnya masing-masing dengan sebaik-

baiknya.

b. Berusaha mengadakan dan melengkapi alat-alat perlengkapan

sekolah termasuk media instruksional yang diperlukan bagi

kelancaran dan keberhasilan proses belajar mengajar.

c. Bersama guru-guru berusaha mengembangkan, mencari dan

menggunakan metode-metode mengajar yang lebih sesuai dengan

tuntutan kurikulum yang sedang berlaku.

d. Membina kerja sama yang baik dan harmonis di antara guru-guru

dan pegawai sekolah lain.

e. Berusaha mempertinggi mutu dan pengetahuan guru-guru dan

pegawai sekolah, antara lain dengan mengadakan diskusi-diskusi


32

kelompok, menyediakan perpustakaan sekolah dan atau mengirim

mereka untuk mengikuti penataran-penataran, seminar sesuai

dengan bidangnya masing-masing.

f. Membina hubungan kerja sama antara sekolah dengan komite

sekolah dan instansi-instansi lain dalam rangka peningkatan mutu

pendidikan para siswa.45

Dengan demikian kepala sekolah mempuyai peran yang sentral,

keberhasilan suatu lembaga pendidikan sangat tergantung pada

kepemimpinan kepala sekolah. Kepala sekolah bertanggung jawab atas

kelancaran dan keberhasilan semua urusan pengaturan dan pengelolaan

sekolah, dalam hal ini menjalan dengan efektif peran kepala sekolah

kedudukannya sebagai pengawas internal atau supervisor.46 Fungsi-

fungsi supervisi harus dilaksanakan agar tujuannya dapat tercapai

secara optimal. Supervisor yang profesional menurut Anwar dan

Sagala mempunyai fungsi utama seperti disajikan dalam tabel berikut

ini:

Tabel 4
Fungsi Utama Supervisi

Fungsi Penjelasan

Menetapkan Menetapkan masalah yang betul-betul mendesak untuk


Masalah ditanggulangi, dimana sebelumnya dilakukan
pengumpulan dan tentang masalah tersebut.
Pengumpulan data dapat dilaksanakan dengan
menggunakan instrumen tertentu, seperti observasi,
45
Dina Dara Yani, “Efektivitas Pengawasan Kepala Sekolah Dalam Peningkatan
Kedisiplinan Guru Di SMA Negeri 1 Bukit Bener Meriah”, 20.
46
Euis Karwati, dan Donni Juni Priansa, Kinerja Dan Profesionalisme Kepala Sekolah
Membangun Sekolah Yang Bermutu, 207-209.
33

wawancara, kuesioner, dan sebagainya. Kemudian data


tersebut diolah dan dianalisis, yang kemudian
menghasilkan simpulan yang sesungguhnya.
Menyelenggarakan Sebelum memberikan pelayanan kepada guru, kepala
Inspeksi sekolah lebih dulu perlu mengadakan inspeksi sebagai
usaha mensurvei seluruh sistem pendidikan yang ada.
Survei ini berguna untuk menghimpun data yang aktual,
bukan informasi yang kedaluarsa, sehingga ditemukan
maslaah-masalah, kekurangan-kekurangan baik pada
guru maupun siswa, perlengkapan, kurkulum, tujuan
pendidikan, metode pengajaran, dan perangkat lain
sekitar proses pembelajaran. hasil inspeksi dan survey
tersebut dapat dijadikan dasar oleh kepala sekolah untuk
memberikan bantuan profesional.
Penialaian Data Hasil inspeksi dan survey yang telah dihimpun diolah
dan Informasi sesuai dengan prinsip yang berlaku dalam penelitian.
Langkah-langkah yang dapat ditempuh dalam
melaksanakan penelitian kegiatan supervisi adalah:
1. Menemukan masalah yang ada pada situasi
pembelajaran
2. Mencari dan menentukan teknik pemecahan masalah
yang dipandang efektif
3. Menyusun alternatif program perbaikan
4. Mencoba cara baru dengan melakukan inovasi
pendekatan pembelajaran
5. Merumuskan dan menentukan pola perbaikan yang
lebih standar untuk pemakaian yang lebih luas.
Penilaian Merupakan usaha untuk mengetahui segala fakta yang
mempengaruhi kelangsungan persiapan, perencanan dan
program, penyelenggaraan, dan evaluasi hasil
pembelajaran. Setelah kepala sekolah mengambil
kesimpulan tentang situasi yang sebenarya terjadi, maka
kepala sekolah harus melaksanakan penilaian terhadap
situasi tersebut. Kepala sekolah diharapkan tidak
memfokuskan pada hal-hal yang negatif saja, tetapi juga
hal-hal yang dapat dinyatakan sebagai kemajuan.
Pelatihan Berdasarkan hasil penelitian dan penilaian, ditemukan
bahwa kemampuan guru terhadap beberpaa aspek yang
berkaitan dengan pembelajaran masih kurang. Untuk itu,
kekurangan tersebut diatasi dengan mengadakan
34

pelatihan yang dilakukan kepala sekolah sebagai


supervisor sesuai dengan kebutuhan. Pelatihan ini
dimaksudkan untuk memperkenalkan cara-cara baru
sebagai upaya perbaikan atau peningkatan kualitas
pembelajaran. pelatihan ini bentuknya dapat berupa on
the job training, lokakarya, seminar, demonstrasi
mengajar, simulasi, observasi, saling mengunjungi, atau
cara lain yang dipandang efektif.
Pembinaan dan kegiatan ini dimaksudkan untuk menstimulasi,
Pengemabangan mengarahkan, memberi semangat agar guru-guru mau
menerapkan cara-cara baru yang diperkenalkan sebagai
hasil penemuan penelitian, termasuk dalam hal ini
membantu guru-guru memecahkan kesulitan dalam
menggunakan cara-cara baru teknik teknik
pembelajarannya.
Sumber: Euis Karwati dan Donni Priansa, 2016: 209-210.

3. Kedisiplinan Guru
a. Pengertian Kedisiplinan

Kedisiplinan adalah fungsi operatif manajemen sumber daya

yang terpenting karena semakin baik disiplin karyawan, semakin tinggi

prestasi kerja yang dapat dicapainya. Kedisiplinan adalah kesadaran

dan kesediaan seseorang menaati semua peraturan organisasi dan

norma-norma sosial yang berlaku. Jadi, seseorang manusiaakan

bersedia mematuhi semua peraturan tugas-tugasnya, baik secara

sukarela maupun karena terpaksa.47 Wayson William, menyatakan

disiplin adalah kepatuhan terhadap sejumlah pola perilaku yang secara

sosial dapat diterima. Tanpa adanya kedisplinan, berarti tidak ada

ketertiban. Tata tertib adalah seperangkat aturan yang secara eksplisit

47
Malayu S.P Hasibuan, Manajemen Sumber Daya Mansuia, (Jakarta: PT Bumi Aksara,
2019), 193-194.
35

(tertulis) dibuat oleh suatu komunitas tertentu yang berfungsi untuk

mengatur perilaku anggota komunitas yang bersangkutan.48

b. Indikator-Indikator Kedisiplinan

Pada dasarnya banyak indikator yang mempengaruhi tingkat

kedisiplinan anggota suatu organisasi, diantaranya sebagai berikut:

a) Tujuan dan kemampuan

Tujuan yang akan dicapai harus jelas dan ditetapkan secara

ideal serta cukup menantang bagi kemampuan anggota. Hal ini

berarti bahwa tujuan (pekerjaan) yang dibebankan kepada anggota

harus sesuai dengan kemampuan anggota bersangkutan, agar dia

bekerja sungguh-sungguh dan disiplin dalam mengerjakannya.

b) Teladan pimpinan

Teladan pimpinan sangat berperan dalam menentukan

kedisiplinan anggota karena pimpinan dijadikan teladan atau

panutan oleh para bawahannya. Pimpinan harus memberikan

contoh yang baik, berdisiplin baik, jujur, adil, serta sesuai kata

dengan perbuatan. Dengan teladan pimpinan yang baik,

kedisiplinan bawahan pun akan ikut baik.

c) Balas jasa

Balas jasa (gaji dan kesejahteraan) ikut mempengaruhi

kedisiplinan anggota karena balas jasa akan memberikan kepuasan

dan kecintaan anggota terhadap orgnisasi/pekerjaannya. Untuk

48
Ondi Saondi, dkk, Konsep Dasar Manajemen Pendidikan Bermutu, (Bandung: PT Refika
Aditama, 2021), 49.
36

mewujudkan kedisplinan anggota yang baik, organisasi harus

memberikan balas jasa yang relatif besar.

d) Keadilan

Keadilan ikut mendorong terwujudnya kedisiplinan

karyawan, karena ego dan sifat manusia yang selalu merasa dirinya

penting dan minta diperlakukan sama dengan manusia lainnya.

Dengan keadiilan yang baik akan menciptakan kedisiplinan yang

baik pula.

e) Waskat

Waskat (pengawasan melekat) adalah tindakan nyata dan

paling efektif dalam mewujudkan kedisiplinan anggota. Dengan

waskat berarti atasan harus aktif dan langsung mengawasi perilaku,

moral, sikap, gairah kerja, dan prestasi kerja bawahannya. Waskat

efektif merangsang kedisiplinan dan moral kerja anggota.

f) Sanksi hukuman

Sanksi hukuman berperan penting dalam memelihara

kedisiplinan anggota. Berat/ringannya sanksi hukuman yang akan

diterapkan ikut mempengaruhi baik/buruknya kedisiplinan

anggota.

g) Ketegasan

Ketegasan pimpinan dalam melakukan tindakan akan

mempengaruhi kedisiplinan anggota. Pimpinan harus berani dan

tegas, bertindak untuk menghukum setiap anggota yang


37

indisipliner sesuai dengan sanksi hukuman yang telah ditetapkan.

h) Hubungan kemanusiaan

Hubungan kemanusiaan yang harmonis diantara sesama

anggota ikut menciptakan kedisiplinan yang baik pada suatu

organisasi. Hubungan-hubungan baik bersifat vertikal maupun

horizontal yang terdiri dari direct single relationship, direct group

relationship, dan cross relationship hendaknya harmonis. Jadi,

kedisiplinan anggota akan tercipta apabila hubungan kemanusiaan

dalam organisasi tersebut baik.

c. Supervisi dan Peningkatan Kedisiplinan Guru

Kedisiplinan menurut The Liang Gie adalah suatu keadaan tertib

dimana orang-orang yang tergabung dalam suatu organisasi tunduk

pada peraturan-peraturan yang telah ada dengan rasa senang. Tujuan

disiplin menurut Arikunto, S, yaitu agar kegiatan sekolah dapat

berlangsung secara efektif dalam suasana tenang, tenteram dan setiap

guru beserta karyawan dalam organisasi sekolah merasa puas karena

terpenuhi kebutuhannya. Disiplin yang tinggi akan mampu

membangun kinerja yang profesional sebab dengan pemahaman

disiplin yang baik, guru mampu mencermati aturan aturan dan langkah

strategis dalam melaksanakan proses kegiatan belajar mengajar.

Kemampuan guru dalam memahami aturan dan melaksanakan aturan

yang tepat, baik dalam hubungan dengan personalia lain di sekolah

maupun dalam proses belajar mengajar di kelas sangat membantu


38

upaya membelajarkan siswa ke arah yang lebih baik.

Kedisiplinan bagi para guru merupakan bagian yang tak

terpisahkan dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya. Dengan

demikian kedisiplinan seorang guru menjadi tuntutan yang sangat

penting untuk dimiliki dalam upaya menunjang meningkatkan kinerja

dan di sisi lain akan memberikan tauladan bagi siswa bahwa disiplin

sangat penting bagi siapapun apabila ingin sukses. Hal ttersebut

dipertegas oleh Imron, bahwa disiplin kinerja guru adalah suatu

keadaan tertib dan teratur yang dimiliki guru dalam bekerja di sekolah

tanpa ada pelanggaran-pelanggaran yang dirugikan, baik secara

langsung maupun tidak langsung terhadap dirinya, teman sejawatnya

dan terhadap sekolah secara keseluruhan. Tiga model disiplin yang

dapat dikembangkan yaitu:

1. Disiplin yang dibangun berdasarkan konsep otoritariatan. Bahwa

guru dikatan mempunyai disiplin tinggi manakala mau menurut

saja terhadap perintah dan anjuran pejabat atau pembina tanpa

banyak menyumbangkan pikiran-pikirannya.

2. Disiplin yang dibangun berdasarkan konsep permisif. Bahwa guru

haruslah diberikan kebebasan seluas-luasnya di dalam kelas dan

sekolah. Aturan-aturan di sekolah dilonggarkan dan tidak perlu

mengikat kepada guru.

3. Disiplin yang dibangun berdasarkan konsep kebebasan yang

terkendali yaitu memberikan kebebasan seluas-luasnya kepada


39

guru untuk berbuat, tetapi konsekuensi dari perbuatan itu haruslah

dapat dipertanggungjawabkan.

Penerapan model disiplin di atas, diikuti dengan teknik-teknik

alternatif pembinan disiplin guru yaitu:

1. Pembinaan dengan teknik external control yaitu pembinaan yang

dikendalikan dari luar.

2. Pembinaan dengan teknik internal control yaitu diupayakan agar

guru dapat mendisiplinkan dirinya sendiri.

3. Pembinaan dengan teknik cooperative control yaitu model

pembinaan yang menuntut adanya saling kerja sama antara guru

dengan orang yang membina dalam menegakkan disiplin.


DAFTAR RUJUKAN

Aqib, Z. (2017). Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) Teori dan Aplikasi.


Yogyakarta: ANDI.

Aqib, Z. (2020). Profesionalisme Guru Dalam Pembelajaran. Bandung: Yrama


Widya.

Chairunnisa, C. (2016). Manajemen Pendidikan Dalam Multi Perspektif. Jakarta:


Rajawali Pers.

Euis Karwati dan Donni Priansa. (2020). Manajemen Kelas Classroom


Management Guru Profesional yang Inspiratif, Kreatif, Menyenangkan, dan
Berprestasi. Bandung: Alfabeta.

Hasibuan, M. S. P. (2019). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT Bumi


Aksara.

Ibrahim, T, dan Rusdiana. (2021). Manajemen Mutu Terpadu Bandung. Bandung:


Yrama Widya.

Iswandir, I. (2021). “Dasar-Dasar Proses Pengawasan dalam Organisasi”. JSI


(Jurnal Sistem Informasi). 1(1).

Karwati, E dan Priansa, D. J. (2016). Kinerja Dan Profesionalisme Kepala


Sekolah Membangun Sekolah Yang Bermutu. Bandung: Alfabeta.

Latifa, dkk. (2021). Manajemen Pendidikan Islam. Yogyakarta: Paramu Ilmu.

Mangkunegara, A. P & Octorent. (2017). Manajemen Sumber Daya


Manusia Perusahaan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Mardiasmo, M. (2018). Perpajakan Edisi Revisi Tahun 2018. Yogyakarta: ANDI.

Mulyana, D. (2018). Metodologi Penelitian Kualitatif Paradigma Baru Ilmu


Komunikasi Dan Ilmu Sosial Lainnya. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Musfah, J. (2018). Manajemen Pendidikan Aplikasi, Strategi, dan Inovasi.


Jakarta: Prenadamedia Group.

Noor, J. (2017). Metodologi Penelitian. Jakarta: Kencana.

Nurdin, D. (2021). Manajemen Mutu Sekolah Teori, Konsep, Dan Implementasi.


Bandung: PT Refika Aditama.
41

Nurlasmi. (2018). Upaya Meningkatkan Kedisiplinan Guru. Yogyakarta: Kresna


Bina Insan Prima.

Saondi, O. dkk. (2021). Konsep Dasar Manajemen Pendidikan Bermutu.


Bandung: PT Refika Aditama.

Sobirin. (2018). Kepala Sekolah, Guru, dan Pembelajaran. Bandung: Nuansa.

Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:


Alfabeta.

Sugiyono. (2021). Metode Penelitian Pendidikan (Kuantitatif, Kualitatif,


Kombinasi, R&D, dan Penelitian Pendidikan). Bandung: Alfabeta.

Sutrisno, E. (2017). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Kencana.

Tisnawati, E dan Priansa, D. J. (2018). Kepemimpinan Dan Perilaku Organisasi


(Membangun Organisasi Unggul Di Era Perubahan). Bandung: PT Refika
Aditama.

Wibowo. (2020). Kepemimpinan Pemahaman Dasar Pandangan Konvensional,


Gagasan Kontemporer. Depok: PT Rajagrafindo Persada.

Yusuf, F. A. (2021). Pengantar Ilmu Pendidikan. Depok: PT Rajagrafindo


Persada.

Herlintina, D. O. (2021). “Upaya Kepala Sekolah Dalam Mendisiplinkan Guru Di


SD Muhammadiyah 1 Bandar Lampung”. Skripsi. UIN RIL: Lampung.

Kurniawan, S. B. (2021). “Peran Kepemimpinan Kepala Madrasah Dalam


Mendisiplinkan Guru dan Staff Di MIN 9 Bandar Lampung”. Skripsi. UIN
RIL: Lampung.

Rosmawati. (2017). “Penerapan Layanan Konseling Untuk Mengatasi Kecemasan


Siswa”. Jurnal Konseling Andi Matapa. 1(1).

Sari, W. A. (2017). “Strategi Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Disiplin


Guru”. Manajer Pendidikan. 11(3).

Yani, D. D. (2019). “Efektivitas Pengawasan Kepala Sekolah Dalam Peningkatan


Kedisiplinan Guru Di SMA Negeri 1 Bukit Meriah”. Skripsi. UIN Ar-Raniry:
Aceh.
42

LAMPIRAN
43

Lampiran 1 Pedoman Observasi

Observasi atau pengamatan yang dilakukan dalam penelitian ini, yakni

melakukan pengamatan tentang peran kerjasama kepala sekolah dan komite

sekolah dalam peningkatan fasilitas belajar di SD Negeri 4 meliputi:

1. Mengamati kondisi fasilitas yang dimiliki sekolah

a. Sarana dan Prasarana sekolah

b. Gedung sekolah

2. Mengamati kedisiplinan sekolah sekolah

a. Jadwal kedatangan seluruh warga sekolah

b. Jadwal kepulangan seluruh warga sekolah

c. Kedisiplinan terhadap peraturan-peraturan yang berlaku

3. Mengamati interaksi pihak sekolah dan lingkungan..

a. Interaksi kepala madrasah dengan guru.

b. Interakasi kepala madrasah dengan masyarakat sekolah.


44

Lampiran 2 Pedoman Wawancara

Partisipan : Kepala Madrasah MTs Negeri 2 Tanggamus

1. Jam berapa guru harus berada di sekolah?

2. Jam berapa guru wajib masuk dan keluar ruangan?

3. Apakah semua guru sudah menyelesaikan perangkat kerja dan menyelesaikan

kewajiban dalam mengajar?

4. Bagaimana hasil kerja guru selama mengajar dan bertugas?

5. Apa saja cara yang bapak gunakan dalam mengevaluasi kedisiplinan guru?

6. Reward dan phunisment apa yang diberikan kepada guru yang melanggar dan

menaati aturan yang telah ditetapkan sekolah?

7. Bagaimana pelaksanaan pengawasan di sekolah ini, khusus saat bapak

melaksanakan pengawasan terhadap kedisiplinan guru ?

8. Apakah bapak bekerjasama dengan pendidik dan tenaga kependidikan dalam

meningkatkan kedisiplinan guru ?

9. Bagaimana bentuk kerjasamanya ?

10. Bagaimana bapak memberikan motivasi kepada warga sekolah agar dapat

menjalankan peraturan tata tertib yang ada dengan penuh kesadaran ?

11. Bagaimana bentuk motivasi yang bapak berikan?

12. Apa saja peraturan yang dibuat oleh sekolah ?

13. Pelanggaran apa yang sering dilakukan oleh guru?

14. Apa kendala yang bapak hadapi dalam proses perencanaan peningkatan

kedisiplinan guru dan solusi apa yang bapak berikan guna meningkatkan

kedisiplinan guru?
45

15. Bagaimana proses evaluasi peningkatan kedisiplinan guru MTs Negeri 2

Tanggamus?

16. Apa saja kegiatan evaluasi peningkatan kedisiplinan guru MTs Negeri 2

Tanggamus?

17. Setelah melakukan evaluasi apakah ada pengaruh dari upaya peningkatan

kedisiplinan guru yang telah bapak lakukan?


46

Partisipan : Guru MTs Negeri 2 Tanggamus

1. Jam berapa ibu berada di sekolah?

2. Jam berapa ibu masuk dan keluar ruangan kelas?

3. Apakah ibu menggunakan rpp dan perangkat lain dalam mengajar?

4. Bagaimana hasil kerja selama ibu mengajar disekolah?

5. Apakah kepala madrasah menegur guru-guru yang tidak disiplin

6. Reward dan phunisment apa yang guru-guru dapatkan apabila melanggar dan

tidak menaati aturan sekolah?

7. Apa saja usaha yang dilakukan kepala sekolah dalam meningkatkan

kedisiplinan?

8. Pernahkan kepala madrasah melakukan pengawasan terhadap guru-guru

khususnya masalah kedisiplinan ?

9. Apakah kepala madrasah bekerjasama dengan ibu/bapak dalam meningkatkan

kedisiplinan ?

10. Bagaimana bentuk kerjasamanya ?

11. Bagaimana kepala madrasah memberikan motivasi kepada seluruh warga

sekolah agar dapat menjalankan tata tertib yang ada dengan penuh kesadaran?

12. Bagaimana bentuk motivasinya?

13. Apa saja peraturan yang dibuat oleh sekolah?

14. Pelanggaran apa yang sering ibu lakukan?


47

Partisipan : Siswa MTs Negeri 2 Tanggamus

1. Jam berapa guru-guru datang ke sekolah?

2. Jam berapa guru masuk dan keluar ruangan kelas?

3. Apakah guru mengajar menggunakan RPP, silabus?

4. Apakah guru-guru disiplin dalam menjalankan tugasnya?

5. Apakah ada reward dan hukuman yang diberikan kepada guru yang tidak

disiplin dalam menjalankan tugas mengajar?

Lampiran 3 Dokumentasi

Struktur Organisasi MTs Negeri 2 Tanggamus


48

Absen Siswa Kelas VIII C MTS Negeri 2 Tanggamus


49

Surat Pra Penelitian


50

Anda mungkin juga menyukai