Anda di halaman 1dari 52

Pengaruh Health Cosnciuesness, Celebrity

Endorser, Social Media Terhadap Niat


Membeli Premi Asuransi Kesehatan 

SKRIPSI

Oleh

Niken Dwi Kinasih Putri 2402006933


Abdulghoni Hilmy 2402002494
Sapta Bagus Santoso 2402008232
Kelas DAEA

Management Study Program


Binus Online Learning
Universitas Bina Nusantara
Jakarta
(2023)
Pengaruh Health Cosnciuesness, Celebrity
Edorser, Social Media Terhadap Niat Membeli
Premi Asuransi Kesehatan 

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat


untuk gelar kesarjanaan
Program Studi Management
Jenjang Pendidikan Strata-1

Oleh

Niken Dwi Kinasih Putri 2402006933


Abdulghoni Hilmy 2402002494
Sapta Bagus Santoso 2402008232
Kelas DAEA

Management Study Program


Binus Online Learning
Universitas Bina Nusantara
Jakarta
(2023)
Universitas Bina Nusantara

Pernyataan Kesiapan Skripsi untuk Sidang Skripsi

Pernyataan Penyusunan Skripsi


Kami, Niken Dwi Kinasih Putri 2402006933
Abdulghoni Hilmy 2402002494
Sapta Bagus Santoso 2402008232

Dengan ini menyatakan bahwa Skripsi yang berjudul:

Pengaruh Health Cosnciuesness, Celebrity Edorser, Social Media


Terhadap Niat Membeli Premi Asuransi Kesehatan 

The Effect of Health Cosnciuesness, Celebrity Edorser, Social


Media on Intention to Purchase Health Insurance
adalah benar hasil karya kami dan belum pernah diajukan sebagai karya ilmiah,
Sebagian atau seluruhnya, atas nama kami atau pihak lain

Niken Dwi Kinasih Putri Abdulghoni Hilmy Sapta Bagus Santoso


2402006933 2402002494 2402008232

Disetujui oleh Pembimbing


Saya setuju Skripsi tersebut layak diajukan untuk Sidang Skripsi

Yudi Fernando, S.E.,M.B.A.,Ph.D.,MlogM Mei 2023


D5289
Pengaruh Health Cosnciuesness, Celebrity
Endorser, Social Media Terhadap Niat
Membeli Premi Asuransi Kesehatan 

SKRIPSI

Disusun Oleh:

Niken Dwi Kinasih Putri Abdulghoni Hilmy Sapta Bagus Santoso


2402006933 2402002494 2402008232

Disetujui oleh:
Pembimbing dan Head of Study Program

Yudi Fernando, S.E.,M.B.A.,Ph.D.,MlogM


D5289

Dr. Hartiwi Prabowo, S.E.,M.M.


Head of Management Study Program

Universitas Bina Nusantara


Jakarta
2022
PERNYATAAN

Dengan ini saya,


Nama : Niken Dwi Kinasih Putri
NIM : 2402006933
Judul Skripsi : Pengaruh Health Cosnciuesness, Celebrity Endorser, Social Media
Terhadap Niat Membeli Premi Asuransi Kesehatan

Memberikan kepada Universitas Bina Nusantara hak non-ekslusif untuk menyimpan,


memperbanyak, dan menyebarluaskan Skripsi karya kami, secara keseluruhan atau
hanya Sebagian atau hanya ringkasannya saja, dalam bentuk format tercetak dan atau
elektronik.

Menyatakan bahwa kami, akan mempertahankan hak ekslusif kami, untuk


menggunakan seluruh atau sebagian isi skripsi kami, guna pengembangan karya di
masa depan, masalnya bentuk artikel, buku, perangkat lunak, ataupun sistem
informasi.

Jakarta, Mei 2023


Hormat kami, Diketahui oleh,

Niken Dwi Kinasih Putri Yudi Fernando, S.E.,M.B.A.,Ph.D.,MlogM


2402006933 D5289
SURAT PERNYATAAN

Kami, yang bertandatangan di bawah ini:


1. Nim : 2402006933
Nama Mahasiswa : Niken Dwi Kinasih Putri
Program – Program Studi : Binus Online Learning – Management
2. Nim : 2402002494
Nama Mahasiswa : Abdulghoni Hilmy
Program – Program Studi : Binus Online Learning – Management
3. Nim : 2402008232
Nama Mahasiswa : Sapta Bagus Santoso
Program – Program Studi : Binus Online Learning – Management

Dengan ini menyatakan bahwa karya yang berjudul:


PENGARUH HEALTH COSNCIUESNESS, CELEBRITY EDORSER, SOCIAL
MEDIA TERHADAP NIAT MEMBELI PREMI ASURANSI KESEHATAN

Di bawah bimbingan dosen:


1. D5289 - Yudi Fernando, S.E.,M.B.A.,Ph.D.,MlogM

Telah dijadikan sebagai Tugas Akhir/Skripsi pada Program Studi di Universitas Bina
Nusantara dan telah diuji pada semester Ganjil tahun 2020/2021, disetujui untuk
dielaborasi dan diajukan bersama-sama sebagai publikasi internasional, dengan
ketentuan:
Nama: Niken Dwi Kinasih Putri
Nama: Abdulghoni Hilmy
Nama: Sapta Bagus Santoso

Para penulis di atas sekaligus merupakan pemegang hak cipta atas publikasi
internasional tersebut. Pernyataan ini dibuat dengan penuh kesadaran dan tanpa
paksaan dari pihak manapun.

Jakarta, Mei 2023

Penulis Pertama, Penulis Kedua, Penulis Ketiga,

Niken Dwi Kinasih Putri Abdulghoni Hilmy Sapta Bagus Santoso


Surat Keterangan Data Penelitian

Sehubungan dengan kepentingan penyelesaian skripsi mahasiswa Program Studi PJJ


Manajemen, Binus Online Learning, Universitas Bina Nusantara dengan judul:

“PENGARUH HEALTH COSNCIUESNESS, CELEBRITY ENDORSER, SOCIAL


MEDIA TERHADAP NIAT MEMBELI PREMI ASURANSI KESEHATAN”

disampaikan bahwa:
NIM : 2402006933 Nama : Niken Dwi Kinasih Putri
NIM : 2402002494 Nama : Abdulghoni Hilmy
NIM : 2402008232 Nama : Sapta Bagus Santoso

Telah melaksanakan survei dan pengambilan data yang berasal dari data-data publik
dan diperkenankan untuk mempergunakan data tersebut secara bertanggung jawab
untuk kepentingan skripsi/tugas akhir.

Demikian disampaikan surat keterangan ini. Mohon dipergunakan sebagaimana


mestinya. Atas perhatiannya diucapkan terima kasih.

Menyetujui,

Yudi Fernando, S.E.,M.B.A.,Ph.D.,MlogM


D5289
UNIVERSITAS BINA NUSANTARA
_________________________________________________________________
Management Study Program
Binus Online Learning
Skripsi Sarjana Manajemen
Semester Ganjil 2020/2021

PENGARUH HEALTH COSNCIUESNESS, CELEBRITY


ENDORSER, SOCIAL MEDIA TERHADAP NIAT MEMBELI
PREMI ASURANSI KESEHATAN

Niken Dwi Kinasih Putri 2402006933


Abdulghoni Hilmy 2402002494
Sapta Bagus Santoso 2402008232
KELAS DAEA

Abstract

(Eng) TUJUAN PENELITIAN, ialah ... METODE PENELITIAN ... ANALISIS ...
HASIL YANG DICAPAI ... SIMPULAN ... (BB, CN, CS)
(1 paragraf: 100-200 kata)

Kata Kunci: Health Cosnciuesness, Celebrity Edorser, Social Media, Premi


Asuransi Kesehatan
Abstrak

(Indo) TUJUAN PENELITIAN, ialah ... METODE PENELITIAN ... ANALISIS ...
HASIL YANG DICAPAI ... SIMPULAN ... (BB, CN, CS)
(1 paragraf: 100-200 kata)

Kata Kunci: Flash Sale, Pembelian Impulsif, E-Commerce


DAFTAR ISI

Halaman Sampul Halaman


Halaman Judul
Halaman Pernyataan Orisinalitas i
Halaman Pernyataan Dewan Penguji
Halaman Pernyataan Persetujuan Publikasi Skripsi
ABSTRAK ii
KATA PENGANTAR iv
DAFTAR ISI v
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vii
DAFTAR LAMPIRAN viii
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Formulasi Masalah
1.3 Ruang Lingkup
1.4 Tujuan Penelitian
1.5 State Of The Art
1.6 Manfaat Penelitian
BAB 2. LANDASAN TEORI
2.1 Grand Theory
2.1.1 Asuransi
2.2 Keputusan Pembelian
2.3 Theory SOR
2.4 PAD
2.5 Flash Sale
2.6 Pembelian Impulsif
2.7 Kerangka Pemikiran
2.8 Hipotesis Penelitian
BAB 3. METODE PENELITIAN
3.1 Design Penelitian
3.2 Operasional Konsep
3.3 Teknik Pengambilan Data
3.3.1 Data Primer
3.3.2 Data Sekunder
3.4 Teknik Pengambilan Sampel
3.5 Teknik Analisis Data
3.5.1 Analisis Instrumen Penelitian
3.5.2 Teknik Analisis
3.5.2.1 Analisis Outer
3.5.2.1.1 Convergent Validity
3.6 Penentuan Sampel Penelitian
BAB 4. HASIL DAN BAHASAN
4.1 ...
4.1.1 ...
4.1.2 ...
4.2 ...
4.2.1 ...
4.2.2 ...
BAB 5. SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
5.2 Saran
REFERENSI
LAMPIRAN (Termasuk fotokopi Surat Survei)
RIWAYAT HIDUP
INDEKS/GLOSARRY
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat dan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan tugas proposal laporan skripsi
yang berjudul; “PENGARUH HEALTH COSNCIUESNESS, CELEBRITY
ENDORSER, SOCIAL MEDIA TERHADAP NIAT MEMBELI PREMI
ASURANSI KESEHATAN” dengan tepat waktu dan sebaik-baiknya.

Proposal Laporan Skripsi ini dibuat untuk memenuhi syarat dan tugas akhir
dalam menempuh pendidikan S1 Business Management sekaligus sebagai upaya
kami dalam sungguh-sungguh mencoba untuk membahas dan menyelesaikan
permasalahan yang dihadapi secara nyata dalam dunia bisnis khususnya dalam
hal pemasaran.

Pembuatan Proposal Laporan Skripsi ini melibatkan banyak usaha dan


dukungan dari rekan satu kelompok, rekan satu jurusan Business Management
Online Learning, dosen pembimbing, petugas administrasi kampus yang
tidaklah mudah dalam penyusunannya. Oleh sebab itu, dengan segala
kerendahan hati kami menyampaikan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Ir. Harjanto Prabowo, M.M. selaku Rektor Binus University
2. Dr. Agus Putranto, S.Kom., M.T., M.Sc. selaku Direktur Binus University
3. Dr. Rudy, S.Kom.,M.M. selaku Academic & Program Senior Manager
4. Dr. Hartiwi Prabowo, S.E., M.M. selaku Kepala Program Studi Management
Binus University, Dr. Dra. Ngatindriatun, MP. Selaku OLC Foundation of
economics & Quantitative business management, Dr. Ir. Teguh Sriwidadi,
M.M. selaku OLC Business Strategy & Management of Retail, Lianna
Wijaya A.Md., S.E., MMSI selaku OLC Global Business Management, Rini
Kurnia Sari, S.E., M.E. selaku Online Lecture Specialist S2, Yuniarty, S.E.,
M.M.S.I. selaku Deputy Head of program, Dr. Ridho Bramulya Ikhsan, S.E.,
M.M. selaku Research Coordinator.
5. Dosen Pembimbing: Yudi Fernando, S.E.,M.B.A.,Ph.D.,MlogM
6. Rekan sejawat dalam kelompok ini yang secara bersinergi menuangkan buah-
buah pikiran menjadi suatu penyelesaian yang bermanfaat.

Jakarta, Januari 2023


Penyusun
DAFTAR TABEL

No Judul Halama
Tabel Tabel n

Tabel 1.1 Karakteristik Responden 6–7

Tabel 1.2 Survey Awal 7–8

Tabel State of The Art 15 – 19


2.6.1
DAFTAR GAMBAR

No Gambar Judul Gambar Halaman

Gambar 1.1 Situs E-Commerce dengan 2


Jumlah Pengunjung Terbanyak di
Indonesia Tahun 2021

Gambar 1.2 Flash Sale pada Platform E- 3


Commerce (Shopee, Tokopedia,
Akulaku)

Gambar 1.3 Proporsi Jumlah Transaksi 4


Belanja Online Berdasarkan
Kelompok Umur

Gambar 1.4 Popularitas Toko Online Pada Saat 5


promo Flash Sale
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menjaga kesehatan mulai dari menjalankan pola hidup sehat dan mengkonsumsi
makanan bergizi tentu saja merupakan hal paling penting dilakukan setiap orang untuk
mendapatkan tubuh dan jiwa yang sehat sehingga dapat beraktivitas dengan maksimal. Meski
telah berusaha menjaga kesahatan, resiko mengalami sakit tetap ada. Apalagi dengan
bertambahnya usia, resiko sakit makin besar terutama jika memiliki riwayat tertentu dalam
keluarga. Sementara biaya pengobatan kesehatan saat ini terus meningkat sehingga perlu
diantisipasi agar tidak mengganggu keuangan.

Menurut laporan Mercer Mars benefit memprediksi kenaikan inflasi biaya kesahatan
umum di 2022 hampir 5 kali lipat. Peningkatan ini juga dialami 5 negara di benua Asia
mengalami tingkat tren medis tertinggi. Berikut laporan Mercer Marsh Benefits 2020 – 2022 :
Gambar 1.1
Ringkasan Perkiraan Harga Asuransi Tahun 2020-2022

Mahalnya biaya yang dikeluarkan untuk kesehatan memang nyata terjadi. Menteri
Kesehatan Budi Gunadi Sadikin pun khawatir dengan meningkatnya biaya kesehatan yang
bisa membebani masyarakat dan negara. Dikutip dari Tirto, Budi Gunadi mengungkapkan
bahwa rata-rata biaya kesehatan di seluruh dunia termasuk Indonesia dalam 20 tahun terakhir
naik lebih tinggi dari pertumbungan ekonomi negaranya. Cara terbaik untuk meminimalisir
masalah – masalah kesehatan seperti biaya pengobatan adalah memiliki asuransi kesehatan.
Dengan asuransi kesehatan biaya yang harus dikeluarkan, mulai dari biaya perawatan seperti
kamar, obat, dokter, semuanya akan di cover oleh perusahaan asuransi sesuai dengan jaminan
polis yang diambil .

Salah satu media komunikasi untuk mengedukasi pentingnya kesehatan dan asuransi
yaitu dengan sosial media. Sosial media dalam komunikasi kesehatan memiliki peran penting
seperti pengumpulan informasi tentang suatu penyakit, manajemen info kesehatan, info
tempat perawatan atau layanan darurat lainnya. Disamping itu, sosial media juga memiliki
kelebihan yakni mudah dijangkau banyak orang, interaktif, real time, dan simple.

Hal ini menjadi fakta bahwa peluang media sosial sangat besar untuk dunia pemasaran.
Menurut Philip Kotler dan Keller (2007:6), pemasaran adalah proses sosial yang dengan
proses satu individu dan kelompok untuk mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan
inginkan dengan menciptakan, menawarkan dan secara bebas mempertukarkan produk dan
jasa yang bernilai dengan pihak lain. Kebutuhan jasa perasuransian makin dirasakan, baik
perorangan maupun dunia usaha di Indonesia. Asuransi merupakan sarana financial dalam
tata kehidupan rumah tangga baik dalam menghadapi risiko yang skala kecil maupun skala
besar seperti risiko kecelakaan, kesehatan, kematian, pendidikan, kerugian dan kerusakan
dalam suatu harta benda yang dimiliki. Risiko adalah hal yang tidak bisa dipisahkan dari
kehidupan manusia, sebab semua kegiatan yang dilakukan oleh manusia pasti memiliki risiko.
Akan tetapi risiko tersebut dapat dialihkan atau diantisipasi dengan cara memiliki polis
asuransi. Dengan polis asuransi memungkinkan seseorang mendapatkan proteksi atau
perlindungan atas risiko yang dialami.

Salah satu polis asuransi yang penting untuk dimiliki adalah polis asuransi kesehatan.
Melansir laman resmi Otoritas Jasa Keungan (OJK), asuransi kesehatan adalah asuransi yang
memberikan jaminan kepada tertanggung untuk mengganti setiap pengobatan yang meliputi
biaya perawatan di rumah sakit , biaya pembedahan, dan biaya obat- obatan. Seperti yang
diketahui, kepemilikan asuransi kesehatan ibarat sedia paying sebelum hujan. Asuransi bisa
dianggap sebagai payung kesehatan bagi semua orang . Dengan tersedianya payung tersebut,
maka kita bisa mempersiapakan diri dengan risiko kesehatan atau penyakit yang muncul
kapan saja. Pada kajian ini pula terdapat beberapa penelitian sebelumnya terkait dengan
pembahasan penelitian ini :
Tabel 1.1 Penelitian Terdahulu
No Nama Penulis Judul Penelitian Perbedaaan
1 Matthew Pittman, Green Advertising on Social - Penelitian
Anne Oeldorf - Media : Brand Aunthenticity terdahulu meniliti
Hirsch & Ashley Mediates the Effect of Different tentang keaslian
Brannan Appeals on Purchase Intent and
merek memediasi
Digital Engagement .
pengaruh banding
Result : berbeda pada niat
- This experiment tested the beli dan
social influence explanation keterlibatan
using two core measures : digital ,
brand authenticity and brand sementara penulis
quality . There was no main meniliti tentang
effect for platform pengaruh health
cosnciuesness,
celebrity
endorser, social
media terhadap
niat membeli
premi asuransi
kesehatan

2 Loes Janssen P. Influencer advertising on - Penilitian


Schouten & Instagram: product - influencer terdahulu meniliti
Emmelyn A. J. fit and number of followers tentang produk
Croes affect advertising outcomes and
dan kesesuaian
influencer evaluations via
credibility and identification. influencer dan
jumlah pengikut
Result : mempengaruhi
- The present work hasil iklan dan
demonstrates the robustness evaluasi
of product-influencer fit as an influencer
important predictor of melalui
successful influ- encer kredibilitas dan
endorsements. In the context identifikasi
of Instagram, endorsements in sedangkan
which influencers adhere to penulis menilii
their self-branded image tentang health
result in more positive cosnciuesness,
outcomes for both the celebrity
promoted brand and the endorser, social
influencer. Product-endorser media terhadap
fit has long been seen as an niat membeli
important factor in endorser premi asuransi
advertising kesehatan

3 Jenna jacobson & Sustainable fashion social media - Peniliti terdahulu


Brooke Harrison influencers content creation meniliti tentang
calibration. kalibrasi
membuat konten
Result :
- Sustainable lifestyle influencer media
influencers are challenged sosial dengan
when engaging in content berkelanjutan,
creation calibration as they sementara penulis
need to balance their meliti tentang
sustainable and non- pengaruh health
sustainable content with cosnciuesness,
brand partnerships because celebrity
they are not singularly endorser, social
focused in their content media terhadap
creation. niat membeli
Some sustainable lifestyle premi asuransi
influencers create content kesehatan
based on what they believe
will grow their influencer
status, even if it is not aligned
with their sustain- ability
goals. They are willing to
curate their front stage self to
align with the desires of their
followers.
This provides a glimpse into
their backstage self as it
shows their motivation to
grow their following, which is
typically hidden as it can be
perceived as inauthentic.
Dalam penelitian yang penulis lakukan memiliki persamaan dan perbedaan dengan penelitian
terdahulu. Adapun persamaan yang dimiliki yaitu sama-sama menggunakan variable media
sosial.

Sebelum melakukan pelaksanaan proses penelitian, peneliti melakukan survey awal


yang bertujuan untuk mengetahui kenyataan yang ada di lapangan. Survey awal dilakukan
dengan cara pembuatan kuesioner kepada pengguna media social pengikut dari salah satu
akun asuransi kesehatan dengan indikator sebagai berikut:

Tabel 1.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis kelamin


Jenis Kelamin Jumlah Presentase

Laki-laki 27 90%
Perempuan 3 10%
Total 30 100%
Tabel 1.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
Usia Jumlah Presentase
< 40 5 17%
40 - 50 21 70%
>50 4 13%
Total 30 100%

Tabel 1.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan


Pekerjaan Jumlah Presentase
PNS 1 3%
BUMN 8 27%
Wiraswasta 21 70%
Total 30 100%

Tabel 1.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Penghasilan


Penghasilan Jumlah Presentas
e
> Rp 10.000.000 16 53%
> Rp 15.000.000 14 47%
Total 30 100%

Peneliti melakukan survey awal untuk mendapatkan data terkait karakteristik responden
untuk memahami lebih jauh tentang Health Cosnciuesness, Celebrity Edorser dan Social
Media terhadap niat membeli premi asuransi kesehatan. Pada data diatas, karakteristik
responden sebesar 70% adalah usia 40 sampai dengan 50 tahun dengan persentase terbesar
adalah Laki-laki 90% dengan dominasi pekerjaan responden adalah Wiraswasta.
Gaji/penghasilan perbulan responden terbanyak adalah 53% dengan pendapatan diatas 10 juta
rupiah.

Tabel 1.6 Survey Awal


Variabe Indikat Respo Persentas
l or n e
Health Platform e-commerce menawarkan sejumlah Ya 96,9%
Cosnciue diskon selama promosi flash sale
sness Platform e-commerce memiliki produk yang Pernah 82,8%
harus tersedia selama promosi flash sale
Intensitas Platform e-commerce memberikan Ya 100%
program promosi flash sale
Celebrit Saya secara spontan melakukan pembelian Ya 50,8%
y selama flash sale berlangsung
Edorser Saya melakukan pembelian selama flash sale Ya 79,7%
meskipun tidak berencana untuk membeli
barang tersebut
Saya secara spontan melakukan pembelian Ya 54,7%
selama flash sale berlangsung
Social Saya secara spontan melakukan pembelian Ya 50,8%
Media selama flash sale berlangsung
Saya melakukan pembelian selama flash sale Ya 79,7%
meskipun tidak berencana untuk membeli
barang tersebut
Saya secara spontan melakukan pembelian Ya 54,7%
selama flash sale berlangsung
Sumber: Peneliti, 2022

1.2 Formulasi Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang dapat dikemukakan
yaitu :
1. Bagaimana pengaruh health cosnciuesness, celebrity endorser, social media terhadap
niat membeli premi asuransi kesehatan.

1.3 Ruang Lingkup

Pembatasan masalah dilakukan agar masalah lebih fokus dan spesifik pada variabel –
variabel penelitian, maka Batasan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Subjek penilitian ini adalah pengguna sosial media dengan usia produktif (25 tahun -
50 tahun)
2. Penelitian dilaksanakan dengan menempatkan sikap, norma subyektif, dan persepsi
control perilaku yang dirasakan pengguna media sosial sebagai variabel independent
dan niat beli konsumen terhadap produk asuransi sebagai variabel dependen.

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan penelitian ini secara umum
mendeskripsikan bagaimana pengaruh health cosnciuesness, celebrity endorser, social media
terhadap niat membeli premi asuransi kesehatan.

1.5 State Of the Art


1.5.1 Konsep Variabel
Variabel penelitian
Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek,
organisasi, atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2016 :68).
Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel independen ( variabel bebas) dan
variabel dependen ( variabel terikat).
A. Variabel bebas ( Independent Variable )
Variabel yang sering disebut sebagai variabel stimulus, prediktor, antecendent. Variabel
bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahan atau
timbulnya variabel dependen (terikat) (Sugiyono, 2016:68). Variabel bebas yang
digunakan dalam penelitian ini :
1. Media Sosial
Menurut Nasrullah (2015) media sosial adalah medium di internet yang memungkinkan
pengguna merepresentasikan dirinya maupun berinteraksi, bekerja sama, berbagi,
berkomunikasi dengan pengguna lain membentuk ikatan sosial secara virtual. Meike da
n Young dalam Nasrullah (2015) mengartikan kata media sosial sebagai konvergensi
antara komunikasi personal dalam arti saling berbagi diantara individu (to be share one-
to-one) dan media publik untuk berbagi kepada siapa saja tanpa ada kekhususan
individu.
2. Celebrity Endorser
Menurut Kotler (2009) celebrity endorser merupakan penggunaan narasumber (source)
sebagai figur yang menarik atau populer dalam iklan, sehingga dapat memperkuat citra
dari suatu merek dalam pikiran pelanggan. Truthworthiness mengacu pada kejujuran,
integritas, dan kepercayaan diri dari seorang sumber pesan.
3. Kredibilitas
Kredibilitas adalah seperangkat persepsi komunikate tentang sifat- sifat komunikator.
Dalam hal ini terkandung dua hal: pertama kredibilitas merupakan persepsi khalayak,
jadi tidak inhern dalam diri komunikator, kedua kredibilitas berkenaan dengan sifat-sifat
komunikator (Rakhmat, 2005:257).
4. Health Consciousness
Menurut Chen (2009), health consciousness merupakan kesiapan seseorang dalam
melakukan sesuatu untuk hidupnya yang lebih sehat. Jika seseorang sudah siap untuk
bertindak dengan kesehatannya sendiri, ia akan memilih makanan organik dibanding
anorganik.
5. Follower
Menurut Barry (2011), follower atau pengikut adalah orang yang memiliki pemimpin
yang telah dipilih atas kemauannya sendiri.
6. Product atittude
Definisi produk atittude adalah kecenderungan untuk menjawab dengan baik atau tidak
terhadap suatu produk secara konsisten
7. Purchase Atittude
Purchase Intention (minat beli) adalah tahapan dimana konsumen melakukan
pengevaluasian terhadap informasi yang diterima. Menurut Kotler & Keller (2009:137)
Purchase Intention adalah perilaku konsumen yang muncul sebagai respon terhadap
objek yang menunjukkan keinginan pelanggan untuk melakukan pembelian.
8. Impluse Buying Tendency
Konsep impulsive buying tendency (IBT) atau kecenderungan untuk melakukan
pembelian impulsif dari Rook dan Fisher dalam Badgaiyan dan Verma (2014)
didefinisikan sebagai derajat dimana individu akan melakukan pembelian yang tidak
direncanakan, cepat, dan tanpa pemikiran terlebih dahulu.
B. Variabel terikat ( Dependent Variable )
Variabel dependen atau terikat merupakan variabel yang diperngaruhi atau yang
menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2016 : 68). Variabel terikat
yang digunakan dalam penelitian ini keputusan pembelian. Keputusan pembelian adalah
proses integrasi yang digunakan untuk mengkombinasi pengetahuan untuk
mengevaluasi dua atau lebih perilaku alternatif dan memilih salah satu diantaranya
(Peter dan Olson 2013 : 163).

1.5.2 Kerangka pemikiran

Untuk menjawab permasalahan dan tujuan yang dirumuskan, maka sebagai langkah
awal dilakukan studi literatur melalui berbagai sumber mengenai teori teori yang membahas
tentang pengaruh pengaruh health cosnciuesness , celebrity endorse, social media terhadap 
niat membeli premi ssuransi kesehatan.

Berdasarkan kerangka pemikiran, maka konstelasi penelitian ini adalah sebagai berikut :

Gambar 1.2 Kerangka Konseptual


Dapat disampaikan pada kerangka konseptual diatas, bahwa pengaruh health
consciousness , celebrtity endorser , dan Social Media Terhadap Niat Membeli Premi
Asuransi Kesehatan.

1.5.3 Hipotesis Penelitian


Menurut PPKI (2000:12) "Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah
penelitian yang secara teoritis dianggap paling mungkin dan paling tinggi tingkat
kebenarannya". Sehubungan dengan permasalahan penelitian ini yaitu mengenai ada tidaknya
pengaruh Pengaruh Health Cosnciuesness , Celebrity Edorser , Engagement Social Media
Terhadap Niat Membeli Premi Asuransi Kesehatan. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian
ini adalah:
Ha : Ada pengaruh Pengaruh Health Cosnciuesness , Celebrity Edorser , Social Media
Terhadap Niat Membeli Premi Asuransi Kesehatan
Ho : Tidak ada pengaruh Health Cosnciuesness , Celebrity Edorser , Social Media
Terhadap Niat Membeli Premi Asuransi Kesehatan
Hipotesis yang diajukan selanjutnya akan diuji kebenarannya dengan bantuan statistik
beserta data-data yang terkumpul.

1.6 Manfaat Penelitian


Secara umum manfaat dari penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh health
cosnciuesness, celebrity endorser, social media terhadap niat membeli premi asuransi
kesehatan terhadap peningkatan penjualan melalui media social. Bagi penulis adalah suatu
ekperimen untuk menambah wawasan yang dapat dipakai sebagai acuan untuk melakukan
penelitian selanjutnya.
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Grand Theory / Teori Utama


2.1.1 Rational Economic Man
Ekonomi konvensional yang cenderung bersifat egoistis adalah dikarenakan landasan-
landasan paradigm yang mendasarinya memang mengarah kepada mementingkan diri sendiri.
Salah satu landasan tersebut adalah rasional economic man. Bahwa perilaku individu adalah
rasional jika ia mengutamakan pemenuhan kepentingan diri sendiri secara bebas yang
berujung kepada maximisasi kekayaan dan kepuasan tanpa melihat dampaknya kepada
kesejahteraan orang lain.

Landasan filosofis tersebut juga melahirkan konsep homo economicus (manusia


economi) yang menjadikan manusia materialis hedonis, sehingga memiliki sifat serakah atau
rakus terhadap materi. Dalam perspektif materialisme hedonisme murni, segala kegiatan
manusia dilatarbelakangi dan diorientasikan kepada segala sesuatu yang bersifat material.
Manusia dianggap merasa bahagia jika segala kebutuhan materialnya terpenuhi secara
melimpah. Pengertian kesejahteraan yang materialistik seperti ini seringkali menafikan atau

paling tidak meminimalkan keterkaitannya dengan unsur-unsur spiritual ruhaniah. Karena


yang terpenting menurut pandangan ini adalah materi. Materi dianggap sebagai penggerak
utama perekonomian. Dari sinilah sebenarnya, istilah kapitalisme berasal, yaitu paham yang
menjadikan kapital (modal/material) sebagai isme.

Pandangan konvensional yang materialis melihat bahwa konsumsi merupakan fungsi


dari keinginan, nafsu, harga barang, pendapatan dan lain-lain tanpa mempedulikan pada
dimensi spiritual karena hal itu dianggapnya berada di luar wilayah otoritas ilmu ekonomi.
Tidak ada yang dapat menghalangi perilaku homo economicus kecuali kemampuan dananya.
Tidak ada perasaan apakah konsumsi sekarang akan berpengaruh kepada masa depan dirinya
sendiri (misalnya mengkonsumsi alkohol dan merokok), masa depan seluruh umat manusia
(misalnya, menguras minyak bumi, menebangi hutan, proses industri yang menimbulkan
polusi udara dan air) apalagi masa depan kelak di akhirat. Landasan mereka adalah
pertimbangan rasionalitas yang mengutamakan keuntungan diri sendiri yang sangat subyektif
dan relative.

Asumsi rasionalitas ini sebagaimana yang digambarkan oleh Miller sebagai berikut
“individuals do not intentionally make decisions that would leave them worse off”, yang
artinya “individu tidak sengaja membuat keputusan yang akan meninggalkan mereka lebih

buruk”. Ini berarti bahwa rasionalitas didefinisikan sebagai tindakan manusia dalam
memenuhi keperluan hidupnya yaitu memaksimumkan kepuasan atau keuntungan senantiasa
berdasarkan pada keperluan dan keinginan-keinginan yang digerakkan oleh akal dan tidak
akan bertindak secara sengaja membuat keputusan yang bisa merugikan kepuasan atau
keuntungan mereka. Bahkan menurutnya, suatu aktivitas atau sikap yang terkadang nampak
tidak rasional akan tetapi seringkali ia memiliki landasan rasionalitas yang kuat, maka akan
menjadi rasional. Seperti melakukan tindakan-tindakan korup, suap, dan penyimpangan-
penyimpangan berdasarkan alasan-alasan yang dibangunnya sendiri.

Rasionalitas merupakan kunci utama dalam pemikiran ekonomi konvensional. Ia menjadi asas

aksioma bahwa manusia adalah makhluk rasional. Konsep rasionalitas muncul karena adanya
keinginan-keinginan konsumen untuk memaksimalkan utiliti dan produsen ingin
memaksimalkan keuntungan, berasaskan pada satu set constrain. Yang dimaksud constrain
dalam ekonomi konvensional adalah terbatasnya sumber-sumber dan pendapatan yang
dimiliki oleh manusia dan alam, akan tetapi keinginan manusia pada dasarnya tidak terbatas.
Berbeda dengan Ekonomi Islam, bahwa yang dimaksud dengan constrain adalah terbatasnya
kemampuan manusia baik dari segi fisik maupun pengetahuan untuk mencapai atau

mendapatkan sesuatu sumber yang tidak terbatas yang telah disediakan oleh Allah SWT.
Berdasarkan pernyataan di atas maka manusia perlu membuat suatu pilihan yang rasional
sehingga pilihan tersebut dapat memberikan kepuasan atau keuntungan yang maksimal pada
manusia.

Menurut ilmu ekonomi konvensional, sesuai dengan pahamnya tentang rational economics
man, tindakan individu dianggap rasional jika tertumpu kepada kepentingan diri sendiri (self
interest). Sebagaimana tergambar dalam ungkapan Adam Smith (1776) “it is not from the
benevolence of the butcher, the brewer, or the baker that we expect our dinner, but from their
regard to their own interest”, yang maksudnya adalah “bukanlah karena kebaikan dari tukang
daging, tukang bir, atau tukang roti kita dapat makan malam, tetapi karena kepentingan
mereka sendiri”. Jadi dalam perspektif kapitalis, tidak ada perbuatan sukarela (voluntary)
yang tanpa mengharapkan keuntungan ekonomi. Karena perilaku rasional menurut mereka
adalah ekuivalen dengan memaksimalkan utility termasuk profit.

Adam Smith menyatakan bahwa tindakan individu yang mementingkan kepentingan diri
sendiri pada akhirnya akan membawa kebaikan masyarakat seluruhnya karena tangan tak
tampak (invisible hand) yang bekerja melalui proses kompetisi dalam mekanisme pasar.

Pada sisi lain, landasan filosofi sistem ekonomi kapitalis adalah sekularisme, yaitu
memisahkan hal-hal yang bersifat spiritual dan material (atau agama dan dunia) secara
dikotomis. Segala hal yang berkaitan dengan dunia adalah urusan manusia itu sendiri
sedangkan agama hanyalah mengurusi hubungan antara manusia dengan Tuhannya. Manusia
menjadi pusat dari segala hal kehidupan (antrophosentris), manusia yang berhak menentukan
kehidupannya sendiri.

Konsep rasional economic man dalam ekonomi konvensional menuai berbagai kritik. Di
antara kritik-kritik terhadap rasionalitas dalam ekonomi konvensional adalah sebagai berikut:

1. Terlalu demanding, karena menganggap setiap agen ekonomi pasti memiliki informasi
lengkap. Ini tentu anggapan yang tidak realistik. Di samping itu terlalu terbatas,
karena memahami self interest secara sangat sempit.
2. Tidak menggambarkan tingkah laku manusia yang sesungguhnya yaitu apa yang
diasumsikan oleh ekonomi konvensional tidak mewakili perilaku manusia yang
sebenarnya dan mengabaikan sama sekali emosi dan perasan. Hamilton
mengungkapkan bahwa ilmu ekonomi berkaitan dengan kehidupan manusia,
sedangkan manusia adalah makhluk yang berperasaan selain berakal. Oleh karena itu
ekonomi modern yang mengabaikan perasaan (moral/etika) dan spirituality merupakan
kesalahan yang sangat telak. Memahami sesuatu dengan hanya berdasarkan akal

semata merupakan pemahaman yang tidak lengkap.

3. Pilihan perlu konsisten. Individu dianggap rasional jika memilih pilihannya yang
senantiasa konsisten dan mengabaikan perbedaan cita rasa individu. Di samping itu,
dalam setiap pilihannya, setiap individu tidak hanya mempertimbangkan apakah
pilihannya itu memenuhi utilitinya, akan tetapi juga mempertimbangkan mestikah
memilih pilihan itu. Misalnya, pertanyaannya bukan hanya, “Dapatkah benda ini
dibeli?” Tetapi juga “Haruskah minuman keras ini dibeli?”. Oleh karena itu Vanberg
menyatakan bahwa karena tidak mungkin mencapai konsisten yang terus menerus
dalam pilihan rasional, ia menyatakan perlu ada sebuah teori yang disebut dengan
theory of behavioural adaptation.
4. Terlalu materialistik. Teori ilmu ekonomi konvensional menganggap manusia
senantiasa ingin mencapai keuntungan material yang lebih tinggi sedangkan
sebenarnya ada batasan dalam kehendak manusia. Dalam kenyataannya keinginan
manusia tidak hanya dibatasi oleh budget constrain/level of income, tingkat harga,
atau tingkat modal yang dipunya, tetapi juga oleh hukum, peraturan perundangan,
tradisi, nilai-nilai/ajaran agama, nilai moral, dan tanggung jawab sosial.

2. Positivisme

Dalam tradisi epistomologi Barat terdapat aliran positivisme yang turut berperan
melandasi ilmu ekonomi Barat. Aliran positivisme yang dikemukakan oleh Comte (1798-
1857) ini menyatakan bahwa hanya fakta atau hal yang dapat ditinjau dan diuji secara empiris

saja yang dapat diakui sebagai pengetahuan yang sah.

Konsekuensi dari pandangan di atas menolak secara tegas pelibatan wahyu sebagai
sumber pengetahuan dan kebenaran. Kebenaran teori ekonomi hanya dapat dibuktikan jika
sesuai dengan fakta-fakta empiris. Analogi Adam Smith tentang self interest sebagai hukum
yang mengatur tindakan ekonomi manusia sederajat dengan hukum-hukum yang mengatur
mekanisme alam semesta jelas mengindikasikan penolakan itu.
Kaum positivisme juga menyatakan bahwa ilmu harus bersifat bebas nilai (value free)
agar tercipta objektivitas ilmiah. Sementara ekonomi Islam meletakkan wahyu sebagai
sumber kebenaran dan pengetahuan bagi manusia. Dalam Islam, akal memperoleh
penghormatan sebagai sarana untuk memahami wahyu. Sedang wahyu menjelaskan fenomena
ekonomi dalam perspektif transendental dan hal-hal yang tak terjawab oleh logika dengan

nilai-nilai Islam.

Pandangan positivisme yang bebas nilai ini sangat bertentangan dengan Islam. Dalam
perspektif Islam ilmu pengetahuan jenis apapun sarat dengan nilai (value loaded). Landasan
pemikiran Islam berangkat dari konsep tauhid, bahwa konsep tauhid tidak pernah
membedakan ha-hal yang spiritual dan temporal serta yang religius dan profane di dalam
segala bidang. Antara yang sakral dan profane tidak dapat dipisahkan, karena yang profan
selalu menafsirkan (mengimplementasikan) dari yang sakral. Pandangan positivisme dalam
kebenaran ilmu pengetahuan dapat menyajikan kebenaran yang bersifat kongkrit, pasti, akurat
dan bermanfaat sebatas di wilayah empiris dan Islam dapat menyajikan kesatuan antara ilmu

dan kepentingannya.

Jadi ekonomi konvensional berusaha mewujudkan suatu ilmu ekonomi yang bersifat
objektif, bebas dari petimbangan moralitas dan nilai, dan karenanya berlaku universal. Ilmu
ekonomi telah dideklarasikan sebagai kenetralan yang maksimal di antara hasil akhir dan
independensi setiap kedudukan etika atau pertimbangan normatif. Untuk mewujudkan
obyektivitas ini, maka positivisme telah menjadi bagian integral dari paradigma ilmu
ekonomi. Positivisme menjadi sebuah keyakinan bahwa setiap pernyataan ekonomi yang
timbul harus mempunyai pembenaran dari fakta empiris. Paham ini secara otomatis
mengabaikan peran agama dalam ekonomi, sebab dalam banyak hal, agama mengajarkan
sesuatu yang bersifat normatif.

Terlepasnya positivisme dari nilai-nilai dan norma agama yang normative dan
mengatur ketidakadilan mengindikasikan adanya motivasi sistem ekonomi yang
mengutamakan kebebasan dalam beraktivitas. Bagi mereka manusia tidak perlu dikekang
dengan aturan-aturan, karena dianggap dapat menghilangkan kretifitasnya. Dalam pandangan
ekonomi konvensional, memberikan kebebasan kepada semuanya akan menciptakan
keseimbangan dengan sendirinya. Hal ini dapat dilihat dalam konsep keseimbangan yang
ditawarkan oleh hukum say yang akan dibahas berikut ini.

3. Hukum Say

Hukum Say yang dikemukakan oleh Jean Babtis Say (1767-1832), didasarkan pada
asumsi bahwa nilai produksi selalu sama dengan pendapatan. Jadi, dalam pasar persaingan
sempurna tidak akan pernah terjadi excess supplay (kelebihan penawaran). Terdapat suatu
keyakinan bahwa selalu terdapat keseimbangan (equilibrium) yang bersifat alamiah,
sebagaimana hukum keseimbangan alam dalam tradisi fisika Newtonian. Jean Babtis Say
menyatakan bahwa supply creates its own demand, penawaran menciptakan permintaannya
sendiri. Ini berimplikasi pada asumsi bahwa tidak akan pernah terjadi ketidakseimbangan
dalam ekonomi. Kegiatan produksi dengan sendirinya akan menciptakan permintaannya
sendiri, maka tidak akan terjadi kelebihan produksi dan pengangguran. Implikasi selanjutnya,
tidak perlu ada intervensi pemerintah dalam kegiatan ekonomi. Intervensi pemerintah
dianggap justru akan mengganggu keseimbangan alamiah. Asumsi inilah yang menjadi piranti

keyakinan akan kehebatan pasar dalam menyelesaikan semua persoalan ekonomi.

Hukum say ini tidak hanya mempunyai dampak terhadap perilaku produksi yang
mengabaikan pembatasan secara proporsional, tetapi juga akan berpengaruh terhadap perilaku
konsumsi. Karena tidak ada pembatasan produksi, maka industri dipaksa untuk menawarkan
barangnya dengan berbagai cara. Melalui industri periklanan, dikembangkan cara-cara untuk
menciptakan dan mendorong konsumsi sebagai bagian dari gaya hidup dalam masyarakat.

Iklan digunakan untuk menciptakan kekurangan-kekurangan baru dalam diri


konsumen sehingga tergerak untuk berusaha menutupinya dengan mengkonsumsi produk
yang ditawarkan. Iklan merepresentasikan mimpi buruk sekaligus menyenangkan. Iklan
menciptakan hasrat dalam diri konsumen dan menawarkan produk sebagai jawabannya. Iklan
kemudian menggeser sikap tradisional seperti hemat, ke dalam sikap hidup yang hedonis
(mengedepankan kesenangan duniawi) yang mengutamakan belanja. Iklan memberikan
rasionalisasi kepada konsumen untuk tidak sayang mengeluarkan uang sebanyak-banyaknya
demi mendapatkan kepuasan yang dijanjikan.

Untuk menjalankan tugas tersebut, iklan telah dipikirkan sedemikian rupa sehingga
menggunakan pendekatan rasional psikologis dalam ilmu yang lebih modern. Iklan kemudian
menggeser dari captain of industry menjadi captain of consciusness, melalui citra yang
dibangunnya. Disebut captain of conciusness karena iklan menumbuhkan kesadaran-
kesadaran baru bahwa orang membutuhkan produk-produk baru dengan merek tertentu.
Dalam benak konsumen terbangun kesadaran baru bahwa ia memiliki sejumlah kekurangan
yang perlu dipenuhi dengan mengkonsumsi atau menggunakan produk tertentu.

Salah satu contoh perilaku konsumen terhadap trend kecantikan yang dikonstruksi
melalui iklan. Perempuan didorong untuk tumbuh kesadarannya bahwa ia tidak dikatakan
cantik bila tidak memiliki tubuh yang langsing, atau wajah yang putih bersih. Oleh karena itu
ia perlu menggunakan produk-produk kecantikan, kapsul pelangsing tubuh, menggunakan
krim pembesar payudara maupun krim pemutih wajah. Bila tubuh sudah langsing, payudara
sudah indah, dan kulit putih, produsen lain mendikte standar kecantikan perempuan dengan
mengemukakan kekurangan-kekurangan baru yang ditanamkan dibenak perempuan seolah
mengatakan: “kondisi fisik yang anda miliki sekarang tidak hanya cukup seperti itu, wajah
tidak hanya putih, namun juga bersinar”. Bila sudah putih bersinar, produk lain akan berkata:
“wajah putih bersinar tidak cukup, ia perlu putih bersinar, kenyal dan sehat”. Pendiktean yang
dilakukan oleh produsen melalui iklan terjadi secara terus menerus dengan mengemukakan
“kekurangan-kekurangan baru” yang harus ditutupi atau diatasi oleh perempuan dengan cara
membeli produk yang diiklankan.

Dari uraian di atas menggambarkan betapa iklan telah mendikte kesadaran seorang
konsumen baik secara individu maupun kolektif. Iklan bahkan mendorong untuk membeli
produk yang mungkin sebenarnya tidak diperlukan, atau mempersuasi untuk mengkonsumsi
produk secara berlebihan, sehingga memunculkan sikap konsumerisme pada masyarakat.

Jadi secara tidak langsung hukum say yang memberikan motivasi terhadap produksi
sebanyak-banyaknya ternyata dapat menimbulkan budaya yang tidak baik, yaitu
konsumerisme. Konsumerisme adalah paham atau aliran atau ideologi dimana seseorang atau
kelompok melakukan atau menjalankan proses konsumsi atau pemakaian barang barang hasil
produksi secara berlebihan atau tidak sepantasnya secara sadar dan berkelanjutan. Bisa juga
disebut konsumtif dan gampangnya lagi apabila konsumtif tersebut dijadikan sebagai gaya
hidup. Tentu hal ini sangat tidak sesuai dengan nilai-nilai Islam yang menghindari israf
(berlebih-lebihan) dan tabdzir (tidak maslahah).

2.2. Middle Theory

Menurut Kotler, perilaku konsumen adalah studi tentang bagaimana individu, kelompok
dan organisasi memilih, memberi, menggunakan dan bagaimana barang, jasa, ide atau
pengalaman untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan mereka.

Menurut Engel et al, perilaku konsumen adalah tindakan yang langsung terlibat dalam
pemerolehan, pengonsumsian dan penghabisan produk atau jasa, termasuk proses yang
medahului dan menyusul tindakan ini. Menurut Mowen dan Minor, perilaku konsumen adalah
studi unit-unit dan proses pembuatan keputusan yang terlibat dalam penerimaan, penggunaan,
pembelian, penentuan barang, jasa dan ide. Schiffman dan Kanuk mendefinisikan perilaku
konsumen sebagai “perilaku yang diperlihatkan konsumen untuk mecari, membeli,
menggunakan, mengevaluasi dan menghabiskan produk atau jasa yang mereka harapkan akan
memuaskan kebutuhan mereka.”

Dari pengertian perilaku konsumen di atas dapat disimpulkan bahwa perilaku konsumen
adalah tindakan yang dilakukan oleh konsumen yang dimulai dengan merasakan adanya
kebutuhan dan keinginan, kemudian berusaha medapatkan produk yang diinginkan,
mengonsumsi produk tersebut, dan berakhir dengan tindakan-tindakan pasca pembelian, yaitu
perasaan puas atau tidak puas.

Memahami perilaku konsumen merupakan suatu pekerjaan yang tidak mudah bagi para
pemasar karena banyaknya variabel yang mempengaruhi dan variabel- variabel tersebut saling
berinteraksi. Perilaku konsumen merupakan proses yang kompleks dan multidimensional.
Selanjutnya, dalam perilaku konsumen terdapat tiga dimensi, yaitu:
1. Stimulus ganda (stimulus pemasaran dan stimulus lain)

Stimulus yang dijalankan produsen atau pemasar bisa berupa strategi bauran
pemasaran (produk, harga, tempat, promosi) dan stimulus lain yang berupa kondisi
ekonomi, politik, budaya dan teknologi yang dirancang pemasar untuk mempengaruhi
dan memotivasi perilaku kosumen agar mau melakukan pembelian produk.

2. Kotak hitam konsumen


Dimensi kedua dari model perilaku konsumen

adalah kotak hitam konsumen yang mencakup karakteristik konsumen, dan proses
pengambilan keputusan konsumen. Contoh karakteristik konsumen adalh jenis
kelamin, umur, tingkat pendidikan, penghasilan, kelas sosial, budaya dan sebagainya.
Proses pengambilan keputusan konsumen dimulai dengan dirasakannya beberapa
masalah, yaitu kebutuhan dan keinginan yang belum terpuaskan, pencarian informasi,
pengevaluasian, pembuatan keputusan pembelian, dan diakhiri dengan tindakan pasca
pembelian. Karakteristik konsumen dan proses pengambilan keputusan konsumen
menentukan perilaku konsumen dalam pembelian.

3. Respon konsumen
Dimensi ketiga dari model perilaku konsumen

adalah respon konsumen terhadap stimulus produsen atau pemasar. Respon konsumen
bisa berupa tindakan membeli atau tidak membeli produk yang ditawarkan produsen
atau pemasar.

2.3 Teori SOR

2.3. Hubungan Antar Variabel


2.4.1 Variabel penelitian
Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek,
organisasi, atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2016 :68).
Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel independen ( variabel bebas) dan
variabel dependen ( variabel terikat).

A. Variabel bebas ( Independent Variable )

Variabel yang sering disebut sebagai variabel stimulus, prediktor,


antecendent. Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang
menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel dependen (terikat) (Sugiyono,
2016:68). Variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini :

1. Media Sosial

Menurut Nasrullah (2015) media sosial adalah medium di internet yang


memungkinkan pengguna merepresentasikan dirinya maupun berinteraksi,
bekerja sama, berbagi, berkomunikasi dengan pengguna lain membentuk ikatan
sosial secara virtual. Meike da n Young dalam Nasrullah (2015) mengartikan
kata media sosial sebagai konvergensi antara komunikasi personal dalam arti
saling berbagi diantara individu (to be share one-to-one) dan media publik
untuk berbagi kepada siapa saja tanpa ada kekhususan individu.

1. Celebrity Endorser

Menurut Kotler (2009) celebrity endorser merupakan penggunaan narasumber


(source) sebagai figur yang menarik atau populer dalam iklan, sehingga dapat
memperkuat citra dari suatu merek dalam pikiran pelanggan. Truthworthiness
mengacu pada kejujuran, integritas, dan kepercayaan diri dari seorang sumber
pesan.

2. Kredibilitas

Kredibilitas adalah seperangkat persepsi komunikate tentang sifat- sifat


komunikator. Dalam hal ini terkandung dua hal: pertama kredibilitas merupakan
persepsi khalayak, jadi tidak inhern dalam diri komunikator, kedua kredibilitas
berkenaan dengan sifat-sifat komunikator (Rakhmat, 2005:257).

4. Health Consciousness

Menurut Chen (2009), health consciousness merupakan kesiapan seseorang


dalam melakukan sesuatu untuk hidupnya yang lebih sehat. Jika seseorang
sudah siap untuk bertindak dengan kesehatannya sendiri, ia akan memilih
makanan organik dibanding anorganik.

5. Follower

Menurut Barry (2011), follower atau pengikut adalah orang yang memiliki
pemimpin yang telah dipilih atas kemauannya sendiri.

6. Product atittude

Definisi produk atittude adalah kecenderungan untuk menjawab dengan baik


atau tidak terhadap suatu produk secara konsisten

7. Purchase Atittude

Purchase Intention (minat beli) adalah tahapan dimana konsumen melakukan


pengevaluasian terhadap informasi yang diterima. Menurut Kotler & Keller
(2009:137) Purchase Intention adalah perilaku konsumen yang muncul sebagai
respon terhadap objek yang menunjukkan keinginan pelanggan untuk
melakukan pembelian.

8. Impluse Buying Tendency

Konsep impulsive buying tendency (IBT) atau kecenderungan untuk melakukan


pembelian impulsif dari Rook dan Fisher dalam Badgaiyan dan Verma (2014)
didefinisikan sebagai derajat dimana individu akan melakukan pembelian yang
tidak direncanakan, cepat, dan tanpa pemikiran terlebih dahulu.

B. Variabel terikat ( Dependent Variable )

Variabel dependen atau terikat merupakan variabel yang diperngaruhi atau


yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2016 : 68). Variabel
terikat yang digunakan dalam penelitian ini keputusan pembelian. Keputusan
pembelian adalah proses integrasi yang digunakan untuk mengkombinasi
pengetahuan untuk mengevaluasi dua atau lebih perilaku alternatif dan memilih
salah satu diantaranya (Peter dan Olson 2013 : 163).
2.5. Kerangka Penelitian
Pemilihan strategi pemasaran yang cocok menjadi faktor penentu keberhasilan
penjualan asuransi. Maka PT Asuransi Jiwa Astra perlu melakukan analisis perencanaan
pemasaran (Marketing Plan). Tujuan perencanaan pemasaran adalah untuk menentukan
bagaimana perusahaan dapat menepatkan strategi pemasaran secara nyata dalam praktik di
pasar.
Berdasarkan kerangka pemikiran, maka konstelasi penelitian ini adalah sebagai berikut :
Gambar 2.1 Kerangka Penelitian

Dapat disampaikan pada kerangka konseptual diatas, bahwa pengaruh health


consciousness , celebrtity endorser , dan Social Media Terhadap Niat Membeli Premi
Asuransi Kesehatan

2.6. Hipotesis Penelitian

Menurut PPKI (2000:12) "Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah


penelitian yang secara teoritis dianggap paling mungkin dan paling tinggi tingkat
kebenarannya". Sehubungan dengan permasalahan penelitian ini yaitu mengenai ada
tidaknya pengaruh Pengaruh Health Cosnciuesness , Celebrity Edorser , Engagement
Social Media Terhadap Niat Membeli Premi Asuransi Kesehatan. Hipotesis yang diajukan
dalam penelitian ini adalah:
H1 : Ada pengaruh Pengaruh Health Cosnciuesness , Celebrity Edorser , Social
Media Terhadap Niat Membeli Premi Asuransi Kesehatan

H2 : Tidak ada pengaruh Health Cosnciuesness , Celebrity Edorser , Social Media


Terhadap Niat Membeli Premi Asuransi Kesehatan

Hipotesis yang diajukan selanjutnya akan diuji kebenarannya dengan bantuan statistik
beserta data-data yang terkumpul.
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian


Dalam suatu penelitian, peniliti harus menentukan metode yang akan digunakan dalam penelitian.
Sugiyono (2019:2) mengemukakan bahwa :

Metode penelitian dapat diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid sebagai cara
ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan, dikembangkan, dan dibuktikan,
suatu pengetahuan tertentu sehingga pada gilirannya dapat digunakan untuk memahami, memecahkan, dan
mengantisipasi masalah.
Metode yang digunakan dalam penilitian ini adalah metode penelitian deskriptif dengan pendekatan
survey . Penelitian deskriptif dengan pendekatan survey ini ddigunakan untuk mengukur gejala-gejala yang
ada tanpa menyelidiki mengapa gejala -gejala tersebut ada. Juga tidak memperhitungkan hubungan-
hubunganantara variabel-variabel, lebih menggunakan data yang ada untuk memecahkan masalah yang ada
dari pada pengujian hipotesis. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk membuktikan pengaruh health
cosnciuesness, celebrity endorser, social media terhadap niat membeli premi asuransi kesehatan.

3.2.1 Variabel Operasional

Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau
kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari
dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2019:68). Berikut adalah penjabaran
tabel variabel operasional:

N Variabel Definisi Sumbe


Indikator
o Penelitian Variable r

Social Interaksi antara


- Media
Media konsumen dengan
Sosial
Engageme brand Anda melalui
- Like,
1 nt platform social media
Kome
yang dapat dilihat dari
(Variabel n dan
jumlah like, komen
Bebas) Share
dan share.
2 Celebrity Seorang artis, - Terkenal Terenc
Endorser entertainer, - Ahli e A.
atlet, dan Shimp
(Variabel (2002)
Bebas) publik figur
yang mana
banyak
diketahui oleh
orang banyak
untuk
keberhasilan
dibidangnya
masing-masing
dari bidang
yang
didukung.

3 Health Sejauh mana -Kesadaran Sandu


consciousnes masalah (2015)
kesehatan
s kesehatan
(Variabel mengambil
bebas) bagian dari
kehidupan
sehari-hari
seseorang. Hal
yang paling
utama yang
harus
diperhatikan
untuk
menggunakan
suatu produk
adalah dampak
produk
tersebut
terhadap
kesehatan kita
sendiri.
4 Credibility Hal yang - Kepercayaan The
sangat Associ
(Variabel ation
Mediating) berkaitan
dengan of
kepercayaan. Consu
mer
Resear
ch

5 Number Of Salah satu - Jumlah


Follower kekuatan yang Followes
(Variabel dimiliki
Mediating) seorang
influencer
sebagai 'nilai
jual' lebih.
6 Impulse Derajat - Pembelian Badgai
Buying dimana konsumen yan
Tendencies individu akan dan
melakukan Verma
(Variabel (2014)
terikat) pembelian
yang tidak
direncanakan,
cepat, dan
tanpa
pemikiran
terlebih
dahulu.

7 Ad Attitude Kesukaan atau - Iklan John C


ketidaksukaan Mayer
(Variabel dan M.
Terikat) konsumen
secara umum Minor
atas (2009:
rangsangan 378)
iklan tertentu
selama
exposure iklan
tersebut.
8 Product Kecenderunga -Penilaian produk
Attitude n untuk
(Variabel menjawab
Terikat) dengan baik
atau tidak
terhadap suatu
produk secara
konsisten.

9 Purchase Tahapan -Pembelian Kotler


Intention dimana &
konsumen Keller
(Variabel (2009:
Terikat) melakukan
pengevaluasia 137)
n terhadap
informasi yang
diterima.
3.2 Populasi dan Sampel

3.2.1 Populasi

Menurut Hadari Nawawi (1983), Populasi adalah keseluruhan


objek penelitian yang terdiri atas manusia, hewan, benda-benda,
tumbuh, peristiwa, gejala, ataupun nilai tes sebagai sumber data
yang mempunyai karakteristik tertentu dalam suatu penelitian
yang dilakukan. Ada pun populasi dari penelitian ini adalah
pengguna media sosial di internet.

3.2.2 Sampel

Sampel merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang


dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2010). Salah satu
metode yang digunakan untuk menentukan jumlah sampel adalah
menggunakan rumus Slovin, sebagai berikut:

Dimana :
n = jumlah
sampel N =
jumlah
populasi
e = batas toleransi kesalahan (error tolerance)
= 10% n = 1000/1+𝑁𝑒 2
= 1000/ 1+(1000)(0,1)2
n = 90,9
Jumlah sampel adalah 91 orang dari pengguna media social

3.2.3 Validitas dan Reliabilitas


3.2.3.1 Uji Validitas
Uji Validitas merupakan Uji ketepatan atau ketelitian suatu alat
ukur dalam mengukur apa yang sedang ingin diukur. Dalam
pengertian yang mudah dipahami, uji validitas bertujuan untuk
menilai apakah seperangkat alat ukur sudah tepat mengukur apa
yang seharusnya diukur.

Menurut Sugiyono (2017: 125) menunjukkan derajat ketepatan


antara data yang sesungguhnya terjadi pada objek dengan data
yang dikumpulkan oleh peneliti. Uji validitas ini dilakukan untuk
mengukur apakah data yang telah didapat setelah penelitian
merupakan data yang valid atau tidak, dengan menggunakan alat
ukur yang digunakan (kuesioner). Uji validitas dilakukan pada
responden sebanyak 91 pengguna media social.

𝑟 ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = 𝑛∑ 𝑥𝑦 − (∑
𝑥∑ 𝑦)

0{𝑛 ∑ 𝑥2 − (∑ 𝑥2)}{𝑛 ∑

𝑦2 − (∑ 𝑦2)}

Keterangan :

𝑟 = Koefisien korelasi
𝑥𝑦
n = Banyaknya sampel
∑ 𝑥𝑦 = Jumlah perkalian variabel x dan
y
∑ 𝑥 = Jumlah nilai variabel x
∑ 𝑦 = Jumlah nilai variabel y
∑ 𝑥2 = Jumlah pangkat
dari nilai variabel x
∑ 𝑦2 = Jumlah
pangkat dari nilai variabel y Pengujian
validitas ini dilakukan dengan menggunakan
program SPSS 22.0 for windows dengan
kriteria berikut :
1. Jika r hitung > r tabel maka pernyataan
tersebut dinyatakan valid.
2. Jika r hitung < r tabel maka pernyataan
tersebut dinyatakan tidak valid.
3. Nilai r hitung dapat dilihat pada kolom
corrected item total correlation.

3.2.3.2 Uji Reliabilitas


Menurut Usman (2000) reabilitas adalah instrument untuk
mengukur ketepatan, keterandalan, cinsistency, stability atau
dependability terhadap alat ukur yang digunakan.

Uji reliabilitas ini dilakukan pada responden sebanyak 91


konsumen, dengan menggunakan pertanyaan yang telah
dinyatakan valid dalam uji validitas dan akan ditentukan
reliabilitasnya. Uji reliabilitas dilakukan dengan menggunakan
program SPSS 22.0 for windows, variabel dinyatakan reliabel
apabila memenuhi kriteria sebagai berikut berikut :
1. Jika r-alpha positif dan lebih besar dari r-tabel maka
pernyataan tersebut reliabel.
2. Jika r-alpha negatif dan lebih kecil dari r-tabel maka
pernyataan tersebut tidak reliabel.
a. Jika nilai Cronbach’s Alpha > 0,6 maka reliable
b. Jika nilai Cronbach’s Alpha < 0,6 maka tidak reliable

Variabel dikatakan baik apabila memiliki nilai Cronbach’s Alpha >


dari 0,6 (Priyatno, 2013: 30).

3.2.4 Alat Analisis


Data yang diperoleh dari hasil kuisioner disusun dan selanjutnya
dianalisis menggunakan software SPSS 22.0. Data tersebut akan
disajikan dalam bentuk tabel dan gambar sehingga pembaca
lebih mudah untuk memahami dan menganalisis data.
DAFTAR PUSTAKA

● Mandey, Silvya L. 2009. Pengaíuh Ïakīoí Gaya Hidup ľeíhadap Kepuīusan


Pembelian Konsumen. Juínal Vol. 6. No. 1

● Nawawi, H. Hadari. 1983. Metode Penelitian Deskriptif. Gajah Mada University


Press. Yogyakarta.

● Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.


Bandung : Alfabeta, CV

● Duwi Priyatno. 2013. Analisis Korelasi, Regresi, dan Multivariate Dengan


SPSS. Yogyakarta : Gava Media.

● https://www.antaranews.com/berita/2930745/pengguna-internet-indonesia-naik-
dari- tahun-ke-tahun

● https://kc.umn.ac.id/18323/8/BAB_II.pdf

● https://www.igi-global.com/dictionary/product-attitude/23649

● http://digilib.uinsby.ac.id/15336/5/Bab%202.pdf

● Abdillah, Perilaku Konsumen dalam Perspektif Ekonomi Syariah, Jurnal


Ekonomi dan Bisnis, Vol. 6. No. 2, 2007.
● Ahmadiono, “Islamisasi Ilmu Pengetahuan dalam Bidang Ekonomi (Studi atas
Gagasan Islamisasi Ilmu Pengetahuan al-Faruqi dan Relevansinya dalam bidang
Ekonomi”, dalam Antologi Kajian Islam, Juli 2003.
● Chapra, M. Umer, Masa Depan Ilmu Ekonomi, (terj.) Ikhwan Abidin, The
Future of Economics: An Islamic Perspective, Jakarta: Gema Insani Press, 2001.

Draft Kuesioner

Petunjuk Pengisian
Berikan tanda checklist ( v ) pada kolom jawaban yang tersedia yang Anda anggap
paling sesuai dengan pendapat pribadi Anda. Pastikan seluruh pertanyaan yang
tersedia terisi semuanya dengan lengkap.
Keterangan :
5 - Sangat Setuju (SS)
4 - Setuju (S)
3 - Ragu-Ragu (RR)
2 - Tidak Setuju (TS)
1 - Sangat Tidak Setuju (STS)

No Pernyataan Jawaban
Flash Sale SS S R TS STS
1 Saya merasa produk dan ketersediaan produk saat
flash sale terbatas
2 Saya merasa produk yang menarik bagi saya terjual
habis dengan cepat saat flash sale
3 Saya khawatir ketersediaan produk yang terbatas
saat flash sale
4 Saya merasa ketersediaan waktu untuk belanja saat
flash sale terbatas
5 Saya merasa durasi flash sale berakhir dengan cepat
Organism
6 Saya akan membeli barang dari brand ternama
7 Saya akan membeli barang jika brand memiliki nilai
baik
8 Saya merasa berkompetisi dengan pembeli lain
untuk membeli barang
9 Ketika saya berhasil membeli produk dengan cepat,
saya merasa menang dari pembeli lain
Positive Emotion
10 Saya merasa nyaman saat berbelanja
11 Saya merasa antusias saat berbelanja
12 Saya merasa bebas berbelanja
Pembelian Impulsif
13 Jumlah Diskon yang terdapat selama program
promosi flash sale
14 Frekuensi pelaksanaan program promosi flash sale
berlangsung
15 Ketersediaan produk ketika program promosi flash
sale berlangsung

Anda mungkin juga menyukai