SKRIPSI
Oleh
SKRIPSI
Oleh
SKRIPSI
Disusun Oleh:
Disetujui oleh:
Pembimbing dan Head of Study Program
Telah dijadikan sebagai Tugas Akhir/Skripsi pada Program Studi di Universitas Bina
Nusantara dan telah diuji pada semester Ganjil tahun 2020/2021, disetujui untuk
dielaborasi dan diajukan bersama-sama sebagai publikasi internasional, dengan
ketentuan:
Nama: Niken Dwi Kinasih Putri
Nama: Abdulghoni Hilmy
Nama: Sapta Bagus Santoso
Para penulis di atas sekaligus merupakan pemegang hak cipta atas publikasi
internasional tersebut. Pernyataan ini dibuat dengan penuh kesadaran dan tanpa
paksaan dari pihak manapun.
disampaikan bahwa:
NIM : 2402006933 Nama : Niken Dwi Kinasih Putri
NIM : 2402002494 Nama : Abdulghoni Hilmy
NIM : 2402008232 Nama : Sapta Bagus Santoso
Telah melaksanakan survei dan pengambilan data yang berasal dari data-data publik
dan diperkenankan untuk mempergunakan data tersebut secara bertanggung jawab
untuk kepentingan skripsi/tugas akhir.
Menyetujui,
Abstract
(Eng) TUJUAN PENELITIAN, ialah ... METODE PENELITIAN ... ANALISIS ...
HASIL YANG DICAPAI ... SIMPULAN ... (BB, CN, CS)
(1 paragraf: 100-200 kata)
(Indo) TUJUAN PENELITIAN, ialah ... METODE PENELITIAN ... ANALISIS ...
HASIL YANG DICAPAI ... SIMPULAN ... (BB, CN, CS)
(1 paragraf: 100-200 kata)
Puji dan Syukur kami haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat dan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan tugas proposal laporan skripsi
yang berjudul; “PENGARUH HEALTH COSNCIUESNESS, CELEBRITY
ENDORSER, SOCIAL MEDIA TERHADAP NIAT MEMBELI PREMI
ASURANSI KESEHATAN” dengan tepat waktu dan sebaik-baiknya.
Proposal Laporan Skripsi ini dibuat untuk memenuhi syarat dan tugas akhir
dalam menempuh pendidikan S1 Business Management sekaligus sebagai upaya
kami dalam sungguh-sungguh mencoba untuk membahas dan menyelesaikan
permasalahan yang dihadapi secara nyata dalam dunia bisnis khususnya dalam
hal pemasaran.
1. Prof. Dr. Ir. Harjanto Prabowo, M.M. selaku Rektor Binus University
2. Dr. Agus Putranto, S.Kom., M.T., M.Sc. selaku Direktur Binus University
3. Dr. Rudy, S.Kom.,M.M. selaku Academic & Program Senior Manager
4. Dr. Hartiwi Prabowo, S.E., M.M. selaku Kepala Program Studi Management
Binus University, Dr. Dra. Ngatindriatun, MP. Selaku OLC Foundation of
economics & Quantitative business management, Dr. Ir. Teguh Sriwidadi,
M.M. selaku OLC Business Strategy & Management of Retail, Lianna
Wijaya A.Md., S.E., MMSI selaku OLC Global Business Management, Rini
Kurnia Sari, S.E., M.E. selaku Online Lecture Specialist S2, Yuniarty, S.E.,
M.M.S.I. selaku Deputy Head of program, Dr. Ridho Bramulya Ikhsan, S.E.,
M.M. selaku Research Coordinator.
5. Dosen Pembimbing: Yudi Fernando, S.E.,M.B.A.,Ph.D.,MlogM
6. Rekan sejawat dalam kelompok ini yang secara bersinergi menuangkan buah-
buah pikiran menjadi suatu penyelesaian yang bermanfaat.
No Judul Halama
Tabel Tabel n
PENDAHULUAN
Menjaga kesehatan mulai dari menjalankan pola hidup sehat dan mengkonsumsi
makanan bergizi tentu saja merupakan hal paling penting dilakukan setiap orang untuk
mendapatkan tubuh dan jiwa yang sehat sehingga dapat beraktivitas dengan maksimal. Meski
telah berusaha menjaga kesahatan, resiko mengalami sakit tetap ada. Apalagi dengan
bertambahnya usia, resiko sakit makin besar terutama jika memiliki riwayat tertentu dalam
keluarga. Sementara biaya pengobatan kesehatan saat ini terus meningkat sehingga perlu
diantisipasi agar tidak mengganggu keuangan.
Menurut laporan Mercer Mars benefit memprediksi kenaikan inflasi biaya kesahatan
umum di 2022 hampir 5 kali lipat. Peningkatan ini juga dialami 5 negara di benua Asia
mengalami tingkat tren medis tertinggi. Berikut laporan Mercer Marsh Benefits 2020 – 2022 :
Gambar 1.1
Ringkasan Perkiraan Harga Asuransi Tahun 2020-2022
Mahalnya biaya yang dikeluarkan untuk kesehatan memang nyata terjadi. Menteri
Kesehatan Budi Gunadi Sadikin pun khawatir dengan meningkatnya biaya kesehatan yang
bisa membebani masyarakat dan negara. Dikutip dari Tirto, Budi Gunadi mengungkapkan
bahwa rata-rata biaya kesehatan di seluruh dunia termasuk Indonesia dalam 20 tahun terakhir
naik lebih tinggi dari pertumbungan ekonomi negaranya. Cara terbaik untuk meminimalisir
masalah – masalah kesehatan seperti biaya pengobatan adalah memiliki asuransi kesehatan.
Dengan asuransi kesehatan biaya yang harus dikeluarkan, mulai dari biaya perawatan seperti
kamar, obat, dokter, semuanya akan di cover oleh perusahaan asuransi sesuai dengan jaminan
polis yang diambil .
Salah satu media komunikasi untuk mengedukasi pentingnya kesehatan dan asuransi
yaitu dengan sosial media. Sosial media dalam komunikasi kesehatan memiliki peran penting
seperti pengumpulan informasi tentang suatu penyakit, manajemen info kesehatan, info
tempat perawatan atau layanan darurat lainnya. Disamping itu, sosial media juga memiliki
kelebihan yakni mudah dijangkau banyak orang, interaktif, real time, dan simple.
Hal ini menjadi fakta bahwa peluang media sosial sangat besar untuk dunia pemasaran.
Menurut Philip Kotler dan Keller (2007:6), pemasaran adalah proses sosial yang dengan
proses satu individu dan kelompok untuk mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan
inginkan dengan menciptakan, menawarkan dan secara bebas mempertukarkan produk dan
jasa yang bernilai dengan pihak lain. Kebutuhan jasa perasuransian makin dirasakan, baik
perorangan maupun dunia usaha di Indonesia. Asuransi merupakan sarana financial dalam
tata kehidupan rumah tangga baik dalam menghadapi risiko yang skala kecil maupun skala
besar seperti risiko kecelakaan, kesehatan, kematian, pendidikan, kerugian dan kerusakan
dalam suatu harta benda yang dimiliki. Risiko adalah hal yang tidak bisa dipisahkan dari
kehidupan manusia, sebab semua kegiatan yang dilakukan oleh manusia pasti memiliki risiko.
Akan tetapi risiko tersebut dapat dialihkan atau diantisipasi dengan cara memiliki polis
asuransi. Dengan polis asuransi memungkinkan seseorang mendapatkan proteksi atau
perlindungan atas risiko yang dialami.
Salah satu polis asuransi yang penting untuk dimiliki adalah polis asuransi kesehatan.
Melansir laman resmi Otoritas Jasa Keungan (OJK), asuransi kesehatan adalah asuransi yang
memberikan jaminan kepada tertanggung untuk mengganti setiap pengobatan yang meliputi
biaya perawatan di rumah sakit , biaya pembedahan, dan biaya obat- obatan. Seperti yang
diketahui, kepemilikan asuransi kesehatan ibarat sedia paying sebelum hujan. Asuransi bisa
dianggap sebagai payung kesehatan bagi semua orang . Dengan tersedianya payung tersebut,
maka kita bisa mempersiapakan diri dengan risiko kesehatan atau penyakit yang muncul
kapan saja. Pada kajian ini pula terdapat beberapa penelitian sebelumnya terkait dengan
pembahasan penelitian ini :
Tabel 1.1 Penelitian Terdahulu
No Nama Penulis Judul Penelitian Perbedaaan
1 Matthew Pittman, Green Advertising on Social - Penelitian
Anne Oeldorf - Media : Brand Aunthenticity terdahulu meniliti
Hirsch & Ashley Mediates the Effect of Different tentang keaslian
Brannan Appeals on Purchase Intent and
merek memediasi
Digital Engagement .
pengaruh banding
Result : berbeda pada niat
- This experiment tested the beli dan
social influence explanation keterlibatan
using two core measures : digital ,
brand authenticity and brand sementara penulis
quality . There was no main meniliti tentang
effect for platform pengaruh health
cosnciuesness,
celebrity
endorser, social
media terhadap
niat membeli
premi asuransi
kesehatan
Laki-laki 27 90%
Perempuan 3 10%
Total 30 100%
Tabel 1.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
Usia Jumlah Presentase
< 40 5 17%
40 - 50 21 70%
>50 4 13%
Total 30 100%
Peneliti melakukan survey awal untuk mendapatkan data terkait karakteristik responden
untuk memahami lebih jauh tentang Health Cosnciuesness, Celebrity Edorser dan Social
Media terhadap niat membeli premi asuransi kesehatan. Pada data diatas, karakteristik
responden sebesar 70% adalah usia 40 sampai dengan 50 tahun dengan persentase terbesar
adalah Laki-laki 90% dengan dominasi pekerjaan responden adalah Wiraswasta.
Gaji/penghasilan perbulan responden terbanyak adalah 53% dengan pendapatan diatas 10 juta
rupiah.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang dapat dikemukakan
yaitu :
1. Bagaimana pengaruh health cosnciuesness, celebrity endorser, social media terhadap
niat membeli premi asuransi kesehatan.
Pembatasan masalah dilakukan agar masalah lebih fokus dan spesifik pada variabel –
variabel penelitian, maka Batasan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Subjek penilitian ini adalah pengguna sosial media dengan usia produktif (25 tahun -
50 tahun)
2. Penelitian dilaksanakan dengan menempatkan sikap, norma subyektif, dan persepsi
control perilaku yang dirasakan pengguna media sosial sebagai variabel independent
dan niat beli konsumen terhadap produk asuransi sebagai variabel dependen.
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan penelitian ini secara umum
mendeskripsikan bagaimana pengaruh health cosnciuesness, celebrity endorser, social media
terhadap niat membeli premi asuransi kesehatan.
Untuk menjawab permasalahan dan tujuan yang dirumuskan, maka sebagai langkah
awal dilakukan studi literatur melalui berbagai sumber mengenai teori teori yang membahas
tentang pengaruh pengaruh health cosnciuesness , celebrity endorse, social media terhadap
niat membeli premi ssuransi kesehatan.
Berdasarkan kerangka pemikiran, maka konstelasi penelitian ini adalah sebagai berikut :
LANDASAN TEORI
Asumsi rasionalitas ini sebagaimana yang digambarkan oleh Miller sebagai berikut
“individuals do not intentionally make decisions that would leave them worse off”, yang
artinya “individu tidak sengaja membuat keputusan yang akan meninggalkan mereka lebih
buruk”. Ini berarti bahwa rasionalitas didefinisikan sebagai tindakan manusia dalam
memenuhi keperluan hidupnya yaitu memaksimumkan kepuasan atau keuntungan senantiasa
berdasarkan pada keperluan dan keinginan-keinginan yang digerakkan oleh akal dan tidak
akan bertindak secara sengaja membuat keputusan yang bisa merugikan kepuasan atau
keuntungan mereka. Bahkan menurutnya, suatu aktivitas atau sikap yang terkadang nampak
tidak rasional akan tetapi seringkali ia memiliki landasan rasionalitas yang kuat, maka akan
menjadi rasional. Seperti melakukan tindakan-tindakan korup, suap, dan penyimpangan-
penyimpangan berdasarkan alasan-alasan yang dibangunnya sendiri.
Rasionalitas merupakan kunci utama dalam pemikiran ekonomi konvensional. Ia menjadi asas
aksioma bahwa manusia adalah makhluk rasional. Konsep rasionalitas muncul karena adanya
keinginan-keinginan konsumen untuk memaksimalkan utiliti dan produsen ingin
memaksimalkan keuntungan, berasaskan pada satu set constrain. Yang dimaksud constrain
dalam ekonomi konvensional adalah terbatasnya sumber-sumber dan pendapatan yang
dimiliki oleh manusia dan alam, akan tetapi keinginan manusia pada dasarnya tidak terbatas.
Berbeda dengan Ekonomi Islam, bahwa yang dimaksud dengan constrain adalah terbatasnya
kemampuan manusia baik dari segi fisik maupun pengetahuan untuk mencapai atau
mendapatkan sesuatu sumber yang tidak terbatas yang telah disediakan oleh Allah SWT.
Berdasarkan pernyataan di atas maka manusia perlu membuat suatu pilihan yang rasional
sehingga pilihan tersebut dapat memberikan kepuasan atau keuntungan yang maksimal pada
manusia.
Menurut ilmu ekonomi konvensional, sesuai dengan pahamnya tentang rational economics
man, tindakan individu dianggap rasional jika tertumpu kepada kepentingan diri sendiri (self
interest). Sebagaimana tergambar dalam ungkapan Adam Smith (1776) “it is not from the
benevolence of the butcher, the brewer, or the baker that we expect our dinner, but from their
regard to their own interest”, yang maksudnya adalah “bukanlah karena kebaikan dari tukang
daging, tukang bir, atau tukang roti kita dapat makan malam, tetapi karena kepentingan
mereka sendiri”. Jadi dalam perspektif kapitalis, tidak ada perbuatan sukarela (voluntary)
yang tanpa mengharapkan keuntungan ekonomi. Karena perilaku rasional menurut mereka
adalah ekuivalen dengan memaksimalkan utility termasuk profit.
Adam Smith menyatakan bahwa tindakan individu yang mementingkan kepentingan diri
sendiri pada akhirnya akan membawa kebaikan masyarakat seluruhnya karena tangan tak
tampak (invisible hand) yang bekerja melalui proses kompetisi dalam mekanisme pasar.
Pada sisi lain, landasan filosofi sistem ekonomi kapitalis adalah sekularisme, yaitu
memisahkan hal-hal yang bersifat spiritual dan material (atau agama dan dunia) secara
dikotomis. Segala hal yang berkaitan dengan dunia adalah urusan manusia itu sendiri
sedangkan agama hanyalah mengurusi hubungan antara manusia dengan Tuhannya. Manusia
menjadi pusat dari segala hal kehidupan (antrophosentris), manusia yang berhak menentukan
kehidupannya sendiri.
Konsep rasional economic man dalam ekonomi konvensional menuai berbagai kritik. Di
antara kritik-kritik terhadap rasionalitas dalam ekonomi konvensional adalah sebagai berikut:
1. Terlalu demanding, karena menganggap setiap agen ekonomi pasti memiliki informasi
lengkap. Ini tentu anggapan yang tidak realistik. Di samping itu terlalu terbatas,
karena memahami self interest secara sangat sempit.
2. Tidak menggambarkan tingkah laku manusia yang sesungguhnya yaitu apa yang
diasumsikan oleh ekonomi konvensional tidak mewakili perilaku manusia yang
sebenarnya dan mengabaikan sama sekali emosi dan perasan. Hamilton
mengungkapkan bahwa ilmu ekonomi berkaitan dengan kehidupan manusia,
sedangkan manusia adalah makhluk yang berperasaan selain berakal. Oleh karena itu
ekonomi modern yang mengabaikan perasaan (moral/etika) dan spirituality merupakan
kesalahan yang sangat telak. Memahami sesuatu dengan hanya berdasarkan akal
3. Pilihan perlu konsisten. Individu dianggap rasional jika memilih pilihannya yang
senantiasa konsisten dan mengabaikan perbedaan cita rasa individu. Di samping itu,
dalam setiap pilihannya, setiap individu tidak hanya mempertimbangkan apakah
pilihannya itu memenuhi utilitinya, akan tetapi juga mempertimbangkan mestikah
memilih pilihan itu. Misalnya, pertanyaannya bukan hanya, “Dapatkah benda ini
dibeli?” Tetapi juga “Haruskah minuman keras ini dibeli?”. Oleh karena itu Vanberg
menyatakan bahwa karena tidak mungkin mencapai konsisten yang terus menerus
dalam pilihan rasional, ia menyatakan perlu ada sebuah teori yang disebut dengan
theory of behavioural adaptation.
4. Terlalu materialistik. Teori ilmu ekonomi konvensional menganggap manusia
senantiasa ingin mencapai keuntungan material yang lebih tinggi sedangkan
sebenarnya ada batasan dalam kehendak manusia. Dalam kenyataannya keinginan
manusia tidak hanya dibatasi oleh budget constrain/level of income, tingkat harga,
atau tingkat modal yang dipunya, tetapi juga oleh hukum, peraturan perundangan,
tradisi, nilai-nilai/ajaran agama, nilai moral, dan tanggung jawab sosial.
2. Positivisme
Dalam tradisi epistomologi Barat terdapat aliran positivisme yang turut berperan
melandasi ilmu ekonomi Barat. Aliran positivisme yang dikemukakan oleh Comte (1798-
1857) ini menyatakan bahwa hanya fakta atau hal yang dapat ditinjau dan diuji secara empiris
Konsekuensi dari pandangan di atas menolak secara tegas pelibatan wahyu sebagai
sumber pengetahuan dan kebenaran. Kebenaran teori ekonomi hanya dapat dibuktikan jika
sesuai dengan fakta-fakta empiris. Analogi Adam Smith tentang self interest sebagai hukum
yang mengatur tindakan ekonomi manusia sederajat dengan hukum-hukum yang mengatur
mekanisme alam semesta jelas mengindikasikan penolakan itu.
Kaum positivisme juga menyatakan bahwa ilmu harus bersifat bebas nilai (value free)
agar tercipta objektivitas ilmiah. Sementara ekonomi Islam meletakkan wahyu sebagai
sumber kebenaran dan pengetahuan bagi manusia. Dalam Islam, akal memperoleh
penghormatan sebagai sarana untuk memahami wahyu. Sedang wahyu menjelaskan fenomena
ekonomi dalam perspektif transendental dan hal-hal yang tak terjawab oleh logika dengan
nilai-nilai Islam.
Pandangan positivisme yang bebas nilai ini sangat bertentangan dengan Islam. Dalam
perspektif Islam ilmu pengetahuan jenis apapun sarat dengan nilai (value loaded). Landasan
pemikiran Islam berangkat dari konsep tauhid, bahwa konsep tauhid tidak pernah
membedakan ha-hal yang spiritual dan temporal serta yang religius dan profane di dalam
segala bidang. Antara yang sakral dan profane tidak dapat dipisahkan, karena yang profan
selalu menafsirkan (mengimplementasikan) dari yang sakral. Pandangan positivisme dalam
kebenaran ilmu pengetahuan dapat menyajikan kebenaran yang bersifat kongkrit, pasti, akurat
dan bermanfaat sebatas di wilayah empiris dan Islam dapat menyajikan kesatuan antara ilmu
dan kepentingannya.
Jadi ekonomi konvensional berusaha mewujudkan suatu ilmu ekonomi yang bersifat
objektif, bebas dari petimbangan moralitas dan nilai, dan karenanya berlaku universal. Ilmu
ekonomi telah dideklarasikan sebagai kenetralan yang maksimal di antara hasil akhir dan
independensi setiap kedudukan etika atau pertimbangan normatif. Untuk mewujudkan
obyektivitas ini, maka positivisme telah menjadi bagian integral dari paradigma ilmu
ekonomi. Positivisme menjadi sebuah keyakinan bahwa setiap pernyataan ekonomi yang
timbul harus mempunyai pembenaran dari fakta empiris. Paham ini secara otomatis
mengabaikan peran agama dalam ekonomi, sebab dalam banyak hal, agama mengajarkan
sesuatu yang bersifat normatif.
Terlepasnya positivisme dari nilai-nilai dan norma agama yang normative dan
mengatur ketidakadilan mengindikasikan adanya motivasi sistem ekonomi yang
mengutamakan kebebasan dalam beraktivitas. Bagi mereka manusia tidak perlu dikekang
dengan aturan-aturan, karena dianggap dapat menghilangkan kretifitasnya. Dalam pandangan
ekonomi konvensional, memberikan kebebasan kepada semuanya akan menciptakan
keseimbangan dengan sendirinya. Hal ini dapat dilihat dalam konsep keseimbangan yang
ditawarkan oleh hukum say yang akan dibahas berikut ini.
3. Hukum Say
Hukum Say yang dikemukakan oleh Jean Babtis Say (1767-1832), didasarkan pada
asumsi bahwa nilai produksi selalu sama dengan pendapatan. Jadi, dalam pasar persaingan
sempurna tidak akan pernah terjadi excess supplay (kelebihan penawaran). Terdapat suatu
keyakinan bahwa selalu terdapat keseimbangan (equilibrium) yang bersifat alamiah,
sebagaimana hukum keseimbangan alam dalam tradisi fisika Newtonian. Jean Babtis Say
menyatakan bahwa supply creates its own demand, penawaran menciptakan permintaannya
sendiri. Ini berimplikasi pada asumsi bahwa tidak akan pernah terjadi ketidakseimbangan
dalam ekonomi. Kegiatan produksi dengan sendirinya akan menciptakan permintaannya
sendiri, maka tidak akan terjadi kelebihan produksi dan pengangguran. Implikasi selanjutnya,
tidak perlu ada intervensi pemerintah dalam kegiatan ekonomi. Intervensi pemerintah
dianggap justru akan mengganggu keseimbangan alamiah. Asumsi inilah yang menjadi piranti
Hukum say ini tidak hanya mempunyai dampak terhadap perilaku produksi yang
mengabaikan pembatasan secara proporsional, tetapi juga akan berpengaruh terhadap perilaku
konsumsi. Karena tidak ada pembatasan produksi, maka industri dipaksa untuk menawarkan
barangnya dengan berbagai cara. Melalui industri periklanan, dikembangkan cara-cara untuk
menciptakan dan mendorong konsumsi sebagai bagian dari gaya hidup dalam masyarakat.
Untuk menjalankan tugas tersebut, iklan telah dipikirkan sedemikian rupa sehingga
menggunakan pendekatan rasional psikologis dalam ilmu yang lebih modern. Iklan kemudian
menggeser dari captain of industry menjadi captain of consciusness, melalui citra yang
dibangunnya. Disebut captain of conciusness karena iklan menumbuhkan kesadaran-
kesadaran baru bahwa orang membutuhkan produk-produk baru dengan merek tertentu.
Dalam benak konsumen terbangun kesadaran baru bahwa ia memiliki sejumlah kekurangan
yang perlu dipenuhi dengan mengkonsumsi atau menggunakan produk tertentu.
Salah satu contoh perilaku konsumen terhadap trend kecantikan yang dikonstruksi
melalui iklan. Perempuan didorong untuk tumbuh kesadarannya bahwa ia tidak dikatakan
cantik bila tidak memiliki tubuh yang langsing, atau wajah yang putih bersih. Oleh karena itu
ia perlu menggunakan produk-produk kecantikan, kapsul pelangsing tubuh, menggunakan
krim pembesar payudara maupun krim pemutih wajah. Bila tubuh sudah langsing, payudara
sudah indah, dan kulit putih, produsen lain mendikte standar kecantikan perempuan dengan
mengemukakan kekurangan-kekurangan baru yang ditanamkan dibenak perempuan seolah
mengatakan: “kondisi fisik yang anda miliki sekarang tidak hanya cukup seperti itu, wajah
tidak hanya putih, namun juga bersinar”. Bila sudah putih bersinar, produk lain akan berkata:
“wajah putih bersinar tidak cukup, ia perlu putih bersinar, kenyal dan sehat”. Pendiktean yang
dilakukan oleh produsen melalui iklan terjadi secara terus menerus dengan mengemukakan
“kekurangan-kekurangan baru” yang harus ditutupi atau diatasi oleh perempuan dengan cara
membeli produk yang diiklankan.
Dari uraian di atas menggambarkan betapa iklan telah mendikte kesadaran seorang
konsumen baik secara individu maupun kolektif. Iklan bahkan mendorong untuk membeli
produk yang mungkin sebenarnya tidak diperlukan, atau mempersuasi untuk mengkonsumsi
produk secara berlebihan, sehingga memunculkan sikap konsumerisme pada masyarakat.
Jadi secara tidak langsung hukum say yang memberikan motivasi terhadap produksi
sebanyak-banyaknya ternyata dapat menimbulkan budaya yang tidak baik, yaitu
konsumerisme. Konsumerisme adalah paham atau aliran atau ideologi dimana seseorang atau
kelompok melakukan atau menjalankan proses konsumsi atau pemakaian barang barang hasil
produksi secara berlebihan atau tidak sepantasnya secara sadar dan berkelanjutan. Bisa juga
disebut konsumtif dan gampangnya lagi apabila konsumtif tersebut dijadikan sebagai gaya
hidup. Tentu hal ini sangat tidak sesuai dengan nilai-nilai Islam yang menghindari israf
(berlebih-lebihan) dan tabdzir (tidak maslahah).
Menurut Kotler, perilaku konsumen adalah studi tentang bagaimana individu, kelompok
dan organisasi memilih, memberi, menggunakan dan bagaimana barang, jasa, ide atau
pengalaman untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan mereka.
Menurut Engel et al, perilaku konsumen adalah tindakan yang langsung terlibat dalam
pemerolehan, pengonsumsian dan penghabisan produk atau jasa, termasuk proses yang
medahului dan menyusul tindakan ini. Menurut Mowen dan Minor, perilaku konsumen adalah
studi unit-unit dan proses pembuatan keputusan yang terlibat dalam penerimaan, penggunaan,
pembelian, penentuan barang, jasa dan ide. Schiffman dan Kanuk mendefinisikan perilaku
konsumen sebagai “perilaku yang diperlihatkan konsumen untuk mecari, membeli,
menggunakan, mengevaluasi dan menghabiskan produk atau jasa yang mereka harapkan akan
memuaskan kebutuhan mereka.”
Dari pengertian perilaku konsumen di atas dapat disimpulkan bahwa perilaku konsumen
adalah tindakan yang dilakukan oleh konsumen yang dimulai dengan merasakan adanya
kebutuhan dan keinginan, kemudian berusaha medapatkan produk yang diinginkan,
mengonsumsi produk tersebut, dan berakhir dengan tindakan-tindakan pasca pembelian, yaitu
perasaan puas atau tidak puas.
Memahami perilaku konsumen merupakan suatu pekerjaan yang tidak mudah bagi para
pemasar karena banyaknya variabel yang mempengaruhi dan variabel- variabel tersebut saling
berinteraksi. Perilaku konsumen merupakan proses yang kompleks dan multidimensional.
Selanjutnya, dalam perilaku konsumen terdapat tiga dimensi, yaitu:
1. Stimulus ganda (stimulus pemasaran dan stimulus lain)
Stimulus yang dijalankan produsen atau pemasar bisa berupa strategi bauran
pemasaran (produk, harga, tempat, promosi) dan stimulus lain yang berupa kondisi
ekonomi, politik, budaya dan teknologi yang dirancang pemasar untuk mempengaruhi
dan memotivasi perilaku kosumen agar mau melakukan pembelian produk.
adalah kotak hitam konsumen yang mencakup karakteristik konsumen, dan proses
pengambilan keputusan konsumen. Contoh karakteristik konsumen adalh jenis
kelamin, umur, tingkat pendidikan, penghasilan, kelas sosial, budaya dan sebagainya.
Proses pengambilan keputusan konsumen dimulai dengan dirasakannya beberapa
masalah, yaitu kebutuhan dan keinginan yang belum terpuaskan, pencarian informasi,
pengevaluasian, pembuatan keputusan pembelian, dan diakhiri dengan tindakan pasca
pembelian. Karakteristik konsumen dan proses pengambilan keputusan konsumen
menentukan perilaku konsumen dalam pembelian.
3. Respon konsumen
Dimensi ketiga dari model perilaku konsumen
adalah respon konsumen terhadap stimulus produsen atau pemasar. Respon konsumen
bisa berupa tindakan membeli atau tidak membeli produk yang ditawarkan produsen
atau pemasar.
1. Media Sosial
1. Celebrity Endorser
2. Kredibilitas
4. Health Consciousness
5. Follower
Menurut Barry (2011), follower atau pengikut adalah orang yang memiliki
pemimpin yang telah dipilih atas kemauannya sendiri.
6. Product atittude
7. Purchase Atittude
Hipotesis yang diajukan selanjutnya akan diuji kebenarannya dengan bantuan statistik
beserta data-data yang terkumpul.
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode penelitian dapat diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid sebagai cara
ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan, dikembangkan, dan dibuktikan,
suatu pengetahuan tertentu sehingga pada gilirannya dapat digunakan untuk memahami, memecahkan, dan
mengantisipasi masalah.
Metode yang digunakan dalam penilitian ini adalah metode penelitian deskriptif dengan pendekatan
survey . Penelitian deskriptif dengan pendekatan survey ini ddigunakan untuk mengukur gejala-gejala yang
ada tanpa menyelidiki mengapa gejala -gejala tersebut ada. Juga tidak memperhitungkan hubungan-
hubunganantara variabel-variabel, lebih menggunakan data yang ada untuk memecahkan masalah yang ada
dari pada pengujian hipotesis. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk membuktikan pengaruh health
cosnciuesness, celebrity endorser, social media terhadap niat membeli premi asuransi kesehatan.
Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau
kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari
dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2019:68). Berikut adalah penjabaran
tabel variabel operasional:
3.2.1 Populasi
3.2.2 Sampel
Dimana :
n = jumlah
sampel N =
jumlah
populasi
e = batas toleransi kesalahan (error tolerance)
= 10% n = 1000/1+𝑁𝑒 2
= 1000/ 1+(1000)(0,1)2
n = 90,9
Jumlah sampel adalah 91 orang dari pengguna media social
𝑟 ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = 𝑛∑ 𝑥𝑦 − (∑
𝑥∑ 𝑦)
0{𝑛 ∑ 𝑥2 − (∑ 𝑥2)}{𝑛 ∑
𝑦2 − (∑ 𝑦2)}
Keterangan :
𝑟 = Koefisien korelasi
𝑥𝑦
n = Banyaknya sampel
∑ 𝑥𝑦 = Jumlah perkalian variabel x dan
y
∑ 𝑥 = Jumlah nilai variabel x
∑ 𝑦 = Jumlah nilai variabel y
∑ 𝑥2 = Jumlah pangkat
dari nilai variabel x
∑ 𝑦2 = Jumlah
pangkat dari nilai variabel y Pengujian
validitas ini dilakukan dengan menggunakan
program SPSS 22.0 for windows dengan
kriteria berikut :
1. Jika r hitung > r tabel maka pernyataan
tersebut dinyatakan valid.
2. Jika r hitung < r tabel maka pernyataan
tersebut dinyatakan tidak valid.
3. Nilai r hitung dapat dilihat pada kolom
corrected item total correlation.
● https://www.antaranews.com/berita/2930745/pengguna-internet-indonesia-naik-
dari- tahun-ke-tahun
● https://kc.umn.ac.id/18323/8/BAB_II.pdf
● https://www.igi-global.com/dictionary/product-attitude/23649
● http://digilib.uinsby.ac.id/15336/5/Bab%202.pdf
Petunjuk Pengisian
Berikan tanda checklist ( v ) pada kolom jawaban yang tersedia yang Anda anggap
paling sesuai dengan pendapat pribadi Anda. Pastikan seluruh pertanyaan yang
tersedia terisi semuanya dengan lengkap.
Keterangan :
5 - Sangat Setuju (SS)
4 - Setuju (S)
3 - Ragu-Ragu (RR)
2 - Tidak Setuju (TS)
1 - Sangat Tidak Setuju (STS)
No Pernyataan Jawaban
Flash Sale SS S R TS STS
1 Saya merasa produk dan ketersediaan produk saat
flash sale terbatas
2 Saya merasa produk yang menarik bagi saya terjual
habis dengan cepat saat flash sale
3 Saya khawatir ketersediaan produk yang terbatas
saat flash sale
4 Saya merasa ketersediaan waktu untuk belanja saat
flash sale terbatas
5 Saya merasa durasi flash sale berakhir dengan cepat
Organism
6 Saya akan membeli barang dari brand ternama
7 Saya akan membeli barang jika brand memiliki nilai
baik
8 Saya merasa berkompetisi dengan pembeli lain
untuk membeli barang
9 Ketika saya berhasil membeli produk dengan cepat,
saya merasa menang dari pembeli lain
Positive Emotion
10 Saya merasa nyaman saat berbelanja
11 Saya merasa antusias saat berbelanja
12 Saya merasa bebas berbelanja
Pembelian Impulsif
13 Jumlah Diskon yang terdapat selama program
promosi flash sale
14 Frekuensi pelaksanaan program promosi flash sale
berlangsung
15 Ketersediaan produk ketika program promosi flash
sale berlangsung