Laporan Ipc - Kelompok 14
Laporan Ipc - Kelompok 14
INTERPROFESSIONAL COLLABORATION
Disusun oleh:
Kelompok 14
21 November 2022 – 25 November 2022
1
2022
2
LEMBAR PENGESAHAN
INTERPROFESSIONAL COLLABORATION
Oleh:
Telah menyelesaikan
Laporan Interprofessional Collaboration
Menyetujui,
KA KSM
GIGI DAN MULUT
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya dan karunianya
kami dapat menyelesaikan Kegiatan dan Laporan Interprofesional Collaboration (IPC). Pada
kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Direktur Rumah
Sakit Dr. Iskak, Tulungagung, dan drg. Dony Cahya Firmansya, Sp. KG., selaku KA KSM Gigi
dan Mulut sekaligus pembimbing kami selama disini.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada drg. Mutia, Sp.KGA, drg. Herlina Sutanto
Tan, drg. Dorisna, Sp.PM, drg. Winidiastuti, Sp.Perio, drg. Satrio Sp.Pros, dan jajaran staff yang
membantu kami selama kegiatan ini.
Kami jauh dari sempurna dalam pelaksanaan kegiatan ini. Oleh karena itu, keterbatasan
waktu dan kemampuan kami, maka kritik dan saran yang membangun senantiasa kami harapkan
semoga dalam laporan ini dapat berguna bagi kami dan pihak lainnya yang berkepentingan pada
umumnya.
Tulungagung, 25 November 2022
Tertanda,
Penulis
4
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN 2
KATA PENGANTAR 3
DAFTAR ISI 4
DAFTAR ANGGOTA KELOMPOK 5
LAPORAN KASUS DENGAN INTERPROFESSIONAL COLLABORATION 7
JURNAL INTER PROFESSIONAL COLLABORATION 24
5
DAFTAR ANGGOTA KELOMPOK
200160101011023
Leyly Uswatun
Mar’aty
200160101011053
6
Anak Agung Sri Adnyani P
200160100111043
7
Meiliansuri Bunga Avis
ha
200160100111054
8
LAPORAN KASUS DENGAN INTERPROFESSIONAL COLLABORATION
KASUS 1
Pasien laki-laki dengan usia 71 tahun datang ke IGD dengan keluhan BAB berwarna hitam
pada tanggal 23 Oktober disertai ikhterus, anemis, sariawan, gusi berdarah dan nyeri perut kanan.
Pasien memiliki riwayat penyakit terdahulu melena, selanjutnya pasien dirujuk ke Sp. PD. Pada
tanggal 18 Oktober pasien dirujuk ke poli gigi dengan keluhan karies gigi disertai anemia. Hasil
pemeriksaan menunjukkan terdapat fraktur mahkota dan gusi berdarah yang disebabkan karena
kalkulus.
A. KOLABORASI INTERPROFESIONAL
Pada kasus 1 kami mengamati adanya kolaborasi interprofesional yang dilakukan oleh:
9
Farmasi Pelaksanaan tata kelola obat di farmasi rawat inap
Gizi
Pelaksanaan tata kelola diet pasien selama rawat inap.
B. METODE KEGIATAN
Pada kasus 1 pembelajaran kami lakukan melalui visite pada hari Senin, 21
November 2022 oleh drg. Winidiastusi, Sp. Perio di Ruang Rawat Inap RSUD Dr.
Iskak Tulungagung.
C. DISKUSI INTERPROFESI
10
D. LAPORAN ASSESSMENT
Hasil assessment berupa SOAP dan dasar pemikiran penulisan SOAP :
SOAP Dasar pemikiran
S : Pasien laki-laki dengan usia 71 tahun datang ke IGD Melakukan anamnesis kepada
dengan keluhan BAB berwarna hitam pada tanggal 23 pasien Untuk mengetahui keluhan
Oktober disertai ikhterus, anemis, sariawan, gusi utama pasien pasca operasi
berdarah dan nyeri perut kanan. Pasien memiliki riwayat
penyakit terdahulu melena, selanjutnya pasien dirujuk ke Menanyakan keluhan perdarahan
Sp. PD. Pada tanggal 18 Oktober pasien dirujuk ke poli sejak kapan untuk mengetahui
gigi dengan keluhan karies gigi disertai anemia. Hasil penyebab gusi berdarah.
pemeriksaan menunjukkan terdapat fraktur mahkota dan Menanyakan riwayat perdarahan
gusi berdarah yang disebabkan karena kalkulus. gusi pasien untuk mengetahui
tingkat inflamasi pasien.
11
Trismus membuka sebesar 1 jari menyebabkan pasien mengalami gusi
berdarah.
Area insisi yang ditutupi oleh kassa
IO : Status Lokalis Gigi :
- Karies (+)
- Druk (-)
- Perkusi (-)
- Fistula (-)
- Kalkulus (+)
- Debris (+)
- Oedem (+)
- Kegoyangan ( )
- Vitalitas ( )
- Fraktur (+)
12
KASUS 2
Pasien laki-laki berusia 70 tahun datang kaku rahang sampai leher sehingga kesulitan membuka
rongga mulut. Pasien kesulitan bicara. Terdapat luka bekas operasi pada kaki kanan. Riwayat
penyakit terdahulu adalah post operasi patah tulang kanan 11 bulan yang lalu. Tidak ada riwayat
alergi. Tekanan darah 187/126 mmHg, nadi teraba 147x/mt, frekuensi napas 20x/menit.
A. KOLABORASI INTERPROFESIONAL
Pada kasus 2 kami mengamati adanya kolaborasi interprofesional yang dilakukan oleh :
Dokter jaga IGD Pelaksana pemeriksaan awal medis di IGD, melakukan pengkajian
(Dokter Umum) awal rawat inap, mengobservasi TTV, mengecek GDA,
memberikan oksigen masker 10 lpm, melakukan rujukan.
Dokter gigi Bertindak sebagai dokter konsulen pada kasus yang membutuhkan
tatalaksana bidang gigi dan mulut dengan melakukan observasi
pada pasien dan menentukan rencana perawatan pada pasien.
Dokter Spesialis Jantung Konsultasi ke dokter spesialis jantung untuk rencama perawatan
Paru lanjutan pasien
B. METODE KEGIATAN
Pada kasus 2 pembelajaran kami lakukan melalui visite pada Selasa, 22 November 2022
oleh drg. Winidiastusi, Sp. Perio di ruang rawat isolasi RSUD dr. Iskak Tulungagung.
C. DISKUSI INTERPROFESI
a. Diskusi dengan mahasiswa dari bidang kesehatan lain.
13
Periode stase saat stase ini mahasiswa dari bidang kesehatan lain sedang menjalani
tugas belajar di waktu yang berbeda, sehingga tidak dapat dilaksanakan praktek diskusi
interprofesional karena waktu yang ada tidak tepat.
b. Diskusi dengan Tenaga Pengajar.
Hasil pemeriksaan ditemukan sisa akar yang diduga sebagai penyebab kaku rahang
pasien sehingga adanya kondisi gigi dan mulut tersebut, maka diindikasikan tindakan
ekstraksi sisa akar bersamaan dengan operasi pelepasan implant pada kaki pasein.
1. Inisiatif kolaborasi dari spesialis bedah, jantung dan paru-paru, orthopedi, gigi,
laboraturium hematologi, radiologi dan gizi.
2. Kolaborasi ini yang dibutuhkan bedah plastik terkait rencana tindakan
rekonstruksi karena kasus ini menyebabkan fraktur maxillofacial dan
dentoalveolar yang perlu ditangani oleh bidang-bidang yang berbeda
3. Bentuk kolaborasi dalam hal tindakan oleh dokter gigi adalah :
observasi dan tindakan yang diberikan pada pasien. Dalam kasus ini adalah
penetapan dan koreksi gigitan
FOTO IO DAN EO
D. LAPORANASSESSMENT
Hasil assessment berupa SOAP dan dasar pemikiran penulisan SOAP:
14
Trismus (-)
Tampak gangren radix pada gigi 13,31,32,33,46
KASUS 3
Pasien laki-laki usia 52 tahun datang dengan keluhan gigi belakang kanan bawah bengkak dan sakit
sudah terasa sejak 1 bulan lalu, 3 hari lalu bengkak pecah dan terasa asin. Keluhan sudah pernah
diperiksakan dan diberikan obat tetapi obatnya habis, pasien tidak melanjutkan perawatan karena
tidak memiliki uang. Pasien ingin dilakukan perawatan.
A. KOLABORASI INTERPROFESIONAL
Pada kasus 3 kami mengamati adanya kolaborasi interprofesional yang dilakukan oleh :
Dokter gigi Bertindak sebagai dokter DPJP pada kasus yang membutuhkan
tatalaksana bidang gigi dan mulut dengan melakukan observasi
pada pasien dan menentukan rencana perawatan pada pasien dan
yang mengonsulkan ke bagian spesialis patologi anatomi.
Dokter Spesialis Bertindak sebagai dokter konsulen pada kasus tersebut yang
Patologi Anatomi membutuhkan pemeriksaan penunjang berupa FNAB.
B. METODE KEGIATAN
Pada kasus 3 pembelajaran kami lakukan melalui visite pada Rabu, 23 November 2022 oleh
15
drg. Dony Cahya Firmasyah, Sp. KG di ruang poli gigi RSUD dr. Iskak Tulungagung.
C. DISKUSI INTERPROFESI
b. Diskusi dengan mahasiswa dari bidang kesehatan lain.
Periode stase saat stase ini mahasiswa dari bidang kesehatan lain sedang menjalani
tugas belajar di waktu yang berbeda, sehingga tidak dapat dilaksanakan praktek diskusi
interprofesional karena waktu yang ada tidak tepat.
c. Diskusi dengan Tenaga Pengajar.
Hasil pemeriksaan ditemukan gigi berlubang pada gigi 46,47 kategori D6 yang
menyebabkan perluasan infeksi sampai ke oromaksilofasial. Sebelum dilakukan
perawatan lebih lanjut dokter DPJP melakukan pemeriksaan penunjang berupa FNAB
kemudian dikirim ke laboraturium patologi anatatomi.
1. Inisiatif kolaborasi dari spesialis patologi anatomi.
2. Kolaborasi ini yang dibutuhkan untuk mengetahui jenis infeksi termasuk kategori
keganasan atau tidak.
3. Bentuk kolaborasi dalam hal tindakan oleh dokter gigi adalah :
observasi dan tindakan yang diberikan pada pasien. Dalam kasus ini adalah insisi
drainase abses.
D. FOTO IO DAN EO
E. LAPORANASSESSMENT
Hasil assessment berupa SOAP dan dasar pemikiran penulisan SOAP:
16
diberikan terapi infus serta obat tetapi obatnya habis. pasien.
Pasien tidak melanjutkan perawatan karena tidak
memiliki uang. Pasien ingin dilakukan perawatan.
Riwayat Sistemik : TAK
Riwayat Penyakit Terdahulu: Batu Ginjal (sudah operasi)
Kebiasaan buruk : mengunyah 1 sisi sebelah kiri
17
KASUS 4
Pasien perempuan usia 10 tahun datang ke IGD mengeluh bengkak dan nyeri rahang kiri 1 minggu
yang lalu, riwayat gigi berlubang 2 minggu. Sulit membuka rahang karena bengkaknya. Demam (+)
A. KOLABORASI INTERPROFESIONAL
Pada kasus 4 kami mengamati adanya kolaborasi interprofesional yang dilakukan oleh :
Dokter jaga IGD Pelaksana pemeriksaan awal medis di IGD, melakukan pengkajian
(Dokter Umum) awal rawat inap, mengobservasi TTV, melakukan rujukan.
Dokter gigi Bertindak sebagai dokter konsulen pada kasus yang membutuhkan
tatalaksana bidang gigi dan mulut dengan melakukan observasi
pada pasien dan menentukan rencana perawatan pada pasien.
B. METODE KEGIATAN
Pada kasus 4 pembelajaran kami lakukan melalui konsulan pada Kamis, 24 November 2022
oleh drg. Dony C, Sp. KG di ruang IGD RSUD dr. Iskak Tulungagung.
C. DISKUSI INTERPROFESI
c. Diskusi dengan mahasiswa dari bidang kesehatan lain.
Periode stase saat stase ini mahasiswa dari bidang kesehatan lain sedang menjalani
tugas belajar di waktu yang berbeda, sehingga tidak dapat dilaksanakan praktek diskusi
interprofesional karena waktu yang ada tidak tepat.
d. Diskusi dengan Tenaga Pengajar.
Hasil pemeriksaan ditemukan abses submandibula yang diduga sebagai penyebab
pembengkakan sehingga adanya kondisi gigi dan mulut tersebut, maka diindikasikan
tindakan trepanasi pada gigi penyebab.
1. Inisiatif kolaborasi dari dokter IGD, dokter gigi, laboraturium hematologi, dan
laboratorium radiologi.
2. Kolaborasi ini yang dibutuhkan peran dokter gigi, laboraturium hematologi,
18
radiologi dan dokter IGD terkait rencana tindakan yang perlu ditangani oleh
bidang-bidang yang berbeda.
3. Bentuk kolaborasi dalam hal tindakan oleh dokter gigi adalah :
observasi dan tindakan yang diberikan pada pasien. Dalam kasus ini adalah
trepanasi gigi dan PSA gigi 36.
E. FOTO IO DAN EO
19
F. LAPORAN ASSESSMENT
Hasil assessment berupa SOAP dan dasar pemikiran penulisan SOAP:
20
Trismus 2 jari
Thorax : sdv+/+
Abdomen : supel, bu+
Extremitas : akral hangat, crt <2"
KASUS 5
Pasien laki laki usia 43 tahun datang ke IGD dengan keluhan bengkak pada pipi kiri sejak 3
hari yang lalu. Riwayat tindakan pencabutan gigi geraham atas 3 hari lalu, namun gagal
dicabut, 2 hari yang lalu terjadi kemerahan dan 1 hari lalu keluhan semakin membesar. Pasien
sudah sempat memeriksakan keluhannya ke dokter umum dan dirujuk ke rumah sakit untuk
dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.
A. KOLABORASI INTERPROFESIONAL
Pada kasus 5 kami mengamati adanya kolaborasi interprofesional yang dilakukan oleh :
Dokter jaga IGD Pelaksana pemeriksaan awal medis di IGD, melakukan pengkajian
(Dokter Umum) awal rawat inap, mengobservasi TTV, melakukan rujukan.
Dokter Bedah Umum Bertindak sebagai dokter konsulen pada kasus yang membutuhkan
tatalaksana bedah.
Dokter Gigi Bertindak sebagai dokter konsulen pada kasus yang membutuhkan
tatalaksana bidang gigi dan mulut dengan melakukan observasi
pada pasien dan menentukan rencana perawatan lanjutan pada
pasien.
21
Hematologi
B. METODE KEGIATAN
Pada kasus 5 pembelajaran kami lakukan melalui visite pada Kamis, 24 November 2022
dengan drg. Dony C, Sp. KG di ruang Rawat Inap RSUD dr. Iskak Tulungagung.
C. DISKUSI INTERPROFESI
d. Diskusi dengan mahasiswa dari bidang kesehatan lain.
Periode stase saat stase ini mahasiswa dari bidang kesehatan lain sedang menjalani
tugas belajar di waktu yang berbeda, sehingga tidak dapat dilaksanakan praktek diskusi
interprofesional karena waktu yang ada tidak tepat.
e. Diskusi dengan Tenaga Pengajar.
Hasil pemeriksaan ditemukan abses submandibula yang diduga sebagai penyebab
pembengkakan sehingga adanya kondisi gigi dan mulut tersebut, maka diindikasikan
tindakan insisi drainase abses.
1. Inisiatif kolaborasi dari dokter IGD, spesialis bedah umum, dokter anastesi,
dokter gigi, laboraturium hematologi,perawat, farmasi dan gizi.
2. Kolaborasi ini yang dibutuhkan bedah umum terkait rencana tindakan insisi
drainase abses submandibula.
3. Bentuk kolaborasi dalam hal tindakan oleh dokter gigi adalah :
observasi dan tindakan yang diberikan pada pasien. Dalam kasus ini adalah
ekstraksi gigi dengan GA anastesi secara elektif.
22
D. FOTO IO DAN EO
E. LAPORAN ASSESSMENT
Hasil assessment berupa SOAP dan dasar pemikiran penulisan SOAP:
23
O: Kasus abses submandibula sinistra
Rpd : HT (+)
: DM (-)
Ku cukup gcs 456
HR 104x kuat angkat
Rr 20
Suhu 36,5
GDA : 136
EO:
Edema reguler pada maksila bagian sinistra, teraba keras,
fluktuasi (-), prof tidak keluar pus.
IO:
Edema submandibula sinistra (+)
Teraba keras, fluktuasi (-)
KASUS 6
Pasien laki-laki berusia 40 tahun datang dengan keluhan penurunan kesadaran mendadak sejak 5 hari
24
yang lalu. Keluhan diawali dengan muntah sebelumnya sebanyak 5x, nyeri kepala belakang hebat,
dan keringat dingin. Pasien merasakan sering sariawan sejak 2 minggu sebelumnya. Pada
pemeriksaan didapatkan lesi ulserasi multiple pada mukosa bukal dan lateral lidah dextra sinistra,
lesi plak putih pada dorsum lidah, pada tepi gingiva didapati kemerahan dan pembengkakan disertai
ulserasi. Kebersihan rongga mulut pasien buruk dan terdapat banyak karang gigi.
A. KOLABORASI INTERPROFESIONAL
Pada kasus 6 kami mengamati adanya kolaborasi interprofesional yang dilakukan oleh :
Dokter jaga IGD Pelaksana pemeriksaan awal medis di IGD, melakukan pengkajian
(Dokter Umum) awal rawat inap, mengobservasi TTV, melakukan rujukan.
Dokter gigi Bertindak sebagai dokter konsulen pada kasus yang membutuhkan
tatalaksana bidang gigi dan mulut dengan melakukan observasi
pada pasien dan menentukan rencana perawatan pada pasien.
B. METODE KEGIATAN
Pada kasus 6 pembelajaran kami lakukan melalui konsulan pada Kamis, 24 November 2022
oleh drg. Dony C, Sp. KG di ruang rawat inap IIIA RSUD dr. Iskak Tulungagung.
C. DISKUSI INTERPROFESI
a. Diskusi dengan mahasiswa dari bidang kesehatan lain.
Periode stase saat ini kami menjalani kolaborasi dengan mahasiswa bidang kesehatan
kedokteran lain diwaktu yang sama, sehingga dapat dilaksanakan praktek diskusi
interprofessional.
b. Diskusi dengan Tenaga Pengajar.
Hasil pemeriksaan ditemukan adanya kelainan pada rongga mulut pasien yang diduga
sebagai penyebab HIV seperti adanya SAR Herpetiformis, NUP dan Candidiasis
Pseudomembranou sehingga adanya kondisi gigi dan mulut tersebut, maka
diindikasikan tindakan DHE, KIE, Terapi dan Medikamentosa.
1. Inisiatif kolaborasi dari dokter IGD, spesialis penyakit dalam, gigi, laboraturium
hematologi, dan laboratorium radiologi.
2. Kolaborasi ini yang dibutuhkan spesialis penyakit dalam terkait rencana tindakan
medikamentosa terhadap pasien HIV.
3. Bentuk kolaborasi dalam hal tindakan oleh dokter gigi adalah :
25
observasi,tindakan dan medikamentosa yang diberikan pada pasien. Dalam kasus
ini adalah melalukan KIE dan DHE, Pro-Periodonsia SRP,dan medikamentosa
pemberian obat kumur analgesik antiseptik (benzydamine hcl), antijamur
(nystatin) dan antibiotik (clindamycin).
D. FOTO IO DAN EO
E. LAPORAN ASSESSMENT
Hasil assessment berupa SOAP dan dasar pemikiran penulisan SOAP:
TTV :
-TD = 138/80 mmHg
-Nadi = 92x/menit
-RR = 20x/menit
-Suhu = 38,7 X°C
EO :
Kelenjar Limfe :
Servical : Kanan (+), Kiri (-)
Submandibula : Kanan (-), Kiri (-)
Submental : Kanan (+), Kiri (-)
TMJ : TAK
Wajah : Simetris
Bibir : TAK
IO:
Kebersihan Mulut : Buruk
Jaringan Periodontal : Resesi pada gigi anterior
bawah
Gingiva : Oedem
Mukosa Bukal : Terdapat lesi ulserasi multiple
berwarna putih kekuningan berbentuk oval disertai
halo eritema pada regio posterior dextra sinistra
dengan diameter ± 2-3 mm, dengan pola reguler.
Mukosa Labial : Terdapat lesi kemerahan sepanjang
mukosa labial
Lidah : Terdapat lesi plak berwarna putih,
bertekstur kasar dengan pola konfluen, berbatas
tidak jelas
27
Candidiasis pseudomembranous
Stomatitis Aftosa Rekuren Minor
28
Judul Jurnal :
Working on working together. A Sytematic review on how healthcare proffesionals contribute to
interprofessional collaboration.
Kerja dalam kerja sama. Tinjauan sistematis tentang bagaimana profesional kesehatan berkontribusi
pada kolaborasi interprofessional
Pendahuluan :
Tenaga kesehatan seperti dokter dan perawat semakin didorong untuk bekerja sama dalam
memberikan perawatan bagi pasien dengan melakukan kolaborasi interprofesional. Mereka
melakukannya dalam pengaturan yang beragam, seperti tim gawat darurat di rumah sakit, jaringan
dalam perawatan lingkungan dan dalam rantai perawatan terintegrasi formal.
Kolaborasi interprofessional sering didefinisikan dalam kesehatan sebagai kemitraan aktif dan
berkelanjutan antara profesional dari berbagai latar belakang dengan budaya profesional yang
berbeda dan mungkin mewakili berbagai organisasi atau sektor yang bekerja sama dalam
memberikan layanan untuk kepentingan pengguna kesehatan
Ringkasan Jurnal :
Bekerja secara interprofesional menyiratkan perspektif terpadu tentang perawatan pasien
antara pekerja dari berbagai profesi yang terlibat. Bekerja secara kolaboratif menyiratkan hubungan
kerja yang mulus dalam menghadapi tugas yang sangat terhubung dan saling bergantung. Kolaborasi
interprofessional sering disamakan dengan tim kesehatan. Kolaborasi interprofessional diposisikan
sebagai cara khas yang ideal untuk bekerja bersama yang dapat terjadi dalam berbagai bidang.
Efek kontribusi profesional terhadap kolaborasi interprofessional memerlukan lebih banyak
perhatian penelitian, karena hal ini belum cukup terfokus pada empiris. Dan juga, karena beberapa
penelitian menyoroti kemungkinan efek yang tidak diinginkan atau bahkan kontraproduktif. Hal ini
menunjukkan bahwa, selain meningkatkan integrasi (lebih kuatkoneksi), divergensi (lebih
longgarkoneksi) mungkin paling bermanfaat untuk kualitas perawatan.
Tujuan Kolaborasi:
Bekerja secara interprofesional perspektif terpadu tentang perawatan pasien antara pekerja
dari berbagai profesi yang terlibat dan menyiratkan hubungan kerja yang mulus dalam menghadapi
tugas yang saling terhubung dan saling bergantung.
Berdasarkan analisis literatur review yang dilakukan peneliti menjelaskan cara-cara di mana
para profesional diamati untuk berkontribusi pada kolaborasi interprofessional. Bahwa tiga kategori
konseptual: menjembatani kesenjangan, menegosiasikan tumpang tindih, dan menciptakan ruang.
Kedua, melakukan analisis apakah kontribusi berbeda antara profesi dan antara pengaturan
kolaboratif dan subsektor kesehatan. Ketiga, menganalisis data apa yang tersedia tentang pengaruh
kontribusi profesional.
1. Menjembatani Kesenjangan
29
Kategori pertama dan paling menonjol adalah tentang menjembatani kesenjangan (87 fragmen;
52,4%). Penggalan dalam kategori ini menunjukkan para profesional secara aktif mengatasi
kesenjangan antara mereka dan profesional lainnya. Jenis kesenjangan pertama ada di antara
perspektif profesional. Jenis kesenjangan ini tampaknya tentang mengatasi pandangan profesional
yang berbeda tentang cara terbaik untuk merawat pasien. Jenis kesenjangan profesional kedua
yang diamati untuk menjembatani adalah sosial. Bekerja bersama dapat memerlukan komunikasi
yang hati-hati atau strategis mengingat kepribadian dan preferensi komunikasi yang. Beragam
jenis kesenjangan ketiga yang dijembatani ada di antaranya perpecahan komunikasi. Profesional
secara aktif menjembatani pengetahuan atau informasi dari satu profesional ke profesional
lainnya. Jenis kesenjangan terakhir yang dijembatani adalah tentang pembagian tugas. Profesional
diamati untuk melakukan tugas-tugas yang bukan bagian dari peran formal mereka dan membantu
profesional lainnya.
2. Menegosiasikan tumpang tindih
Kategori kedua tindakan profesional yang muncul dari data kami adalah tentang negosiasi
profesional yang tumpang tindih. Menjembatani berkaitan dengan celah yang harus diatasi.
Negosiasi adalah tentang berurusan dengan tumpang tindih dalam pekerjaan profesional yang
timbul karena tuntutan kolaboratif, yang dapat menimbulkan konflik. Profesional tumpang tindih
pertama yang diamati untuk bernegosiasi adalah antara tugas dan tanggung jawab pekerjaan
secara umum. Studi menunjukkan bagaimana bekerja sama dapat menciptakan tumpang tindih
yang ambigu tentang siapa melakukan apa, dan siapa yang bertanggung jawab atas apa.
3. Menciptakan ruang
Kategori tindakan profesional yang terakhir adalah tentang bagaimana profesional membuat
ruang. Bekerja sama memberikan kebutuhan bagi para profesional untuk mengatur ruang yang
diperlukan untuk berinteraksi.
30