Anda di halaman 1dari 13

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisi data hasil penelitian studi meta-analisis model pembelajaran

discovery learning dengan menentukan nilai effect size pada materi matematika,

bagaimana pengaruh model pembelajaran discovery learning terhadap kategori

yang telah ditetapkan melalui coding data yang telah dibuat.

4.1 Hasil Penelitian

Data model pembelajaran discovery learning pada penelitian ini berjumlah

lima belas artikel publikasi ilmiah yang sesuai dengan kriteria penelitian.

Adapun data hasil penelitian tersebut sebagai berikut:

1) Data Hasil Effect Size Berdasarkan Kategori

Data besar pengaruh (effect size) artikel publikasi ilmiah model

pembelajaran discovery learning berdasarkan kategori terdiri dari tiga

kriteria (Cohen, 2007:522), yaitu:

(1) 0,01 ≤ effect size < 0,06 efek kecil

(2) 0,06 ≤ effect size < 0,14 efek sedang

(3) Effect size ≥ 0,14 efek besar

Dari lima belas artikel publikasi ilmiah yang sejenis akan

dikelomopokkan sesuai dengan kategori baik kategori besar, sedang

maupun kecil. Apabila masuk dalam kategori besar memiliki arti bahwa

penelitian dalam artikel tersebut model pembelajaran discovery learning

memiliki pengaruh yang besar terhadap pembelajaran peserta didik, dan

42
43

sebaliknya pada artikel yang memasuki kategori kecil. Pengelompokkan

tersebut dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut:

Tabel 4.1. Effect Size Berdasarkan Secara Keseluruhan

No. Kode Jumlah Sub Effect Rerata Kategori N


Artikel Effect Size Size Effect Size Artikel
1 3A 1 0,0854 0,0854
2 8A 1 0,1257 0,1257
3 9A 1 0,0607 0,0607 Efek 5
4 18A 1 0,1116 0,1116 Sedang
5 19A 1 0,068 0,068
6 1A 1 0,3139 0,3139
7 2A 1 0,2316 0,2316
8 4A 1 0,7181 0,7181
9 5A 1 0,2521 0,2521
10 6A 1 0,1601 0,1601
11 7A 1 0,6126 0,6126 Efek 10
12 20A 1 0,1617 0,1617 Besar

13 21A 1 0,1821 0,1821


14 22A 1 0,1968 0,1968
15 23A 1 0,1054 0,1054
Rerata Effect
Size 0,2257 (Efek Besar)
Jumlah Effect 15
Size

Hasil data analisis pada tabel 4.1 menunjukkan bahwa terdapat

lima artikel publikasi ilmiah dengan harga effect size sedang, dan sepuluh
44

artikel publikasi ilmiah dengan harga effect size besar. Dari perhitungan

diperoleh effect size total sebesar 0,2257 dalam kategori besar.

2) Data Hasil Effect Size Berdasarkan Jenjang Pendidikan

Jenjang pendidikan menjadi salah satu aspek yang dapat dianalisis

yaitu terdiri dari jenjang sekolah dasar (SD), sekolah menengah pertama

(SMP), dan sekolah menengah atas (SMA). Data hasil effect size model

pembelajaran discovery learning mata pelajaran Matematika berdasarkan

jenjang pendidikan dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut:

Tabel 4.2. Effect Size Berdasarkan Jenjang Pendidikan

Jenjang Pendidikan Effect Size N Artikel Rerata Effect Size


No.
0,3139
SD/Sederajat 0,2316 3 0,2103
1
0,0854
0,7181
0,2521
0,1601
0,1116
SMP/Sederajat 0,068 8 0,2243
2
0,1821
0,1968
0,1054
0,6126
SMA/Sederajat 0,1257 4 0,2401
3
0,0607
0,1617
45

Dari data yang terangkum pada tabel 4.2, dapat dilihat bahwa

penggunaan model pembelajaran discovery learning mata pelajaran

matematika pada jenjang sekolah dasar (SD), sekolah menengah pertama

(SMP), dan sekolah menengah atas (SMA) dengan jumlah artikel

sebanyak 15 memberikan effect size besar pada ketiganya. Effect size yang

paling rendah terjadi di Sekolah Dasar (SD) dan tertinggi terjadi di

Sekolah Menengah Atas (SMA).

3) Data Hasil Effect Size Berdasarkan Variabel Terikat Penelitian

Data hasil effect size berdasarkan variabel terikat penelitian dalam

model pembelajaran discovery learning mata pelajaran matematika dapat

dilihat pada Tabel 4.3 berikut:

Tabel 4.3. Effect Size Berdasarkan Variabel Terikat Penelitian

No. Variabel Terikat Penelitian Effect Size N Artikel Rerata Effect Size
0,2316
0,0854
1 Hasil Belajar 0,1601
5 0,1327
0,1257
0,0607
0,3139
2 Kemampuan Pemecahan 0,7181
Masalah 0,2521
4 0,4741
0,6126
0,1116
0,068
3 Pemahaman Konsep 0,1617
6 0,1376
0,1821
0,1968
0,1054
46

Tabel 4.4 artikel publikasi ilmiah menampilkan penelitian tentang

variabel terikat penelitian mengenai penerapan pengajaran berupa output

yang diharapkan yaitu kemampuan pemecahan masalah mata pelajaran

matematika, hasil belajar matematika, dan pemahaman konsep

matematika dengan jumlah artikel publikasi ilmiah yang berbeda-beda.

Besar pengaruh model pembelajaran discovery learning terhadap hasil

belajar, kemampuan pemecahan masalah, pemahaman konsep paling

besar terjadi pada kemampuan pemecahan masalah dengan nilai 0,4741

dan masuk kedalam kategori efek besar.

4.2 Pembahasan

Peneliti melakukan penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan

mengukur besar pengaruh model pembelajaran discovery learning dalam

mata pelajaran Matematika menggunakan teknik meta-analisis. Setelah

mengukur besar pengaruh (effect size) maka peneliti dapat menyimpulkan

apakah model discovery learning baik digunakan di dalam proses

pembelajaran atau sebaliknya.

Menghitung effect size maka dibutuhkan data mentah yang ada pada data

statistik tiap artikel publikasi ilmiah. Setelah dihitung effect size maka peneliti

dapat melakukan langkah selanjutnya dalam meta-analisis. Artikel publikasi

ilmiah yang peneliti dapatkan tidak semua dapat dilakukan meta-analisis.

Faktor terjadinya tidak dapat dilakukan meta-analisis adalah

ketidaklengkapan data yang dibutuhkan pada akhirnya harus di eliminasi.


47

1) Pengaruh Pembelajaran Discovery Learning Secara Keseluruhan

Hasil penghitungan rata-rata effect size secara keseluruhan didapati

0,2257. Rata-rata tersebut menyimpulkan bahwa model pembelajaran

discovery learning pada mata pelajaran Matematika mampu

meningkatkan hasil belajar, kemampuan pemecahan masalah, dan

pemahaman konsep sebesar 0,2257 kali lebih besar dari besar pengaruh di

kelas kontrol. Hal tersebut menjelaskan bahwa penerapan model

pembelajaran discovery learning pada mata pelajaran Matematika efektif

digunakan dengan memasuki kategori efek besar. Perhitunngan ini sejalan

dengan Aryo Andri Nugroho, Ida Dwijayanti, Prasetyo Yuda Atmoko ada

penelitian Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Penemuan dan

Lingkungan Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika

Melalui Meta-Analisis tahun 2020 dengan besar pengaruh (effect size)

0,762 dan termasuk kategori efek besar.

Proses pembelajaran menggunakan model discovery learning

diterapkan pada mata pelajaran Matematika memberikan pengaruh yang

lebih tinggi pada kelas eksperimen dari pada kelas kontrol. Hal tersebut

menjelaskan bahwa perlakuan pada kelas eksperimen model discovery

learning memberikan pengaruh yang lebih efektif atau memberikan hasil

belajar yang lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol. Maka dari itu, model

pembelajaran discovery learning adalah alternatif yang dapat digunakan

dalam pembelajaran Matematika untuk meningkatkan hasil belajar,

pemecahan masalah, dan pemahaman konsep.


48

Model pembelajaran discovery learning efektif digunakan dan

memiliki pengaruh terhadap keterampilan kognitif seperti hasil belajar,

pemecahan masalah, pemahaman konsep. Hal ini didukung dengan

kelebihan model pembelajaran discovery learning menurut Hosnan

(2014:287-288) yaitu model discovery learning mampu mendorong

peserta didik untuk memperbaiki serta meningkatkan proses-proses dan

keterampilan kognitif.

2) Pengaruh Model Pembelejaran Discovery Learning Berdasarkan

Jenjang Pendidikan

Berdasarkan hasil data perhitungan effect size pengaruh model

pembelajaran discovery learning pada mata pelajaran Matematika, jika

dilihat dari jenjang pendidikan mampu meningkatkan hasil belajar,

kemampuan pemecahan masalah, dan pemahaman konsep di kelas

eksperimen sebesar 0,2103 untuk jenjang sekolah dasar (SD), 0,2243

untuk jenjang sekolah menengah pertama (SMP), dan 0,2401 untuk

jenjang sekolah menengah atas (SMA).

Apabila dilihat dari hasil perhitungan effect size, model

pembelajaran discovery learning memberikan pengaruh besar terhadap

pembelajaran Matematika. Hal itu didukung dengan effect size yang

memasuki kriteria >0,14. Maka dari itu, dapat disimpulkan bahwa

discovery learning layak digunakan dalam jenjang sekolah dasar (SD),

sekolah menengah pertama (SMP), dan sekolah menengah atas (SMA).


49

Walaupun ketiga jenjang memasuki kriteria >0,14, namun pada

jenjang sekolah dasar (SD) memiliki rata-rata yang lebih kecil dari

jenjang yang lainnya. Tingginya rata-rata effect size yang dimiliki oleh

SMP dan SMA dipengaruhi juga oleh tahapan perkembangan kognitif

anak, di mana menurut teori piaget peserta didik yang berada di jenjang

pendidikan SMP dan SMA berada ditahapan operasional formal yaitu

pada usia 11 tahun sampai dewasa.

Seperti yang sudah dipaparkan mengenai kelemahan model

discovery learning menurut Illahi (2012: 72-73) yaitu bagi peserta didik

yang berusia muda, kemampuan berpikir rasioanl masih sangat terbatas.

Teori tersebut mendukung hasil data effect size di sekolah dasar (SD)

yang paling kecil dibandingkan dengan sekolah menengah pertama (SMP)

dan sekolah menengah atas (SMA). Kelemahan berpikir rasional yang

terbatas itu dapat diminimalisir dengan bantuan alat peraga atau media

secara nyata (disajikan dalam wujud yang dapat ditangkap oleh panca

indera). Hal tersebut telah dijelaskan oleh teori piaget bahwa anak pada

tahap operasional konkrek (7-11 tahun) sudah dapat memfungsikan

akalnya untuk berpikir logis, rasional, dan objektif, tetapi terhadap objek

yang bersifat konkret.

Sedangkan pada tahap perkembangan kognitif peserta didik di

sekolah menengah atas (SMA) sudah mampu menggunakan akalnya

untuk berpikir logis, rasional dan objektif tanpa bantuan benda konkret.

Maka dari itu, besar pengaruh model pembelajaran discovery learning


50

pada sekolah menengah atas (SMA) merupakan yang tertinggi jika

dibandingkan dengan sekolah dasar (SD) dan sekolah menengah pertama

(SMP).

3) Pengaruh Pembelajaran Discovery Learning dengan Melibatkan

Variabel Terikat

Berdasarkan hasil penelitian Tabel 4.3, berikut merupakan uraian

mengenai meta-analisis model pembelajaran discovery learning dengan

melibatkan variabel terikat penelitian:

(1) Hasil Belajar

Berdasarkan hasil penelitian meta-analisis pengaruh penerapan

model pembelajaran discovery learning terhadap hasil belajar pada

tabel 4.3 adalah 0,1327 dengan kategori sedang. Hal tersebut

menandakan discovery learning lebih baik dari pada pebelajaran

konvensional.

Model discovery learning memiliki kelebihan seperti yang telah

dikemukakan oleh Hosnan (2014) yaitu membuat peserta didik lebih

aktif dalam proses pembelajaran sehingga dapat mempengaruhi hasil

belajar peserta didik. Hasil belajar peserta didik dibagi menjadi tiga

ranah yaitu ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotor.

Menurut Anderson dan Krathwohl (2001) pada ranah kognitif atau

pengetahuan berdimensi menjadi empat jenis pengetahuan. Empat

jenis pengetahuan tersebut terdiri atas pengetahuan faktual,


51

pengetahuan konseptual, pengetahuan prosedural, dan pengetahuan

metakognitif.

Dalam merumuskan tujuan pembelajaran dan mengukur ranah

pengetahuan, dimensi pengetahuan tersebut harus digolongkan dengan

proses kognitif. Proses kognitif menurut Anderson dan Krathwohl

(2001) terdiri dari enam level yang terdiri dari mengingat, memahami,

menerapkan, analisis, evaluasi, menciptakan.

Ranah afektif menurut Evaline (2011:11) sebagai berikut :

penerimaan, pemberian respon, penghargaan, pengorganisasian,

karakterisasi. Hasil belajar ranah psikomotor terdiri dari meniru,

menerapkan, memantapkan, merangkat, naturalisasi.

Melalui model discovery learning ingatan peserta didik menjadi

ingatan jangka panjang dalam memahami materi pelajaran karena

peserta didik diberikan kesempatan untuk menyelidiki sendiri

informasi melalui tahapan-tahapan discovery learning. Ingatan peserta

didik terhadap suatu mata pelajaran mempengaruhi hasil belajar

peserta didik. Ingatan dibutuhkan peserta didik untuk menjawab soal,

jika ingatan peserta didik bertahan lama terhadap suatu mata pelajaran

maka saat menjawab soal peserta didik akan mengingat kembali apa

yang didapati sehingga ini akan meningkatkan hasil belajar peserta

didik seperti yang diungkapkan oleh Hosnan (2014) peserta didik

yang aktif dalam proses pembelajaran dengan menemukan sendiri,


52

menyelidiki sendiri, maka hasil yang diperoleh akan tahan lama dalam

ingatan.

Berdasarkan pemaparan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

model pembelajaran discovery learnnig mampu meningkatkan hasil

belajar pada peserta didik.

(2) Kemampuan Pemecahan Masalah

Berdasarkan hasil penelitian meta-analisis pengaruh penerapan

model pembelajaran discovery learning terhadap kemampuan

pemecahan masalah matematika dihasilkan besar pengaruh (effect

size) 0,4741 dengan kategori besar. Hal tersebut dapat disimpulkan

bahwa discovery learning efektif dapat digunakan untuk

meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika.

Pengaruh model discovery learning terhadap kemampuan

pemecahan masalah matematika tidak terlepas dari kelebihan model

discovery learning yang dikemukakan oleh Hosnan (2014: 287-288)

yaitu meningkatkan kemampuan peserta didik dalam memecahkan

masalah. Peserta didik tidak lagi hanya mengingat materi

pembelajaran saja, namun dapat digunakan untuk memecahkan

masalah matematika.

Pada awal pembelajaran, peserta didik diorientasikan pada suatu

masalah-masalah yang dihadapkan dengan kondisi nyata atau

permasalahan yang ada dalam kehidupan sehari-hari peserta didik

sehingga peserta didik akan lebih mudah memahami situasi suatu


53

permasalahan. Jika dilihat dari konsep discovery learning maka

peserta didik akan berusaha mencari sendiri solusi dari permasalah

tersebut dengan penyelidikan dari pada sekedar menghafal.

Menurut Nasution (2011) kemampuan pemecahan masalah dapat

diartikan sebagai proses peserta didik dalam menemukan kombinasi

aturan atau data yang sudah didapat lebih dahulu namun tidak sekedar

menerapkan aturan-aturan tersebut tapi juga menghasilkan pelajaran

baru. Maka dari itu, kemampuan awal peserta didik pun berpengaruh

terhadap keberhasilan peserta didik dalam memecahkan suatu

masalah. Peserta didik yang memiliki pengetahuan awal lebih banyak

akan lebih baik dalam memahami suatu permasalahan.

Adapun alasan yang mendasari kelebihan pembelajaran discovery

learning dalam meningkatkan kemampuan pemecahan masalah

peserta didik jika dilihat dari sintaks discovery learning. Pertama

pendidik memberikan suatu permasalahan, kemudian pada tahap

selanjutnya peserta didik berusaha menganalisis masalah,

mengumpulkan data, mengolah data, pembuktian, lalu menarik

kesimpulan adakah jawaban dari permasalah yang telah diberikan oleh

pendidik pada tahap pertama.

Berdasarkan pemaparan di atas, maka jelas bahwa model

pembelajaran discovery learning mampu mendukung peserta didik

dalam kemampuan pemecahan masalah matematika.


54

(3) Pemahaman Konsep

Berdasarkan hasil penelitian meta-analisis pengaruh penerapan

model pembelajaran discovery learning terhadap pemahaman konsep

matematika dihasilkan besar pengaruh (effect size) 0,1376 dengan

kategori sedang. Hal tersebut dapat disimpulkan bahwa discovery

learning dapat digunakan untuk meningkatkan pemahaman konsep

matematika peserta didik.

Pemahaman konsep (Yunuka, 2016) dapat diartikan sebagai

kemampuan bersikap, berpikir, dan bertindak yang ditunjukkan oleh

peserta didik dalam memahami definisi, pengertian ciri khusus,

hakikat dari matematika dan kemampuan dalam memilih prosedur

tepat dalam menyelesaikan masalah.

Apabila dilihat dari kelebihan model pembelajaran discovery

learning menurut Kurniasih & Sani (2014) yaitu Peserta didik akan

lebih mudah mengerti konsep dasar dalam pembelajaran karena tidak

berasalkan pemberitahuan. Teori tersebut mendukung bahwa model

discovery learning memberikan pengaruh terhadap pemahaman

konsep peserta didik.

Berdasarkan pemaparan di atas, maka jelas bahwa model

pembelajaran discovery learning mampu memberikan pengaruh

terhadap pemahaman konsep peserta didik.

Anda mungkin juga menyukai