Anda di halaman 1dari 27

OBAT-OBAT PARASIMPATIS

(PARASIMPATOMIMETIK)

Dra.Suhatri.MS.Apt
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS ANDALAS

1
Pembagian sistem syaraf
• Sistem syaraf dibedakan atas 2 bagian :
1. Sistem Syaraf Pusat (SSP).
2. Sistem Syaraf Perifer.
. Sistem Syaraf Pusat dibagi atas :
1. Otak.
2. Batang otak.
3. Medulla spinalis

2
• Sistem syaraf perifer dibagi atas :
1. Sistem Syaraf Somatis.
2. Sistem Syaraf Otonom.
. Sistem Syaraf Otonom dibagi atas :
1. Syaraf Simpatis.
2. Syaraf Parasimpatis.

3
• Syaraf somatik mempersyarafi otot rangka
yang dapat dikendalikan.
• Syaraf otonom adlh syaraf yg mengenda
• likan dan mengatur organ-organ otonom
seperti : jantung, GI, mata, kandung kemih,
pembuluh darah, kelenjar, paru-paru dan
bronkus.

4
Anatomi sistem syaraf otonom
1. Neuron eferen : Sistem syaraf otonom
membawa impuls syaraf dari SSP dan
diteruskan melalui medulla spinalis
terus keganglion dan menuju organ
efektor.
2. Neuron aferen : mengirimkan impuls
ke SSP utk diinterpretasikan.
3. Neuron simpatis.
4. Neuron parasimpatis.

7
Fungsi sistem parasimpatis
• Menjaga fungsi tubuh esensial seperti
pencernaan dan pengeluaran zat-zat sisa.
• Bekerja melawan dan mengimbangi kerja
saraf simpatis.
• Mempengaruhi organ-organ spesifik seperti
lambung dan mata.jantung, sal urinaria, kel
keringat

8
• Neuron parasimpatik menggunakan asetilkolin
sebagai neurotransmiter.
• Makanya neuron parasimpatik disebut juga
neuron kolinergik.

9
Neurotransmisi pada neuron kolinergik
• Neurotransmisi dalam neuron kolinergik ada 6 tahap, yaitu :
1. Sintesa asetilkolin.
2. Penyimpanan asetilkolin ke dlm. Vesikel.
3. Pelepasan asetilkolin.
4. Pengikatan pada reseptor.
5. Penghancuran asetilkolin.
6. Daur ulang kolin.

10
Reseptor kolinergik
• Ada dua reseptor kolinergik (kolinoseptor)
yaitu : muskarinik dan nikotinik.

11
Reseptor muskarinik
• Berikatan dengan asetilkolin.
• Selain itu juga berikatan dengan muskarin suatu alkaloid dari
jamur.
• Affinitas lemah terhadap nikotin.
• Ada beberapa sub klas reseptor muskarinik yaitu : M1, M2,
M3, M4 dan M5.
• Lokasi : dijumpai dalam ganglia sistem syaraf tepi dan organ
efektor otonom.Reseptor M1 ditemukan pada sel parietal
lambung. Reseptor M2 terdapat dalam otot jantung dan otot
polos. Reseptor M3 terdapat dalam kelenjar eksokrin dan otot
polos.

12
Reseptor Nikotinik
• Selain dapat mengikat reseptor asetilkolin juga dapat mengikat nikotin.
• Afinitas lemah terhadap muskarinik.
• Pada tahap awal memacu reseptor nikotinik, namun selanjutnya akan
menyekat reseptor itu sendiri.
• Terdapat di dalam sistem syaraf pusat (SSP), medulla adrenalis, ganglia
otonom dan sambungan neuromuskular.
• Reseptor nikotinik pada ganglia otonom berbeda dengan reseptor yang
terdapat pada sambungan neuromuskular.
• Reseptor ganglionik dihambat oleh heksametonium (secara selektif).
• Reseptor pada sambungan neuromuskular dihambat oleh tubokarin
(secara spesifik).

13
Cara Kerja Obat-Obat Kolinergik
1. Agonis kolinergik bekerja langsung.
2. Agonis kolinergik bekerja secara tidak langsung.
Agonis kolinergik bekerja langsung artinya obat-obat
yang mempunyai efek asetilkolin dan dapat
berikatan langsung dengan kolinoseptor.
Agonis kolinergik bekerja tidak langsung artinya obat
tidak menduduki kolinoseptor tetapi mengikat
enzim asetilkolinesterase sehingga asetilolin
meningkat (antikolinesterase).

14
Obat-obat agonis kolinergik bakerja
langsung
Betanekol.
*Kerja muskariniknya sangat kuat,
*meningkatkan motilitas usus,
*merangsang otot detrusor kandung kemih,
*Merelaksasi otot trigonum dan sfingter urin , sehingga urin
keluar.Oleh sebab itu betanekol digunakan untuk pengobatan urologi,
Digunakan untuk merangsang kandung kemih akibat retensi urin pasca
persalinan atau pasca operasi.
Efek samping betanekol dapat meningkatan aktivitas kolinergik
umum seperti berkeringat, salivasi, kemerahan, penurunan tekanan
darah, mual, nyeri abdomen, diare dan bronkospasme.

15
2. Karbakol (karbamikolin).
* Bekerja sebagai muskarinik dan nikotinik.
* Melepaskan epinefrin dari medulla adrenal
karena kerja nikotiniknya,
* Pada mata menimbulkan miosis sehinnga
dapat digunkan sebagai obat miotikum,
menyebabkan kontraksi pupil.
* dosis oftalmologi tidak memberikan efek
samping.

16
3. Pilokarpin.
* Menunjukkan aktifitas muskarinik
* Digunakan untuk oftalmologi.
* Digunakan untuk terapi pada glaukoma.
Efek samping dapat mencapai otak dan
menimbulkan gangguan SSP.
Obat ini merangsang keringat dan salivasi yang
berlebihan.
17
Antikolinesterase (reversibel)
* Obat ini merupakan penghambat asetilkolin
esterase secara tidak langsung
* bekerja sebagai kolinergik dg memperpanjang ketersediaan
asetilkolin endogen yang dilepas oleh ujung syaraf
kolinergik,
* menimbulkan akumulasi asetilkolin dalam sinap.
* Obat penghambat asetilkolinesterase merangsang semua
kolinoseptor dalam tubuh (muskarinik maupun nikotinik)
dari sistem syaraf otonom, sambungan neuromuskular dan
otak.

18
1. Fisostigmin.

*Merupakan substrat untuk asetilkolinesterase &


berfungsi
*menginaktifkan secara reversibel asetilkolinesterase.
*meningkatkan gerakan usus dan kandung kemih.
*mata menimbulkan miosis, kekakuan akomodasi &
penurunan tekanan bola mata. Digunakan utk pengo
batan glaukoma walaupun pilokarpin lebih efektif.
Efek samping
meninbulkan kejang bekerja pd SSP dlm dosis besar &
bradikardi. pd sambungan neuromuskular menye
babkan akumulasi asetilkolin yg menibulkan kelum
puhan otot rangka. jarang terjadi pd dosis terapeutik.

19
2. Neostigmin.

* Obat ini lebih polar dibandingkan fisostigmin sehingga tidak


dapat masuk ke dalam SSP.
• Efek terhadap otot rangka lebih kuat dibandingkan
fisostigmin.
• Masa kerja obat 2-4 jam.
• Digunakan untuk merangsang kandung kemih dan saluran
cerna
• Sebagai antidotum keracunan tubokurarin.
• Digunakan untuk terapi simtomatis Miastenia gravis. Efek
samping merangsang kolinergik (salivasi, muka merah dan
panas, menurunya tekanan darah, mual, nyeri perut,diare dan
bronkospasme)

20
3. Pirodostigmin.
Digunakan untuk pengobata jangka panjang
Miastenia gravis.
Masa kerja 3-6 jam.

21
4. Edrofonium.
* Cara kerja mirip neostigmin,
* obat ini lebih cepat diserap dan masa kerja
* lebih singkat (sekitar 10-20 menit).
* Digunakan utk mendeteksi Miastenia gravis. *
Injeksi intravena menyebabkan peningkatan
kekuatan otot dengan cepat.
* Kelebihan dosis dapat menyebabkan krisis
kolinergik antidotumnya adalah Atropin.

22
Antikolinesterase (Irreversibel)
• Beberapa senyawa organopospat sintetik mempunyai
kapasitas utk berikatan secara kovalen pada
asetilkolinsterase,
• Menyebabkan perpanjangan efek asetilkolin pada
semua tempat pelepasannya.
• Obat-obat ini sangat toksik dan digunakan untuk
keperluan militer sebagai racun syaraf.
• Senyawa turunannya digunakan sebagai insek
tisida seprti paratoin.

23
1.Isoflurofat.

* Berikatan dg enzim asetilkolinesterase secara


permanen, sehingga pemulihan kembali tidak
mungkin.
• Kerja obat ini merangsang kolinergik umum,
kelumpuhan fungsi motor (kesulitan bernafas) dan
kejang, miosis kuat.
• Penggunaan terapi digunakan sebagai salep mata
untuk pengobatan glaukoma jangka panjang.
• Efek berakhir setelah satu minggu setelah penetesan
tunggal.

24
2. Ekotiofat.
Adalah suatu kolinesterase irreversibel yang
terikat pula secara kovalen dengan
asetilkolinesterase
kegunaannya sama dengan Isoflurofat. Suatu
kolinesterase irreversibel baru.

25
Reaktivasi asetilkolinesterase
• Pralidoksim (PAM) adalah senyawa piridinium
sintetik yang mampu mengaktifkan kembali
asetilkolinesterase yang terhambat.

26
Terima Kasih

27

Anda mungkin juga menyukai