BAB II
LANDASAN TEORI
jenjang pendidikan.
Islam adalah suatu usaha sadar untuk membina dan mengasuh peserta
islamiyah.5
3
Op.cit, h. 143
4
Heri Gunawan, Kurikulum dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Bandung:
Alfabeta, 2013), h. 202
5
Op.cit, h. 202
18
serta nilai atau norma-norma dan sikap dengan sengaja dan sistematis di
kompetensi.7
masyarakat, orang tua, dan peserta didik.8 Pendidikan Agama Islam juga
6
Zuhairini, Metodologi Pendidikan Agama, (Solo: Ramadani 1993), hal. 54
7
Abdul Majid, Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, (Bandung
PT Remaja Rosdakarya, 2005), h. 94
8
Muhammad Alim, Pendidikan Agama Islam, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2011), h. 6-8
19
yang mana semua itu memerlukan upaya yang sadar dan benar-benar
diharapkan dan menghargai satu sama lain atau dengan agama lain, suku,
ras dan tradisi yang berbeda-beda agar terciptanya kerukunan. Dan juga
dasar yang kuat. Dasar tersebut menurut Zuhairini, dapat ditinjau dari
a. Dasar Yuridis/Hukum
9
Nusa Putra & Santi, Lisnawati, Penelitian Kualitatif Pendidikan Agama Islam,
(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2012), h. 1
10
Op.cit, h. 132-133
20
formal.
b. Segi Religius
c. Aspek Psikologis
11
Depag RI, Al-Qur‟an dan Terjemah, hal. 421
12
Ibid, h. 93
21
dan bertaqwa kepada Allah SWT. Selama hidupnya, dan mati pun tetap
dalam keadaan muslim. Pendapat ini didasari firman Allah SWT, dalam
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman bertaqwalah kepada Allah
dengan sebenar-benarnya taqwa, dan janganlah kau mati kecuali dalam
keadaan Muslim”.14
Tujuan pendidikan Islam adalah untuk membentuk manusia
13
Akmal Hawi, Kompetensi Guru PAI, (Jakarta: Rajawali Pers. 2013), h. 20
14
Depag RI, Al-Qur‟an dan Terjemah, h. 90
22
memiliki tujuan yang sangat kompleks. Tujuan PAI secara umum dapat
bertujuan untuk :
15
Op.cit, h. 148-149
16
Op.cit, h. 4
23
komunitas sekolah.
melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Oleh karena itu
juga dalam rangka menuai keberhasilan hidup di dunia bagi anak didik
17
Hamdan, Pengembangan dan Pembinanaan Kurikulum (Teori dan Praktek Kurikulum
PAI), (Banjarmasin: 2009), h. 42-43.
18
Op.cit, h. 135-136
24
sempurna lagi bukan hanya di dunia tetapi juga di akhirat yang mana
(hamba Allah yang harus tunduk dan taat terhadap segala aturan dan
19
Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008), h. 24
25
dan Sunnah Nabi Muhammad SAW. Di samping itu, materi PAI juga
diperkaya dengan hasil istimbat atau ijtihad para ulama, sehingga ajaran
PAI dan Budi Pekerti yang tersusun dalam beberapa materi, yaitu:
20
Op.cit.., h. 41
26
dari istilah Yunani, character dari kata charassein yang berarti membuat tajam
atau membuat dalam. Karakter juga dapat berarti mengukir. Sifat utama
ukiran adalah melekat kuat di atas benda yang diukir. Menurut Suyanto
karakter sebagai cara berpikir dan berperilaku yang menjadi cirri khas tiap
individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkup keluarga,
segala tabiat manusia yang bersifat tetap sehingga menjadi tanda yang khusus
untuk membedakan orang yang satu dengan yang lain. Batasan ini
bersifat menetap sehingga seseorang atau sesuatau itu berbeda dari yang
kejiwaan, akhlak, atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang
lain. Karakter adalah nilai-nilai yang unik-baik yang terdapat dalam diri dan
tercerminkan dalam perilaku. Karakter dapat terlihat dari hasil pola pikir, olah
hati, olah rasa dan karsa, serta olahraga seseorang atau sekelompok orang.24
kekuatan moral, nama atau reputasi. Dalam kamus psikologi, karakter adalah
kepribadian yang ditinjau dari titik tolak etis atau moral, misalnya kejujuran
adalah watak, tabiat, akhlak dan kepribadian seseorang yang terbentuk dari
karakter bangsa pada diri peserta didik, sehingga mereka memiliki nilai dan
23
Op.cit, h. 28
24
Op.cit, h.29
25
Barnawi & M. Arifin, Strategi & Kebijakan Pembelajaran Pendidikan Karakter,
(Yogyakarta: AR RUZZ MEDIA, 2012), h. 20
26
Muchlas Samani dan Hariyanto, Konsep dan Model Pendidikan Karakter, (Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya Offset, 2013), h. 237
28
yang menuju pada suatu sistem, yang melandasi pemikiran, sikap dan
karakteristik, gaya atau sifat khas dari diri seseorang yang bersumber dari
seseorang berperilaku tidak jujur, kejam, atau rakus, tentulah orang tersebut
bahwa karakter lebih dekat dengan akhlak, yaitu spontanitas manusia dalam
bersikap, atau melakukan perbuatan yang telah menyatu dalam diri manusia
untuk melakukan hal yang terbaik, kapasitas intelektual seperti kritis dan alas
27
Balitbang, Pedoman Sekolah Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter
Bangsa Kementerian Pendidikan Nasional Badan Penelitian Pengembangan Pusat Kurikulum,
(Jakarta: Kemendiknas, 2010), hal. 9
28
Op.cit, h. 20
29
ibid, h. 21
29
kebiasaan yang dilakukan, sikap yang diambil dan menanggapi keadaan, dan
kata-kata yang diucapkan kepada orang lain. Karakter ini pada akhirnya
menjadi sesuatu yang menempel pada seseorang dan sering orang yang
tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama,
religious berarti: bersifat religi atau keagamaan, atau yang bersangkut paut
suatu pandangan hidup yang bernafaskan atau dijiwai oleh ajaran dan nilai-
nilai agama Islam, yang diwujudkan dalam sikap hidup serta keterampilan
hidup oleh para warga sekolah, madrasah atau sivitas akademika di perguruan
tinggi.33
sekolah. Hal ini disebabkan karena nilai-nilai keimanan yang melekat pada
disekitarnya. Karena itu, bisa jadi siswa pada suatu hari sudah kompetensi
dalam menjalankan nilai-nilai keimanan tersebut, pada saat itu menjadi tidak
kompeten lagi. Di dalam sebuah hadist Nabi SAW dinyatakan bahwa “allman
kondisi karakter religius siswa yang akan diteliti, maka akan diambil lima
cukup relavan dan mewakili keterlibatan keagamaan pada setiap orang dan
bisa diterapkan dalam sistem agama Islam untuk diuji cobakan dalam rangka
merupakan satu kesatuan yang saling terkait satu sama lain dalam memahami
amal (pengamalan).
landasan atau pedoman bagi umat Islam. Yakni dengan selalu beribadah
kepada Allah SWT (shalat, zakat, puasa, dll), berbuat baik kepada sesama
manusia, binatang dan lingkungan, jujur, berbakti kepada orang tua dan lain
35
Djamaludin Ancok dan Fuat Nashori Suroso, Psikologi Islami Solusi Islam atas
ProblemProblem Psikologi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1994), h. 77-78
32
agamanya semata, tetapi juga toleran terhadap agama lain. Beberapa macam
1. Cinta damai
tindakan yang merugikan orang lain serta bisa memicu terjadinya konflik
dan kekerasan. Menurut Sahlan dan Angga cinta damai adalah “sikap,
perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang dan
2. Toleransi
dan tidak menolak pendapat, sikap, dan gaya hidup sendiri. Sikap toleran
berkaitan dengan aspek spiritual dan moral yang berbeda, tetapi juga harus
dilakukan terhadap aspek yang luas, termasuk aspek ideologi dan politik
36
Sahlan, Asmaun dan Angga Teguh Prastyo. Desain Pembelajaran Berbasis Pendidikan
Karakter. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012), h. 39
37
Ngainun Naim, Character Building: Optimalisasi Peran Pendidikan dalam
Pengembangan Ilmu dan Pembentukan karakter Bangsa, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012),
h.138-139
33
toleransi merupakan suatu sikap atau tingkah laku dari seseorang untuk
3. Ikhlas
tidak berpura-pura, lurus hati dalam bertindak, jauh dari riya‟ dan
mata.39 Ikhlas merupakan amalan hati yang paling utama dan paling tinggi
dan paling pokok, Ikhlas merupakan hakikat dan kunci dakwah para rasul
yang murni dari Ilahi, hanya saja manusia itu sendirilah yang senang
38
Umar Hasyim, Toleransi dan Kemerdekaan Beragama dalam Islam Sebagai Dasar
menuju Dialoq dan Kerukunan Antar Umat Beragama, (Surabaya: Bina Ilmu, 1979), h. 22
39
Sidi Gazalba, Asas Agama Islam (Jakarta:Bulan Bintang, 1975), hal. 188
40
Erbe Sentanu, Quantum Ikhlas Teknologi Aktivasi Kekuatan Hati (Jakarta: PT Elex
Media Komputindo, 2008), h. 37
41
Damanhuri, Akhlak Tasawuf (Banda Aceh: Penerbit Pena, 2010), h. 170
34
yang harus ada dalam sifat ikhlas dan sekaligus sebagai quality control
Religius
sikap, dan pengalaman dalam bentuk perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai
luhur yang menjadi jati dirinya.43 Pendidikan karakter yang ditanamkan dalam
dan Hadits yang merupakan inti dari ajaran Islam adalah terciptanya akhlakul
karimah, yang meliputi akhlak dalam hubungannya dengan Allah, dengan diri
sendiri, dengan sesama manusia, dengan alam dan makhluk lainnya. 44 Oleh
42
Rachmat Ramadana, Aktivasi Ikhlas Menjadi Ikhlas dalam 40 hari (Yogyakarta: Diva
Press, 2012), h. 49
43
Zubaidi, Desain Pendidikan Karakter, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2013),h. 17
44
Achmadi, Ideologi Pendidikan Islam : Paradigma Humanisme Teosentris,
(Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2010), h.124
35
direalisasikan peserta didik maka itu berarti gagal esensi dari tujuan ajaran-
Pendidikan Agama Islam (PAI) yang ada pada Sekolah Menengah Pertama
pokok (dasar) yang terdapat dalam agama Islam, sehingga PAI merupakan
pokok yang menjadi salah satu bagian yang tidak dapat dipisahkan dengan
dan moral (karakter) peserta didik. Oleh karena itu, semua mata pelajaran
yang memiliki tujuan tersebut harus seiring dan sejalan dengan tujuan
terbentuknya peserta didik yang beriman dan bertakwa kepada Allah swt.,
pengetahuan yang cukup tentang Islam, terutama sumber ajaran dan sendi
sendi Islam lainnya. Pada saat bersamaan, mata pelajaran PAI dapat
36
dan keilmuannya.
4. PAI adalah mata pelajaran yang tidak hanya mengantarkan peserta didik
aspek kognitif saja, tetapi yang lebih penting adalah pada aspek afektif
(sikap) dan psikomotornya (perilaku). Hasil dari PAI adalah sikap perilaku
yang ada pada dua sumber pokok ajaran Islam, yaitu al-Quran dan
tersebut dengan lebih rinci dan mendetail dalam bentuk fiqih dan hasil
6. Prinsip-prinsip dasar PAI tertuang dalam tiga kerangka dasar ajaran Islam,
yaitu aqidah, syariah, dan akhlak. Dari ketiga prinsip dasar itulah
dari syariah; dan Ilmu Akhlak (Etika Islam, Moralitas Islam) yang
37
terkait dengan ilmu dan teknologi serta seni dan budaya yang dapat
semua ketentuan Allah dan Rasul-Nya (syariah) secara utuh, maka akan
terbentuk peserta didik yang memiliki akhlak (karakter) mulia yang utuh
memadai.45
perasaan, kemauan, cita rasa, dan kepribadian. Sejalan dengan konsep ini
maka semua mata pelajaran atau bidang studi yang diajarkan kepada peserta
45
Marzuki dkk, Panduan Guru Mata Pelajaran PAI : Pendidikan Karakter Terinegrasi
dalam Pembelajaran di SMP, (Solo : Sahidjaya, 2010), h. 18-19
38
didiknya.