Anda di halaman 1dari 21

BAB II

TINJUAN PUSTAKA

A. Lama Kerja

1. Definisi

Lama kerja adalah jangka waktu orang sudah bekerja (pada suatu

kantor, badan, dan sebagainya).8 Lama kerja dapat menggambarkan

pengalaman seseorang dalam menguasai bidang tugasnya, semikin lama

seseorang bekerja, semakin mahir dan terapil dalam menjalankan tugas

yang menjadi tanggung jawabnya.9 Lama bekerja adalah suatu kurun

waktu atau lamanya tenaga kerja itu bekerja di suatu tempat.20

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Lama Kerja

Faktor-faktor yang mempengaruhi lama bekerja diantaranya: 20

a. Tingkat kepuasan kerja

Kepuasan kerja adalah tingkat kesenangan yang dirasakan

seseorang atas peranan atau pekerjaan dalam organisasi. Kepuasan

kerja adalah tingka rasa puas individu bahwa meraka mendapat

imbalam yang setimpal dari bermacam-macam aspek sistuasi

pekerjaan dari organisasi tempat mereka bekerja. Tingkat kepuasan

kerja adalah salah satu faktor yang mempengaruhi prestasi kerja,

yang akhirnya akan berpengaruuh oada efektivitas organisasi.

Kepuasan kerja pegawai juga tidak cukup diberi insentif saja, tetapi

pegawai juga membutuhkan motivasi, pengakuan dari atasan atas


hasil pekerjaannya, situasi kerja yang tidak monoton, dan adanya

peluang untuk berinisiatif dan berkreasi.21

b. Stress lingkungan kerja

Stres kerja adalah kondisi dimana terdapat kekuatan dan

tanggapan sebagai interaksi dalam diri seseorag, akibat

dikonfrotasikan dengan suatu peluang, kendala atau tuntutan di

temapt kerja, yang dikaitkan dengan apa yang sangat diinginkan dan

hasilnya dipersepsikan sebagai sesuatu yang tidak pasti atau

penting.22

Stres sebagai sebuah keadaan yang dapat dialami setiap orag,

dalam hubungan dengan pekerjaan bisa tinggi atau rendah dan dapat

berpengaruh pada berbagai faktor. Berdasarkan hasil-hasil penilitan,

stres kerja dalam tingkat sedang dapat meningkatkan prestasi kerja,

tetapi stres tingkat itnggi dan rendah dapat menurunkan prestasi

kerja.23

c. Pengembangan Karir

Pengembangan kariri adalah perencanaan dan implementasi

rencana karir dan dapat dipandang sebgai proses hidup kritis yang

melibatkan individu dan pegawai. Sistem jenjang kariri menuntu

manajemen suatu organisasi untuk menciptakan jalur karir termasuk

cara yang dapat ditempuh oleh pegawai agar mencapai karir tersebut.

Sistem jenjang karir juga bermanfaat untuk mempperbaiki moral

perawat melalui kepuasan kerja akibat pekerjaan yagn dilakukan.24


d. Kompensasi Hasil kerja

Kompensasi adalah penghargaan yang diberikan kepada

karyawan sebagi balas jasa atas kontribusi yang mereka berikan

kepad organisasi. Pemberian kompenssi dihitung berdasarkan

evaluasi pekerjaan, perhitungan kompensasi ini dimaksudkan untuk

mendapatkan pemberian kompenssi yang mendekati kelayakan dan

keadilan. Karena bila kompensasi dirasakan tidak layak dan tidak

adil oleh karyawan, maka tidak mustahil hal tersebut akan menjadi

kecemburuan sosial dan menyebabkan karyawan resign.25

Lama kerja menurut Handoko dikategorikan menjadi dua, meliputi : 20

a. Lama kerja kategori baru ≤ 3 tahun

b. Lama kerja kategori lama > 3 tahun

B. Kepatuhan

1. Pengertian Kepatuhan

Patuh merupakan istilah yang sering digunakan dalam kehidupan

sehari-hari. Kamus Besar bahasa Indonesia mendefinisikan patuh adalah

suka menurut, taat pada perintah, aturan, dan sebagainya serta

berdisiplin.26

Kepatuhan adalah istilah yang dipakai untuk menjelaskan atau

pasrah pada tujuan yang telah ditentukan. Literatur keperawatan

kesehatan mengemukakan bahwa kepatuhan berbanding lurus dengan

tujuan yang dicapai pada program pengobatan yang telah ditentukan.

Kepatuhan pada program yang telah ditetapkan merupakan perilaku yang


dapat diobservasi dan dengan begitu dapat langsung diukur. Kepatuhan

mengacu pada program-program yang mengacu pada kemampuan untuk

mempertahankan program-program yang berkaitan dengan promosi

kesehatan, yang sebagian besar ditentukan oleh penyelenggara.27

2. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan

Faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan dibagi menjadi:10

a. Faktor Pendorong

Faktor pendorong adalah suatu faktor yang medorong perawat

melakukan suatu kepatuhan yang berasal dari diri sendiri maupun

lingkungan. Faktor – faktor tersebut sebagai berikut:

1) Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah

orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu.

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat

penting untuk terbentuknya perilaku yang didasari oleh

pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak

didasari oleh pengetahuan. Di dalam diri orang tersebut terjadi

proses yang berurutan

2) Keyakinan

Keyakinan adalah pendirian bahwa suatu fenomena atau

objek benar atau nyata. Kebenaran adalah kata – kata yang

sering digunakan untuk mengungkapkan atau mensyaratkan

keyakinan agar terjadi perubahan perilaku.


3) Nilai

Kata paling samar namun paling sering digunakan di

dalam kamus ilmu – ilmu perilaku. Sikap merupakan

kecenderungan jiwa atau perasaan yang relatif tetap terhadap

kategori tertentu dari objek, atau situasi

b. Faktor penguat (reinforcing)

Dukungan dari berbagai pihak sangat dibutuhkan dalam

memperkuat kepatuhan sebagai contoh dukungan dari teman sejawat

maupun profesi lain mengenai standar prosedur sangat berguna

dalam tingkat kepatuhan.

1) Sikap

Sikap adalahkecenderungan bertindak, berpikir, dan

merasa dalam menghadapi objek, ide, situasi, atau nilai. Sikap

bukan perilaku, tetapi merupakan kecenderungan untuk

berperilaku dengan cara – cara tertentu terhadap objek sikap.

Objek sikapboleh berupa benda, orang, tempat, gagasan atau

situasi, atau kelompok.

2) Motivasi

Motivasi adalah hubungan antara kebutuhan, dorongan,

dan tujuan. Kebutuhan muncul karena seseorang merasakan

sesuatu yang kurang, baik fisiologis maupun psikologis.

Dorongan merupakan alasan untuk memenuhi kebutuhan,

sedangkan tujuan adalah akhir dari siklus motivasi


3) Pengawasan

Pada umumnya individu cenderung untuk memiliki sikap

yang konformis atau searah dengan sikap orang yang dianggap

penting. Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh

keinginan untuk menghindari konflik dengan orang yang

dianggap penting tersebut.

c. Faktor pemungkin ( Enabling)

Fasilitas kesehatan yang dapat mempengaruhi suatu

kepatuhan perawat, apabila fasilitas kesehatan lengkap maka tingkat

kepatuhan perawat dapat meningkat.

1) Sarana

Segala jenis peralatan, perlengkapan kerja dan fasilitas

yang berfungsi sebagai alat utama/pembantu dalam pelaksanaan

pekerjaan dan juga dalam rangka kepentingan yang sedang

berhubungan dengan organisasi kerja

2) Prasarana

Penunjang keberhasilan suatu proses upaya yang

dilakukan di dalam pelayanan publik, karena apabila kedua hal

ini tidak tersedia maka semua kegiatan yang dilakukan tidak

akan dapat mencapai hasil yang diharapkan sesuai dengan

rencana

a) Dana merupakan bentuk yang paling mudah yang dapat

digunakan untuk menyatakan nilai ekonomi dan karena


dana atau uang dapat dengan segera dalam bentuk barang

dan jasa

b) Fasilitas adalah segala sesuatu yang dapat mempermudah

upaya dan memperlancar kerja dalam rangka mencapai

suatu tujuan

Douglas Graham melihat empat faktor yang merupakan dasar

kepatuhan seseorang terhadap nilai tertentu, yaitu: 28,29,30

a. Normativist

Normativist biasanya kepatuhan pada norma-norma hukum.

Selanjutnya dikatakan bahwa kepatuhan ini terdapat dalam tiga

bentuk, yaitu :

1) Kepatuhan terhadap nilai atau norma itu sendiri;

2) Kepatuhan pada proses tanpa mempedulikan normanya

sendiri;

3) Kepatuhan pada hasilnya atau tujuan yang diharapkannya

dari peraturan itu.

b. Integralis

Integralis adalah jenis kepatuhan yang didasarkan pada

kesadaran dengan pertimbngan – pertimbangan yang rasional.

c. Fenomenalis

Fenomenalis adalah salah satu fakor yang mempengaruhi

berdasarkan suara hati atau sekedar basa basi.


d. Hedonist

Hedonist adalah salah satu faktor yang mempengaruhi

kepatuhan berdasarkan kepentingan diri sendiri.

3. Tipe Kepatuhan

a. Otoratian

Otoratian adalah salah satu bentuk kepatuhan tanpa reverse atau

kepatuhan yang ikut – ikutan.

b. Conformist

Kepatuhan tipe ini mempunyai tiga bentuk yaitu:

1) Conformist directed yaitu penyesuaian diri terhadap mayarakat

atau orang lain.

2) Conformist hedonist, yakni kepatuhan yang berorientasi pada

untung – rugi

3) Conformist integral, adalah kepatuhan yang menyesuaiakn

kepentingan diri sendiri dengan kepentingan masyarakat.

c. Compilsive deviant

Compulsive deviant adalah tipe kepatuhan yang tidak konsisten.

d. Hedonik psikopatik

Hedonik psikopatik adalah kepatuhan pada kekayaan tanpa

memperhitungkan kepentingan orang lain.

e. Supramoralist

Supramoralist adalah kepatuhan karena keyakinan yang tinggi

terhadap nilai nilai moral.


C. Intravena Bolus

1. Definisi

Injeksi intravena bolus adalah pemberian obat melalui suntikan ke

dalam pembuluh darah vena melalui port injection pada infus set.

Pemberian obat melalui intravena bolus yang bertujuan untuk

memasukan obat melalui suntikan ke dalam pembuluh darah vena dengan

tepat dan benar sesuai dengan program pengobatan, untuk memperoleh

reaksi obat yang cepat di bandingkan rute parental lainya, menghindari

kerusakan jaringan dan memasukan obat dalam volume yang besar.4

2. Hal-hal yang perlu diperhatikan4

a. Observasi pasien selama dan sesudah tindakan

b. Obat yang disuntikan harus sesuai dengan program pengobatan

c. Perhatikan teknik septik dan aseptik

d. Pada waktu penyiapan obat, bacalah dengan teliti etiket dari tiap

obat. Obat yang etiketnya kurang jelas tidak boleh diberikan kepada

pasien

e. Perhatikan prinsip 5 benar obat

f. Perhatikan adanya gelembung udara/ darah di dalam selag infus

3. Faktor yang Mempengaruhi

Menurut American Society of Health-System Pharmacists (ASHP)

dalam Guideline on Preventing Medication Errors in Hospitals,


penyebab-penyebab umum yang memicu terjadinya medication error,

yaitu diantaranya:31

a. Adanya ambigu pada penunjukkan di label atau di dalam

pengemasan.

b. Nomenklatur produk obat Look-Alike-Sound-Alike (LASA),

penggunaan huruf atau nomor prefiks dan sufiks dalam nama obat

c. Adanya kegagalan atau kerusakan pada alat kesehatan.

d. Resep yang tak terbaca.

e. Transkripsi yang tidak tepat.

f. Perhitungan dosis yang tak tepat.

g. Personil yang tidak cukup terlatih.

h. Menggunakan singkatan yang tidak dimengerti dalam resep.

i. Kesalahan dalam pelabelan.

j. Beban kerja yang berlebihan.

k. Penyimpangan dalam kerja individu

l. Tidak tersedianya obat

The Institute for Safe Medication Practices (ISMP) telah

mengidentifikasi 10 elemen kunci dengan pengaruh terbesar pada

penggunaan obat, berikut adalah beberapa faktor yang dapat

menyebabkan kesalahan pengobatan; yaitu:32

a. Informasi pasien

b. Informasi obat

c. Komunikasi yang memadai


d. Kemasan obat, pelabelan, dan nomenklatur

e. Penyimpanan obat, stok, standardisasi, dan distribusi

f. Perolehan, penggunaan, dan pemantauan perangkat obat

g. Faktor lingkungan

h. Pendidikan dan kompetensi staf

i. Pendidikan pasien

j. Proses kualitas dan manajemen risiko.

4. Akibat Kesalahan obat33

Efek samping obat Menurut Nebeker JR dkk. dalam tulisannya

Clarifying Adverse Drug Events: A Clinician’s Guide to terminology,

Documentation, and Reporting, serta dari Glossary AHRQ (Agency for

Healthcare Research and Quality) dapat disimpulkan definisi beberapa

istilah yang berhubungan dengan cedera akibat obat sebagaimana yang

disajikan dalam Tabel 2.1


Tabel 2.1 Ringkasan Definisi yang Berhubungan cengan Cedera Akibat
Obat
Istilah Definisi Contoh
Terjadi Cedera
Kejadian Kejadian cedera pada pasien selama Iritasi pada kulit
yang proses terapi/penatalaksanaan karena penggunaan
tidak medis. Penatalaksanaan medis perban.
diharapkan mencakup seluruh aspek Jatuh dari tempat
(Adverse pelayanan, termasuk diagnosa, tidur.
Event) terapi, kegagalan diagnosa/ terapi,
sistem, peralatan untuk pelayanan.
Adverse event dapat dicegah
atau tidak dapat dicegah.

Reaksi obat Kejadian cedera pada pasien Steven-Johnson


yang selama proses terapi akibat Syndrom
tidak penggunaan obat. : Sulfa, Obat
diharapkan epilepsi dll
(Adverse
Drug
Reaction)

Kejadian Respons yang tidak diharapkan • Shok anafilaksis


tentang terhadap terapi obat dan pada penggunaan
obat yang mengganggu atau menimbulkan antbiotik golongan
tidak cedera pada penggunaan obat penisilin
diharapkan dosis normal. • Mengantuk pada
(Adverse Reaksi Obat Yang Tidak penggunaan CTM
Drug Diharapkan (ROTD) ada yang
Event) berkaitan dengan efek
farmakologi/mekanisme kerja
(efek samping) ada yang tidak
berkaitan dengan efek
farmakologi (reaksi
hipersensitivitas).

Efek obat Respons yang tidak diharapkan Shok anafilaksis


yang terhadap terapi obat dan pada
tidak mengganggu atau menimbulkan penggunaan
diharapkan cedera pada penggunaan obat antbiotik golongan
(Adverse dosis lazim Sama dengan ROTD penisilin.
drug tapi dilihat dari sudut pandang obat. Mengantuk pada
effect) ROTD dilihat dari sudut pandang penggunaan CTM
pasien
Cedera dapat terjadi atau tidak terjadi
Medication Kejadian yang dapat dicegah Peresepan obat
Error akibat penggunaan obat, yang yang tidak
menyebabkan cedera rasional.
Kesalahan
perhitungan dosis
pada peracikan.
Ketidakpatuhan
pasien sehingga
terjadi dosis
berlebih.

Efek Efek yang dapat diprediksi,


Samping tergantung pada dosis, yang bukan
efek tujuan obat. Efek
_______
samping dapat dikehendaki, tidak
dikehendaki, atau tidak
ada kaitannya.

Ada beberapa pengelompokan medication error sesuai dengan

dampak. Konsistensi pengelompokan ini penting sebagai dasar analisa

dan intervensi yang tepat

Errors Kategori Hasil


No A Kejadian atau yang berpotensi untuk terjadinya
error kesalahan
Error, B Terjadi kesalahan sebelum obat mencapai pasien
no C Terjadi kesalahan dan obat sudah
harm diminum/digunakan pasien tetapi tidak
membahayakan pasien
D Terjadinya kesalahan, sehingga monitoring ketat
harus dilakukan tetapi tidak membahayakan pasie
Error, E Terjadi kesalahan, hingga terapi dan intervensi
harm lanjut diperlukan dan kesalahan ini memberikan
efek yang buruk yang sifatnya sementara
F Terjadi kesalahan dan mengakibatkan pasien harus
dirawat lebih lama di rumah sakit serta memberikan
efek buruk yang sifatnya sementara
G Terjadi kesalahan yang mengakibatkan efek buruk
yang bersifat permanen
H Terjadi kesalahan dan hampir merenggut nyawa
pasien contoh syok anafilaktik
Error, I Terjadi kesalahan dan pasien meninggal dunia
death

D. Standar Prosedur Operasional

1. Pengertian Standar Prosedur Operasional

Istilah Standar Prosedur Operasional (SPO) seringkali digunakan

untuk menyebutkan semua dokumen yang mengatur kegiatan operasional

organisasi. Misalnya sebagai protokol, prosedur tetap, instruksi kerja,

diagram alir, dan lain sebagainya. Dengan bahasa yang berbeda namun

memiliki substansi yang sama, di dalam buku yang berjudul Standar

Prosedur Operasional (SPO), Istyadi Insani mengatakan bahwa SPO

adalah pedoman pelaksanaan pelayanan. Selanjutnya menurut Gareth R.

Jones dalam buku organitational theory, menyatakan bahwa SPO

merupakan bagian dari peraturan tertulis yang membantu untuk

mengontrol perilaku organisasi.34

Tjipto Atmoko mendifinisikan SPO sebagai suatu pedoman atau

acuan untuk melaksanakan pekerjaan sesuai dengan fungsi dan alat

penilaian kinerja instansi pemerintah berdasarkan indikator – indikator

teknis, administrasi dan prosedural sesuai dengan tata kerja, prosedur

keja, dan sistem kerja pada unit kerja yang bersangkutan. SPO

merupakan tata cara yang dibakukan yang harus dilalui untuk

menyelesaikan suatu proses pekerjaan. SPO juga diartikan sebagai

standar tertulis yang digunakan untuk mendorong dan menggerakkan

suatu kelompok untuk mencapai tujuan organisasi.34


Peraturan Mentri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomer

Per/21/M.Pan/11/2008 mendefinisikan Standard Operating

Proceduressebagai suatu rangkaian instruksi tertulis yang dibakukan

mengenai berbagai proses penyelenggaraan administrasi pemerintahan,

bagaimana dan kapan harus dilakukan,dimana dan oleh siapa dilakukan.35

2. Manfaat Standar Prosedur Operasional

Manfaat Standard Operating Procedures dalam lingkup

penyelenggaraan administrasi pemerintahan meliputi antara lain:35

a. Sebagai standarisasi cara yang dilakukan pegawai dalam

menyelesaikan pekerjan yang menjadi tugasnya.

b. Mengurangi tingkat kesalahan dan kelalaian yang mungkin

dilakukan oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugas.

c. Meningkatkan efisiensi dan efektivitas pelaksanan tugas dan

tanggung jawab individual pegawai dan organisasi secara

keseluruhan.

d. Membantu pegawai menjadi lebih mandiri dan tidak tergantung pada

intervensi managemen, sehingga akan mengurangi keterlibatan

pimpinan dalam pelaksanaan proses sehari-hari.

e. Meningkatkan akuntabilitas pelaksanaan tugas.

f. Menciptakan ukuran standar kinerja yang akan memberikan pegawai

cara konkrit untuk memperbaiki kinerja serta membantu

mengevaluasi usaha yang telah dilakukan.


g. Memastikan pelaksanaan tugas penyelenggaraan pemerintahan dapat

berlangsung dalam berbagai situasi.

h. Menjamin konsitensi pelayanan kepada masyarakat baik dari sisi

mutu, waktu dan prosedur.

i. Memberikan informasi mengenai kualifikasi kompetensi yang harus

dikuasai oleh pegawai dalam melaksanakan tugasnya

j. Memberikan informasi bagi upaya peningkatan kompetensi pegawai.

k. Memberikan informasi mengenai beban tugas yang dipikul oleh

seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya

l. Sebagai instrumen yang dapat melindungi pegawai dari

kemungkinan tuntutan hukum karena tuduhan melakukan

penyimpangan

m. Menghindari tumpang tindih pelaksanaan tugas

n. Membantu penelusuran terhadap kesalahan-kesalahan prosedural

dalam memberikan pelayanan

o. Membantu membeikan informasi yang diperlukan dalam

penyusunan standar pelayanan, sehingga sekaligus dapat

memberikan informasi bagi kinerja pelayanan.

3.
4. Standar Prosedur Operasional Injeksi Melalui Akses Intravena Line

a. Pengertian

Memberikan obat melalui suntkan ke dalam pembuluh darah

vena melalui port injection pada infus set.4

b. Tujuan

1) Memasukan obat melalui suntikan ke dalam pembuluh darah

vena dengan tepat dan benar sesuai dengan program pengobatan

2) Memperoleh reaksi obat yang lebih cepat dibandingkan rute

parenteral lainnya

3) Menghindari kerusakan jaringan

4) Memasukan obat dalam volume yang besar

c. Faktor Farmasetika yang Mempengaruhi Pemberian Obat

Secara Parenteral 36

1) Kelarutan obat dan volume injeksi

a) Obat harus terlaut sempurna, lebih disukai dalam air, sblm

dapat diberikan scr injeksi intra vena.

b) Kelarutan obat dalam pembawa  dan dosis yg diperlukan untuk

menghasilkan efek erapetik akan menentukan volume

injeksiyg harus diberikan.

c) Rute pemberian obat scr parenteral selain iv memiliki

keterbatasan dalam hal volume injeksi yang dapat

diberikan.

2) Karakteristik bahan pembawa


a) Pembawa air : dapat diberikan melalui rute parenteral apa

saja.

b) Pembawa non air : yg dapat bercampur atau tidak  dengan

air biasanya  diberiakn  dgn  IM.

c) Larutan suntik dengan pelarut campur.

3) Ph atau osmolaritas larutan injeksi

a) Larutan suntik harus di formulasi pH danosmolaritas yg

sama dengan cairantubuh (isohidri dan isotoni).

b) Terkait masalah satabilitas, kelarutan atau dosisi pada

umumnya larutan parenteral hipertonis

dikontraindikasikan  untuk penyuntikan  subkutan  atau

intramuskular.

4) Jenis bentuk sediaan obat

a) Suspensi : hanya IM dan SC. Tidak boleh IV atau rute

parenteral selain  diatas  karena obat  langsung  masuk 

ke cairan biologis atau  jaringan sensitif (otak dan mata).

b) Serbuk untuk injeksi atau dilarutkan sempurna  dalam

pembawa  yg sesuai sebelum diberikan.

5) Komposisi bahan pembantu

a) Sediaan parenteral berulang mengandung antimikroba 

sebagai  pengawet, selain  itu  dapat  mengandung 

surfaktan untuk mendapatkan  kelarutan yang sesuai.


b) Surfaktan dapat merubah permeabilitas membran,  sehingga

harus diketahui keberadaannya  ketika  akan  diberikan

secara subkutan atau intramuskular.

d. Prosedur Injeksi Melalui Akses Intravena Line di Rumah Sakit

Umum Daerah Ungaran

1) Siapkan obat dalam vial/ ampul, spuit, jarum suntik, kapas

alkohol/ antiseptik

2) Memberikan penjelasan tentang tindakan yang akan dilakukan

3) Pastikan bahwa cairan intravena yang diinfuskan dengan

kecepatan yang tepat

4) Periksa kateter infus dan letaknya

5) Pastikan bahwa obat yang akan dimasukan dengan cairan

intravena cocok

6) Pilih port selang yang paling dekat dengan pembuluh darah

pasien

7) Bersihkan port injeksi dengan kapas antiseptik

8) Masukan jarum suntuk yang berisi obat melalui bagian tengah

port selang

9) Sumba saluran intravena dengan menekuk selang bagian depan

pangkal injeksi/ mematikan kran infus. Tarik plunger secara

perlahan untuk mengaspirasi aliran balik darah

10) Setelah darah teraspirasi, lepaskan tekukan selang/ buka kran

infus dan injeksikan obat dalam waktu yang sudah ditetapkan


11) Setelah menginjekasi obat, tarik kembali spuit dan periksa

kembali kecepatan aliran

12) Perhatikan reaksi pasien setelah penyuntikan

13) Setelah selesai, semua alat dibereskan, dan buang jarum suntuk

dan spuit ke wadah khusu yang telah disediakan.

E. Penilitian Terkait

No Judul dan
Desain Hasil
. Peneliti
1 Kejadian Jenis Penilitian : Dari total sampel 11 tindakan
Nursing Error Penilitian pemberian obat yang terdiri dari
Pembarian Obat Kuantitatif 34 tindakan pemberian obat oral,
Di Ruang Rawat Dengan 74 tindakan pemberian obat
Inap Salah Satu Rancangan injeksi, 3 tinfakan pemberian obat
Rumah Sakit di Cross Sectional inhalasi. Ditemukan sebanyak
Sulawesi Study 30,1 per 1000 hour worked (tidak
Tengah sesuai hasil)
Teknik
Ettik Indiarti, Pengambilan Nursing error banyak terjadi
Khudazi Sampel : pada salah waktu (69,2%) dan
Aulawi, Martina Accidental salah dosis (30,8%). Sedangkan
Sinta K. Sampling salah pasien, salah obat, dan salah
rute tidak terjadi pada saat
penilitian ini.
2 Faktor yang Jenis Hasil uji analisis menunjukkan
Mempengaruhi penelitian : ada pengaruh antara motivasi dan
Kepatuhan penelitian persepsi terhadap kepatuhan
Pelaksanaan kuantitatif perawat dalam pelaksanaan SOP.
SOP Asuhan korelasional
Keperawatan di dengan Variabel lainnya seperti umur,
ICU-ICCU rancangan tingkat pendidikan dan lama kerja
RSUD cross sectional tidak berpengaruh terhadap
Gambiran Kota kepatuhan perawat.
Kediri Instrumen
penelitian
Nazvia Natasia, menggunakan
Ahas checklist,
Loekqijana, wawancara, dan
Janik kuesioner.
Kurniawati
F. Kerangka Teori
Faktor yang mempengaruhi
lama bekerja :
a. Tingkat kepuasan kerja
b. Stress lingkungan kerja
c. Pengembangan Karir
d. Kompensasi Hasil kerja

Kepatuhan Memberikan
Lama Bekerja
Injeksi IV Bolus sesuai SPO

Faktor – faktor yang


mempengaruhi kepatuhan :
a. Faktor pendorong
1. Pengetahuan
2. Keyakinan
3. Nilai
b. Faktor penguat
1. Sikap
2. Motivasi
3. pengawasan
c. Faktor pemungkin
1. Sarana
2. Prasaranan

Gambar 2.1. Kerangka Teori

Anda mungkin juga menyukai