Anda di halaman 1dari 31

BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 PENGERTIAN KEPATUHAN

Kepatuhan berasal dari kata “Patuh”. Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia),

Patuh berarti suka menurut perintah, taat kepada perintah atau aturan dan berdisiplin.

Kepatuhan berarti bersifat patuh, ketaatan, tunduk pada ajaran dan aturan. Kepatuhan adalah

perilaku positif penderita dalam mencapai tujuan terapi. Kepatuhan merupakan suatu bentuk

perilaku manusia yang taat pada aturan, perintah yang telah ditetapkan, prosedur dan disiplin

yang harus dijalankan. Green dan Kreuter (2000) mengatakan kesehatan individu atau

masyarakat dipengaruhi oleh faktor perilaku yang merupakan hasil daripada segala macam

pengalaman maupun interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk

pengetahuan, sikap, dan tindakan. Kepatuhan (complying) merupakan salah satu bentuk

perilaku yang dapat dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Smeth (2004) mengatakan

bahwa kepatuhan adalah ketaatan atau pasrah pada tujuan yang telah ditetapkan.

Kepatuhan adalah tingkat pasien melaksanakan cara pengobatan dan perilaku yang disaranka

n dokter atau oleh orang lain (Santoso, 2005). Menurut Notoatmodjo (2003) kepatuhan merup

akan suatu perubahan perilaku dari perilaku yang tidak mentaati peraturan ke perilaku yang

mentaati peraturan (Notoatmodjo,2003).

Menurut Kozier (2010) kepatuhan adalah perilaku individu (misalnya: minum obat, mematuh

i diet, atau melakukan perubahan gaya hidup) sesuai anjuran terapi dan kesehatan. Tingkat ke

patuhan dapat dimulai dari tindak mengindahkan setiap aspek anjuran hingga mematuhi renca

na.
Menurut Safarino (dalam Tritiadi, 2007) mendefinisikan kepatuhan atau ketaatan (complianc

e atau adherence) sebagai: “tingkat pasien melaksanakan cara pengobatan dan perilaku yang

disarankan oleh dokternya atau oleh orang lain”.

Kepatuhan (adherence) adalah suatu bentuk perilaku yang timbul akibat adanya interaksi anta

ra petugas Kesehatan dan pasien sehingga pasien mengerti rencana dan segala konsekwensin

ya dan menyetujui rencana tersebut serta melaksanakannya (Kemenkes RI.,2011).

Menurut Hasibuan (2003),menjelaskan bahwa kepatuhan merupakan kesadaran atau kesediaa

n seseorang menaati suatu peraturan dan norma-norma sosial yang berlaku.Kepatuhan yang b

aik mencerminkan besarnya rasa tanggung jawab seseorang terhadap tugas-tugas yang diberi

kan kepadanya.Hal ini cenderung gairah kerja,semangat kerja,dan terwujudnya tujuan masyar

akat,maka setiap orang harus berusaha agar mempunyai kepatuhan yang baik.

Kepatuhan seseorang dipengaruhi oleh perilaku Kesehatan,yang pada dasarnya perilaku K

esehatan merupakan suatu respon seseorang (organisme) terhadap stimulus yang berkaitan de

ngan sakit dan penyakit,system pelayanan Kesehatan serta lingkungan.

Kepatuhan didefinisikan sebagai perubahan sikap dan tingkah laku untuk mengikuti perminta

an maupun perintah orang lain (Kusumadewi, 2012).Menurut Arikunto (2010),kepatuhan pet

ugas professional adalah perilaku seseorang yang professional terhadap suatu anjuran,prosedu

r,atau peraturan yang harus dilakukan atau ditaati.

Perilaku kepatuhan bersifat sementara karena perilaku tersebut akan bertahan apabila ada pen

gawasan.Jika pengawasan hilang maupun mengendur maka akan timbul perilaku ketidakpatu

han.Perilaku kepatuhan ini akan optimal apabila petugas itu sendiri menganggap perilaku ini

bernilai positif yang akan diintegrasikan melalui tindakan asuhan keperawatan.(Susanti, 201

5).
Aspek-aspek Kepatuhan

Seseorang dapat dikatakan patuh terhadap orang lain apabila orang tersebut memiliki tiga

dimensi kepatuhan yang terkait dengan sikap dan tingkah.Menurut Hartono (2006),dimensi

atau aspek-aspek yang terkandung dalam kepatuhan (obedience) adalah sebagai berikut:

1.Mempercayai (belief).Individu lebih patuh apabila mereka percaya bahwa tujuan dari

dibentuknya suatu peraturan itu merupakan sesuatu yang penting.Individu percaya bahwa

mereka diperlakukan secara adil oleh orang yang memberi perintah atau biasa disebut

pemimpin,percaya pada motif pemimpin dan menganggap bahwa individu tersebut bagian

dari organisasi atau keompok yang ada dan memiliki aturan yang harus diikuti.

2.Menerima (accept).Individu yang patuh menerima dengan sepenuh hati perintah dan

permintaan yang ada dalam peraturan yang telah dipercayainya.Mempercayai dan menerima

merupakan aspek yang berkaitan dengan sikap individu.

3.Melakukan (act).Melakukan dan memilih taat terhadap peraturan dengan sepenuh hati dan

dalam keadaan sadar.Melakukan sesuatu yang diperintahkan atau menjalankan suatu ajaran

dengan baik,maka individu tersebut bisa dikatakan telah memenuhi aspek-aspek dari

kepatuhan.

Menurut Umami (2010),kepatuhan kepada otoritas atau peraturan terjadi jika perintah

dilegitimasi dalam konteks norma dan nilai-nilai kelompok.Adapun indikator kepatuhan

dalam bentuk perilaku yang dapat diamati yaitu:

1.Konformitas (conformity).Konformitas adalah suatu jenis pengaruh social dimana individu

mengubah sikap dan tingkah laku mereka agar sesuai dengan norma social yang ada.

2.Penerimaan (compliance).Penerimaan adalah kecenderungan orang mau dipengaruhi oleh

komunikasi persuasif dari orang yang berpengetahuan luas atau orang yang disukai.Dan juga

merupakan Tindakan yang dilakukan dengan senang hati karena percaya terhadap tekanan

atau norma social dalam kelompok atau masyarakat.


3.Ketaatan (obedience).Ketaatan merupakan suatu bentuk perilaku menyerahkan diri

sepenuhnya pada pihak yang memiliki wewenang,bukan terletak pada kemarahan atau agresi

yang meningkat,tetapi lebih pada bentuk hubungan mereka dengan pihak yang berwenang.

2.2 Faktor-Faktor yang mempengaruhi kepatuhan

a. Faktor Internal

1.Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu,yang terjadi karena proses penginderaan yan

dilakukan seseorang terhadap sesuatu (Notoatmodjo, 2010).

2. Sikap

Menurut Azwar (2015) sikap merupakan suatu bentuk evaluasi atau reaksi dari

perasaan.Sikap seseorang terhadap suatu objek merupakan manifestasi dan dapat

mendeskripsikan perasaan seseorang terhadap objek tersebut. Faktor yang

mempengaruhi pembentukan sikap antara lain pengalaman pribadi,pengaruh orang

lain yang dianggap penting,pengaruh kebudayaan,media massa,lembaga Pendidikan

dan lembaga agama maupun pengaruh factor emosional.

3. Kemampuan

Kemampuan merupakan bakat seseorang untuk melakukan tugas fisik maupun

mental.Kemampuan seseorang pada umumnya bersifat stabil kemampuan individu

berpengaruh terhadap karakteristik pekerjaan,perilaku,tanggung jawab,pendidikan

dan memiliki hubungan erat dengan kinerja pekerjaan (Ivancevich, 2014).

4. Motivasi

Motivasi merupakan karakteristik psikologi manusia yang memberi kontribusi pada


tingkat komitmen seseorang.Hal ini termasuk kedalam faktor-faktor yang

mempengaruhi seseorang untuk menyebabkan,menyalurkan,dan mempertahankan

tingkah laku manusia dalam arah tekad tertentu.Dengan demikian motivasi

mempunyai 3 aspek,yaitu keadaan terdorong dalam diri organisme yaitu kesiapan

bergerak karena kebutuhan,perilaku timbul dan terarah karena keadaan ini,goal,atau

tujuan oleh perilaku tersebut (Nursalam, 2016).

b. Faktor Eksternal

1. Karakteristik Organisasi

Keadaan dari organisasi dan struktur organisasi ditentukan oleh filosofi dari

manager organisasi tersebut.Keadaan organisasi dan struktur organisasi dapat

memotivasi petugas untuk berpartisipasi pada tingkatan yang konsisten sesuai denga

tujuan (Swansburg, 2010).

Ivanceivich (2014),berpendapat bahwa karakteristik organisasi meliputi komitmen

organisasi dan hubungan kerja antara pekerja dengan supervisor yang akan

mempengaruhi kepuasan terhadap individu.

2. Karakteristik kelompok

Kelompok merupakan unit komunitas yang terdiri dari dua orang atau lebih yang

memiliki suatu kesatuan tujuan dan pemikiran serta integritas antar anggota yang

tinggi (Rusmana, 2009).Karakteristik kelompok adalah:adanya interaksi,adanya

struktur,kebersamaan,adanya tujuan,ada suasana kelompok,dan adanya dinamika

interdependensi.Anggota melaksanakan hal-hal ini melalui hubungan interpersonal.

tekanan dari kelompok sangat berpengaruh terhadap hubungan interpersonal dan

tingkat kepatuhan individu karena individu terpaksa mengalah dan mengikuti

perilaku mayoritas kelompok meskipun sebenarnya individu tersebut tidak


menyetujuinya ( Rusmana,2009).

3. Karakteristik pekerjaan

Menurut Swansburg (2010),karakteristik pekerjaan akan memberikan motivasi bagi

karyawan untuk bekerja lebih giat dan menumbuhkan semangat kerja yang lebih

produktif karena karakteristik pekerjaan merupakan proses membuat akan lebih

berarti,menarik dan menantang sehingga dapat mencegah seseorang dari kebosanan.

Karakteristik pekerjaan memiliki sifat yang berbeda antara pekerjaan satu dengan

pekerjaan yang lainnya yang bersifat khusus dan merupakan inti pekerjaan yang

berisikan sifat-sifat tugas yang ada didalamnya.

4. Karakteristik lingkungan

Petugas harus mampu bekerja dalam lingkungan yang terbatas dan berinteraksi

secara langsung dengan staf lain,pengunjung,dan tenaga Kesehatan lain.Kondisi ini

yang dapat menyebabkan terjadinya penurunan motivasi terhadap pekerjaannya,

menyebabkan stress,dan kepenatan.(Swansburg, 2010).

2.3 Pengukuran Kepatuhan

Pengukuran kepatuhan dapat dilakukan menggunakan kuesioner dengan cara mengump

ulkan data yang diperlukan untuk mengukur indicator-indikator yang telah dipilih. Indikator t

ersebut sangat diperlukan sebagai ukuran tidak langsung mengenai standar penyimpangan ya

ng diukur menggunakan tolak ukur atau ambang batas yang digunakan oleh organisasi merup

akan penunjuk derajat kepatuhan terhadap standar tersebut. Suatu indicator adalah suatu varia

ble/karakteristik terukur yang dapat digunakan untuk menentukan derajat kepatuhan terhadap

standar atau pencapaian tujuan mutu.Indikator juga harus memiliki karakteristik yang sama d

engan standar,misalnya karakteristik harus reliable,jelas,valid,mudah diterapkan,dan juga dap

at diukur (Assaf, 2014).


Penelitian-penelitian tentang perilaku personal yang mengukur sifat-sifat individu selalu m

enggunakan alat ukur yang dirancang sendiri oleh peneliti,baik melalui pre-test maupun elicit

ing (bertanya pada ahli) karena tidak ada alat ukur yang pasti.Alat ukur yang digunakan adala

h butir-butir pertanyaan yang dianggap sebagai indikator dari perilaku tertentu misalnya peng

etahuan atau sikap.Butir-butir pertanyaan tersebut akan direspon oleh individu-indivdu yang

akan diukur perilakunya.Ada beberapa skala pengukuran yang dapat digunakan salah satunya

adalah skala Likert (Budiaji,2013).

Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap,pendapat,dan persepsi seseorang atau sekel

ompok orang tentang fenomena sosial.Dengan skala Likert,variable yang akan diukur dijabar

kan menjadi indikator variable.Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai tolak ukur untu

k menyusun butiran-butiran pertanyaan.Adapun beberapa bentuk jawaban dari pertanyaan ya

ng masuk dalam kategori Likert menurut (Hidayat,2011) yaitu sebagai berikut:

Tabel 1

Pengukuran Kepatuhan Menurut Skala Likert

Pernyataan Positif Nilai Pernyataan Negatif Nilai

Patuh P 4 Patuh P 1

Cukup Patuh CP 3 Cukup Patuh CP 2

Kurang Patuh KP 2 Kurang Patuh KP 3

Tidak Patuh TP 1 Tidak Patuh TP 4

Sumber : Metode Penelitian Keperawatan, (Hidayat, 2011)

Adapun cara interpretasi berdasarkan presentase sebagaimana berikut ini :

0% 25% 50% 75% 100%

TP KP CP P
Keterangan :

Angka 0-25% :Tidak Patuh (sangat tidak baik)

Angka 26-50% :Kurang Patuh (tidak baik)

Angka 51-75% :Cukup Patuh (baik)

Angka 76-100% :Patuh (sangat baik)

2.4 Pengertian Petugas

Petugas adalah orang yang bekerja dibagian tempat pendaftaran pasien. Petugas dituntu

t untuk meningkatkan pengetahuan,kemampuan profesi melalui penerapan ilmu dan teknologi

yang berkaitan dengan perkembangan dibidang rekam medis di informasi Kesehatan.(Ali, 20

18).Pengertian petugas menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah orang yang bertugas

melakukan sesuatu.

Petugas rekam medis adalah petugas yang berprofesi mengolah seluruh kumpulan informasi

mengenai kondisi pasien dari mulai kartu Riwayat pemeriksaan hingga berbagai Tindakan ya

ng dilakukan selama di rumah sakit.

Perekam medis dan informasi kesehatan adalah seorang yang lulus pendidikan Rekam

Medis dan Informasi Kesehatan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Organisasi

profesi Perekam medis adalah Perhimpunan Profesional Perekam Medis dan Informasi Keseh

atan Indonesia.

Berdasarkan pendidikan Perekam Medis dikualifikasikan sebagai berikut:

1. Standar kelulusan Diploma tiga sebagai Ahli Madya Rekam Medis dan Informasi

Kesehatan
2. Standar Kelulusan Diploma empat sebagai Sarjana Terapan Rekam Medis dan

Informasi Kesehatan

3. Standar kelulusan Sarjana sebagai Sarjana Rekam Medis dan Informasi Kesehatan,

dan

4. Standar kelulusan Magister sebagai Magister Rekam Medis dan Informasi Kesehatan.

Perekam Medis untuk dapat melakukan pekerjaannya wajib memiliki STR Perekam Medis. S

TR Perekam Medis dikeluarkan oleh MTKI dengan masa berlaku selama 5 (lima) tahun.

Setiap Perekam Medis yang melakukan pekerjaannya di Fasilitas Pelayanan Kesehatan wajib

memiliki SIK Perekam Medis. SIK tersebut dapat diperoleh bila telah memiliki STR. SIK Per

ekam medis berlaku untuk 1 (satu) tempat. Perekam Medis hanya dapat melakukan pekerjaan

paling banyak di 2 (dua) Fasilitas Pelayanan Kesehatan dengan permohonan SIK yang kedua

dengan menunjukkan bahwa yang bersangkutan telah memiliki SIK Perekam Medis yang per

tama.

Perekam medis yang memiliki SIK dapat melakukan pekerjaannya pada Fasilitas Pelayanan

Kesehatan, berupa:

 Puskesmas

 Klinik

 Rumah Sakit; dan

 Fasilitas pelayanan kesehatan lainnya.

Dalam melaksanakan pekerjaannya, Perekam Medis wajib melakukan proses pencatatan/pere

kaman sampai dengan pelaporan. Pencatatan/perekaman sebagaimana dimaksud disimpan ses

uai dengan peraturan yang berlaku.


Dalam menjalankan pekerjaannya, Perekam Medis memiliki hak:

1. memperoleh perlindungan hukum dalam melaksanakan pekerjaan rekam medis dan

informasi kesehatan sesuai standar profesi Perekam Medis;

2. memperoleh informasi yang lengkap dan jujur dari klien dan/atau keluarganya;

3. melaksanakan tugas sesuai dengan kompetensi;

4. menerima imbalan jasa profesi;

5. memperoleh jaminan perlindungan terhadap risiko kerja yang berkaitan dengan

tugasnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Dalam melaksanakan pekerjaannya, Perekam Medis mempunyai kewajiban:

1. menghormati hak pasien/klien;

2. menyimpan rahasia pasien/klien sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan;

3. memberikan data dan informasi kesehatan berdasarkan kebutuhan sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan.

4. membantu program pemerintah dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan

masyarakat.

5. mematuhi standar profesi, standar pelayanan, dan standar prosedur operasional.

Manajemen pelayanan rekam medis dan informasi kesehatan adalah kegiatan menjaga, meme

lihara dan melayani rekam medis baik secara manual maupun elektronik sampai menyajikan i

nformasi kesehatan di rumah sakit, praktik dokter klinik, asuransi kesehatan, fasilitas pelayan

an kesehatan dan lainnya yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan dan menjaga rekaman
Bentuk pelayanan rekam medis dan informasi kesehatan yang dilakukan oleh perekam medis,

meliputi:

1. pelayanan rekam medis berbasis kertas

2. pelayanan rekam medis manual dan registrasi komputer

3. pelayanan manajemen rekam medis dan informasi kesehatan

4. pelayanan sistem informasi kesehatan terpadu; dan

5. pelayanan manajemen informasi kesehatan elektronik dengan menggunakan

perangkat informatika kesehatan.

Profesi Petugas Rekam Medis bertugas menyusun, memproses, dan memelihara catatan medi

s pasien rumah sakit dan klinik dengan cara yang konsisten dengan persyaratan medis, admini

strasi, etika, hukum, dan peraturan dari sistem perawatan kesehatan. Petugas rekam medis jug

a bertanggung jawab memastikan bahwa rekam medis terjaga kerahasiannya, serta memastika

n bahwa informasi diisi dengan baik dan valid. Petugas Rekam Medis akan bekerja sama den

gan petugas medis lainnya dan pasien.

Deskripsi pekerjaannya juga mencakup klasifikasi penyakit pasien, pengobatan yang diresepk

an. Petugas Rekam Medis bertanggung jawab melaporkan informasi pasien untuk persyaratan

dan standar kesehatan dengan cara yang konsisten dengan sistem kode diagnosis penyakit unt

uk perawatan kesehatan. Ia juga memelihara sistem yang memastikan bahwa rekam medis m

udah diambil dan menggunakan sistem klasifikasi standar untuk abstrak dan kode data keseha

tan.

2.5 General Consent


General Consent adalah formulir persetujuan umum yang selalu diajukan kepada pasie

n atau keluarga sebelum menerima pelayanan rawat jalan dan rawat inap di rumah sakit.Gene

ral consent hendaknya diinformasikan dahulu agar dapat dipahamidan dimengerti karena dian

taranya mencakup hak dan kewajiban pasien.Pasien dapat kehilangan hak untuk membuat ke

putusan dalam menerima atau menolak pelayanan.

General Consent adalah lembar persetujuan umum dan termasuk bagian penting dari rekam m

edis pasien. General consent merupakan salah satu formulir yang wajib diisi guna menunjang

akreditasi dan hendaknya dapat diketahui dan dimengerti isinya oleh keluarga dan pasien.

Pada standar akreditasi rumah sakit yaitu standar hak pasien dan keluarga bahwa hasil pelaya

nan pasien akan bertambah baik bila pasien dan keluarga yang tepat atau mereka yang berhak

mengambil keputusan diikut dertakan dalam keputusan pelayanan dan proses yang sesuai har

apan budaya. (KARS 2012)Untuk meningkatkanhak pasien dirumah sakit, harus dimulai den

gan mendefinisikan hak tersebut,kemudian mendidik pasien dan staf tentang hak tersebut.Pasi

en diberitahu hak mereka dan bagaimana harus bersikap. Staf dididik untuk mengerti dan me

nghormati kepercayaan dan nilai-nilai pasien dan membeikan pelayanan dengan penuh perhat

ian dan hormat guna menjaga martabat pasien.Kegunaan General consent adalah sebagai bukt

i tertulis ketrangan persetujuan atau kesepakatan mengenai hal-hal yang berkenaan dengan pe

raturan secara jelas dalam hal perawatan pasien dan pelayanan kesehatan.(Aep, 2016).

Tujuan general consent diantaranya:

a. Sebagai acuan dalam pelaksanaan persetujuan umum terhadap pelayanan Kese

hatan yang akan diberikan pada pasien.

b. Meningkatkan partisipasi pasien dan keluarga dalam rencana tatalaksana.

c. Agar pasien dan keluarganya mendapatkan informasi yang tepat dan akurat.
Adapun Variabel pengisian General Consent:

a. Nama Keluarga/wali pasien

b. Nama Pasien

c. No Rekam Medis

d. Identitas pasien

e. Kelompok pembiayaan pengobatan/perawatan

f. Tanda Tangan/Paraf pada setiap pernyataan persetujuan

g. Tempat,tanggal,dan jam

h. Tanda tangan dan nama lengkap pasien/keluarga/wali pasien yang membuat pe

rnyataan.

i. Tanda tangan dan nama lengkap petugas rekam medis

Pemberian edukasi kepada pasien dan keluarga di tempat pendaftaran adalah upaya Rumah S

akit untuk meningkatkan kemampuan pasien,keluarga yang dilakukan pada saat pasien baru d

atang (melakukan pendaftaran).

Tujuan dilakukan persetujuan umum (general consent) dan pemberian edukasi kepada pasien

adalah sebagai acuan dalam pelaksanaan persetujuan umum terhadap pelayanan Kesehatan ya

ng diberikan kepada pasien,meningkatkan partisipasi pasien dan keluarga dalam rencana tatal

aksana,agar keluarga dan pasien mendapatkan informasi yang benar dan akurat,memperoleh i

zin dari pasien dan keluarga dalam proses perawatan dan pengobatan,penjaminan pasien,hak

dan kewajiban pasien.

Panduan Persetujuan umum(General Consent)


A.Definisi Persetujuan Umum untuk pengobatan,bila didapat pada waktu pasien masuk

sebagai pasien rawat inap atau didaftar pertamakali sebagai pasien rawat jalan,harus jelas

dalam cakupan dan batas-batasnya.

B.Ruang Lingkup Hak Pasien selalu dihubungkan dengan pemeliharaan Kesehatan yang

bertujuan agar pasien mendapatkan upaya Kesehatan,sarana Kesehatan,dan bantuan dari

tenaga Kesehatan yang memenuhi standar pelayanan Kesehatan yang optimal sesuai dengan

UU No 44 tahun 2009 tentang Rumah sakit 1.Prinsip Dalam Pelayanan Kesehatan:

a.Bahwa upaya Kesehatan yang semula dititik beratkan pada upaya penyembuhan

penderita,secara berangsur-angsur berkembang kearah keterpaduan upaya Kesehatan yang

menyeluruh.

b.Bahwa dalam rangka mewujudkan derajat Kesehatan yang optimal bagi seluruh masyarakat

perlu adanya perlindungan hak pasien dan keluarga.

c.Bahwa keberhasilan pembangunan di berbagai bidang dan kemajuan ilmu pengetahuan dan

teknologi telah meningkatkan taraf kesejahteraan masyarakat dan kesadaran akan hidup

sehat.

d.Bahwa meningkatnya kebutuhan pelayanan dan pemerataan yang mencakup

tenaga,sarana,prasarana baik jumlah maupun mutu

e. Bahwa pelayanan Kesehatan amat penting apabila dihadapkan pada pasien yang sangat

membutuhkan pelayanan Kesehatan dengan baik dan dapat memuaskan para pasien

f.Perlindungan merupakan hal yang essensial dalam kehidupan karena merupakan sifat yang

melekat pada setiap hak yang dimiliki.


g.Bahwa seseorang dapat menuntut haknya apabila telah memenuhi kewajibannya,oleh

karena itu kewajiban menjadi hak yang paling utama dilakukan.

h.Bahwa perlindungan bagi tenaga Kesehatan maupun pasien merupakan hal yang bersifat

timale balik artinya pihak-pihak tersebut dapat terlindungi atas hak-haknya bila melakukan

kewajibannya.

i.Bahwa dalam kondisi tertentu pasien tidak memiliki kemampuan untuk mendapatkan

informasi atau penjelasan mengenai haknya sehingga akan disampaikan melalui keluarga.

j.Bahwa untuk mengatur pemenuhan perlindungan hak pasien dan keluarga harus ada

pedoman sebagai acuan bagi seluruh personil rumah sakit.

2.6 Rawat Jalan

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan No. 66/Menkes/II/1987 yang dimaksud rawat j

alan adalah pelayanan terhadap orang yang masuk Rumah Sakit,untuk keperluan observasi,di

agnose,pengobatan,rehabilitasi medik dan pelayanan Kesehatan lainnya tanpa tinggal diruang

rawat inap.Sedangkan Pelayanan rawat jalan adalah pelayanan Kesehatan yang bersifat non s

pesifik dilaksanakan pada fasilitas Kesehatan yang berobat hanya jam kerja saja dan pasien ti

dak menginap di Rumah Sakit (Sondari,2015).Tempat Pendaftaran Pasien Rawat Jalan (TPP

RJ) merupakan tempat dimana pasien akan mendaftar ke poliklinik yang akan dituju sesuai d

engan keluhan penyakit pasien,serta mendapatkan informasi mengenai cara bayar yang akan

dilakukan.
Menurut Kotler (2016), Pelayanan rawat jalan merupakan layanan yang diberikan kepada

pasien yang berobat jalan dan tidak lebih dari 24 jam pelayanan, termasuk seluruh prosedur

diagnostik dan terapeutik. Pada waktu yang akan datang, rawat jalan merupakan bagian

terbesar dari pelayanan kesehatan di Puskesmas. Pertumbuhan yang cepat dari rawat jalan

ditentukan oleh tiga faktor yaitu : 1) Penekanan biaya untuk mengontrol peningkatan harga

perawatan kesehatan dibandingkan dengan rawat inap, 2) Peningkatan kemampuan dan

sistem reimbursement untuk prosedur di rawat jalan, 3) Perkembangan secara terus menerus

dari teknologi tinggi untuk pelayanan rawat jalan akan menyebabkan pertumbuhan rawat

jalan. Pelayanan rawat jalan sering diibaratkan sebagai pintu gerbang bagi tempat

pelayanan kesehatan yang akan mempengaruhi keputusan pasien untuk tetap atau tidak

memakai jasa pelayanan tersebut. Kualitas pelayanan ditentukan oleh kebutuhan atau harapan

pengguna yang sudah terpenuhi dan diterima tepat waktu. Jika pelayanan yang diharapkan

telah sesuai dengan layanan yang diterima maka di anggap memuaskan dan mereka akan

kembali memanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan (Gobel dkk, 2019).

Menurut Muninjaya (2015), ditemukan ciri-ciri khusus pada pelayanan rawat jalan yaitu :

a) Sarana prasarana serta jenis pelayanan rawat jalan sangat beraneka ragam, sehingga sulit

merumuskan tolak ukur yang bersifat baku, b) Tenaga pelaksana bekerja pada sarana

pelayanan rawat jalan umumnya terbatas, sehingga di satu pihak tidak dapat dibentuk suatu

perangkat khusus yang diserahkan tanggung jawab penyelenggara program menjaga mutu

dan pihak lain apabila beban kerja terlalu besar, tidak memiliki cukup waktu untuk

menyelenggarakan program menjaga mutu, c) Hasil pelayanan rawat jalan sering tidak

diketahui, disebabkan karena banyak dari pasien tidak datang lagi ke klinik, d) Beberapa jenis

penyakit yang datang ke saranan pelayanan rawat jalan adalah penyakit yang dapat sembuh

sendiri, sehingga penilaian yang objektif sulit dilakukan, e) Beberapa jenis penyakit yang

datang ke sarana pelayanan rawat jalan adalah mungkin penyakit yang telah berat dan bersifat
kronis, sehingga menyulitkan pekerjaan penilaian, f) Beberapa jenis penyakit yang datang

berobat datang kesarana pelayanan rawat jalan mungkin jenis penyakit yang penanggulangan

sebenarnya berada di luar kemampuan yang dimiliki. Keadaan yang seperti ini juga akan

menyulitkan pekerjaan penilaian, g) Rekam medis yang dipergunakan pada pelayanan rawat

jalan tidak selengkap rawat inap, sehingga data yang diperlukan untuk penilaian tidak

lengkap, h) Perilaku pelayanan yang datang kesaranan pelayanan rawat jalan sukar dikontrol,

oleh karena itu sembuh atau tidaknya suatu penyakit yang dialami tidak sepenuhnya

tergantung dari mutu pelayanan yang diselenggarakan.

Pemanfaatan pelayanan rawat jalan merupakan hasil dari penggunaan fasilitas yang sudah

disediakan oleh tempat pelayanan kesehatan yang tidak lebih dari 24 jam (Thabrany, 2015).

Seseorang akan memutuskan menggunakan atau memanfaatkan sarana pelayanan kesehatan

yang dipengaruhi oleh faktor-faktor penentu yaitu : 1) faktor predisosisi seperti demografi

(umur,jenis kelamin,status perkawinan, penyakit masa lalu), struktur sosial (pendidikan, ras,

pekerjaan, besar keluarga, agama), keyakinan (persepsi, sikap, pengetahuan), 2) faktor

pemungkin seperti keluarga (pendapatan, dukungan,asuransi kesehatan),

komunitas/masyarakat (informasi, tersedianya fasilitas, petugas kesehaatn, lokasi/jarak, biaya

transportasi), 3) faktor kebutuhan seperti tingkat rasa sakit (ketidakmampuan, gejala

penyakit, diagnosis, keadaan umum), evaluasi (gejala-gejala, diagnosis-diagnosis)

(Permenkes, 2014)

Petugas kesehatan yaitu orang yang mengabdikan dirinya dalam bidang kesehatan untuk

memberikan pelayanan kesehatan kepada individu, keluarga dan masyarakat yang memiliki

pengetahuan serta keterampilan melalui pendidikan dibidang kesehatan dan untuk jenis

tertentu memerlukan kewenangan dalam melakukan upaya kesehatan (UU Tenaga Kesehatan

No.36, 2014). Hubungan petugas dengan pemanfaatan pelayanan rawat jalan harus lebih
bersikap ramah dan tutur kata yang baik oleh tenaga medis dan tenaga penunjang medis di

pelayanan kesehatan, kehandalan kemampuan dokter dan perawat untuk memberikan

pelayanan segera, membuat pasien benar-benar yakin dengan kemampuan petugas kesehatan.

Persepsi yang cukup baik tentang petugas kesehatan didukung oleh persepsi responden

terhadap petugas dari bagian pendaftaran, pelayanan di poliklinik dan apotek yang ramah,

sabar dan berpakaian rapi (Azwar, 2016). Menurut Widyanto (2014), keramahan petugas saat

memberikan pelayanan kesehatan seperti senyum, salam dan sapa. Sikap ramah dinilai dari :

1) Senyum dalam artian wajah yang menggambarkan penerimaan petugas untuk memberikan

pelayanan, wajah yang senyum secara utuh bukan sekedar memperlihatkan gigi. Penampilan

wajah yang konsisten selama melayani, membuat suasana akrab dan mengesankan ketulusan

hati petugas, 2) Sopan, dalam arti senantiasa sopan dalam berbicara dan bertindak,

menghargai orang yang lebih tua, 3) Sikap tubuh, dalam arti yang hormat secara wajar, tubuh

agar membungkuk ketika bertemu yang wajar dihormati, sikap tubuh yang senantiasa

menunjukkan penerimaan.

Menurut Huffman (1994) Rawat Jalan adalah pelayanan yang diberikan kepada pasien yan

g tidak mendapatkan pelayanan rawat inap di fasilitasi pelayanan kesehatan.

Menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 560/Menkes/SK/IV/2003 tentang tarif p

erjan rumah sakit bahwa rawat jalan adalah pelayanan pasien untuk observasi, diagnosis, pen

gobatan, rehabilitasi medis dan pelayanan kesehatan lainnya tanpa menginap dirumah sakit.

Pelayanan rawat jalan (ambulatory services) adalah salah satu bentuk dari pelayanan kedokter

an. Secara sederhana yang dimaksud dengan rawat jalan adalah pelayanan kedokteran yang di

sediakan untuk pasien tidak dalam bentuk rawat inap. Ke dalam pengertian pelayanan

rawat jalan ini termasuk tidak hanya yang diselenggarakan oleh sarana pelayanan kesehatan y

ang telah lazim dikenal seperti rumah sakit atau klinik, tetapi juga yang diselenggarakan di ru

mah pasien (home care) serta di rumah perawatan (nursing homes) (Azwar, 1996 dalam Hida
yah A N, 2016). Sabarguna (2008: 83) dalam Hidayah A N (2016) mengemukakan bentuk pe

rtama dari pelayanan rawat jalan adalah yang diselenggarakan oleh klinik yang ada kaitannya

dengan Rumah Sakit (hospital-based assmbulatory care). Pada saat ini berbagai jenis pelayan

an rawat jalan banyak diselenggarakan oleh klinik Rumah Sakit, secara umum dapat dibedaka

n atas empat macam :

1. Pelayanan gawat darurat (emergency services) yakni untuk menangani pasien yang membu

tuhkan pertolongan segera dan mendadak;

2. Pelayanan rawat jalan paripurna (comprehensive hospital outpatient services) yakni yang

memberikan pelayanan Kesehatan paripurna sesuai dengan kebutuhan pasien;

3. Pelayanan rujukan (referral services) yakni yang hanya melayani pasien-pasien yang diruju

k oleh sarana kesehatan lain. Biasanya untuk diagnosis atau terapi, sedangkan perawatan sela

njutnya tetap ditangani oleh sarana kesehatan yang merujuk; dan

4. Pelayanan bedah jalan (ambulatory surgery services) yakni yang memberikan pelayanan be

dah yang dipulangkan pada hari yang sama.

Fungsi utamanya adalah menerima pasien untuk berobat ke poliklinik yang dituju masing-

masing pasien tersebut. Prosedur penerimaan pasien dapat disesuaikan dengan sistem yang di

anut oleh masing- masing rumah sakit.

Dilihat dari jenis kedatangannya pasien dapat dibedakan menjadi 2, yaitu:

1) Pasien Baru

Pasien baru adalah pasien yang baru pertama kali datang ke rumah sakit untuk keperluan men

dapatkan pelayanan kesehatan.

Setiap pasien baru diterima di tempat penerimaan pasien (TPP) dan akan diwawancarai oleh

petugas guna mendapatkan informasi mengenai data identitas sosial pasien yang harus diisika

n formulir ringkasan riwayat klinik.

2) Pasien lama
Pasien lama adalah pasien yang pernah berobat/datang sebelumnya ke rumah sakit, maka pasi

en mendatangi tempat pendaftaran pasien lama atau ke tempat penerimaan pasien yang

telah ditentukan.

2.7 Akreditasi Rumah Sakit

Pengertian Akreditasi

Akreditasi adalah pengakuan terhadap Rumah Sakit yang diberikan oleh lembaga

independen penyelenggara Akreditasi yang ditetapkan oleh Menteri,setelah dinilai bahwa

Rumah Sakit itu memenuhi Standar Pelayanan Rumah Sakit yang berlaku untuk

meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit secara berkesinambungan.(Permenkes RI No.

012 tahun 2012 pasal 1).

Akreditasi Rumah Sakit yaitu suatu pengakuan dari pemerintah yang diberikan kepada rumah

sakit yang telah memenuhi standar yang ditetapkan (menurut Keputusan Dirjen Yanmed

Depkes R.I.No.HK.00.06.3.5.00788 tentang komisi gabungan akreditasi rumah sakit).

Tujuan Akreditasi

Akreditasi bertujuan untuk:

a. Meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit

b. Meningkatkan keselamatan pasien rumah sakit

c. Meningkatkan perlindungan bagi pasien,masyarakat,sumber daya manusia Ru

mah Sakit sebagai institusi dan

d. Mendukung program pemerintah di bidang Kesehatan.(Permenkes RI No.012 t

ahun 2012 pasal 2).


Manfaat Akreditasi

Menurut Rustiyanto (2009: 55 ) Akreditasi rumah sakit bermanfaat bagi:

a.Bagi Rumah Sakit

1. Sebagai forum konsultasi pihak rumah sakit dengan badan akreditasi untuk meningkatkan

mutu pelayanan rumah sakit.

2. Rumah Sakit dapat mengetahui pelayanan rumah sakit.

3. Penting untuk rekrutmen dan membatasi staff karyawan rumah sakit.

4. Pihak ketiga (Asuransi) akan lebih mempercayakan pelayanan dirumah sakit yang telah akr

editasi.

5. Sebagai alat negosiasi dengan perusahaan asuransi.

6. Sebagai alat memasarkan/marketing

7. Dapat meningkatkan citra dan kepercayaan masyarakat.

b. Bagi Pemerintah

1. Sebagai salah satu pendekatan untuk meningkatkan dan membudayakan konsep mutu pela

yanan Kesehatan.

2. Dapat memberikan gambaran tentang keadaan perumah sakitan di Indonesia.

c. Bagi Pemilik Rumah Sakit


1. Mempunyai rasa bangga bila rumah sakitnya terakreditasi.

2. Pemilik dapat menilai baik pengelola sumber dana (efisiensi) sehingga misi dan program r

umah sakit dapat tercapai (efektivitas).

d. Bagi Perusahaan Asuransi

1. Untuk negosiasi klaim asuransi Kesehatan dengan pihak rumah sakit.

2. Memberikan gambaran rumah sakit mana yang dapat dijadikan mitra kerja.

e. Bagi Karyawan/Petugas

1. Petugas merasa senang dan aman bekerja di rumah sakit.

2. Self assessment akan menambah dan memotivasi kesadaran petugas untuk meningkatkan

mutu pelayanan.

f. Bagi Masyarakat

1. Dapat mengenali secara formal dengan melihat sertifikat akreditasi.

2. Merasa lebih aman mendapat pelayanan rumah sakit yang terakreditasi.

Standar Akreditasi Rumah Sakit

A.Gambaran Umum

KARS adalah komisi akreditasi Rumah Sakit.Akreditasi rumah sakit merupakan suatu

lembaga,yang independen melakukan asesmen terhadap rumah sakit. Tujuannya adalah


menentukan apakah rumah sakit tersebut memenuhi standar yang dirancang untuk

memperbaiki keselamatan dan mutu pelayanan.Standar akreditasi sifatnya berya suatu

persyaratan yang optimal dan dapat dicapai. Akreditasi menunjukan komitmen nyata sebuah

rumah sakit untuk meningkatkan keselamatan dan kualitas asuhan pasien,memastikan bahwa

lingkungan pelayanannya aman dan rumah sakit senantiasa berupaya mengurangi risiko bagi

para pasien dan staf rumah sakit.Dengan demikian akreditasi diperlukan sebagai cara efektif

untuk mengevaluasi mutu suatu rumah sakit,yang sekaligus berperan sebagai sarana

manajemen.

Proses akreditasi dirancang untuk meningkatkan budaya keselamatan dan budaya kualitas

dirumah sakit,sehingga senantiasa berusaha meningkatkan mutu dan keamanan

pelayanannya.Melalui proses akreditasi rumah sakit dapat :

a. Meningkatkan kepercayaan masyarakat bahwa rumah sakit menitik beratkan sasarannya

pada keselamatan pasien dan mutu pelayanan.

b. Menyediakan lingkungan kerja yang aman dan efisien sehingga staf merasa puas.

c. Mendengarkan pasien dan keluarga mereka,menghormati hak-hak mereka,dan melibatkan

mereka sebagai mitra dalam proses pelayanan.

d. Menciptakan budaya mau belajar dari laporan insiden keselamatan pasien.

e. Membangun kepemimpinan yang mengutamakan kerja sama.Kepemimpinan ini

menetapkan prioritas untuk dan demi terciptanya kepemimpinan yang berkelanjutan untuk

meraih kualitas dan keselamatan pasien pada semua tingkatan.

B. Visi,Misi,Tujuan dan Nilai KARS

1) Visi

Menjadi badan akreditasi yang memiliki kredibilitas tinggi ditingkat nasional dan

internasional.
2) Misi

a) Membimbing dan membantu rumah sakit untuk meningkatkan mutu pelayanan dan

keselamatan pasien melalui akreditasi.

b) Memperoleh pengakuan internasional sebagai badan akreditasi berkelas internasional oleh

IsQua (International Society Quality in Healthcare) dan memperoleh pengakuan masyarakat

baik ditingkat nasional maupun internasional

3) Tujuan

a) Diperolehnya pengakuan internasional oleh IsQua (International Society Quality in

Healthcare) dan masyarakat.

b) Meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit melalui akreditasi.

c) Meningkatnya keselamatan pasien di rumah sakit melalui akreditasi.

4) Nilai

a) Integritas

b) Profesionalisme

c) Komitmen

d) Teamwork (KARS 2012)

C. Ketentuan Penilaian Akreditasi Rumah Sakit

1) Penilaian akreditasi rumah sakit dilakukan melalui evaluasi penerapan standar akreditasi

rumah sakit KARS yang terdiri dari 4 kelompok standar:

a) Standar pelayanan berfokus pada pasien,terdapat 7 bab

b) Standar manajemen rumah sakit,terdapat 6 bab

c) Sasaran keselamatan pasien rumah sakit,merupakan 1 bab

d) Sasaran melinium development goals merupakan 1 bab


2) Penilaian suatu bab ditentukan oleh penilaian pencapaian (semua) standar pada bab

tersebut dan menghasilkan nilai presentase bagi bab tersebut.

3) Penilaian suatu standar dilaksanakan melalui penilaian terpenuhinya elemen penilaian

(EP),menghasilkan nilai persentase bagi standar tersebut.

4) Penilaian suatu EP dinyatakan sebagai:

a) Tercapai Penuh (TP) : diberikan skor 10

b) Tercapai Sebagian (TS) :diberikan skor 5

c) Tidak Tercapai (TT) :diberikan skor 0

d) Tidak dapat diterapkan (TDD) :tidak masuk dalam proses penilaian dan perhitungan

5) Penentuan skor 10 (sepuluh)

a) Temuan tunggal negatif tidak menghalangi nilai “tercapai penuh” dari minimal 5 telusur

pasien/pimpinan/staf

b) Nilai 80% - 100% dari temuan atau yang dicatat dalam wawancara,observasi dan dokumen

(misalnya 8 dari 10) dipenuhi

c) Data mundur “tercapai penuh” adalah sebagai berikut:

1) Untuk survei awal :selama 4 bulan kebelakang

2) Survei lanjutan :selama 12 bulan kebelakang

6) Penentuan skor 5 (lima)

a. Jika 20% - 79% (misalnya 2 sampai 8 dari 10) dari temuan atau yang dicatat dalam

wawancara,observasi dan dokumen.

b. Bukti pelaksanaan hanya dapat ditemukan di sebagai daerah/unit kerja yang seharusnya

dilaksanakan.

c. Regulasi tidak dilaksanakan secara penuh/lengkap

d. Kebijakan/proses sudah ditetapkan dan dilaksanakan tetapi tidak dapat dipertahankan

e. Data mundur sebagai berikut:


1) Untuk survei awal : 1 sampai 3 bulan mundur

2) Untuk survel lanjutan : 5 sampai 11 bulan mundur

7) Penentuan skor 0 (Nol)

a) Jika < 19 % dari temuan atau yang dicatat dalam wawancara,observasi dan dokumen

b) Bukti pelaksanaan tidak dapat ditemukan di daerah/unit kerja dimana harus dilaksanakan.

c) Regulasi tidak dilaksanakan

d) Kebijakan/proses tidak dilaksanakan

e) Data mundur sebagai berikut:

1) Untuk survei awal: kurang 1 bulan mundur

2) Untuk survei lanjutan:kurang 5 bulan mundur

Menurut Kemenkes RI No.HK.01.07/Menkes/1128/2022,Standar akreditasi rumah sakit

sebagaimana dimaksud dalam Diktum kesatu terdiri atas standar yang dikelompokkan ke

dalam:

a) Kelompok manajemen rumah sakit;

b) Kelompok pelayanan berfokus pada pasien;

c) Kelompok sasaran keselamatan pasien;dan

d) Kelompok program nasional

Pemerintah mengharapkan pada tahun 2024 seluruh rumah sakit di Indonesia telah

terakreditasi sesuai dengan target RPJMN tahun 2020-2024.Dalam upaya meningkatkan

cakupan akreditasi rumah sakit,Pemerintah mendorong terbentuknya lembaga-lembaga

independen penyelenggara akreditasi serta transformasi sistem akreditasi rumah sakit.Sejalan

dengan terbentuknya lembaga-lembaga independen penyelenggara akreditasi maka perlu

ditetapkan standar akreditasi rumah sakit yang akan dipergunakan oleh selutuh lembaga

independen penyelenggara akreditasi rumah sakit dalam melaksanakan penilaian akreditasi.


Proses penyusunan standar akreditasi rumah sakit diawali dengan pembentukan tim yang

melakukan sandingan dan benchmarking standar akreditasi dengan menggunakan referensi

Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit Edisi 1.1 dari Komisi Akreditasi Rumah Sakit,Joint

Commission International Standards for Hospital edisi 7,regulasi perumahsakitan serta

panduan prinsip-prinsip standar akreditasi edisi 5 yang dikeluarkan oleh The International

Society for Quality in Health Care (ISQua). Selanjutnya dilakukan pembahasan dengan

melibatkan perwakilan dari lembaga independen penyelenggara akreditasi rumah

sakit,organisasi profesi,asosiasi perumahsakitan,rumah sakit dan akademisi.Selanjutnya hasil

diskusi tersebut dibahas lebih lanjut oleh penulis penyusunan standar akreditasi rumah sakit

dengan mendapat masukan secara tertulis dari lembaga independen penyelenggara akreditasi

rumah sakit.Penyusunan standar akreditasi rumah sakit mempertimbangkan penyederhanaan

standar akreditasi agar lebih mudah dipahami dan dapat dilaksanakan oleh rumah sakit.

Ruang Lingkup

1) Penyelenggaraan akreditasi rumah sakit yaitu persiapan,pelaksanaan,penilaian

akreditasi,dan pasca akreditasi.

2) Standar akreditasi rumah sakit meliputi gambaran umum,maksud dan tujuan,serta elemen

penilaian pada setiap kelompok standar akreditasi rumah sakit.

Kelompok Standar Akreditasi Rumah Sakit

Standar Akreditasi Rumah Sakit dikelompokkan menurut fungsi-fungsi penting yang

umum dalam organisasi perumahsakitan.Standar dikelompokkan menurut fungsi yang terkait

dengan penyediaan pelayanan bagi pasien (good clinical governance) dan upaya menciptakan

organisasi rumah sakit yang aman,efektif,dan dikelola dengan baik (good corporate

governance).

Standar Akreditasi Rumah Sakit dikelompokkan sebagai berikut :


1. Kelompok Manajemen Rumah Sakit terdiri atas: Tata Kelola Rumah Sakit (TKRS),

Kualifikasi dan Pendidikan Staf (KPS),Manajemen Fasilitas dan Keselamatan (MFK),

Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien (PMKP),Manajemen Rekam Medik dan

Informasi Kesehatan (MRMIK),Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI),dan Pendidikan

dalam Pelayanan Kesehatan (PPK).

2. Kelompok Pelayanan Berfokus pada Pasien terdiri atas : Akses dan Kontinuitas Pelayanan

(AKP), Hak Pasien dan Keluarga (HPK),Pengkajian Pasien (PP), Pelayanan dan Asuhan

Pasien (PAP), Pelayanan Anestesi dan Bedah (PAB), Pelayanan Kefarmasian dan

Penggunaan Obat (PKPO),dan Komunikasi dan Edukasi (KE).

3. Kelompok Sasaran Keselamatan Pasien (SKP).

4. Kelompok Program Nasional (PROGNAS).

Penyelenggaraan Akreditasi Rumah Sakit

Persiapan Akreditasi

Persiapan dilakukan sepenuhnya oleh rumah sakit secara mandiri atau dengan pembinaan

dari Kementerian Kesehatan,dinas kesehatan daerah provinsi,dan dinas kesehatan daerah

kabupaten/kota maupun lembaga lain yang kompeten.Kegiatan persiapan akreditasi antara

lain pemenuhan syarat untuk dapat diakreditasi dengan pemenuhan kelengkapan dokumen

pelayanan dan perizinan,peningkatan kompetensi staf melalui pelatihan,dan kesiapan fasilitas

pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Rumah Sakit dapat melakukan penilaian mandiri secara periodik tentang pemenuhan

standar akreditasi rumah sakit sehingga tergambar kemampuan rumah sakit dalam memenuhi

standar akreditasi yang ditetapkan. Setelah dinilai mampu oleh pimpinan rumah sakit,maka

rumah sakit dapat mengajukan permohonan survei kepada lembaga independen


penyelenggara akreditasi yang dipilih oleh rumah sakit.Pemilihan lembaga dilaksanakan

secara sukarela oleh rumah sakit dan tidak atas paksaan pihak manapun.

Rumah sakit yang mengajukan permohonan survei akreditasi paling sedikit harus

memenuhi persyaratan sebagai berikut:

1. Rumah sakit memeiliki perizinan berusaha yang masih berlaku dan teregistrasi di

Kementerian Kesehatan.

2. Kepala atau direktur rumah sakit harus seorang tenaga medis yang mempunyai

kemampuan dan keahlian di bidang perumahsakitan;

3. Rumah sakit memiliki Izin Pengelolaan Limbah Cair (IPLC) yang masih berlaku;

4. Rumah sakit memiliki kerja sama dengan pihak ketiga yang mempunyai izin sebagai

pengolah dan/atau sebagai transporter limbah B3 yang masih berlaku atau izin alat pengolah

limbah B3;

5. Seluruh tenaga medis di rumah sakit yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan

(pemberi asuhan) memiliki Surat Tanda Registrasi (STR) dan Surat Izin Praktik (SIP) yang

masih berlaku atau surat tugas sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

6. Rumah sakit bersedia melaksanakan kewajiban dalam meningkatkan mutu dan

keselamatan pasien;dan

7. Pemenuhan Sarana Prasarana dan Alat Kesehatan (SPA) minimal 60% berdasarkan

ASPAK dan telah tervalidasi 100% oleh Kementerian Kesehatan atau dinas Kesehatan daerah

setempat sesuai dengan kewenangannya.

Standar akreditasi RS 2012 HPK.6.3/JCI PFR.6.3 mensyaratkan jika rumah sakit menerapkan

persetujuan umum,harus jelas ruang lingkup dan batasannya.Banyak rumah sakit menerapkan

persetujuan umum pada saat pasien masuk rawat inap atau saat pasien mendaftar untuk
pertama kali sebagai pasien rawat jalan.Jika hal itu juga diterapkan di rumah sakit anda,maka

harus dijelaskan batasan dan ruang lingkupnya.

Pasien perlu dijelaskan tentang apa yang akan dilakukan terhadapnya selama berada di rumah

sakit,seperti pemeriksaan fisik,tes diagnostic,Tindakan umum,pengobatan,dan lain-

lain.Pasien diberi informasi tentang adanya persetujuan khusus yang diperlukan untuk

Tindakan-tindakan atau pengobatan tertentu.Pasien juga diberi penejlasan tentang tanggung

jawab pembayaran biaya pengobatan,proses pengurusan pertanggungan asuransi,batas

tanggung jawab rumah sakit terhadap barang-barang berharga milik pasien,pelepasan

informasi medis,dan lain-lain.Persetujuan umum itu juga harus mencantumkan bila ada

mahasiswa atau tenaga magang lain terlibat dalam proses pelayanan.Rumah sakit harus

menetapkan bagaimana suatu persetujuan umum didokumentasikan di dalam rekam medis

pasien.

2.8 Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian adalah suatu hubungan atau kaitan antara konsep satu

terhadap konsep yang lainnya dari masalah yang ingin diteliti (Notoatmojo S,2002).

Untuk upaya memudahkan penelitian maka peneliti membuat suatu kerangka konseptual

penelitian mengenai variabel-variabel yang akan diteliti yaitu sebagai

Kepatuhan Pengisian Mutu Akreditasi

General Consent

Anda mungkin juga menyukai