Anda di halaman 1dari 8

MODUL PERKULIAHAN

Aspek Hukum
dan Etika Profesi

Pengertian Umum dan Desain Interior


Dalam Memberi Tugas, Kewajiban,
Wewenang, Hak serta Tanggung Jawab

Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

01
Desain dan Seni Desain Interior MK20052 Anggi Dwi Astuti S.Ds, MM
Kreatif

Abstract Kompetensi
Disampaikan mengenai tujuan Mahasiswa mampu
pembelajaran dari mata kuliah mengekspresikan dan
aspek hukum dan etika profesi, mendiskusikan apa yang dipahami
dan menggali keingintahuan dan tidak dipahami dari mata kuliah
mahasiswa pada mata kuliah ini. aspek hukum dan etika profesi.

Pendahuluan
Aspek hukum dan etika profesi merupakan hal yang belum menjadi kesadaran bagi
sebagian perancang /desainer meskipun sebagian desainer lainnya telah menerapkannya
secara ketat.

Bagi mahasiswa Desain Interior hal ini perlu diberi penyadaran sejak di bangku kuliah
mengingat industry perancangan interior berkembang sangat pesat dan meluas baik di kota-
kota besar sampai ke kota kecil.

Desain interior juga sering dianggap ‘mudah’ karena hal tersebut menyangkut perilaku dan
gaya hidup masing-masing orang, dan setiap orang merasa ‘mampu’ melaukannya. Hal inilah
yang menjadi kendala bagi para desainer dalam melaksanakan profesinya.

Problem
Sebelum masuk dan mendalami mata kuliah ‘Aspek Hukum dan Etika Profesi’ para
mahasiswa secara individu diminta untuk menyampaikan pengalamannya atau pengalaman
orang-orang yang dikenalnya dalam melakukan profesi nya sebagai desainer interior,
tentang:

 Bagaimana prosesnya
 Kendala yang dihadapi
 Urusan dengan pemberi tugas
 Urusan dengan birokrasi
 Urusan dengan profesi lain
 Urusan dengan penyedia produk
 Permasalahan lapangan lainnya
 Dll.
Bagaimana permasalahan yang ditemui di lapangan dapat diselesaikan? Apakah melibatkan
pihak-pihak di luar ‘proyek’ tsb?

Hal-hal tersebut di atas harus dituangkan dalam tulisan secara jelas dan rinci.

1. Pengertian Umum
2015 Aspek Hukum dan Etika Profesi – Modul 02 Pusat Bahan Ajar dan eLearning
2 Anggi Dwi Astuti S.Ds, MM http://www.mercubuana.ac.id
Desain Interior adalah seorang professional yang memenuhi kriteria sebagai berikut :
1.1. Mampu dan Kopeten secara kreatif memecahkan masalah-masalah yang
berhubungan dengan fungsi dan kualitas dari lingkungan ruang interior.
1.2. Menjelaskan pelayanan jasa yang berhubungan dengan ruang interior secara
professional, yang meliputi penyusunan program ruang, analisis desain,
perencanaan ruang, estetika, dan pengawasan pekerjaan secara berkala di
lapangan dengan menggunakan pengetahuan, khususnya dalam konstruksi
dan system – system bangunan interior berikut komponen – komponen,
peraturan – peraturan alat-alat, bahan atau matrial dan kelengkapan lainnya.
1.3. Mampu dan sanggup mempersiapkan gambar-gambarserta dokumen-
dokumen pelaksanaan yang berhubungan dengan interior.
1.4. Meningkatkan kualiatas kehidupan masyarakat luas dan ruang yang
digunakan, perlindungan, kesehatan dan keselamatan melalui bidang
profesionalnya.

2. Desain Interior
Yang dimaksud dengan Desain Interior adalah “Perorangan dan atau Badan Usaha
yang mempunyai kualifikasi dan bersertifikat keahlian HDII, mempergunakan
keahliannya berdasarkan suatu penugasan desain interior, melakukan tugas
pekerjaan berdasarkan tahapan desain interior, serta memberikan nasehat atau
konsultasi dan atau jasa-jasa lain yang berhubungan dengan desain interior.

2.1. Tugas dan Kewajiban


Dalam menjalankan tugas pelayanan jasa profesinya, Desain Interior harus
mendapat surat perintahkerja dari pihak Pemberi Tugas dan bertindak
sebagai penasihat atau wakil dari pemberi tugas dalam usaha mencapai
tujuan sesuai surat perintah kerja, yang dilaksanakan dengan ketetapan dan
ketentuan-ketentuannya, yang diperkuat dalam perjanjian kerja atas
kesepakatan bersama.

2.1.1. Tanggung Jawab dan Pengecualian

2015 Aspek Hukum dan Etika Profesi – Modul 02 Pusat Bahan Ajar dan eLearning
3 Anggi Dwi Astuti S.Ds, MM http://www.mercubuana.ac.id
2.1.1.1. Desainer interior bertanggung jawab atas semua pekerjaan desain
yang telah diterimanya sesuai dengan apa yang tercantum dalam
perjanjian kerja dengan Pemberi Tugas hingga pekerjaan tersebut
selesai.
2.1.1.2. Desainer interior bertanggung jawab atas kesalahan – kesalahan
yang dibuat olh orang – orang yang bekerja padanya, kecuali jika
seorang Desainer Interior dapat membuktikan bahwa kesalahan –
kesalahan tersebut tidak dapat dihindarkan atau tidak diketahui
sebelumnya, meskipun telah diadakan pengawasan dan
kewaspadaan.

2.2. Hak dan Wewenang


2.2.1. Desainer Interior berhak menolak segala bentuk penilaian estetika atas
hasil tugasnya yang dilakukan oleh konsultasi pengawas atau oleh
Pemberi Tugas.
2.2.2. Desainer Interior berhak mengembalikan atau membatalkan tugas yang
diberikan kepadanya karena alas an-alasan :
2.2.2.1. Pertimbangan atas pelanggaran kode etik dan penyimpanan atas
prinsip-prinsip desain.
2.2.2.2. Akibat terjadinya hal di luar kekuasaan kedua belah pihak (force
majeure)
2.2.2.3. Akibat dari kelalayan atau penyimpanan Pemberi Tugas dalam
menjalankan perjanjian kerja.

2.2.3. Desainer interior berhak menuntut ganti rugi kepada Pemberi Tugas
apabila Pemberi Tugas terlambat memberikan keputusan yang
menyebabkan terjadinya perpanjangan waktu penyelesaian pekerjaan
desain interior.
2.2.4. Hak-hak kusus yang menyangkut jkarya cipta
Pada dasarnya, desainer interior bekerja dengan pemikiran proses kreatif
(penciptaan), karena itu seorang Desainer Interior juga memiliki hak-hak
khusus yang menyangkut Karya Ciptanya, seperti :
2.2.4.1. Hak pemilikan atas desain
Semua gambar, sketsa gagasan, gambar desain, skema warna dan
material, dan semua materi desain yang tertung dalam soft file serta
uraian dan syarat-syarat kerja berikut rencana biaya yang tertuang
dalam dokumen yang asli, tetap menjadi hak milik Desainer Interior.
2015 Aspek Hukum dan Etika Profesi – Modul 02 Pusat Bahan Ajar dan eLearning
4 Anggi Dwi Astuti S.Ds, MM http://www.mercubuana.ac.id
2.2.4.2. Hak perwujudan desain
a. Dengan membayar segala yang menyangkut pembuatan desain,
Pemberi Tugas mendapat hak untuk mewujudkan desain
tersebut sebnyak 1 (satu) kali saja. Pewujudan ulang
berdasarkan desain tersebut dengan atau perubahan apapun,
harus melalui persetujuan Desainer Interior.
b. Pemberi tugas tidak berhak memperlihatkan atau
mempublikasikan desain –desain kepada pihak ketiga yang
akan bisa menggunakannya untuk kepentingan sendiri atau
pihak lain yang bertentangan dengan undang-undang tentang
hak cipta.
2.2.4.3. Hak cipta
a. Dengan tidak mengurangi ketentuan – ketentuan dalam UU
tentang hak cipta, hak cipta desain interior akan selalu
merupakan hak desainer interior dan oleh karenanya desainer
interior mrmpunyai hak untuk mengumumkan dan
memperbanyak desain, sketsa, gambar, model atau maket, dan
hasil karya lainnya. Kecuali jika ada keberatan dari Pemberi
Tugas yang dalam hal ini menjadi pemilik hak pakai.
b. Desainer interior berhak mewududkan desainnya kembali
kepada pihak ketiga, khususnya desain komponen interior,
dengan pemberitahuan kepada Pemberi Tugas sebelumnya.
Hal-hal mengenai kepemilikan hak ini perlu dituangkan secara
jelas di dalam perjanjian kerja.
2.2.4.4. Hak pencantuman tanda nama
Desainer interior berhak mencantumkan nama Desainer Interior dan
atau nama perisahaan pada karya desainnya di tempat yang telah
disepakati bersama
2.2.4.5. Hak pembuat dokumentasi dan penyiaran
Desainer Interior berhak membuat gambar maupun foto karya-karya
desainnya guna berbagi kepentingan, diantara lain dokumentasi,
referensi, dan sebagainya, serta berhak menyiarkan,
mempertunjukkan dan memperbanyak gambar atau foto-foto
tersebut.

2.2.4.6. Hak Mengubah desain

2015 Aspek Hukum dan Etika Profesi – Modul 02 Pusat Bahan Ajar dan eLearning
5 Anggi Dwi Astuti S.Ds, MM http://www.mercubuana.ac.id
Dalam proses perwujudan desainnya, Desainer Interior
berkewajiban bertindak sebagai pengawas berkala yang mempunyai
wewenang secara tertulis untuk memerintahkan kontraktor, melalui
konsultan pengawas, mengadakan perubahan – perubahan dan
atau menyesuaikan bila diperlukan dalam uraian dan syarat – syarat
serta gambar – gambar dengan atau tanpa persetujuan terlebih
dahulu dari Pemberi Tugas, asalkan perubahan – perubahan
tersebut sesuai dengan prinsip dab tujuan desain yang lebih baik.
Ketentuan – ketentuan itu antara lain sebagai berikut :
a. Memenuhi persyaratan konstruksi, demi keamanan, atau
perubahan atas pertimbangan estetika ruang interior.
b. Perubahab tidak mengakibatkan penambahan biaya
pelaksanaan.
c. Tidak merugikan fungsi praktis dari ruang seperti yang
diinginkan oleh Pemberi Tugas.
d. Tidak memperlambat waktu penyelesaian pekerjaan.
2.2.5. Dalam kondisi tertentu yang diperlukan
Desainer Interior sebagai pengawas berkala mempunyai wewenang
menentukan pekerjaan tambahan bagi kontraktor. Penentuan ini
dituangkan secara tertulis melalu konsultan pengawas, dengan ketentuan
sebagai berikut :
2.2.5.1. Bila jenis pekerjaan yang dimaksud tidak tercantum dalam uraian
gambar – gambar dan dokumen pelaksanaan, dengan
pertimbangan desain interior yang lebih baik, Desainer Interior
memandang perlu untuk menyempurnakan desain interior terkait
tersebut tanpa biaya tambahan dari pihak kontraktor.
2.2.5.2. Apabila desainer interior mempunyai alas an yang juat untuk
melakukan peluasan pekerjaan di luar gambar – gambar dan
dokumen dengan tujuan untuk menyempurnakan desain interior.
Dalam hal ini desainer interior harus mendapatkan persetujuan
terlebih dahulu dari Pemberi Tugas, sehingga perbaikan tersebut
selanjutnya akan menjadi pekerjaan tambahan bagi kontraktor.
2.2.6. Wewenang untuk menilai prestasi kerja kontraktor
Desainer Interior sebagai pengawas berkala, berwenang mengetahui dan
memberi persetujuan atas penilaian konsultan pengawas terhadap
pekerjaan kontraktor, sehingga kontraktor mendapatkan haknya atas
tahap pembayaran sesuai dengan prestasi yang telah dicapai.
2015 Aspek Hukum dan Etika Profesi – Modul 02 Pusat Bahan Ajar dan eLearning
6 Anggi Dwi Astuti S.Ds, MM http://www.mercubuana.ac.id
2.2.7. Wewenang untuk menolak hasil kerja kontraktor
Desainer interior berhak menolak hasil pekerjaan yang ternyata tidak
sesuai dengan desain interior dan wajib memberikan solusi di lapangan
melalui rapat koordinasi dengan konsultasn pengawas.

2.3. Tanggung Jawab


2.3.1. Tanggung jawab atas koordinasi denga pihak lain
Pada dasarnya,Desainer Interior tidak bertanggung jawab atas hasil
pekerjaan dengan interior atau pengawas yang dilakukan oleh ahli-ahli
khusus lain, kecuali :
2.3.1.1. Ahli-ahli tersebut bekerja untuk dan atas nama Desainer Interior
dalam rangka suatu penugasan menyeluruh serta dipilih dan
diangkat oleh Desainer Interior sendiri, dengan atau tanpa
persetujuan Pemberi Tugas.
2.3.1.2. Ahli-ahli tersebut, meskipun tidak bekerja untuk dan atas nama
Desainer Interior yang mendapatkan penugasan terbatas, secara
tegas disebutkan berada dibawah koordinasi Desainer Interior
sepenuhnya, Bilamana pemilihan ahli-ahli tersebut serta besarnya
imbalan jasa khusus untuk koordinasi tersebut telah disetujui
desainer interior, maka desainer interior wajib memikul sebagian
tanggung jawab atas hasil pekerjaan ahli-ahli tersebut. Misalnya,
interior ruang khusus, decorator (ahli pnataan barang-barang seni,
aksesoris, elemen estetis dan sebagainya), environmental graphic
design, system keamanan dan system pengamanan lingkungan dan
lain –lain.
2.3.2. Pembatasan tanggung jawab
2.3.2.1. Tanggung jawab desainer interior untuk kesalahan – kesalahannya
tidak boleh lebih besar disbanding jumlah total imbalan jasa yang
diterimanya. Apabila pekerjaan desain tersebut diasuransikan, maka
kerugian yang diakibatkan Desainer Interior akan menjadi beban
asuransi yang terkait.
2.3.2.2. Dalam hal kesalahan dan pelanggaran yang dilakukan oleh
Desainer Interior, maka Desainer Interior bertanggung jawab penuh
atas semua akibat kesalahan – kesalahannya tanpa ada
pembatasan.

Daftar Pustaka
2015 Aspek Hukum dan Etika Profesi – Modul 02 Pusat Bahan Ajar dan eLearning
7 Anggi Dwi Astuti S.Ds, MM http://www.mercubuana.ac.id
1. Undang-Undang Dasar RI
2. Undang-Undang Bangunan Gedung
3. Undang-Undang HAKI
4. Undang-Undang Perumahan dan Kawasan Permukiman
5. Pergub DKI tentang Bangunan Hijau
6. SNI no 03-2396-2001; no 03-6572-2001; no 03-6575-2001
7. Etika Profesi, DR Henny Tanuwijaya
8. Kode Etik Profesi Desainer Interior
9. Kode Etik Profesi Arsitek, dan Iluminasi.
10. Buku Pedoman Hubungan Kerja Antara Desain Interior dan Pemberi Tugas
(HDII)

2015 Aspek Hukum dan Etika Profesi – Modul 02 Pusat Bahan Ajar dan eLearning
8 Anggi Dwi Astuti S.Ds, MM http://www.mercubuana.ac.id

Anda mungkin juga menyukai