Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA

EKSTRAKSI DAN ANALISIS FITOKIMIA BUAH TOMAT SECARA


KUALITATIF
SEMESTER 116

Disusun oleh:
Garry Alexandro NIM 1308621017 Biologi B 2021

PROGRAM STUDI BIOLOGI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2022
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tumbuhan merupakan makhluk hidup yang dapat
menghasilkan metabolit primer dan sekunder. Metabolisme primer
seperti karbohidrat, protein, dan lemak digunakan sebagai
pertumbuhan tumbuhan itu sendiri. Sedangkan metabolisme sekunder
seperti alkaloid, flavonoid, tanin, dan lainnya digunakan sebagai
pertahanan diri dari lingkungan yang kurang menguntungkan bagi
tumbuhan. Umumnya tumbuhan mengandung senyawa aktif dalam
bentuk metabolit sekunder, seperti alkaloid, flavonoid, tanin,
triterpenoid, saponin, dan lain-lain. Biasanya senyawa aktif yang
dihasilkan oleh metabolit sekunder dapat digunakan sebagai bahan
baku pembuatan obat alami (Muthmainnah, 2017).
Metabolisme sekunder dapat di uji menggunakan tes uji
fitokimia. Dengan adanya tes tersebut senyawa aktif dalam tumbuhan
akan diketahui. Uji fitokimia dilakukan dengan cara mengekstrak
tumbuhan terlebih dahulu. Hal tersebut bertujuan untuk memecah
dinding sel dan membrane sel agar metabolit sekunder yang ada di
dalam sitoplasma tumbuhan akan pecah dan larut pada pelarut organik
yang digunakan pada proses ekstraksi (Novitasari, 2016).
Ekstraksi dapat dilakukan dengan beberapa metode khususnya
ekstraksi senyawa organik bahan alam, diantaranya adalah maserasi,
perkolasi, sokletasi, dan destilasi uap. Praktikum kali ini akan mengkaji
tentang senyawa aktif pada buah tomat. Parameter yang digunakan
adalah saponin, tanin, flavonoid, dan alkaloid.
1.2 Tujuan
1. Mengetahui pemahaman tentang fitokimia.
2. Mengetahui cara pembuatan ekstrak untuk analisis fitokimia
secara kualitatif.
3. Mengidentifikasi metabolit sekunder berupa senyawa aktif pada
tumbuhan (tomat).
4. Mengetahui cara identifikasi senyawa golongan saponin, tanin,
alkaloid, dan flavonoid.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ekstraksi
Ekstraksi adalah proses pemisahan bahan dari campurannya
dengan menggunakan pelarut organik. Praktikum ini menggunakan
maserasi sebagai metode dari ekstraksi. Maserasi merupakan metode
ekstraksi yang proses perendamannya menggunakan bahan dengan
pelarut yang sesuai dengan senyawa aktif yang akan diambil melalui
pemanasan rendah atau tanpa melalui proses pemanasan. Suatu
keberhasilan ekstraksi dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti
waktu, suhu, jenis pelarut, perbandingan bahan dan pelarut, dan
ukuran partikel (Wartini, 2019).
Ekstraksi dengan metode maserasi memiliki kelebihan dimana
zat aktif yang akan diekstraknya terjamin tidak akan rusak. Umumnya
proses maserasi dilakukan pada suhu ruang. Maserasi pada suhu ruang
memiliki kelemahan yaitu menyebabkan senyawa yang kurang terlarut
sempurna. Jika suhu bertambah tinggu maka kelarutan zat aktif juga
akan semakin besar. Akan tetapi, suhu yang terlalu tinggi juga akan
menyebabkan kerusakan pada bahan yang sedang di proses. Oleh
karena itu diperlukan modifikasi suhu untuk mengetahui perlakuan
suhu sehingga dapat mengoptimalkan proses ekstraksi (Ningrum,
2017).
Selain metode maserasi terdapat ekstraksi dengan berbagai
cara sebagai berikut:
a. Perkolasi, proses melewatkan pelarut organik pada sampel
sehingga pelarut akan membawa senyawa organik bersama-sama
pelarut.

Gambar 1. Perkolasi
Sumber : failfaire.org

b. Sokletasi, menggunakan soklet dengan pemanasan, pelarut dapat


dihemat karena terjadinya sirkulasi pelarut yang selalu membasahi
sampel.
Gambar 2. Sokletasi
Sumber : Scribd.com

c. Destilasi uap, digunakan untuk senyawa organik yang tahan pada


suhu yang lebih tinggi dari titik didih pelarut yang digunakan
(Puspitaningrum, 2018).

Gambar 3. Destilasi Uap


Sumber : kmtk.ums.ac.id
2.2 Fitokimia
Fitokimia merupakan ilmu yang mengkaji atau mempelajari
tentang sifat dan interaksi senyawaan kimia metabolit sekunder dalam
tumbuhan. Metabolit pada tumbuhan sangat bermanfaat bagi makhluk
hidup lainnya. Keberadaannya sangat penting bagi tumbuhan karena
dapat berfungsi untuk mempertahankan diri dari mahkluk hidup
lainnya, memikat serangga untuk membantu proses penyerbukan dan
lain-lain. Salah satu cara tumbuhan menggunakan metabolit
sekundernya adalah dengan menghasilkan senyawa metabolit
antimikroba guna perlindungan dari infeksi mikrooganisme (Julianto,
2019).
2.3 Uji Fitokimia
Untuk mengetahui informasi adanya senyawa metabolit
sekunder adalah menggunakan metode uji fitokimia. Menurut Saragih,
fitokimia merupakan metode pengujian awal pada tumbuhan untuk
menentukan kandungan senyawa aktif yang terkandung dalam
tanaman sehingga senyawa tersebut dapat digunakan sebagai obat
dalam penyembuhan berbagai penyakit. Hasil akhir tersebut
diharapkan dapat menemukan senyawa tertentu yang dapat memacu
penemuan obat terbaru yang sifatnya antibakteri dan antivirus.
Skrining fitokimia merupakan uji kualitatif kandungan senyawa
kimia dalam bagian tumbuhan, terutama metabolit sekunder antara
lain adalah flavonoid, alkaloid, saponin, tanin, terpenoid, dan lain
sebagainya. Umumnya tumbuhan mempunyai satu atau lebih senyawa
metabolit tersebut. Metode yang sederhana, cepat, dapat dilakukan
dengan peralatan yang minimal merupakan suatu syarat untuk
melakukan skrining fitokimia (Erviani, 2019).
BAB 3
METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilakukan di dua tempat dan waktu. Proses
ekstraksi metode maserasi dilaksanakan pada hari Senin, 18 April 2022
di rumah salah satu kelompok kami, Cempaka Mas. Dan proses analisis
fitokimia dilaksanakan pada hari Jumat, 22 April 2022 di laboratorium
biokimia UNJ Kampus A Gedung Hasyim Hasyari.
3.2 Cara Kerja
a. Ekstraksi maserasi buah tomat
1. Buah tomat segar dibersihkan dari kotoran-kotoran yang
menempel.
2. Dicuci dengan menggunakan air yang mengalir sampai bersih,
dan ditiriskan.
3. Dipisahkan dari bijinya dan dipotong-potong menjadi bagian
yang lebih kecil.
4. Dikeringkan menggunakan oven selama 3 hari menggunakan
suhu 40° atau dijemur dibawah sinar matahari.
5. Dihaluskan menggunakan blender, kemudian diayak dengan
saringan sampai menjadi serbuk.
6. Serbuk yang diperoleh diambil sebanyak 10 gram dimasukkan ke
100 ml etanol 96% selama 2 x 24 jam (24 jam pertama sesekali
diaduk, 24 jam sisanya didiamkan) didalam wadah kaca, ditutup
rapat, terhindar dari matahari.
7. Hasil ekstraksi disaring mengunakan saringan teh yang dilapisi
kapas.
8. Maserat (larutan) hasil penyaringan dimasukkan ke botol kaca
coklat dan ditutup rapat. ‘

b. Pengujian flavonoid
1. Memasukkan 1 ml sampel ekstrak ke dalam tabung reaksi.
2. Menambahkan 20 ml air panas kemudian dididihkan selama 5
menit.
3. Menambahkan 0,5 gram Mg dan 10 tetes HCl lalu mengocoknya
perlahan.
4. Terbentuknya warna merah, jingga, atau ungu menandakan
positif senyawa flavonoid

c. Pengujian tanin
1. Memasukkan 1 ml sampel ekstrak ke dalam tabung reaksi.
2. Menambahkan 12 ml air panas dan dididihkan selama 15 menit
lalu menyaringnya.
3. Menambahkan filtrat dengan 1 ml larutan FeCl3 1%.
4. Terbentuknya warna biru tua hijau kehitaman menandakan
positif senyawa tanin.

d. Pengujian alkaloid
1. Memasukkan 0,5 ml sampel ekstrak ke dalam tabung reaksi.
2. Menambahkan 1 ml HCl 2 N dan 9 ml air suling lalu
memanaskannya di atas pemanas air selama 2 menit,
didinginkan dan di saring.
3. Memasukkan 3 tets filtrat ke dalam test plate lalu menambahkan
2 tetes larutan pereaksi Mayer (Raksa III) klorida dan kalium
(iodida)) maka akan terbentuk endapan menggumpal bewarna
putih atau kuning.
4. Memasukkan 3 tets filtrat ke dalam test plate lalu menambahkan
2 tetes larutan pereaksi Bourchardat (Kalium Iodida dan
Iodium) maka akan terbentuk endapan coklat sampai hitam.
5. Memasukkan 3 tets filtrat ke dalam test plate lalu menambahkan
2 tetes larutan pereaksi Dragendorff (Bismut (III) nitrat, asam
nitrat pekat dan Kalium iodide) maka akan terbentuk warna
merah atau jingga.
6. Alkaloid dikatakan positif apabila terjadi endapan atau
kekeruhan paling sedikit dua dari ketiga percobaan tersebut.

e. Pengujian Saponin
1. Memasukkan 0,5 sampel ekstrak ke dalam tabung reaksi.
2. Menambahkan air panas, didinginkan kemudian dikocok kuat-
kuat selama 10 detik.
3. Jika terbentuk buih yang mantap setinggi 1-10 cm, tidak kurang
dari 10 menit dan tidak hilang dengan penambahan HCl 2 N maka
menunjukkan adanya saponin.
BAB 4
PEMBAHASAN
4.1 Hasil Praktikum
Tomat
No Uji Hasil Keterangan
Fitokimia
1 Saponin - Tidak terbentuknya buih yang mantap
2 Tanin - Tidak terbentuknya warna biru tua hijau
kehitaman
3 Flavonoid - Tidak terbentuknya warna merah, jingga, atau
ungu
4 Alkaloid + • Terbentuk endapan menggumpal
bewarna putih atau kuning (Mayer).
• Terbentuk endapan coklat sampai hitam
(Bourchardat).
• Terbentuk warna merah atau jingga
(Dragendorff).

Tabel 1. Hasil Analisis Uji Fitokimia

4.2 Pembahasan
Praktikum ini mengkaji tentang analisis uji fitokimia pada buah
tomat. Langkah awal yang dilakukan adalah dengan mengekstrak
tomat dengan metode maserasi. Setelah maserasi selesai dilanjutkan
dengan analisis fitokimia di laboratorium. Parameter yang digunakan
untuk analisis fitokimia adalah saponin, flavonoid, tanin, dan alkaloid.
Hasil analisis didapatkan data bahwa buah tomat mengandung
senyawa aktif berupa alkaloid. Hal ini dibuktikan karena pada
pengujian alkaloid Mayer terbentuk adanya endapan bewarna putih.
Pengujian alkaloid Bouchardat terbentuk endapan bewarna cokelat
kekuningan. Dan pada pengujian alkaloid Dragendorff terbentuk warna
jingga.
Pengujian alkaloid Mayer yang terdapat endapan diperkirakan
nitrogen pada alkaloid akan bereaksi dengan ion logam K+ dari kalium
tetraiodomerkurat (II) membentuk kompleks kalium alkaloid yang
mengendap. Hal yang sama pun terjadi pada alkaloid Dragendorff yang
terbentuk endapan merah atau jingga. Serta endapan cokelat pada
pengujian alkaloid Bouchardatt.
Gambar 4. Perkiraan reaksi uji Mayer
Sumber: Marliana dkk, 2005

Pengujian saponin, tanin, dan flavonoid pada buah tomat tidak


terbentuk kriteria yang ada. Sehingga dapat dikatakan pada buah tomat
tidak mengandung senyawa aktif berupa saponin, tanin, dan flavonoid.
BAB 5
KESIMPULAN
Fitokimia merupakan ilmu yang mengkaji atau mempelajari tentang
sifat dan interaksi senyawaan kimia metabolit sekunder dalam tumbuhan.
Praktikum kali menggunakan ekstraksi metode maserasi, yakni metode
ekstraksi dengan perendaman larutan organik pada sampel. Analisis fitokimia
menggunakan parameter saponin, alkaloid, tanin, dan flavonoid. Hasil analisis
didapatkan bahwa buah tomat mengandung senyawa aktif berupa alkaloid.
Hal tersebut dibuktikan dengan adanya endapan bewarna putih (Mayer),
jingga (Dragendorff), dan cokelat (Bouchardat) pada masing-masing
pengujian.
DAFTAR PUSTAKA
Julianto, T, S. (2019). Buku Ajar: Fitokimia Tinjauan Metabolit Sekunder dan
Skrinning Fitokimia. Yogyakarta: Universitas Islam Indonesia.
https://chemistry.uii.ac.id/Tatang/Fitokimia.pdf
Marliana, S. A., dkk. (2005). Skrining Fitokimia dan Analisis Kromatografi Lapis
Tipis Komponen Kimia Buah Labu Siam (Sechium edule Jacq. Swartz.)
dalam Ekstrak Etanol. Jurnal Biofarmasi. Vol. 3 No. 1. ISSN 1693-2242.
https://eprints.uns.ac.id/843/
Muthmainnah, B. (2017). Skrinning Fitokimia Senyawa Metabolit Sekunder dari
Ekstrak Etanol Buah Delima (Punica granatum L. ) Dengan Metode Uji Warna.
Jurnal Media Farmasi. Vol. 13 No. 2. E-ISSN: 2622-0962, P-ISSN: 0216-2083.
https://journal.poltekkes-mks.ac.id/ojs2/index.php/mediafarmasi
Ningrum, M.P. (2017). Pengaruh Suhu dan Lama Waktu Maserasi terhadap
Aktivitas Antioksidan Ekstrak Metanol Rumput Laut Merah (Euchema
cottonii). Malang: Universitas Brawijaya, Fakultas Teknologi Pertanian.
http://repository.ub.ac.id/3522/
Novitasari, A.E. dan D.Z. Putri. (2016). Isolasi dan Identifikasi Saponin pada Ekstrak
Daun Mahkota Dewa dengan Ekstraksi Maserasi. Jurnal Sains. Vol.6 No.12.
https://journal.unigres.ac.id/index.php/Sains/article/view/577/450
Puspitaningrum, R,. et al. (2018). Penuntun Praktikum Biokimia Untuk Prodi Biologi.
Jakarta: Universitas Negeri Jakarta.
Saragih, R, D., et al. (2018). Kandungan Fitokimia Zanthoxylum acanthopodium
dan Potensinya Sebagai Tanaman Obat di Wilayah Toba Samosir dan
Tapanuli Utara, Sumatera Utara. Vol.5 No. 1. ISSN: 2407-8050.
https://smujo.id/psnmbi/article/download
Wartini, N, et al. (2019). Pengaruh Suhu dan Waktu Maserasi terhadap
Karakteristik Ekstrak Daun Bidara (Ziziphus mauritiana L.) sebagai Sumber
Saponin. Jurnal Rekayasa dan Manajemen Agroindustri. Vol. 7 No. 4.
ISSN:2503-488X.
https://ojs.unud.ac.id/index.php/jtip/article/download/54223/32155/
Lampiran 1. Hasil Uji Saponin

Sebelum Sesudah

Lampiran 2. Hasil Uji Tanin

Sebelum Sesudah

Lampiran 3. Hasil Uji Flavonoid

Sebelum Sesudah

Lampiran 4. Hasil Uji Alkaloid

Sebelum Sesudah

Anda mungkin juga menyukai