LENY MUNIROH
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011
PENGARUH INFRASTRUKTUR JALAN TERHADAP
PENINGKATAN KINERJA UKM TAS DI KECAMATAN
CIAMPEA, KABUPATEN BOGOR
LENY MUNIROH
Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains pada
Program Studi Ilmu Ekonomi
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011
Judul Tesis : Pengaruh Infrastruktur Jalan terhadap Peningkatan Kinerja
UKM Tas di Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor
Nama Mahasiswa : Leny Muniroh
NIM : H151064204/EKO
Disetujui,
Komisi Pembimbing
Dr. Ir. H. Sri Hartoyo, M.S. Prof .Dr. Ir. H. Bambang Juanda
Ketua Anggota
Diketahui,
Dengan ini saya menyatakan bahwa Tesis Pengaruh Infrastruktur Jalan terhadap
Peningkatan Kinerja UKM Tas di Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor adalah
karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam
bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal
atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidakditerbitkandari penulis lain
telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian
akhir Tesis ini.
Leny Muniroh
NIM H151064204/EKO
RIWAYAT HIDUP
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
yang wajar IPB.
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh Karya tulis
dalam bentuk apapun tanpa izin IPB
RINGKASAN
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Yang Maha Kuasa atas
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulisan Tesis ini dapat diselesaikan pada
waktunya.
Tesis ini berjudul Pengaruh Infrastruktur Jalan terhadap Peningkatan
Kinerja UKM Tas di Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor”, disusun sebagai
salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi
Ilmu Ekonomi, Sekolah Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor
Dalam Tesis ini penulis berusaha mengkaji karakteristik usaha, kinerja
UKM tas danpengaruh pembangunan jalan terhadap kinerja UKM tas dalam hal
penurunan rasio input/output dan keuntungan yang diterima UKM tas. Penulis
berharap bahwa hasil penelitian dalam Tesis ini dapat bermanfaat bagi masyarakat
dan akademisi, maupun pelaku pembangunan lainnya demi terciptanya program-
program pembangunan serta terciptanya masyarakat yang sejahtera, adil, makmur
dan sentosa.
Penulis mengucapkan terima kasih secara khusus kepada Bapak Dr. Ir. Sri
Hartoyo, MS, dan Bapak Prof. Dr. Ir. Bambang Djuanda selaku ketua dan anggota
komisi pembimbing atas dorongan dan bimbingannya. Semoga Allah membalas
dengan pahala yang lebih besar lagi. Amien. Penulis juga mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya atas segala bantuan dan dukungan yang telah
diberikan hingga tersusunnya Tesis ini, kepada :
1. Dr. Nunung Nuryartono selaku Ketua Program Studi Ilmu Ekonomi sekaligus
Dosen pada Program Studi Ilmu Ekonomi, Sekolah Pasca Sarjana, Institut
Pertanian Bogor
2. Bapak/ibu dosen dan seluruh jajaran staf Program Studi Ilmu Ekonomi,
Sekolah Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor yang telah mengajarkan ilmu
pengetahuan kepada penulis
3. Kepada para responden penelitian yang telah memberikan bantuan data dan
informasi yang sangat penting bagi penyusunan Tesis ini
4. Semua pihak yang telah membantu terselesaikannya penyusunan tesis ini.
Akhirnya semoga Allah Yang Maha Kuasa membalas amal kebajikan
semua pihak yang telah membantu penulis menyelesaikan Tesis ini.
Halaman
iii
5.2. Karakteristik Usaha .............................................................. 28
6.1. Kesimpulan.......................................................................... 38
LAMPIRAN ............................................................................................... 41
iv
DAFTAR TABEL
Halaman
v
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Kurva Hubungan Infrastruktur Jalan dan Rasio Harga Input output ..... 12
vi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
vii
BAB I
PENDAHULUAN
ekonomi nasianal. Pada saat krisis ekonomi, usaha kecil menengah mampu
setidaknya dilandasi oleh tiga alasan. Pertama, industri kecil dan menengah
banyak menyerap tenaga kerja. Sebagian besar industri kecil dan menengah
ekonomi di pedesaan (Simatupang, et al., 1994). Selain itu, industri kecil dan
pertanian bagi penduduk miskin (Weijland, 1999). Kedua, industri kecil dan
menengah memegang peranan penting dalam ekspor nonmigas. Pada tahun 1990,
nilai ekspor dari industri kecil dan menengah mencapai US$ 1.031 juta atau
menempati rangking kedua setelah ekspor dari kelompok aneka industri. Ketiga,
Industri kecil dan menengah umumnya berskala kecil dan beroperasi dalam iklim
yang sangat kompetitif, hambatan masuk rendah, margin keuntungan rendah, dan
1
mencuatkan isu konsentrasi dan konglomerasi, serta banyak dituding melestarikan
dalam dua sektor yaitu : 1) Sektor Industri Kecil sebanyak 1.509 unit usaha dan
menyerap tenaga kerja 18.763 orang dengan nilai investasi sebesar Rp. 69,97
milyar, dan 2) Sektor Industri Menengah dan besar sebanyak 794 unit usaha yang
menyerap tenaga kerja 75.061 orang dengan nilai investasi sebesar Rp. 2,95
tas yang berkembang di Desa Bojong Rangkas berasal dari dua bahan utama, yaitu
bahan baku (kulit asli atau imitasi) dan bahan pembantu (benang, lem, pc, latek,
dan berbagai macam bahan variasi). Kedua Bahan utama tersebut diperoleh dari
Daerah Bogor, dan sebagian dari Jakarta (Tanah Abang, Pasar Senen, Mangga
Dua). Bahan baku tersebut merupakan bahan yang berasal dari produksi lokal
Kampung Bojong Rangkas ini , adalah salah satu kampung yang dihuni oleh
pengrajin yang melakukan kegiatan produksi tas dengan berbagai macam model,
Model tas yang dibuat biasanya melihat dari model yang sedang
digandrungi oleh masyarakat dengan cara melihat majalah atau membeli beberapa
2
tas untuk dijadikan contoh yang sekiranya memang sedang banyak masyarakat
yang berminat terhadap model-model tas tersebut. Sehingga tas yang dihasilkan
berasal dari kampung Bojong Rangkas, dan dari luar kampung Bojong rangkas.
yaitu berasal dari kampung di sekitar desa Bojong Rangkas dan ada juga datang
dari luar kecamatan Ciampea. Tenaga kerja tersebut digaji/diberi upah ada
berdasarkan upah harian dan ada juga upah borongan yang biasanya dibayar
upah/gaji tersebut setiap hari Sabtu. Besarnya upah /gaji untuk pegawai harian
Perbedaan tersebut didasarkan oleh lama waktu jam kerja, karena pegawai
pekerjaannya. Sedangkan untuk pegawai harian bekerja mulai jam 08.00 – 12.00
WIB, kemudian untuk istirahat sholat dan makan selama satu jam, kemudian
dengan harga tas di tempat lain. Untuk harga tas misalnya tas wanita imitasi
harganya beragam mulai dari harga Rp 30 ribu sampai dengan harga Rp 200 ribu,
Sedangkan untuk harga tas wanita dari bahan kulit asli berkisar di harga Rp 150
ribu sampai dengan Rp 500 ribu. Begitupun untuk jenis-jenis tas lainnya yang
tingkat kesulitan dari tas tersebut. Biaya bahan ( bahan baku dan penolong )
berkisar 60 -65 %, untuk upah tenaga kerja berkisar 20 -25 %, dan biaya lain-lain
3
sekitar 2 -3%. Misalnya, Untuk harga tas Rp 35 ribu/pc , menghabiskan biaya
bahan ( bahan baku dan bahan penolong) sekitar sebesar Rp 22. 250 (63,57%),
sedangkan untuk upah tenaga kerja Rp 8.750 ( 25 % ), biaya lain-lain sekitar 2,83
pemulihan ekonomi, baik dari sisi penyerapan tenaga kerja maupun kontribusinya
ACFTA (ASEAN-China Free Trade Area) industri ini harus mampu besaing
salah satu sentra UKM tas. UKM ini telah banyak menyerap tenaga kerja lokal
dalam menurunkan angka pengangguran dan penciptaan lapangan kerja. UKM ini
harus terus memiliki kinerja yang baik untuk dapat bersaing dengan industri dari
luar wilayah sehingga penelitian mengenai karakterisasi usaha dan kinerja UKM
ini perlu dilakukan agar dapat mengetahui daya saing UKM ini. Pemahaman
4
terhadap kinerja UKM juga penting untuk memahami intervensi kebijakan yang
penelitian sebagai sentra produksi UKM tas. Namun demikian sejauh apa
efektivitas intervensi ini masih perlu dikaji. Keberadaan jalan di satu sisi akan
tersebut. Di sisi lain juga ada kebutuhan unuk melakukan intervensi lain yang
tas?”
yang dibayarkan oleh UKM tas dan harga output yang diterima UKM tas.
jalan.
5
1.4. Manfaat dan Ruang Lingkup Penelitian
untuk :
2. Masukan bagi kalangan akademis, peneliti dan praktisi yang tertarik pada
Ciampea, Kabupaten Bogor yang berpopulasi sekitar 100 UKM. Lokasi ini
merupakan salah satu sentra produksi tas skala UKM di Kecamatan Ciampea.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
industri mikro, industri kecil, home industry, home production, dan lain
sebagainya. Berbagai definisi industri rumah tangga telah dikemukakan oleh para
memiliki aset kurang dari atau sama dengan Rp. 200 Juta diluar tanah dan
bangunan, (b) omzet tahunan kurang dari atau sama dengan Rp. 1 Milyar, (c)
dimiliki oleh orang Indonesia, (d) independen, tidak terafiliasi dengan usaha
membaginya menjadi usaha mikro, usaha kecil dan usaha menengah berdasarkan
jumlah pekerjanya. Usaha mikro adalah usaha dengan jumlah pekerja kurang dari
5 orang termasuk tenaga keluarga yang tidak dibayar. Usaha kecil adalah usaha
Statistik (BPS), kriteria usaha kecil adalah yang memiliki nilai kekayaan (aset)
bersih dibawah Rp 200 Juta di luar tanah dan bangunan usaha atau di bawah
penjualan (omzet) maksimal Rp 1 miliar.. Data tahun 2008 dari Biro Kementrian
Koperasi dan UKM Indonesia (2010) mencatat terdapat 51.257.537 unit UKM di
Indonesia.
7
Definisi dan kriteria industri kecil dari berbagai departemen disajikan
pada Tabel 1. Namun demikian, para ahli ekonomi dan pembangunan di Indonesia
menengah (UKM).
Usaha Kecil dan Menegah (UKM) mampu bertahan bahkan menjadi penyelamat
perekonomian nasional. UKM yang saat ini jumlahnya diperkirakan 51 juta unit
Bruto (PDB).
8
Untuk pemberdayaan masyarakat, UKM memegang peran krusial yaitu
melalui : (1) keterlibatan masyarakat sekitar sebagai tenaga kerja, yang berarti
dapat diartikan sebagai pengembangan sumber daya manusia, dan (3) keterlibatan
masyarakat.
Pengaruh pembangunan jalan baru cukup kuat seperti yang ditunjukkan dalam
studi yang dilakukan World Bank di India, Pakistan and Brazil (Creightney, 1993
Transportasi adalah salah satu faktor dalam produksi barang dan jasa,
dna produksi.
Menurut Ernst dan Young Consultancy (1996), lebih dari 20% perusahaan
dalam bentuk penurunan biaya persediaan, terbukanya akses pasar baru, dan
9
Aschauer (1989) mengargumentasikan bahwa investasi publik pada
dengan semakin tipisnya pasar semakin tinggi margin per unit yang harus
National Bank for Agriculture and Rural Development (2004) dalam studi
10
perbaikan akses ke pendidikan dan kesehatan, peningkatan kualitas hidup dan
sebagainya.
selama musim panen dan variasi harga musiman lebih tinggi. Jarak jalan lebih
berpengaruh dibandingkan kualitas jalan selama periode panen dimana tidak ada
hubungan yang kuat antara kualitas jalan dan harga produsen. Keberadaan jalan
akses pasar. Diperlukan investasi pada soft infrastructure untuk lebih dapat
integrasi pasar.
ini akan memberikan pengaruh redistribusi pada kelompok ekonomi dan antar
11
penelitian secara tegas menunjukkan bahwa pembangunan infrastruktur adalah
tas dapat dilihat pada Gambar 1. Pada gambar bagian bawah sumbu x adalah
harga output (p) dan sumbu y adalah harga input (r). Sebelum pembangunan
jalan, harga input sebesar r 1 dan harga output sebesar p 1 . Setelah pembangunan
jalan, biaya transportasi menjadi lebih murah, sehingga harga input yang
dibayarkan pengrajin turun dari r 1 menjadi r 2, Harga input di pasar sebelum dan
setelah pembangunan jalan lebih murah,maka harga input output yang dibayarkan
pengrajin di tempat pengrajin menjadi lebih murah. Demikian juga halnya dengan
output, walaupun harga output di pasar tidak berbeda, tetapi karena biaya
transportasi yang lebih murah maka harga output yang diterima pengrajin di
output juga meningkat dari y1 ke y2 . Dengan asumsi bahwa harga dari faktor-
faktor input lain tidak mengalami perubahan (ceteris paribus) maka keuntungan
12
maksimum dicapai pada saat produk marginal sama dengan rasio harga input-
output.
y2
TP
y1
X
x1 x2
r
MP
r1 r1/p1
r2 r2/p2
p
p1 p2 MPP
Gambar 1. Kurva Hubungan Infrastruktur Jalan dan Rasio Harga Input output
13
BAB III
METODE PENELITIAN
dimulai pada Februari sampai dengan Mei 2010. Penentuan lokasi ini dilakukan
Data yang digunakan terdiri dari data primer dan data sekunder baik yang
kuisioner dan wawancara pelaku UKM tas. Jenis data primer yang digunakan
Daerah Tingkat II Kabupaten Bogor, Dinas Tenaga Kerja dan Sosial, Dinas
Pembangunan Daerah, dan instansi terkait lainnya. Jenis data sekunder yang
Bogor, data Potensi Wilayah Pemerintah Kabupaten Bogor dan data lain yang
menunjang.
14
3.3. Metode Pengumpulan Data
secara langsung melihat dan merasakan situasi dan kondisi yang ada di
lapangan.
dengan masalah penelitian ini, secara intensif dan mendalam, yaitu dengan
Dalam penelitian ini populasi penelitian adalah UKM tas di desa Desa
pembangunan jalan (tahun 2008) dan setelah pembangunan jalan (tahun 2009).
Sesuai dengan data yang diperoleh dari soal panduan observasi, telaahan
15
selesai maka data tersebut dianalisis. Analisis karakteristik usaha dan kinerja
dengan metode persentase biasa dan rata-rata menggunakan program MS. Excell
Dimana :
Output atau nilai produksi. Output utama dari industri kecil ini adalah
beragam jenis tas yang dihitung dalam setahun dalam satuan buah. Untuk
menghasilkan nilai produksi maka jumlah output dikalikan dengan harga ouput
Tenaga Kerja. Input tenaga kerja merupakan faktor penting dalam proses
16
produksi semakin tinggi. Tenaga kerja dalam produksi tas berupa tenaga kerja
keluarga, tenaga kerja borongan dan harian yang jumlahnya tergantung pada
pesanan yang diterima industri kecil tas. Satuan yang digunakan adalah orang.
Tenaga kerja dalam proses produksi tas terdiri dari tenaga kerja untuk pembuatan
pola, jahit, seset kulit, gunting bahan, pemasangan asesories, dan finishing.
guna menjamin kelancaran proses produksi. Bahan dalam pembuatan tas berupa
bahan TC, kulit, spon, benang, asesories, lem, latek, dan sebagainya. Input bahan
dihitung dengan mengkalikan harga pembelian bahan dengan jumlah bahan yang
Aset. Aset-aset yang digunakan dalam produksi tas adalah mesin jahit
bahan, mesin seset, cangklong, mesin pon, mesin embos, mesin potong, motor,
mobil dan lain-lain. Nilai aset ini dihitung dengan mengkalikan jumlah aset yang
dimiliki dengan nilai jual aset pada saat penilaian. Satuan yang digunakan adalah
juta rupiah.
17
BAB IV
DI KABUPATEN BOGOR
pertumbuhan yang signifikan. Data dari Biro Kementrian Koperasi dan UKM
Indonesia (2010) menunjukkan bahwa selama tahun 2007 dan 2008, usaha mikro
mengalami pertumbuhan 2,86% dari 49.287.276 unit pada tahun 2007 menjadi
50.697.659 unit pada tahun 2008. Selama periode yang sama usaha kecil
mengalami pertumbuhan yang lebih tinggi yaitu 4,34% dari 498.565 unit pada
tahun 2007 menjadi 520.221 unit. Usaha menengah juga mengalami pertumbuhan
dari 38.282 unit pada tahun 2007 menjadi 39.657 unit pada tahun 2008, suatu
pertumbuhan sebesar 3,59% . Data Pertumbuhan Unit Usaha Mikro, Kecil dan
Tabel 2. Pertumbuhan Unit Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) tahun
2007-2008.
Tahun Perkembangan
Skala Usaha
2007 2008 (%)
Usaha Mikro (unit) 49.287.276 50.697.659 2,86
Usaha Kecil (unit) 498.565 520.221 4,34
Usaha Menengah (unit) 38.282 39.657 3,59
Total (unit) 49.824.123 51.257.537
Sumber : Biro Kementrian Koperasi dan UKM Indonesia (2010)
Jumlah Usaha Kecil Menengah (UKM) yang dibina oleh Kantor Koperasi
dan UKM Kabupaten Bogor mengalami peningkatan sebesar 276 % selama tahun
2003-2007, yaitu dari 997 unit usaha pada tahun 2003 menjadi 3.751 unit usaha
pada tahun 2007. Sampai dengan tahun 2007, berdasarkan kriteria permodalan
18
dan omzet, dari 203 UKM yang dievaluasi, 37 UKM diklasifikasikan sebagai
atau 53,6 persen dari Total Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia pada 2007
UKM hanya 5,7% dan PDB usaha besar hanya 5,2%. Sementara itu, pertumbuhan
PDB UKM 2007 terjadi pada semua sektor ekonomi. Dari sisi ekspor, hasil ekspor
produksi UKM selama 2007 mencapai Rp 142,8 triliun atau 20 persen terhadap
ekspor non-migas nasional sebesar Rp 713,4 triliun. Nilai investasi fisik UKMB
yang dinyatakan dengan angka Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) pada
2007 mencapai Rp 462,01 triliun atau 46,96 persen terhadap total PMTB
Indonesia.
sebesar 5,56%. Pada tahun 200, sektor yang mengalami pertumbuhan paling
19
tinggi adalah sektor keuangan dan jasa (perusahaan) dengan pertumbuhan sebesar
sektor yaitu sektor primer, sektor sekunder, dan sektor tersier. Tabel 5
sektor selama 2002-2005. Dari Tabel 5 nampak bahwa sektor tersier mengalami
peningkatan dari tahun ke tahun. Pertumbuhan sektor tersier pada tahun 2005
Kelompok sektor sekunder tumbuh melambat pada tahun 2005 sebesar 5,87% bila
20
dibandingkan tahun 2004 sebesar 5,99%. Sektor primer dari tahun ke tahun
pertumbuhan positif sebesar 0,47%. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 5
berikut:
21
Pada tahun 2004, PAD Kabupaten Bogor tercatat sebesar Rp. 166.260,11
juta meningkat menjadi Rp. 198.923,70 juta pada tahun 2005 atau naik sebesar
peningkatan, namun pada tahun 2005 persentase PAD terhadap PDRB sebesar
0,55%, turun bila dibandingkan dengan tahun 2004 yang sebesar 0,58%
Tabel 7. Perkembangan Unit Usaha Industri Kecil Kabupaten Bogor dari 2004-
2008
Jumlah Unit Usaha
Kelompok Komoditas 200
2005 2006 2007 2008
4
Industri Logam 136 141 149 156 161
Industri mesin 60 61 65 68 68
Industri Alat Angkut 20 23 26 33 40
Industri Elektronika 3 4 5 6 6
Industri tekstil dan produk tekstil 333 333 339 347 352
Industri Aneka 17 17 7 9 10
Industri barang dari kulit 136 137 137 145 153
Industri kimia dan barang kimia 37 44 50 56 62
Industri plastik dan barang plastic 11 18 18 20 20
Industri karet dan barang karet 2 3 3 3 3
Industri kertas dan barang kertas 56 77 78 80 90
Industri bahan bangunan dan 24 40 40 43 46
bahan galian
Industri agro 256 263 276 296 313
Industri hasil hutan 95 96 98 106 185
Jumlah 118 1257 1291 1368 1509
6
Persen (%) 5.65 2.63 5.63 9.34
Sumber : Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan Koperasi Kab. Bogor (2009)
22
Tabel 7 di atas menunjukkan bahwa terjadi peningkatan julah unit usaha
tahun 2004 adalah 1.186 unit, meningkat 5.65% menjadi 1.257 unit pada tahun
2005. Terjadi peningkatan sebesar 2.63% menjadi 1.291 unit dari 2005 ke 2006,.
Jumlah ini terus mengalami peningkatan sebesar 5.63% pada tahun 2007 dan
meningkat kembali sebesar 9.34% pada tahun 2008. Hal ini menunjukkan bahwa
penyerapan tenaga kerja industri kecil di Kabupaten Bogor dari 2004 - 2008
23
Tabel 8. Perkembangan Penyerapan tenaga kerja Industri Kecil Kabupaten
Bogor dari 2004 - 2008
Penyerapan Tenaga Kerja ( orang )
Kelompok Komoditas
2004 2005 2006 2007 2008
Industri Logam 1.625 1.690 1.723 1.788 1.815
Industri mesin 971 979 1.012 1.039 1.039
Industri Alat Angkut 236 267 280 359 417
Industri Elektronika 34 39 42 55 55
Industri tekstil dan produk
7.775 7.775 7.828 7.940 8.045
tekstil
Industri Aneka 172 78 92 110 114
Industri barang dari kulit 3.158 3.168 3.168 3.251 3.472
Industri kimia dan barang
115 119 163 88 135
kimia
Industri plastik dan barang
182 199 163 55 55
plastic
Industri karet dan barang
3 4 10 10 10
karet
Industri kertas dan barang
64 68 94 102 144
kertas
Industri bahan bangunan
113 120 163 189 217
dan galian
Industri agro 7.839 1.941 2.030 2.207 2.384
Industri hasil hutan 644 654 676 782 861
Jumlah 22.931 17.101 17.444 17.975 18.763
Persen (%) -34.09 1.97 2.95 4.20
Sumber : Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan Koperasi Kab. Bogor (2009)
Kabupaten Bogor mencapai 22.931 orang, jumlah ini menurun sebesar -34.09 %
menjadi17.444 orang pada tahun 2006, meningkat menjadi 17.975 pada tahun
2007 dan meningkat kembali menjadi 18.763 pada tahun 2008. Hal ini
menunjukkan bahwa industri kecil mampu menyerab tenaga kerja cukup besar
24
Perkembangan nilai investasi industri kecil di Kabupaten Bogor
4.04% dari tahun 2004 ke 2005 yaitu dari 47.004 milyar menjadi 48.980 milyar.
Dari tahun 2005 ke 2006, terjadi peningkatan nilai investasi yang cukup besar
25
yaitu 19.16%, menjadi 60.591 milyardan terus meningkat menjadi 65.191 milyar
Tabel 10. Data Jenis Komoditi Industri Kecil Kabupaten Bogor sampai dengan
tahun 2008.
Tenaga
Jumlah Nilai Investasi
No Jenis Industri Kerja
(unit) (Juta)
(orang)
1 Industri Bata Merah 264 5.571 2.501
2 Industri Batako 38 942 285
3 Industri Meubeul & Kerajinan 637 647 1.439
4 Industri Pangan 493 2.173 1.961
5 Industri Kerajinan Umum 36 43 147
6 Industri Sandang dan Kulit 1001 11.556 6.255
7 Industri Logam 644 996 1.298
8 Industri Alat Angkut 20 100 50
tertinggi (1.001 unit) dibandingkan industri lainnya dengan nilai investasi 11.556
juta rupiah dan mampu menyerap tenaga kerja sebesar 6.255 orang. Industri
logam menempati posisi kedua dengan jumlah 644 unit dengan nilai investasi 996
juta dan serapan tenaga kerja mencapai 1.298 orang. Jenis industri yang terkecil
dalam menyerap tenaga kerja adalah industri batako yang berjumlah 38 unit
dengan nilai investasi 942 juta dan serapan tenaga kerja 285 orang.
26
BAB V
kurang dari sama dengan 30 tahun sampai lebih dari 65 tahun. Hasil analisis
43.33 %. Hasil ini menunjukkan bahwa mayoritas responden adalah kelompok usia
dewasa dan dipandang sudah memiliki pertimbangan yang rasional dalam berusaha.
27
Pendidikan adalah salah satu indikator kemampuan sumberdaya manusia.
(60.00%) dan SMA (30.00%). Hasil ini mengindikasikan bahwa pelaku UKM tas
menggeluti usaha ini lebih dari 10 tahun (73.33%). Hasil ini mengindikasikan bahwa
kegiatan usaha UKM di lokasi penelitian berdiri sudah lama dan bukan menjadi
Ketersediaan modal sangat penting untuk memulai suatu usaha. Modal usaha
dapat berupa modal pribadi atau modal pinjaman atau kombinasi dari keduanya.
Hasil analisis sumber modal UKM tas disajikan pada Tabel 12.
Responden
No Sumber Modal
Jumlah Persen
1 Pribadi 11 36.67
2 Pinjaman Bank - -
3 Pinjaman Koperasi - -
4 Pribadi + Pinjaman Bank 18 60.00
5 Pribadi + Pinjaman Koperasi 1 3.33
6 Pinjaman Bank + Koperasi - -
Total 30 100
Sumber : Data Primer 2011 (diolah)
28
Tabel 12 di atas menunjukkan bahwa mayoritas responden menggunakan
kombinasi modal pribadi dan pinjaman bank (60,00%) dalam memulai usaha sebagai
UKM tas, sebagian responden menggunakan modal pribadi (36,67%) dan hanya
beberapa (3,33 %) yang menggunakan kombinasi antara modal pribadi dan koperasi.
Hasil analisis ini menunjukkan bahwa UKM tas di lokasi penelitian sudah cukup baik
UKM tas di lokasi penelitian cukup mampu menyerab tenaga kerja lokal yang
kerja dipekerjakan secara harian dan borongan. Upah rata-rata per minggu untuk
tenaga kerja harian adalah sekitar Rp. 250.000 per minggu (Rp. 1.000.000/bulan),
sedikit dibawah level upah UMR Kabupaten Bogor. Tenaga kerja sistem borongan
mendapatkan upah sekitar Rp. 500.000/minggu (Rp. 2.000.000) per bulan. Level
sistem borongan lebih tinggi dibandingkan harian karena sistem borongan tidak
mengenal jam kerja jadi bisa bekerja sampai malam. Namun, karena produksi UKM
29
tas tergantung pada jumlah order yang diterima, tidak ada jaminan bagi pekerja
sistem borongan untuk selalu mendapatkan pekerjaan dari pelaku UKM tas.
Besar kecilnya upah yang dibayarkan ke tenaga kerja tidak didasarkan pada
tingkat pendidikan formal dan jenis kelamin tenaga kerja. Hasil analisis mengenai
sistem penggajian tenaga kerja menunjukkan bahwa untuk semua responden, upah
tenaga kerja dibayarkan berdasarkan skill atau tingkat kesulitan pekerjaan yang
Hasil ini mencirikan bahwa usaha UKM tas adalah membutuhkan skill atau
ketrampilan khusus. Skill ini tidak didapatkan melalui pendidikan formal tetapi dari
proses pembelajaran terus menerus dari lingkungan sekitarnya. Ini tidak berarti
bahwa dalam UKM tas tidak diperlukan tenaga kerja dengan pendidikan tinggi.
Kajian terhadap kinerja UKM tas di lokasi penelitian dapat dilihat dari
perkembangan jumlah aset, omzet, jumlah tenaga kerja, profit dan modal usaha yang
digunakan oleh UKM tas. Kinerja UKM tas di Desa Bojong Rangkas, Kecamatan
30
Tabel 13. Kinerja UKM Tas Periode 2008 dan 2009
(Jutaan Rp)
(Jutaan Rp)
Kerja(Jutaan Rp)
(Jutaan Rp)
Secara rata-rata, jumlah aset responden selama tahun 2008 adalah sebesar
Rp. 27.87 juta rupiah dan mengalami peningkatan sebesar 7.07% pada tahun 2009
menjadi sebesar Rp. 29.99 juta rupiah. Peningkatan aset ini dapat dikaitkan dengan
peningkatan modal usaha antara tahun 2008 dan 2009 sebesar 31.74%, yaitu dari
287.09 juta rupiah menjadi 430.60 juta rupiah. Tambahan modal ini sebagian
digunakan untuk membeli aset-aset baru atau memperbaiki aset-aset yang rusak.
Penambahan modal sebagian digunakan untuk penambahan tenaga kerja dimana pada
tabel di atas dapat ditunjukkan terjadinya peningkatan jumlah tenaga kerja (13.36%).
31
Peningkatan jumlah tenaga kerja dan modal menyebabkan peningkatan jumlah nilai
produksi sebesar 34.71% pada kurun waktu yang sama dan diikuti dengan
input dan output dari UKM tas di lokasi penelitian. Rasio harga input dan output
sebelum dan sesudah pembangunan infrastruktur jalan disajikan pada Tabel 14.
Tabel 14. Rata-rata Harga Satuan Produk Tas Sebelum dan Sesudah Pembangunan
Jalan
Sebelum Sesudah Persen
Komponen infrastruktur Infrastruktur
(2008) (2009) (%)
harga satuan input adalah Rp. 8.500, meningkat sebesar 2,94% menjadi Rp. 8.750.
Peningkatan ini lebih disebabkan oleh terjadinya kenaikan harga bahan imitasi dan
accessories di pasar lokal sedangkan biaya tenaga kerja tidak mengalami perubahan.
Jika dibandingkan dengan inflasi yang terjadi pada periode 2008 – 2009 yaitu sekitar
7%/tahun, maka dapat dikatakan bahwa harga input riil setelah pembangunan jalan
menjadi lebih kecil. Dari sisi output, harga output juga mengalami peningkatan dari
32
harga output ini menyesuaikan peningkatan harga input. Dilihat dari rasio harga
input terhadap output, terjadi penurunan rasio dari 0.85 menjadi 0.76 setelah
infrastruktur jalan ini terkait dengan semakin pendeknya jarak dan waktu tempuh
dan penuruna biaya operasional kendaraan dalam pembelian bahan dan pegiriman
produk tas ke pembeli. Ini pada gilirannya akan menurunkan biaya transportasi.
Temuan ini sejalan dengan temuan National Bank for Agriculture and Rural
Tabel 15 dapat ditunjukkan bahwa koefisien determinasi (R2) sebesar 0.996, yang
berarti bahwa variasi nilai produksi yang dapat dijelaskan oleh variasi dari tenaga
33
Tabel 17. Pengujian Fungsi Produksi
Variabel Koefisien Sig VIF
Konstanta 0.657 <0.001
Tenaga kerja (X 1 ) 0.019 0.086 2.052
Bahan (X2) 0.951 <0.001 1.528
Aset (X 3 ) 0.006 0.186 1.726
Tahun 0.015 0.136 1.082
R2 0.996
F 2897000 <0.001
Sumber : Data Primer 2011 (diolah)
Keterangan : R2 = Koefisien Determinasi
VIF = Statistika Kolinieritas, VIF > 10 : terjadi multikolinier
Keempat variabel yang dianalisis menunjukkan nilai VIF kurang dari 10. Ini
berarti bahwa tidak terjadi multikolinieritas pada model. Dari empat variabel yang
dimasukkan dalam model (tenaga kerja, bahan, aset, dan tahun), tiga variabel yaitu
tenaga kerja, bahan dan tahun mempunyai pengaruh yang nyata pada taraf
kepercayaan 15%. Koefisien tenaga kerja sebesar 0.019 yang nyata pada taraf 10%
menunjukkan jika tenaga kerja meningkat sebesar 10% maka akan meningkatkan
output sebesar 0,19%, cateris paribus. Koefisien bahan sebesar 0.951 menunjukkan
paribus. Koefisien variabel dummy tahun sebesar 0.015 menunjukkan nilai produksi
penelitian.
34
Temuan ini sejalan dengan hasil dari Ashok dan Balasubramanian (2006)
dalam studi investasi pembangunan jalan di Tamil Nadu, India, bahwa pembangunan
produksi pertanian.
Peningkatan nilai produksi tas tercermin dari nilai keuntungan yang disajikan
pada Tabel 16 berikut. Baik penerimaan maupun biaya, nampak bahwa terjadi
keuntungan sebelum pembangunan infrastruktur jalan adalah 55.07 juta rupiah dan
Tabel 18. Rata-Rata Keuntungan UKM Sebelum dan Sesudah Infrastruktur Jalan
Sebelum Sesudah
Komponen infrastruktur infrastruktur
(2008) (2009)
Penerimaan (Juta Rp/th) 554.10 848.63
Biaya ( Juta Rp/th) 499.03 764/33
Keuntungan (Juta Rp/th) 55.07 84.30
Sumber : Data Primer 2011 (diolah)
dan konsumen. Di sisi lain, terbukanya akses jalan juga membuat semakin banyak
konsumen yang melakukan order langsung ke lokasi dan mengambil sendiri produk
pesanannya ke UKM.
35
BAB VI
6.1 Simpulan
terhadap kinerja pengrajin tas di daerah tersebut, yang secara terinci adalah
sebagai berikut:
6.2. Saran
kondisi jalan yang menghubungkan antara jalan raya dengan jalan menuju
perkampungan industri.
38
DAFTAR PUSTAKA
Anonimous. 2009. Draft Draft Rencana Strategis Kabupaten Bogor tahun 2009-
2013. Pemerintah Kabupaten Bogor..
Badan Pusat Statistik. 2005. Kabupaten Bogor Dalam Angka. Badan Pusat
Statistik, Bogor.
Ernst and Young. 1996. Transport Infrastructure, Business Costs and Business
Location, report for UK Government, Department of Transport, UK.
Juanda, B. 2007. Metodologi Penelitian Ekonomi dan Bisnis, IPB Press, Bogor.
39
Lall, S. and Shalizi, Z. 2001. Agglomeration Economies and Productivity in
Indian Industry, Working paper, World Bank.
National Bank for Agriculture and Rural Development. 2004. Infrastructure for
Agriculture and Rural Development : An Impact Assessment of
Investments in Rural Roads & Bridges under RIDF. Mumbai, India
Tambunan, T. TH. 2002. Usaha Kecil dan Menengah di Indonesia : Beberapa Isu
Penting. Penerbit Salemba Empat, Jakarta.
40
LEMBAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Layout Sebelum Infrastruktur Jalan
41
Lampiran 2. Layout Sesudah Infrastruktur Jalan
42
Lampiran 3. Kuisioner Penelitian Kinerja
43
Lampiran 4. Kuisioner Karakteristik Usaha
44
9 Sudah di level manakah cakupan pasar untuk produk UKM saudara sebelum
tahun 2009?
a. Bogor dan sekitarnya
b. Nasional
c. Luar negeri
10 Sudah di level manakah cakupan pasar untuk produk UKM saudara setelah
2009?
a. Bogor dan sekitarnya
b. Nasional
c. Luar negeri
45
Lampiran 5. Hasil Analisis Fungsi Cobb-Douglas
Regression Analysis
b
Variables Entered/Removed
b. Dependent Variable: LY
Model Summary
ANOVAb
Total 37.743 59
b. Dependent Variable: LY
46
Coefficientsa
a. Dependent Variable: LY
Collinearity Diagnosticsa
Variance Proportions
Condition
Model Dimension Eigenvalue Index (Constant) LX1 LX2 LX3 TAHUN JALAN
a. Dependent Variable: LY
47