LP Diabetes Melitus Sdki
LP Diabetes Melitus Sdki
2. Penyebab
Penyebab Diabetes Melitus dibagi 2, yaitu:
a. Penyebab Diabetes Mellitus Tipe I
Pada diabetes mellitus tipe I terdapat bukti adanya suatu responsautoimun. Respon
ini merupakan respon abnormal dimana antibody terarah pada jaringan normal
tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-
olah sebagai jaringan asing. Otoanti body terdapat sel-sel pulau longerhans dan
insulin endogen (internal) terdeteksi pada saat diagnosis dibuat dan bahkan
beberapa tahun sebelum timbulnya tanda-tanda klinis tipe I (Bruner and Suddarth,
2001). Secara garis besar etiologi DM tipe 1 adalah :
1) Faktor Genetik
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri; tetapi mewarisi
suatu predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah terjadinya DM tipe I.
Kecenderungan genetik ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe
antigen HLA
2) Faktor imunologi
Adanya respons otoimun yang merupakan respons abnormal dimana antibodi
terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan
tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing. Yaitu
otoantibodi terhadap sel-sel pulau Langerhans dan insulin endogen
3) Faktor Lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang menimbulkan
destruksi selbeta.
Resiko
infeksi
4. Patofisiologi
5. Gejala klinis
Adanya penyakit diabetes mellitus ini pada awalnya seringkali tidak dirasakan
dan tidak disadari oleh penderita.Gejala klasik diabetes adalah rasa haus yang
berlebihan, sering kencing terutama malam hari dan berat badan yang turun dengan
cepat. Disamping itu kadang-kadang ada keluhan lemah, kesemutan pada jari tangan
dan kaki, cepat lapar, gatal-gatal, penglihatan jadi kabur, gairah seks menurun, luka
sukar sembuh dan pada ibu-ibu sering melahirkan bayi diatas 4 kg. Kadang-kadang
ada pasien yang pasien sendiri tidak merasakan adanya keluhan, Mereka mengetahui
adanya diabetes hanya karena pada saat check up ditemukan kadar glukosa darahnya
tinggi.
7. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan diagnosis
1) Glukosa darah meingkat: 200-100 mg/dL, atau lebih
2) Aseton plasma (keton ) positif secara mencolok
3) Asam lemak bebas : kadar lipid dan kolesterol meningkat
4) Osmolaritas serum : meningkat tetapi biasanya kurang dari 330 mOsm/L
5) Elektrolit :
a) Natrium : mungkin normal, meningkat atau menurun
b) Kalium : normal atau peningkatan semu (perpindahan seluler), selanjutnya
akan menurun
6) Fospor lebih sering menurun
7) Hemoglobin glikosilat : kadarnya meningkat 2-4 kali lipat dari normal yang
mencerminkan kontrol DM yang kurang selama 4 bulan terakhir ( selama
hidup sel darah merah ) dan karenanya sangat bermanfaat dalam membedakan
DKA dengan kontrol tidak adekuat versus DKA yang berhubungan dengan
insiden.
b. Pemeriksaan mikroalbumin
1) Mendeteksi kompliksai pada ginjal dan kardiovaskuler
2) Nefropati diabetik
a) Salah satu komplikasi yang ditimbulkan oleh diabetes melitus adalah
terjadinya nefropati diabetik yang dapat mengakibatkan gagal ginjal
terminal sehingga penderita perlu cuci darah atau hemodialisa
b) Nefropati diabetik ditandai dengan kerusakan glomerolus ginjal yang
berfungsi sebagai alat penyaring
c) Gangguan pada glomerolus ginjal menyebabka lolosnya protein albumin
kedalam urine
d) Adanya albumin dalam urine merupakan indikasi adanya nefropati diabetik
3) Manfaat pemeriksaan mikroalbumin
a) diagnosis dini nefropati diabetik
b) memperkirakan morbiditas penyakit kardiovaskuler dan mortalitas pasien
DM
4) Jadwal pemeriksaan mikroalbumin
a) Untuk DM tipe 1, diperiksa pada masa pubertas atau setelah 5 tahun di
diagnosis DM
b) Untuk DM tipe 2, pemeriksaan awal setelah diagnosis ditegakkan, secara
periodik setahun sekali atau sesuai petunjuk dokter
c. Pemeriksaan HBA1C atau A1C
1) Dapat memperkirakan risiko kompliksai akibat DM
2) HbA1C atau AIC
a) Merupakan senyawa yang terbentuk dari ikatan antara glukosa dengan
hemoglobin (glycohemoglobin)
b) Jumlah A1C yang terbentuk tergantung pada kadar glukosa darah
c) Ikatan A1C stabil dan dapat bertahan hingga 2-3 bulan (sesuai dengan sel
darah merah)
d) Kadar A1C mencerminkan kadar glukosa darah rata-rata dalam jangka
waktu 2-3 bulan sebelum pemeriksaan
3) Manfaat pemeriksaan A1C
a) Menilai kualitas pengendalian DM
b) Menilai efek terapi atau perubahan terapi setelah 8-12 minggu dijalankan
8. Penatalaksaan
a. Penatalaksanaan Medis
Tujuan utama terapi DM adalah mencoba menormalkan aktivasi insulin dan kadar
glukosa darah dalam upaya mengurangi terjadinya kompliksai vaskuler serta
neuropatik. Tujuan terapeutik pada setiap tipe DM adalah mencapai kadar glukosa
darah normal (euglikemia) tanpa terjadi hipoglikemia dan gangguan serius pada
pola aktivitas pasien (Brunner & Suddart, 2010). Ada 5 komponen dalam
penatalaksanaan DM:
1) Diet
Pada diet DM harus memperhatikan jumlah kalori, jadwal makan, dan jenis
makan yang harus dihindari adalah gula. Menurut Tjokro Prawiro (1999),
penentuan gizi penderita dilakukan dengan menghitung prosentase Relatif
Body Weigth dan dibedakan menjadi:
a) Kurus : berat badan relatif : <90%
b) Normal : berat badan relatif : 90-110%
c) Gemuk : berat badan relatif : >110 %
d) Obesitas : berat badan relatif : >120 %
Obesitas ringan 120 – 130 %
Obesitas sedang 130 – 140 %
Obesitas berat 140 – 200 %
Obesitas morbid > 200 %
Apabila sudah diketahui relatif body weigthnya maka jumlah kalori yang
diperlukan sehari-hari untuk penderita DM adalah sebagai berikut:
a) Kurus : BB x 40-60 kalori / hari
b) Normal ; BB x 30 kalori / hari
c) Gemuk : BB x 20 kalori / hari
d) Obesitas : BB x 10-15 kalori / hari
2) Latihan fisik
Dianjurkan latihan jasmani secar teratur 3 -4 x tiap minggu selama ½ jam.
Latihan dapat dijadikan pilihan adalah jalan kaki, joging, lari, renang,
bersepeda dan mendayung. Tujuan latihan fisik bagi penderita DM :
a) Insulin dapat lebih efektif
b) Menambah reseptor insulin
c) Menekankenaikan berat badan
d) Menurunkan kolesterol trigliseriid dalam darah
e) Meningkatkan aliran darah
3) Pemantauan gula darah
4) Terapi (obat-obatan) seperti obat hipoglikemik oral dan pemberian insulin
5) Pendidikan kesehatan
b. Penatalaksanaan Nutrisi
Tujuannya adalah untuk mencapai dan mempertahankan kadar glukosa darah
dan tekanan darah dalam kisaran normal dan lipid profil dan lipoprotein yang
menurunkan risiko penyakit vaskuler, mencegah timbulnya kompliksai kronik,
memenuhi kebutuhan nutrisi individu, dan menjaga kepuasan untuk makan hanya
pilihan makanan yang terbatas ketika bukti ilmiah ada yang mengindikasikan
demikian. Bagi pasien yang membutuhkan insulin yang membantu untuk
mengontrol kadar gula darahnya, diperlukan konsistensi dalam mempertahankan
jumlah kalori dan karbohidrat yang dikonsumsi setiap makan.
Prinsip utama dalam diet DM adalah 3 J, yaitu jumalah harus sesuai
kebutuhan, jadwal diet yang ketat, dan jenis makanan yang boleh dimakan dn
yang harus dihindari. American Diabetes Association merekomendasikan bahwa
untuk semua tingkatan asupan kalori , sebanyak 50% sampai 60% kalori
didapatkan dari karbohidrat, 20-30% dari lemak dan sisanya 10-20% dari protein.
c. Penatalaksanaan Keperawatan
Penatalaksanaan keperawatan untuk pasien penyandang diabetes dapat mencakup
banyak macam gangguan fisiologis bergantung pada kondisi kesehatan pasien
atau apakah pasien baru terdiagnosa diabetes atau tengah mencari perawatan
untuk masalah kesehatan lain yang tidak terkait, karena semua pasien penyandang
DM harus menguasai konsep dan keterampilan yang diperlukan untuk
penatalaksanaan jangka panjang serta untuk menghindari kemungkinan
kompliksai diabetes, landasan pendidikan yang solid mutlak diperlukan dan
menjadi fokus asuhan keperawatan yang berkelanjutan
1) Memberikan pendidikan kesehatan untuk pasien
a) Menyusun rencana penyuluhan tentang diabetes
b) Mengkaji kesiapan untuk belajar
c) Menyuluh pasien yang berpengalaman
d) Menentukan metode penyuluhan
e) Menyuluh pasien cara memberikan insulin secara mandiri
2) Meningkatkan asuhan di rumah dan di komunitas
a) Meningkatkan perawatan diri
b) Melanjutkan asuhan
9. Komplikasi
Beberapa komplikasi dari diabetes melitus adalah sebagai berikut (Mansjoer,2001):
a. Komplikasi Akut
1) Hipoglikemia dan hiperglikemia.
2) Penyakit makrovaskuler : mengenai pembuluh darah besar, penyakit jantung
koroner (cerebrovaskuler, penyakit pembuluh darah kapiler).
3) Penyakit mikrovaskuler, mengenai pembuluh darah kecil, retinopati, nefropati.
4) Neuropati saraf sensorik (berpengaruh pada ekstermitas), saraf otonom
berpengaruh pada gastro intestinal, kardiovaskuler.
b. Komplikasi menahun Diabetes Mellitus antara lain :
1) Neuropati diabetik
2) Retinopati diabetik.
3) Nefropati diabetik.
4) Proteinuria.
5) Kelainan koroner.
6) Ulkus / ganggren
Terdapat 5 grade ulkus diabetikum antara lain :
a) Grade 0 : tidak ada luka.
b) Grade I : kerusakan hanya sampai pada permukaan kulit.
c) Grade II : kerusakan kulit mencapai otot dan tulang.
d) Grade III : terjadi abses.
e) Grade IV : gangren pada kaki bagian distal.
f) Grade V : gangren pada seluruh kaki dan tungkai bawah distal.
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian (Data Subyektif dan Obyektif)
1) Pengumpulan data
Pengumpulan data yang akurat dan sistematis akan membantu dalam menentukan
status kesehatan dan pola pertahanan penderita , mengidentifikasikan, kekuatan
dan kebutuhan penderita yang dapt diperoleh melalui anamnese, pemeriksaan
fisik, pemerikasaan laboratorium serta pemeriksaan penunjang lainnya.
2) Anamnese
a. Identitas penderita
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat,
status perkawinan, suku bangsa, nomor register, tanggal masuk rumah sakit
dan diagnosa medis.
b. Keluhan Utama
Adanya rasa kesemutan pada kaki / tungkai bawah, rasa raba yang menurun,
adanya luka yang tidak sembuh – sembuh dan berbau, adanya nyeri pada luka.
c. Riwayat kesehatan sekarang
Berisi tentang kapan terjadinya luka, penyebab terjadinya luka serta upaya
yang telah dilakukan oleh penderita untuk mengatasinya.
d. Riwayat kesehatan dahulu
Adanya riwayat penyakit DM atau penyakit – penyakit lain yang ada
kaitannya dengan defisiensi insulin misalnya penyakit pankreas. Adanya
riwayat penyakit jantung, obesitas, maupun arterosklerosis, tindakan medis
yang pernah di dapat maupun obat-obatan yang biasa digunakan oleh
penderita
e. Riwayat kesehatan keluarga
Dari genogram keluarga biasanya terdapat salah satu anggota keluarga yang
juga menderita DM atau penyakit keturunan yang dapat menyebabkan
terjadinya defisiensi insulin misal hipertensi, jantung.
f. Riwayat psikososial
Meliputi informasi mengenai prilaku, perasaan dan emosi yang dialami
penderita sehubungan dengan penyakitnya serta tanggapan keluarga terhadap
penyakit penderita.
3) Pengkajian pola fungsi kesehatan menurut Gordon sebagai berikut:
a. Pola persepsi kesehatan yang pernah dialami klien,
Apa upaya dan dimana klien mendapatkan pertolongan kesehatan lalu apa saja
yang membuat status kesehatan klien menurun, termasuk riwayat penggunaan
obat-obatan. Pada pasien DM pola ini mungkin mengalami perubahan, dimana
salah satu komplikasinya yaitu diabetic foot bisa menimbulkan persepsi yang
negatif terhadap dirinya dan kecendrungan tidak mematuhi prosedur
pengobatan
b. Pola nutrisi metabolik
Akibat produksi insulin yang tidak adekuat atau adanya defisiensi insulin
maka kadar gula darah tidak dapat dipertahankan sehingga menimbulkan
keluhan sering kencing, banyak makan, banyak minum, berat badan menurun,
dan mudah lelah. Keadaan tersebut dapat mengakibatkan terjadinya gangguan
nutrisi dan metabolisme yang dapat mempengaruhi status kesehatan penderita.
Keluhan yang muncul seperti mual, muntah, berat badan menurun, turgor kulit
jelek.
c. Pola eliminasi
Pada pasien DM, adanya hiperglikemia menyebabkan terjadinya diuresis
osmotik yang menyebabkan pasien sering kencing (poliuri) dan pengeluaran
glukosa dari urin (glukosauri). Pada eliminsai alvi relatif tidak ada gangguan.
d. Pola aktivitas dan latihan
Kelemahan, susah berjalan/bergerak, kram otot, takikardi atau takipnea pada
waktu melakukan aktivitas dan bahkan sampai terjadi koma. Adanya luka
ganggren dan kelemahan otot-otot tungkai bawah menyebabkan penderita
tidak mampu melaksanakan aktivitas sehari-hari secara maksimal, penderita
mudah mengalami kelelahan.
e. Pola tidur dan istirahat
Pada pasien DM, sering terbangun dan tidak bisa tidur karena oleh polyuria
dan nyeri pada kaki yang luka.
f. Pola persepsi kognitif
Pasien dengan gangren cenderung mengalami neuropati/mati rasa pada luka
sehingga tidak peka terhadap nyeri, selain itu adanya komplikasi lain
menyebabkan adanya gangguan penglihatan.
g. Pola persepsi dan konsep diri
Adanya perubahan fungsi dan struktut tubuh akan menyebabkan penderita
mengalami gangguan pada gambaran diri. Luka yang sukar sembuh, lamanya
perawatan, biaya perawatan yang mahal menyebabkan pasien mengalami
kecemasan dan gangguan peran pada keluarga
h. Pola peran hubungan
Luka gangren yang sukar sembuh dan berbau menyebabkan penderita malu
dan menarik diri dari pergaulan
i. Pola reproduksi seksual
Angiopati dapat terjadi pada sistem pembuluh darah di organ reproduksi
sehingga menyebabkan gangguan seksual. Adanya peradangan pada pada
daerah vagina, serta orgasme menurun dan terjadi impoten pada pria, selain itu
berisiko lebih tinggi terkena kanker prostat berhubungan dengan nefropati.
j. Pola mekanisme koping dan toleransi stress
Lamanya waktu perawatan, perjalanan penyakit kronik, perasaan tidak
berdaya karena ketergantungan menyebabkan reaksi psikologis yang negatif
seperti muda marah, kecemasan, dan lain-lain yang dapat menyebabkan
penderita tidak mampu menggunakan koping yang konstruktif atau adaptif.
k. Pola sistem kepercayaan
Adanya perubahan status kesehatan dan penurunan fungsi tubuh serta luka
pada kaki tidak menghambat penderita dalam melaksanakan ibadah tetapi
mempengaruhi pola ibadah penderita.
4) Pemeriksaan fisik
a. Status kesehatan umum
Meliputi keadaan penderita, kesadaran, suara bicara, tinggi badan, berat badan
dan tanda – tanda vital.
b. Kepala dan leher
Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah pembesaran pada leher, telinga
kadang-kadang berdenging, adakah gangguan pendengaran, lidah sering terasa
tebal, ludah menjadi lebih kental, gigi mudah goyah, gusi mudah bengkak dan
berdarah, apakah penglihatan kabur / ganda, diplopia, lensa mata keruh.
c. Status neurologis
Terjadi penurunan sensoris, parasthesia, anastesia, letargi, mengantuk, reflek
lambat, kacau mental, disorientasi.
d. Sistem integumen
Turgor kulit menurun, adanya luka atau warna kehitaman bekas luka,
kelembaban dan shu kulit di daerah sekitar ulkus dan gangren, kemerahan
pada kulit sekitar luka, tekstur rambut dan kuku.
e. Sistem pernafasan
Adakah sesak nafas, batuk, sputum, nyeri dada. Pada penderita DM mudah
terjadi infeksi.
f. Sistem kardiovaskuler
Perfusi jaringan menurun, nadi perifer lemah atau berkurang, takikardi atau
bradikardi, hipertensi atau hipotensi, aritmia, kardiomegalis.
g. Sistem gastrointestinal
Terdapat polifagi, polidipsi, mual, muntah, diare, konstipasi, dehidrasI,
perubahan berat badan, peningkatan lingkar abdomen, obesitas.
h. Sistem urinari
Poliuri, retensio urine, inkontinensia urine, rasa panas atau sakit saat
berkemih.
i. Sistem muskuloskeletal
Penyebaran lemak, penyebaran masa otot, perubahan tinggi badan, cepat lelah,
lemah dan nyeri, adanya gangren di ekstrimitas.
2. Diagnosa keperawatan
1) Hipovolemia berhubungan dengan diuresis osmotik ditandai poliuri
2) Defisit nutrisi berhubungan dengan penurunan masukan oral ditandai dengan
penurunan berat badan
3) Nyeri akut berhubungan dengan iskemik jaringan ditandai dengan melaporkan
nyeri secara verbal, sikap melindungi area nyeri
4) Perfusi jaringan perifer tidak efektif berhubungan dengan hipovolemia, penyakit
diabetes melitus ditandai dengan suplai darah ke kapiler menurun
5) Ketidakstabilan kadar gula darah berhubungan dengan defisiensi insulin, kurang
menejemen diabetes
6) Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan ditandai dengan pasieng
menyatakan merasa lemah, letih
7) Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan retinopati diabetik ditandai
dengan gangguan penglihatan
8) Gangguan integritas kulit berhubungan dengan gangguan permukaan kulit
(epidermis) yang ditandai dengan kulit kering dan pecah
9) Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi mengenai
penyakitnya ditandai demgan pasien bertanya mengenai penyakit yang diderita
10) Resiko infeksi berhubungan dengan penyakit kronis (diabetes melitus)
3. Perencanaan
4. Implementasi
Implementasi dilakukan sesuai dengan intervensi yang telah dibuat
5. Evaluasi
Evaluasi dilakukan berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya
dalam perencanaan, membandingkan hsil tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya dan menilai efektivitas
proses keperawatan mulai dari pengkajian, perencanaan, dan pelaksanaan.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddart. 2013. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 12. EGC: Jakarta.
Price & Wilson.2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta: EGC.
Suyono, S. 1996. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid I, Ed.3. Balai Penerbit FKUI: Jakarta.
Sujono & Sukarmin.2008. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Eksokrin &
Endokrin pada Pankreas. Yogyakarta: Graha Ilmu.