Anda di halaman 1dari 21

BAB III

PELAKSANAAN PEKERJAAN

3.1. Penentuan Lokasi Pengukuran


Telah diuraikan pada bab sebelumnya bahwa lokasi pengukuran untuk desain bendung
Plesungan berada di Sungai Dero, membujur dari awal ruas sungai yang diukur di
bagian hulu berada di Dusun Sukowiyono 2, Desa Sukowiyono hingga akhir ruas
sungai di bagian hilir berada di Dusun Tungkulrejo, Desa Tungkulrejo. Sedangkan
lokasi bendung berada di Dusun Plesungan, Desa Sukowiyono. Seluruh lokasi
pengukuran masuk ke dalam wilayah Desa Sukowiyono, Kec. Padas, Kab. Ngawi.
Ruas sungai yang diukur ditinjau secara topografi berada di daerah yang relatif datar
berada ditengah perkampungan dengan kondisi di sisi kiri dan kanan didominasi kebun
jati dan pekarangan warga dengan tutupan lahan cukup rapat.
Bentuk sungai terdiri dari tikungan-tikungan tajam yang banyak ditumbuhi rumpun
bambu.
Hasil survey pendahuluan diplot ke dalam peta foto ditampilkan pada Gambar 3.1
berikut.

Gambar 3.1. Hasil Survey Pendahuluan

Kegiatan pada survey pendahuluan yang utama adalah pemasangan patok kayu yang
akan difungsikan sebagai patok cross section (CS) sekaligus sebagai patok ikatan jalur
poligon.

Laporan Pengukuran Bab 3 - 1


Pada Gambar 3.1 tampak bahwa bentuk topografi ruas sungai obyek pengukuran
banyak terdapat kelokan dan berada di tengah perkampungan warga.
Hasil plot tersebut selanjutnya digunakan sebagai peta kerja sekaligus sebagai pemandu
kegiatan pengukuran.
Peta kerja berupa peta foto hasil cropping dari Google Earth yang telah direktifikasi.
Proses cropping menggunakan software SAS.Planet.Nightly versi 160707. Kemudian
proses rektifikasi menggunakan software GlobalMapper versi 12. Sehingga foto udara
tersebut telah terikat dengan koordinat bumi (geotagging). Foto udara ini dapat
digunakan sebagai penentuan asimut pendekatan apabila terpaksa harus menentukan
asimut suatu titik dari titik tertentu. Dan fungsi lain adalah untuk mengetahui sampai
sejauh mana penyimpangan hasil pengukuran di lapangan dengan koordinat foto jika
foto udara tersebut digunakan sebagai bahan komparasi.

3.2. Pemasangan Patok

a. Patok BM dan CP
Pemasangan patok disini meliputi pekerjaan pemasangan patok kayu serta patok
beton Bench Mark (BM) dan Control Point (CP). Hasil dari pekerjaan pemasangan
patok adalah distribusi patok kayu sepanjang ruas sungai dengan jarak 50 m untuk
posisi cross section (CS). Apabila diperlukan jarak diperpendek menjadi 25 m untuk
daerah tikungan. Semua itu tergantung pada kondisi lapangan. Adapun patok BM dalam
pekerjaan ini dipasang di awal lokasi, lokasi bendung, dan di akhir lokasi. Setiap patok
BM akan berpasangan dengan patok CP yang berfungsi sebagai backsight. Patok
backsight dipasang dengan jarak kurang lebih 50 m dan saling terlihat.

Gambar 3.2. Salah satu contoh BM dan pasangannya sebagai patok backsight

Laporan Pengukuran Bab 3 - 2


Patok BM dan CP berfungsi sebagai referensi pada pengukuran dimasa yang akan
datang. Untuk ini perlu adanya pemeliharaan agar dapat digunakan dalam jangka
panjang.

Setiap pasangan BM dan CP mempunyai nomenklatur bersesuaian. Contoh : BM


01A akan berpasangan dengan CP BM 01A. Patok dengan nomenklatur CP BM
disebut sebagai patok backsight dari patok BM pasangannya.

Sesuai dengan fungsinya setiap patok BM dan CP pasangannya didokumentasikan.


Patok beton BM dan CP berfungsi sebagai titik kontrol pengukuran dalam
pekerjaan ini terdistribusi sebagai berikut :
a. Tugu BM terpasang di sisi kanan sungai yang terdistribusi di awal ruas
pengukuran dengan jarak 2 km ke arah hulu dari Bendung Plesungan
dipasang BM 01A, ditengah ruas pengukuran yaitu area Bendung Plesungan
dipasang BM 0, kemudian di akhir ruas pengukuran dengan jarak 2 km ke
arah hilir dari bendung dipasang BM 01B.

b. Pemasangan Patok CP.


Patok CP terdiri dari 2 jenis patok berdasarkan fungsinya yaitu :

- Patok CP berfungsi sebagai backsight. Patok CP ini terpasang di sekitar


patok BM dengan jarak kurang lebih 50 m dan diantara keduanya harus
saling terlihat. (contoh : CPBM 01A berarti pasangan dari patok BM 01A).
- Patok CP berfungsi sebagai kontrol pengukuran (Control Point).
Patok ini dipasang setiap jarak 500 m di sisi kanan sungai dan berfungsi
sebagai patok ikatan pengukuran sungai tetapi bukan sebagai referensi
utama. Patok ini mempunyai nomenklatur mengikuti nomor BM
sebelumnya. Contoh : setelah BM 2, maka pada jarak kurang lebih 500 m
akan terdapat patok CP dengan nomor CP 2 demikian seterusnya. (contoh :
patok CP 1A, CP 2A, dst).
Sehingga sepanjang ruas pengukuran ini terdistribusi sebanyak 6 buah yang
terdiri dari 3 buah didistribusikan ke arah hulu serta sisanya kearah hilir.

Sebagai titik kontrol pengukuran, maka setiap tugu BM dan patok CP dilengkapi
dengan deskripsi. Deskripsi memberikan informasi yang berkaitan dengan posisi
dan alamat patok yang bersangkutan. Dalam deskripsi dilengkapi pula dengan
sketsa lokasi disertai foto. Deskripsi memudahkan pencarian jika sewaktu-waktu
diperlukan.
Patok CP yang dipasang diantara dua tugu BM tidak mempunyai pasangan, dan
patok ini hanya berfungsi sebagai titik ikat akhir pada pengukuran poligon (patok

Laporan Pengukuran Bab 3 - 3


kontrol pengukuran). Pendefinisian koordinat patok-patok ini melalui pengukuran
poligon metode terbuka terikat sempurna dengan koordinat awal dan akhir hasil
pengamatan dengan GPS geodetik.
Patok BM dan CP dipasang sebelum pengukuran dimulai sehingga alat ukur dapat
dikondisikan langsung di atas patok tersebut tanpa melalui titik ikat bantuan (Titik
Bantu BM atau CP).

b. Patok Kayu (Patok Cross Section)

Patok kayu adalah patok ikatan terbuat dari kayu usuk ukuran 5/4 yang berfungsi
sebagai titik ikatan pengukuran detil cross section yang dipasang setiap jarak 50 m
di sepanjang sungai. Pada daerah tikungan sungai dipasang setiap jarak 25 m.
Penempatan kurang lebih berjarak 5 m dari tebing sungai dan berpasangan dengan
patok CS yang bersesuian yang ditempatkan diseberang sungai serta keduanya
harus saling terlihat. Garis hubung antara dua patok harus tegak lurus arah aliran.

Penomoran patok CS mengikuti nomor urut patok ikatan BM atau CP sebelumnya


ditambah nomor urut patok tersebut. Contoh : patok CS dipasang di urutan ke 3
dari BM2 dan terletak di sisi kanan sungai, maka nomor patok tersebut adalah
“BM2/3 Ka“, begitu juga untuk pasangannya di sisi seberang sungai. Contoh patok
kayu (patok CS) seperti dalam Gambar 3.3.

Gambar 3.3. Patok kayu sebagai referensi pengukuran cross section

3.3. Pendefinisian Koordinat Titik Referensi Pengukuran


Kegiatan pengukuran topografi terdiri dari pengukuran planimetris yang mengacu pada
Jaringan Kerangka Horisontal (JKH) dan pengukuran tinggi yang mengacu pada
Jaringan Kerangka Vertikal (JKV).
a. Referensi Planimetris

Laporan Pengukuran Bab 3 - 4


Referensi planimetris adalah koordinat titik ikat yang didefinisikan pada suatu
tugu/patok yang dipasang dengan aturan tertentu dengan nilai ditentukan dengan
melakukan pengukuran terhadap suatu acuan tertentu menggunakan metode
poligon atau mengacu pada posisi tertentu dari satelit. Satelit yang digunakan
pada umumnya adalah GPS. Pada pekerjaan ini pengamatan secara diferensial
dilakukan di tugu BSP/0 yang ditentukan sebagai base station, selanjutnya
sebagai rover adalah patok-patok BM dan CP yang dipasang sebagai patok ikatan
pengukuran sungai (misal : GBM1A sd. GBM1B), demikian halnya dengan
patok-patok backsight.

Gambar 3.4. Patok BSP/0 sebagai base station pengamatan GPS

Patok GPS base station dipasang di seberang lokasi basecamp tim pengukuran
dengan posisi yang stabil dan diperkirakan tidak hilang selama pengukuran
berlangsung. Koordinat hasil proses hitungan BSP/0 adalah :

X = + 560238,731 m ; Y = + 9176718,569 m ; Z (elipsiod) = + 95,307 m

Penomoran identitas patok GPS selain patok base station adalah dengan
memberikan kode G di awal identitas patok. Misalnya patok bantu pengamatan
GPS untuk BM01A diberi identitas GBM01A yang menandakan bahwa patok
tersebut adalah patok bantu ikatan GPS geodetik.

Metode perhitungan datanya dilakukan secara post processing menggunakan


software yang diterbitkan oleh pembuat perangkat tersebut dengan waktu epoch
90 menit. Koordinat yang diperoleh dari hasil pengamatan GPS tersebut
digunakan sebagai titik ikatan dalam penentuan koordinat patok sungai dalam
pengukuran poligon. Pengukuran poligon menggunakan metode pengikatan
terbuka sempurna dengan titik ikat GPS pada kedua ujung poligon.

Laporan Pengukuran Bab 3 - 5


Sebagai penentuan asimut awal pengukuran ruas sungai digunakan titik hasil
pengamatan GPS di GBM1A dan backsight GCP1A. Sehingga pendefinisian
titik-titik ikat dapat terkoreksi dengan sempurna.

Gambar 3.5. Patok GBM1A dan GCPBM1A adalah patok GPS Geodetik juga berfungsi
untuk penentuan azimut
Koordinat patok bantu GPS hasil pendefinisian dengan pengamatan posisi satelit
(akuisisi data satelit) yang telah dikonversi dalam sistem proyeksi UTM
disajikan dalam Tabel 3.1 berikut.

Tabel 3.1. Koordinat Patok Bantu Hasil Pengamatan GPS Geodetik

Koordinat
Identitas Patok
X (Easting) Y (Northing)

BSP/0 (base) + 560238,731 m + 9176718,569 m

GBM / 1A + 560052,196 m + 9176212,740 m

GCPBM / 1A + 560048,779 m + 9176202,457 m

GBM / 0 (Bendung) + 559204,715 m + 9175279,219 m

CPBM / 0 (Bendung) + 559199,955 m +9175287,216 m

GBM / 1B + 558481,008 m + 9174397,773 m

GCPBM /1B + 558472,719 m + 9174413,955 m

Mengingat posisi semua BM dan CP mempunyai nilai obstruksi dan adanya


multipath yang tidak memungkinkan untuk dilakukan pengamatan GPS geodetik,
maka perlu dibuat posisi bantuan yang dipandang cukup baik untuk dilakukan
pengamatan. Oleh karena itu dibuatkan patok sementara yang terbuat dari kayu.

Laporan Pengukuran Bab 3 - 6


Selanjutnya segera dilakukan pengikatan ke tugu BM dan CP Backsight yang
permanen.
Jumlah seluruh patok ukur yang dipasang di ruas pekerjaan sebanyak 3 buah
tugu BM beserta pasangannya dan 6 buah patok CP. Distribusi tugu BM dan CP
disajikan pada gambar skema berikut.

Gambar 3.6. Skema Distribusi Patok Ukur

b. Referensi Tinggi
Referensi pengukuran tinggi (elevasi z) pada pekerjaan ini menggunakan tugu
BM nomor 01 yang terletak di sisi Timur bangunan intake Waduk Pondok.
Karena tidak diperoleh data terkait deskripsinya, maka nilai elevasinya adalah
lokal yang diperoleh dari hasil pengamatan GPS geodetik secara absolut.
Pencatatan data altitude (tinggi) sebanyak 5 data pengamatan dengan interval
waktu 1 menit.
Data yang diperoleh disajikan pada Tabel 3.2 berikut.

Tabel 3.2. Pencatatan Data Altitude GPS Geodetik interval waktu 1 menit.
Tinggi Pesawat
Detik GPS Nilai Elevasi di atas
No. Bacaan Altitude
Ke BM 01
Nilai Rata-rata

1 60 + 134,181 m 1,300 m + 132,647 m


2 120 + 134,317 m + 1,300 m
3 180 + 133,899 m -
4 240 + 133,406 m + 132,647 m
+ 132,647 m
5 300 + 133,931 m

Laporan Pengukuran Bab 3 - 7


Gambar 3.7. Patok BM 01 di Waduk Pondok

3.4. Pelaksanaan Pekerjaan Pengukuran


Kegiatan penggambaran topografi adalah kegiatan menggambarkan permukaan bumi
dengan kaidah tertentu yang diawali dengan akuisisi data setiap obyek sesuai tujuan
pekerjaan (survei topografi) dan diakhiri dengan ploting data yang digambarkan
dalam bentuk simbol-simbol. Dalam pekerjaan hasil kegiatan ini adalah berupa data
pendukung untuk keperluan analisa dan desain pengendalian banjir.
Tahapan yang dilaksanakan adalah :

A. Pemasangan patok ukur.


- BM/CP dipasang di sepanjang ruas pekerjaan pengukuran sungai. BM dan
pasangannya dipasang di awal ruas yaitu bagian hulu ruas pekerjaan, di
tengah ruas dalam hal ini lokasi bendung, dan di akhir ruas yaitu hilir ruas
pekerjaan. Tatacara pemasangan BM dan pasangannya telah disampaikan
pada subbab terdahulu.
- Jumlah tugu BM dan pasangannya sesuai dengan jumlah patok bantu
pengamatan GPS seperti disajikan pada Tabel 3.1.
Jarak antara titik bantu pengamatan GPS dengan BM/CP yang permanen
kurang lebih 25 m sd. 40 m.
- Pemasangan patok kayu sebagai referensi cross section diletakkan setiap jarak
kurang lebih 50 m dan akan ditambah pada bagian tikungan sungai dengan
jarak kurang lebih 25 m.
Jumlah patok kayu terpasang kurang lebih 85 buah.
Penomoran patok kayu sesuai dengan patok tetap acuannya.
Contoh :

Laporan Pengukuran Bab 3 - 8


Jika patok kayu diukur jaraknya dari BM 1, maka penomorannya menjadi
BM1/(nomor patok). Apabila patok nomor 3 dari BM 1 maka BM1/3
demikian seterusnya.

B. Pengukuran Trase Sungai.


Pengukuran trase terdiri dari pendefinisian patok tetap dengan pengamatan satelit
GPS metode post processing, pengukuran poligon, pengukuran waterpas, dan
pengukuran situasi.

B. 1. Pendefinisian Patok Tetap Dengan Pengamatan GPS Geodetik.


Pengamatan GPS adalah pelaksanaan pengamatan posisi satelit secara reseksi
untuk menentukan posisi suatu titik di permukaan bumi. Dalam pekerjaan ini
pengamatan satelit dilaksanakan secara statik relatif dengan koordinat lokal
hasil pengamatan pada PSP/0 dalam waktu epoch lebih lama kurang lebih 5
jam. Pengamatan dilakukan menggunakan 2 unit receiver, salah satunya
difungsikan sebagai base station yang ditempatkan di BSP/0. Dua unit lainnya
difungsikan sebagai rover. Artinya dua unit rover diposisikan satu unit di atas
patok BM dan yang lain di pasangannya.
Karena jarak antara base station dan rover masih di dalam range jarak yang
ditetapkan oleh alat, maka untuk seluruh patok BM dan pasangannya dapat
menggunakan base station yang sama dan dilaksanakan pada hari yang sama.
Perlu diketahui bahwa pemasangan (positioning) base station hari paling tidak
1 jam lebih dulu agar diperoleh data akuisisi yang lebih banyak dan lebih
akurat.
Pengamatan GPS Geodetik diawali dengan mengkondisikan perangkat GPS
di atas tugu/patok yang akan ditentukan koordinatnya (Gambar 3.8).

Gambar 3.8. Mengkondisikan receiver GPS di atas patok BM (Ilustrasi)

Laporan Pengukuran Bab 3 - 9


Cara dan metode yang sama dilakukan terhadap semua patok BM dan patok
CP yang akan ditentukan koordinat definitifnya. Telah di uraikan pada subbab
sebelumnya bahwa jika pada kondisi tertentu sudut obstraksi dan adanya
pengaruh multipath sehingga tidak memungkinkan untuk dilakukan
pengamatan, maka dapat dilakukan di atas “titik bantu” berupa patok kayu
yang ditempatkan sedemikian rupa sehingga syarat utama mendirikan
receiver terpenuhi. Patok bantu ini hanya bersifat sementara, selanjutnya
dilakukan pengukuran pengikatan dengan menggunakan Total Station secara
teliti.
Receiver yang digunakan dalam pengamatan ini adalah merek South tipe H-
68 seperti yang didokumentasikan pada Gambar 3.9.

Gambar 3.9. Receiver South H-68 yang digunakan untuk Pengamatan GPS

Setiap patok bantu GPS dilakukan pengamatan selama 90 menit.


Perhitungan langsung dilaksanakan pada malam hari di hari yang sama
setelah dilakukan download data dari perangkat GPS. Selanjutnya diproses
dengan South Post Processing Software yaitu software perhitungan yang
dibuat oleh South Corporation pabrik pembuat perangkat GPS dengan merek
South.
Hasil yang diperoleh dapat dilihat pada Tabel 3.1.

B. 2. Pengukuran Poligon.
Pengukuran poligon dilaksanakan dengan metode poligon terbuka terikat
sempurna. Setiap poligon kerangka direferensikan kepada patok-patok yang
telah terdefinisi dengan pengamatan GPS geodetik (Tabel 3.1). Pelaksanaan

Laporan Pengukuran Bab 3 - 10


pengukuran dipersyaratkan sesuai dengan petunjuk dalam KAK. Dalam
pekerjaan ini dibagi menjadi 3 jalur polygon utama.
- Jalur pertama adalah poligon tertutup yaitu : jalur PBM1A sd. CP2A dan
kembali ke GBM1A.
- Jalur kedua adalah CP2A sd. BM/0 di bendung
- Jalur ketiga adalah BM/0 sd. BM/01B
Patok-patok titik ikat yang didefinisikan melalui pengukuran poligon, sebagai
koordinat awal dan akhir poligon adalah titik bantu hasil pengamatan GPS
geodetik seperti disajikan dalam Tabel 3.1.
Hitungan data pengukuran poligon mengikuti cara Bowdith. Hasil
perhitungan poligon disajikan dalam Lampiran laporan ini yang berjudul :
Hitungan Koordinat Metode Pengukuran Poligon.
Koordinat patok ikatan hasil pendefinisian melalui pengukuran poligon
disajikan pada Tabel 3.3.
Tabel 3.3. Koordinat Patok Ikatan Hasil Pengukuran Metode Poligon

No. Nama Patok Koordinat


X Y Elevasi (Z)

1. BM/01A + 560068,391 m + 9176220,871 m + 84.654 m

2. CPBM01A + 560100,923 m + 9176218,849 m + 84,710 m

3. CP 2A + 559817,946 M + 9176153,910 m + 83,955 m

4. CP1A + 559518,335 m + 9175916,904 m + 83,073 m

5. CP 0A + 559409,326 m + 9175593,003 m + 82,210 m

6. BM/0 + 559165,748 m + 9175295,274 m + 81,167 m

7. CPBM/0 + 559148,171 m + 9175293,856 m + 81,082 m

8. CP 0B + 558887,555 m + 9174998,838 m + 78,851 m

9. CP 1B + 558611,379 m + 9174758,042 m + 78.869 m

10. CP 2B + 558561,561 m + 9174465,836 m + 78,007 m

11. BM/01B + 558479,065 m + 9174382,343 m + 77,584 m

12. CPBM/01B + 558434,622 m + 9174327,398 m + 77,289 m

B. 3. Pengukuran Waterpas.

Laporan Pengukuran Bab 3 - 11


Pengukuran waterpas dilakukan pergi pulang dengan ketentuan sebagaimana
diatur dalam KAK. Pengukuran dilakukan terhadap semua patok ukur BM,
CP, dan patok kayu. Alat ukur yang dipakai adalah automatic levelling WILD
NA 2.
Sebagai referensi elevasi adalah BM 01 di Waduk Pondok seperti yang telah
diuraikan pada subbab sebelumnya.
Skema pengukuran waterpas beikut pengikatannya adalah sebagai berikut :

Laporan Pengukuran Bab 3 - 12


Gambar 3.10. Skema pengukuran waterpas dengan pengikatan ke BM 01 Waduk Pondok

Laporan Pengukuran Bab 3 - 13


B. 4. Pengukuran Situasi
Pengukuran situasi sungai dilaksanakan dengan metode tachimetri dengan 2
(dua) cara pengambilan data.
- Cara Radial : Pengambilan data dengan menempatkan alat ukur pada
satu titik yang terletak di tengah area pengukuran kemudian dilakukan
pembidikan terhadap obyek-obyek disekitarnya secara berputar hingga
semua obyek target tercatat/terdata. Cara ini dilakukan pada daerah-
daerah yang ditetapkan sebagai lokasi khusus, yaitu lokasi yang menjadi
obyek desain. Sebagai contoh: lokasi tebing longsor yang perlu
diperbaiki yaitu di sepanjang ruas sungai utama dan lokasi muara anak
sungai yang akan dibuat pintu air yaitu muara Kali Janggranan. Hasil
plot titik-titik detil dengan cara ini tersebar membentuk formasi luasan.
- Cara Memanjang : pengambilan data dengan cara menempatkan alat
ukur pada suatu titik tertentu kemudian dilakukan arah pembidikan
membentuk garis lurus ke arah target pada obyek bentukan fisik
permukaan bumi yang akan dilakukan pengukuran penampangnya. Cara
ini dilakukan untuk membuat penampang melintang sungai (cross
section). Formasi membentuk garis lurus harus tegak lurus arah aliran
sungai. Hasil plot titik-titik detil dengan cara ini membentuk formasi
memanjang. Cara ini dilakukan di sepanjang ruas sungai untuk
mendapatkan data cross section sebagai data dalam perhitungan HE-
CRAS dan membentuk alur sungai utama secara umum.
Pengukuran cross section sungai dengan koridor 50 sd. 100 m dari tebing kiri
dan kanan atau pengukuran berhenti jika berbatasan dengan bangunan rumah,
jalan, atau tanggul sungai.
Pada bagian yang lokasi khusus seperti lokasi area bendung, bangunan air,
atau saluran-saluran drainase, dilakukan pengukuran secara detil dengan cara
radial dengan kerapatan spotheight sesuai dengan skala gambar desainnya 1:
200. Atau jarak antar spotheight kurang lebih 20 sd. 30 m.

C. Perhitungan Data Ukur.


Pengukuran situasi menggunakan alat ukur Total Station merek FOIF OTS-
650 R300 dengan menggunakan fasilitas data recording. Akuisisi koordinat
target/obyek langsung direcord. Dengan demikian surveyor hanya membuat
sketsa pengukuran dengan nomor target sesuai dengan nomor yang tersimpan
dalam alat. Sehingga pihak surveyor dan operator harus sering malakukan
sinkronisasi penomoran target.

Laporan Pengukuran Bab 3 - 14


Perhitungan data situasi dilaksanakan secara langsung setelah raw data
diperoleh. Download data dilaksanakan setelah pengukuran selesai pada hari
itu juga. Hasil yang diperoleh berupa data koordinat titik-titik detil kemudian
penyesuaian elevasi tempat berdirinya alat dengan data elevasi hasil
pengukuran waterpas. Setelah lengkap dilakukan ploting data dengan bantuan
Program Excell yang dibuat sedemikian rupa sehingga dapat diplotkan di
Program Grafis AutoCad.
Contoh raw data yang didownload dari Total Station FOIF OTS655-R300
hasil pengukuran di patok BM/0 sekitar bendung seperti yang disajikan pada
Gambar 3.13.

Gambar 3.11. Raw data hasil recording Total Station FOIF OTS655-R300

Laporan Pengukuran Bab 3 - 15


Raw data tersebut diolah dengan software FOIF Exchange agar dapat dibaca oleh
program Excell. Tampilan Foif Exchange seperti pada Gambar 3.14.

Gambar 3.12. Tampilan Foif Tampilan Foif Exchange dengan raw data yang akan
diolah

Seluruh raw data akan dikumpulkan dalam satu folder CD dan diserahkan pada
direksi pekerjaan dengan disertakan software perangkatnya. Hasil pengolahan
software perangkat Total Station berupa data dalam format excel yang sudah
dapat diplotkan langsung ke program CAD. Hasil proses akan dicetak dan dijilid
dalam satu bendel kemudian nanti akan diserahkan pada direksi pekerjaan.
Tampilan hasil pengolahan raw data dalam format Excell seperti pada Gambar
3.12.

Laporan Pengukuran Bab 3 - 16


Gambar 3.13. Tampilan hasil pengolahan raw data dengan software perangkat
Total Station
Data tersebut kemudian diplotkan dengan program ploting ke dalam program
grafis AutoCAD untuk dilakukan proses selanjutnya.

3.5. Pelaksanaan Penggambaran (Kartografi)


Kegiatan penggambaran merupakan tindak lanjut pekerjaan survey topografi. Dalam
tahapan ini dilakukan penggambaran hasil ploting titik-titik detil sesuai dengan sketsa
lapangan yang dibuat oleh surveyor.
Sesuai dengan sketsa yang dibuat, titik-titik detil yang ada dihubungkan sedemikian
rupa mengikuti petunjuk sketsa. Ahli peta harus dapat menggambarkan bentuk-bentuk
obyek lapangan secara pendekatan. Bila diperlukan ketika survei dibuat foto
dokumentasi tentang obyek gambar, sehingga dapat membantu mengingatkan kondisi
lapangannya. Ketrampilan ini sangat diperlukan saat pelaksanaan pembuatan garis
kontur. Perlu diingat bahwa garis kontur dapat mewakili bentuk permukaan bumi.
Hasil proses ini adalah gambar situasi yang menyajikan simbol-simbol bentukan
permukaan bumi. Simbol-simbol ini berupa garis kontur, titik tinggi (spotheight),
garis bentukan tebing sungai/saluran dan bangunan-bangunan lain yang diwakilinya.
Penggambaran situasi dilakukan secara bertahap, diawali dengan penggambaran dari
lokasi hulu hingga ke hilir.
Hasil akhir dari seluruh rangkaian tahapan dan proses berupa layout seperti pada
Gambar 3.13 berikut.

Laporan Pengukuran Bab 3 - 17


Gambar 3.14. Layout hasil proses kartografi

Laporan Pengukuran Bab 3 - 18


Dari data hitungan situasi, poligon dan waterpas dibuat gambar penampang
memanjang (long section) dan penampang melintang (cross section).
Ketentuan penetapan lokasi potongan melintang dan memanjang telah diatur dalam
KAK.
Salah satu hasil proses pembuatan gambar long section pada pekerjaan ini seperti
pada Gambar 3.14, sedangkan gambar cross section seperti pada Gambar 3.15.

Laporan Pengukuran Bab 3 - 19


Gambar 3.15. Salah satu hasil proses penggambaran long section di ruas PBM1A sd. CP0A/2

Laporan Pengukuran Bab 3 - 20


Gambar 3.16. Salah satu hasil proses penggambaran cross section di patok PBM1A dan TB/1

Laporan Pengukuran Bab 3 - 21

Anda mungkin juga menyukai