Anda di halaman 1dari 2

Nama : Alifia Ainun Rizky

NIM : 20915039

Kelas : A

1. Kepemimpinan moral berarti menjalankan fungsi dan peran kepemimpinannya dengan


mengtumakan moral, artinya memberikan tempat tertinggi bagi orang lain yang
dilayaninya yang dikenal dengan servant leadership. Kamanjaya, Supartha, dan Dewi
(2017) mengemukakan bahwa servant leadership merupakan salah satu gaya
kepemimpinan yang berprioritas pada pelayanan dalam artian berfokus pada pemberian
pelayanan kepada individu lain dengan bersinergi kepada bawahan dalam bekerja. Spear
(Iswanto, 2017) mengemukakan bahwa terdapat sepuluh karakteristik pemimpin menurut
servant leadership, yaitu: mendengarkan, empati, penyembuhan, kesadaran, persuasi,
konseptualisasi, pandangan ke depan, pelayanan, komitmen terhadap pertumbuhan orang,
dan pembangunan komunitas. Mendengarkan yaitu pemimpin harus mau mendengarkan
orang lain termasuk bawahannya. Empati yaitu pemimpin mau untuk berhubungan dan
memahami orang lain. Penyembuhan yaitu pemimpin memiliki keahlian untuk mengobati
luka hati pengikutnya. Kesadaran yaitu terkait pemimpin yang mengetahui potensi
konflik dan menghindarinya. Persuasi yaitu terkait pemimpin yang mampu meyakinkan
orang lain tanpa paksaan. Konseptualisasi yaitu Kemampuan melihat suatu masalah dari
perspektif konseptualisasi berarti bahwa orang harus berpikir melampaui realita sehari-
hari. Pandangan kedepan menjelaskan pentingnya pemahaman masa lalu dan
menjadikannya pelajaran untuk kedepannya. Pelayanan menjelaskan tanggungjawab
terhadap kegagalan organisasi. Komitmen terhadap pertumbuhan orang yaitu
menunjukkan pemimpin yang mengerti tanggung jawab dan delegasinya. Pembangunan
komunitas berkaitan ruang lingkup kepemimpinan tidak hanya dalam institusi namun
juga disekitarnya.
2. Suharnomo (2004) mengemukakan bahwa terori traits beranggapan bahwa pemimpin itu
dilahirkan bukan diciptakan, dimana ketika seseorang lahir ia akan membawa sifat-sifat
yang ditakdirkan menjadi seorang pemimpin. Terdapat empat ciri utama dianggap
berpengaruh terhadap kesuksesan pemimpin, yaitu kecerdasan, kedewasaan social dan
hubungan social yang luas, motivasi diri atau dorongan berprestasi, dan sikap-sikap
hubungan manusiawi. Kelemahan trait theory, yaitu karena focus teori ini adalah karakter
dari pemimpin, teori ini mengabaikan hal-hal yang menjadi betuhan anggota atau bawahan.
3. Makruf (2017) mengemukakan bahwa kepemimpinan profetik merupakan gabungan dari dua
defenisi yang bisa diartikan ke dalam beberapa terminologi. Pertama, kepemimpinan profetik
mempunyai dimensi yang sama dengan kepemimpinan pada umumnya. Kepemimpinan di
identikkan dengan kemampuan dalam mendorong dan memimpin anggota dalam mewujudkan
visi bersama. Kedua, dimensi profetik menjadi poin penting, maka kepemimpinan harus di
dasarkan pada sifat dan karakter seorang nabi, setidaknya bisa disamakan dengan upaya
mewujudkan visi dan misi kenabian. Urgensi dari kepemimpinan profetik yaitu karena
berlandaskan sifat kepemimpinan Rasulullah, yaitu shidiq, tabligh, amanah, dan fathanah dimana
disebutkan ketika pemimpin mencontoh kempat sifat tersebut akanmenghantarkan kepada
keberhasilan dalam kehidupan.
4. Efektivitas pemimpin bergantung pada seberapa tepat gaya kepemimpinan yang digunakan
dengan situasi di mana mereka beroperasi.

Referensi:

Iswanto, Y. (2017). Kepemimpinan pelayan era modern. Journal Administrasi Kantor,


5(2), 157-172.

Kamanjaya, I. G. H., Supartha, W. G., & Dewi, I. G. A. (2017). Pengaruh servant


leadership terhadap komitmen organisasional dan kinerja pergawai. E-Jurnal
Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana, 6(7), 2730-2760.

Makruf, S. A. (2017). Urgensi kepemimpinan profetik dalam mewujudkan masyarakat madani.


Jurnal Pendidikan Islam, 6(2), 242-254.

Suharnomo. (2004). Trait theory, persepsi kesempurnaan manusia dan krisis figure pemimpin:
Model subtitusi kepemimpinan sebagai alat alternative. Jurnal Studi Manajemen &
Organisasi, 1(1), 41-50.

Anda mungkin juga menyukai