Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kegiatan lokakarya identik dengan seminar atau diklat/ pelatihan yaitu suatu pertemuan
ilmiah untuk membahas masalah tertentu oleh para pakar dalam bidang tertentu pula,
Sumarno (2002). Dalam bidang pendidikan guru sebagai pelaku utama berada pada posisi
yang jarang terlibat dalam proses penyusunannya. Sehingga ibarat pahat hanya menunggu
ketokan palu. Hal ini sungguh tidak konstruktif apalagi di era MBS dan KTSP. Kadang-
kadang kita memerlukan pembinaan berulang kali dari suatu rencanan pelaksanaan program.
Kalau dilihat dari SDM, yang benar paham soal pembelajaran adalah praktisi pembelajaran
tetapi kadang perencanaannya pada tataran yang tidak equal dengan pembelajaran. Mereka
kadang juga berbiara teknis sedangkan yang lebih paham situasi di lapangan adalah guru itu
sendiri.
Lokakarya dalam tataran teknis membutuhkan kajian luas, bukan hanya teori dengan
melupakan situasi. Sehingga kita tidak usah heran program-program tertentu kadang
dihadang di perencanaan atau susah diterapkan, bukan berarti kita tidak mengerti tetapi lebih
kepada kegiatan tersebut kurang bermakna bagi kita. Sesuai teori kebermaknaan adalah
sesuatu itu akan bermakna jika pelaku perencana dan pelaksana ada pada tataran yang sama.
Sehingga kesan kontekstual akan sangat kental. Jangan salahkan guru jika tidak
membelajarkan siswa secara konstruktifkarna kita sendiri tidak pernah merasa dibelajarkan
dan membelajarkan diri tetapi hanya di ajar oleh berbagai penataran.
Perbedaan mendasar antara lokakarya dengan seminar hanya menekankan pada hasil
yang didapat dari lokakarya menjadi sebuah produk yang dapat digunakan peserta lokakarya
dalam proses pembelajaran di kelas. Sedangkan seperti seminar kali ini adalah hanya sebagai
pencetus ide yang jika tepat dapat ditindak lanjuti dan jika tidak dapat digunakan bahan
pemikiran dan acuan berfikir bagi kalangan pendidik di masa yang akan datang. Karna ada
kalanya suatu pemikiran yang baik membutuhkan momen yang tepat bagi pelaksanaannya.
Hal tersebut tergantung pada permasalahan yang ditimbulkan oleh pemikiran tersebut.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah dengan adanya lokakrya dapat meningkatkan kemampuan guru dan siswa
dalam dunia kewirausahaan ?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Mengetahui manfaat Lokakarya dalam meningkatkan kemampuan guru dan siswa
dalam dunia kewirausahaan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Lokakarya
Lokakarya adalah sebuah acara atau pertemuan yang dilakukan oleh para ahli di bidang
tertentu yang bertujuan untuk membahas suatu masalah yang terkait dengan keahlian
mereka, sekaligus untuk mencari solusi bagi permasalahan tersebut. Defines lokakarya bisa
saja dianggap sebagai sebuah pertemuan lmiah kecil yang dilakukan oleh beberapa orng ahli
di dalam bidang tertentu, yang mana kegiatan ini dapat dilakukan dalam kurun periode
tertentu. Di dalam pelaksanaannya lokakarya biasanya akan digelar di suatu tempat tertentu
yang yang kondusif dan tenang, sehingga para pesertanya dapat dapat focus dan
berkonsentrasi terhadap masalah yang sedang dibahas di dalam lokakarya tersebut.
Ada 3 hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan workshop/lokakarya, yaitu;
1. Topik pembahasan. Hal ini ditujukan agar kita dapat mencari narasumber yang tepat
dengan topik tersebut;
2. Tempat lokakarya. Sebelum kita memilih tempat lokakarya yang tepat, kita harus
mengetahui siapa saja peserta dari lokakarya tersebut. Dengan memilih tempat lokakarya yang
tepat, tentu akan tercipta suasana lokakarya yang nyaman bagi pesertanya;
3. Tata letak. Setelah memilih tempat yang nyaman, kita juga harus menentukan tata
letak/layout yang sesuai dengan jumlah peserta atau permintaan dari narasumber terkait. Tata
letak yang tidak nyaman bagi peserta yang hadir akan membuat proses lokakarya menjadi tidak
maksimal dalam pelaksanaannya. 

B. Ciri-Ciri Lokakarya
Berikut ini adalah beberapa ciri Lokakarya yang perlu kamu ketahui:

a. Membahas permasalahan tertentu yang berasal dari peserta Lokakarya.


b. Cara yang digunakan peserta Lokakarya untuk menyelesaikan masalah adalah dengan
bermusyawarah dan melakukan penyelidikan.
c. Setiap peserta diwajibkan untuk aktif saat berpartisipasi dalam kegiatan Lokakarya,
dengan cara memberi gagasan atau pendapat yang ia miliki, sehingga pada akhirnya mereka
bisa berdiskusi dan menentukan solusi terbaik atas permasalahan tersebut.
C. Tata Pelaksanaan Lokakarya
1. Untuk tujuan dilaksanakan kegiatan Lokakarya yang ingin dilakukan
2. Perumusan salah satu macam masalah pokok yang bahas Lokakarya
3. Hanya teknis pemecahan masalah yang selalu digunakan
4. Pengupasan pada kulit permasalahan hanya beberapa orang
5. Menjalankan aktivitas diskusi lainnya
6. Menentukan pemecahan masalah yang mau diambil

D. Jenis-jenis Lokakarya/Workshop
1. Jenis-Jenis Lokakarya Berdasarkan Sifatnya
Berdasarkan sifatnya, Lokakarya dibedakan menjadi dua jenis:
a. Lokakarya Mengikat
Hasil dari Lokakarya ini bisa mengikat seluruh peserta yang hadir di dalamnya.
Contoh dari Lokakarya mengikat adalah standarisasi ISO.
b. Lokakarya Tidak Mengikat
Hasil dari Lokakarya ini tidak bisa mengikat seluruh peserta yang hadir di dalamnya.
Peserta tidak diwajibkan untuk mengikuti hasil yang diperoleh dari Lokakarya
tersebut. Contoh Lokakarya tidak mengikat adalah Lokakarya mengenai zat kimia
yang terkandung dalam asap kendaraan.
2. Jenis-Jenis Lokakarya Berdasarkan Waktunya
Berdasarkan waktunya, Lokakarya dibagi menjadi dua jenis:
a. Lokakarya Beruntun
Lokakarya beruntun merupakan jenis workshop yang dilakukan selama periode waktu
tertentu. Misalnya dilakukan selama tiga hari berturut-turut.
b. Lokakarya Berkala
Lokakarya berkala merupakan jenis workshop yang dilakukan dalam jangka waktu
berkala seperti perminggu atau perbulan.

E. Kelebihan Lokakarya
1. Peserta Lokakarya memperoleh informasi atau keterangan teoritis yang mendalam
tentang permasalahan tertentu.
2. Peserta Lokakarya memperoleh berbagai petunjuk praktis guna melaksanakan
tugasnya.
3. Peserta Lokakarya dilatih untuk bersikap dan berpikir secara ilmiah.
4. Peserta Lokakarya dilatih agar mampu bekerjasama dengan orang lain.

F. Kekurangan Lokakarya
1. Membutuhkan persiapan yang relatif lama untuk melakukan sebuah Lokakarya.
2. Memerlukan banyak tenaga dan menghabiskan biaya yang cukup besar.
3. Jika Lokakarya dilaksanakan di suatu sekolah, biasanya hal ini akan mengganggu
guru dalam kegiatan belajar-mengajar siswa.
4. Bisa mengakibatkan perselisihan pendapat (pro dan kontra).

G. Fungsi Lokakarya
1. Sebagai salah satu wadah dalam membangun kebersamaan (membership), kemitraan
(partnership), dan kerjasama.
2. Media penyampaian masalah yang diharapi, mendiskusikan dan merumuskan metode
strategis, implementasi pemecahan masalah
3. Mensosialisasikan sebuah program

Secara teknis lokakarya tidak jauh berbeda dari seminar, perbedaannya terletak pada
hasil kegiatan dan teknis diskusinya. Kegiatan biasanya di awali dengan :
1. Identifikasi masalah yang mendesak untuk dicarikan jalan keluarnya, kalau di tingkat
gugus adalah menyelesaikan kurikulum (untuk KTSP menentukan indikator), menyusun
analisis kurikulum, menyusun program dan silabus dan RPP (kalau di sepakati ditingkat
gugus) oleh KKS atau KKG Pembentukan panitia, dapat diambil dari perwakilan masing-
masing sekolah atau dari pemandu-pemandu yang sudah ada di gugus tersebut oleh
pengurus gugus
2. Penyusunan jadwal oleh panitia seperti contoh table di atas
3. Panitia tersebut dapat digunakan seterusnya atau di rolling
4. Pemakalah adalah guru-guru dengan tema masalah yang dipermasalahkan dari suatu
mta pelajaran tertentu (sekai kegiatan dapat menampilkan beberapa pemakalah dengan
pemandu sebagai nara sumber).

H. Pengertian Kewirausahaan
Kewirausahaan adalah subjek lintas kurikuler. 'Lokakarya lintas kurikuler kerja
didaktik dan kerja tim' ada dalam program untuk gelar Sarjana Pendidikan Menengah.
Pendekatan ke jalur 'pembelajaran lintas kurikuler' adalah:
1. Menghasut untuk belajar' - input teoritis untuk pendidikan kewirausahaan.
2. Lokakarya didaktik (kelompok 6 siswa yang berbeda-beda).
3. Pelatihan lintas kurikulum.
Program ini mencakup proyek seperti di bawah ini.
Pada tahun kedua ada lokakarya lintas kurikuler di mana semua siswa disatukan
(ekonomi, sejarah, pendidikan jasmani, dll). Mereka kemudian dibagi menjadi
kelompok-kelompok 6 siswa spesialisasi campuran, oleh karena itu menekankan
pekerjaan interdisipliner. Mereka kemudian mengembangkan proyek Pendidikan untuk
Pembangunan Berkelanjutan (ESD - tujuan milenium). Hasil dari proyek disajikan pada
hari mentor kepada audiensi termasuk peserta dari sekolah menengah.
Pada tahun ke-3 siswa pelatihan lintas kurikuler menerapkan proyek yang telah
mereka kembangkan di sekolah menengah - mengubah abstrak menjadi praktik.
Kegiatan ini lebih lanjut mempromosikan persiapan guru untuk kewirausahaan
pendidikan dengan mengunjungi organisasi yang terlibat dalam berkelanjutan
pengembangan. Dengan mengundang orang yang terlibat dalam ESD, mereka membuat
Segitiga pengetahuan: sekolah-pekerjaan-perguruan tinggi. Kegiatan ini dapat dianggap
sebagai 'praktik yang baik' karena: Ini bersifat interdisipliner, kreatif dan wajib. Ini
memiliki produk yang mengimplementasikan pembelajaran siklus dan memungkinkan
interaksi dengan organisasi yang terlibat dalam ESD dan sekolah menengah.
Prasyarat untuk sukses `` Keterampilan pelatih guru: kompetensi dalam ESD (tujuan
milenium) dari mereka yang melatih guru baru. `` Visi dan misi yang jelas yang
harusdiikuti oleh semua guru ke dan berlaku.
Dampak Kegiatan ini dapat dirasakan oleh Guru, siswa, maupun praktisi antara lain:
1. Untuk guru: Guru yang terlibat dalam proyek mengembangkan keahlian dan system
berpikir. Guru tidak terlibat langsung (tetapi guru di sekolah departemen pendidikan
guru): menjadi sadar bahwa lintas kurikulum belajar (tentang keterampilan kerja) penting
untuk kurikulum dan mereka termotivasi untuk menjadi bagian dari 'komunitas' ini.
2. Untuk siswa : adalah mereka belajar satu sama lain; mereka menjadi sadar akan hal itu
mereka harus belajar lintas kurikulum; mereka mendapatkan persiapan yang baik untuk
pekerjaan selanjutnya (di mana mereka harus mempraktikkan pemikiran sistem);dan
mereka belajar untuk bekerja bersama.
3. Untuk Praktisi : memungkinkan untuk melihat beberapa praktik yang baik dalam lintas
kurikulum

I. Program bimbingan dalam universitas


Guru siswa berpartisipasi dalam kursus pelatihan (2-3 minggu) selama tahun
akademik. Mereka pergi kesekolah dan bekerjasama dengan guru dalam jabatan. Ini
adalah bagian dari persyaratan kurikulum mereka. Ini terdiri dari pembelajaran berbasis
sekolah, laporan kegiatan, dukungan guru in-service untuk membantu meningkatkan /
memecahkan masalah di masing-masing sekolah,
Hubungan bisnis untuk bekerja sama dalam proyek sekolah Kegiatan ini mempromosikan
persiapan guru untuk pendidikan kewirausahaan yaitu :
a. Bekerjasama dengan guru dan direktur sekolah
b. Belajar tentang masalah kehidupan nyata di sekolah dan semakin praktis pengetahuan
c. Menciptakan portofolio inovatif
J. Tujuan Program Pendidikan Kewirausahaan
Program pendidikan kewirausahaan di sekolah bertujuan untuk:
1. Memperkuat pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang berlaku
saat ini (the existing curriculum ) di setiap satuan pendidikan mulai dari pendidikan usia
dini sampai dengan sekolah menengah atas dan Pendidikan Nonformal (PNF) dengan
cara memperkuat metode pembelajaran dan mengintegrasikan pendidikan kewirausahaan.
2. Mengkaji Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan dan kurikulum mulai dari
pendidikan usia dini hingga pendidikan menengah atas serta pendidikan non formal
dalam rangka pemetaan ruang lingkup kompetensi lulusan yang terkait dengan
pendidikan kewirausahaan.
3. Merumuskan rancangan pendidikan kewirausahaan di setiap satuan pendidikan mulai dari
pendidikan usia dini hingga pendidikan menengah atas serta pendidikan non formal.
K. Hasil yang Diharapkan
Dari seluruh rangkaian proses penyusunan panduan pendidikan kewirausahaan diharapkan dapat
menghasilkan beberapa hal sebagai berikut:
1. Terwujudnya seperangkat pemetaan yang memuat nilai-nilai kewirausahaan dan indikator
keberhasilan kewirausahaan peserta didik pada setiap satuan pendidikan mulai dari
jenjang pendidikan usia dini hingga pendidikan menengah dan non formal.
2. Terwujutnya rancangan dan contoh pengintegrasian pendidikan kewirausahaan pada
setiap satuan pendidikan mulai dari jenjang pendidikan usia dini hingga pendidikan
menengah dan non formal.
3. Terwujutnya contoh silabus dan RPP yang terintegrasi dengan pendidikan
kewirausahaan.

L. Nilai-nilai Pokok dalam Pendidikan Kewirausahaan


Nilai-nilai yang dikembangkan dalam pendidikan kewirausahaan adalah pengembangan nilai-
nilai dari ciri-ciri seorang wirausaha. Menurut para ahli kewirausahaan, ada banyak nilai-nilai
kewirausahaan yang mestinya dimiliki oleh peserta didik maupun warga sekolah yang lain.
Namun, di dalam pengembangan model naskah akademik ini dipilih beberapa nilai-nilai
kewirausahaan yang dianggap paling pokok dan sesuai dengan tingkat perkembangan peserta
didik sebanyak 17 (tujuh belas) nilai. Beberapa nilai-nilai kewirausahaan beserta diskripnya yang
akan diintegrasikan melalui pendidikan kewirausahaan adalah sebagai berikut.
Tabel 1. Nilai-nilai dan Deskripsi Nilai Pendidikan Kewirausahaan
NILAI DESKRIPSI
1. Mandiri Sikap dan prilaku yang tidak mudah tergantung
pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-
tugas
2. Kreatif Berpikir dan melakukan sesuatu untuk
menghasilkan cara atau hasil berbeda dari
produk/jasa yang telah ada
3. Berani mengambil Resiko Kemampuan seseorang untuk menyukai
pekerjaan yang menantang, berani dan mampu
mengambil risiko kerja
4. Berorientasi pada tindakan Mengambil inisiatif untuk bertindak, dan
bukan menunggu, sebelum sebuah kejadian
yang tidak dikehendaki terjadi.
5. Kepemimpinan Sikap dan perilaku seseorang yang selalu
terbuka terhadap saran dan kritik, mudah
bergaul, bekerjasama, dan mengarahkan orang
lain.
6. Kerja Keras Sikap dan perilaku seseorang yang selalu
terbuka terhadap saran dan kritik, mudah
bergaul, bekerjasama, dan mengarahkan orang
lain.
7. Jujur Perilaku yang didasarkan pada upaya
menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu
dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan
pekerjaan.
8. Disiplin Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib
dan patuh pada berbagai ketentuan dan
peraturan.
9. Inovatif Kemampuan untuk menerapkan kreativitas
dalam rangka memecahkan persoalan-
persoalan dan peluang untuk meningkatkan
dan memperkaya kehidupan
10. Tanggung-jawab Sikap dan perilaku seseorang yang mau dan
mampu melaksanakan tugas dan kewajibannya
11. Kerja sama Perilaku yang didasarkan pada upaya
menjadikan dirinya mampu menjalin hubungan
dengan orang lain dalam melaksanakan
tindakan, dan pekerjaan.
12. Pantang menyerah (ulet) Sikap dan perilaku seseorang yang tidak
mudah menyerah untuk mencapai suatu tujuan
dengan berbagai alternative
13. Komitmen Kesepakatan mengenai sesuatu hal yang dibuat
oleh seseorang, baik terhadap dirinya sendiri
maupun orang lain.
14. Realistis Kemampuan menggunakan fakta/realita
sebagai landasan berpikir yang rasionil dalam
setiap pengambilan keputusan maupun
tindakan/perbuatannya
15. Rasa ingin tahu Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk
mengetahui secara mendalam dan luas dari apa
yang yang dipelajari, dilihat, dan didengar
16. Komunikatif Tindakan yang memperlihatkan rasa senang
berbicara, bergaul, dan bekerjasama dengan
orang lain
17. Motivasi kuat untuk sukses Sikap dan tindakan selalu mencari solusi
terbaik

M. Sikap dan tindakan selalu mencari solusi terbaik


Keberhasilan program pendidikan kewirausahaan dapat diketahui melalui pencapaian kriteria
oleh peserta didik, guru, dan kepala sekolah yang antara lain meliputi:
1. Peserta Didik a. Memiliki kemandirian yang tinggi b. Memiliki kreatifitas yang tinggi c.
Berani mengambil resiko d. Berorientasi pada tindakan e. Memiliki karakter kepemimpinan yang
tinggi f. Memiliki karakter pekerja keras g. Memahami konsep-konsep kewirausahaan h.
Memiliki keterampilan/skill berwirausaha di sekolahnya, khususnya mengenai kompetensi
kewirausahaan.
2. Kelas: a. Lingkungan kelas yang dihiasi dengan hasil kreatifitas peserta didik b. Pembelajaran
di kelas yang diwarnai dengan keaktifan peserta didik c. Lingkungan kelas yang mampu
menciptakan kebiasaan dan perilaku peserta didik yang sesuai dengan nilai-nilai kewirausahaan
yang diimplementasikan
3. Sekolah: a. Guru mampu memberikan keteladanan terhadap penanaman nilai-nilai
kewirausahaan kepada peserta didik terutama enam nilai pokok kewirausahaan b. Guru mampu
merancang pembelajaran yang terintegrasi nilai-nilai kewirausahaan c. Guru mampu memahami
konsep-konsep kewirausahaan d. Guru memiliki keterampilans/kill berwirausaha e. Kepala
sekolah mampu menciptakan kreativitas dan inovasi yang bermanfaat bagi pengembangan
sekolah/madrasah f. Kepala sekolah bekerja keras untuk mencapai keberhasilan
sekolah/madrasah sebagai organisasi pembelajaran yang efektif g. Kepala sekolah memiliki
motivasi yang kuat untuk mencapai kesuksesan dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi
sebagai kepala sekolah/madrasah h. Kepala sekolah pantang menyerah dan selalu mencari solusi
terbaik dalam menghadapi kendala sekolah/madrasah i. Kepala sekolah memiliki naluri
kewirausahaan sebagai sumber belajar peserta didik j. Kepala sekolah menjadi teladan bagi guru
dan peserta didik k. Lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan belajar yang bernuansa
nilai-nilai kewirausahaan yang diimplementasikan.

Anda mungkin juga menyukai