Anda di halaman 1dari 3

VAKSIN OH VAKSIN!

By : Selvia Susanti

Hari senin tanggal 11 Oktober 2021 di SMP Negeri 1 Toroh, lebih tepatnya sekolahanku. Akan
diadakan kegiatan vaksinasi. Vaksinasi dilakukan berurutan dari kelas 7A- 7I, dilanjut kelas 8A-8I, dan
baru kelas 9A-9I. Sebelum vaksinasi dimulai para siswa diberi kartu kendali, kemudian mengantri
untuk ditensi lalu divaksin atau disuntik. Pada waktu itu banyak terjadi hal-hal yang lucu saat vaksin di
sekolahan, waktu itu aku terkejut karena banyak temanku yang takut disuntik atau divaksin, karena
banyak yang menganggap bahwa suntik vaksin itu menyakitkan dan ini terjadi kepada temanku si
Indah. Saat itu dia terlihat ketakutan.
“Kamu kenapa, In?” tanyaku ke Indah.
“Aku takut kalau misalnya jarumnya tidak bisa dicabut lagi,” jawab Indah sabil gemeteran.
“Hahaha ....” Tawaku sambil terheran-heran.
Karena Indah adalah orang yang polos, terbersit dipikiranku untuk menjahilinya agar dia semakin
ketakutan.
“Bukanya harus nancep ya, In?” ucapku pada indah.
“Loh masa sih?" jawab Indah dengan raut wajah layaknya orang yang ketakutan.
“Lah ..., kalau gak nancep ntar nyuntiknya gimana?” jawabku sambil meledeknya.
“Ihhhhh, serius dong aku takut nih,” jawab Indah yang belum tersadar bahwa disuntik itu harus
ditancepin!
“Kamu sadar gak sih, kan kalau disuntik memang ditancepin,” jawabku sambil tertawa.
“O iya-ya,” jawab Indah yang ikut tertawa karena kepolosannya.
Tiba-tiba giliran Indah tiba dan pada saat itu juga, tanpa sadar Indah sudah tidak ketakutan lagi
karena ulahnya sendiri.
“Ternyata tidak seseram yang aku pikirkan, ya,” ucap Indah kepadaku.
“Gimana nancep kan,” Ledekku lagi.
Karena aku belum puas mengerjai Indah aku pun menakut nakutinya kembali kalau setelah divaksin
akan timbul efek yang berbahaya agar dia kembali ketakutan. Bukankah aku memang sudah jahil dari
awal?
“Indah kamu tau tidak sebenarnya kalau habis divaksin akan menimbulkan efek yang berbahaya loh,”
ucapku sambil pura-pura tegang.
“Masak sii …, terus aku harus gimana nih, Vi?” jawab Indah dengan raut wajah yang ketakutan.
“Aku tidak tahu, In. Mungkin ….”
“Mungkin apa, Vi.”
“Mungkin kamu bisa meninggal In.”
“Ya ampun, aku harus gimana ini.”
“Ya ampun kamu polos banget sih, dibohongi aja percaya hahaha .... Kalau setelah divaksin bisa
meninggal aku juga meninggal dong, kan aku juga habis divaksin” jawabku pada Indah.
“Oh iya juga ya, Vi, aku bodoh banget sih,” jawab Indah yang terkesan polos itu.
“Kita tidak boleh takut untuk divaksin, In. Karena dengan kita divaksin kita bisa meminimalisasi
dampak dari tertularnya penyakit Covid-19. Kan akhir-akhir ini banyak kasus yang terkena Covid-19,
karena bandel gak mau divaksin, nah kalau kita sudah punya proteksi diri dengan vaksin, setidaknya
antibodi dalam tubuh kita akan melawan balik virus tersebut,” ucapku pada Indah.
Ternyata kejadian-kejadian yang lucu tidak hanya terhenti di Indah saja, kejadian lainnya juga
menimpa kakak kelasku, Kak Farel namanya. Singkat cerita Kak Farel yang mengantre di samping kami
tidak mau untuk divaksin, sedangkan pada saat itu namanya sudah dipanggil berulang kali untuk maju
divaksin.

“Kak Farel, nama kakak sudah dipanggil berulang kali tuh, lebih baik Kak Farel segera ke depan,”
ucapku kepada Kak Farel.
“Aku tidak mau divaksin, Vi” jawab Kak Farel.
“Loh kenapa gak mau kak, divaksin kan tidak membuatmu mati,” ujarku pada Kak Farel.
“Vaksin kan disuntik, dan disuntik itu sakit, Vi,” jawab Kak Farel.
“Farel …, kamu kenapa tidak maju ke depan nak namamu sudah di panggil berulang kali,” ucap Bu
Yopie.
“Aku takut Bu vaksin itu kan menyakitkan,” jawab Kak Farel.
“Kata siapa …, divaksin itu hanya seperti digigit semut kok, Bu Yop kan juga sudah divaksin dua kali
malah. Lagi pula sekarang vaksin itu diwajibkan, kamu harusnya bersyukur, kamu sehat, diberi akses
dengan mudah, dan berkesempatan untuk divaksin, sedangkan beberapa orang masih terkendala
untuk dapat divaksinasi meskipun mereka ingin,” ujar Bu Yopie kepada Kak Farel.
“Kamu ikut vaksin, ya Rel…”
Setelah mendapat penjelasan tersebut, tanpa pikir panjang Kak Farel pun mengiyakan permintaan Bu
Yopie.
“Cieee, yang sudah divaksin,” ucapku pada Kak Farel.
“Hehehehe, iya dong,” jawab Kak Farel.
Jika kalian pikir, drama vaksinansi terhenti di sini. Tentu saja jawabnya tidak!
Ternyata ada kakak kelas lainnya yang benar-benar takut untuk divaksinasi sampai-sampai dia
melarikan diri dari sekolah, iya, aku pun tak menyangka. Mesya, Kak Mesya namanya.
Dan begini awal mulanya ….
“Vi, kamu takut disuntik tidak?" tanya Kak Mesya kepadaku
“Tidak Kak, kan disuntik tidak membuat kita mati, kenapa kita harus takut?” tanyaku pada Kak Mesya.
“Memangnya kenapa Kak, Kak Mesya takut?”
“Iya Vi, aku takut … aku tidak akan pernah mau untuk disuntik,” jawab Kak Mesya dengan raut wajah
layaknya orang yang ketakutan dan mulai menangis histeris.
Melihat ketakutan Kak Mesya yang mulai tak terkendali, aku pun bergegas ke ruang guru untuk
menghampiri Bu Purjiyem. Berharap beliau mampu menenangkan Kak Mesya dan mungkin sedikit
membujuk agar mau divaksin, seperti yang dilakukan Bu Yop pada Kak Farel tadi.
“Tok ..., tok ..., tok ....”
“Assalamualaikum."
“Waalaikumsalam, ada apa, Nak?” tanya Bu Purjiyem.
“Bu Pur, anu …, itu …, emm …. Di kelas 8G ada satu siswa yang ketakutan divaksin Bu, kami mohon
bantuan ibu untuk menenangkan dan membujuk siswa tersebut,” jawabku pada Bu Purjiyem.
“Oh begitu, terima kasih infonya ya, Nak. Sebentar, saya akan ikut kalian ke sana,” ucap Bu Purjiyem.
“Iya sama-sama, Bu”
Tidak lama kemudian Bu Purjiyem menghampiri Kak Mesya untuk menenangkannya, namun alangkah
terkejutnya, alih-alih tenang, Kak Mesya justru semakin histeris dan berlari menangis di sudut pojok
kelas.
“Anakku Mesya, kamu kenapa nak kok tidak mau divaksin?” tanya Bu Purjiyem kepada Kak Mesya.
“Saya takut dengan jarum suntik Bu," jawab Kak Mesya.
“Loh, kenapa harus takut Nak, nanti ketika disuntik kamu bisa memejamkan mata agar tidak terasa
sakitnya, atau kamu bisa memilih salah satu ibu guru untuk mendampingimu,” ucap Bu Purjiyem pada
Kak Mesya.
“Saya tidak mau Bu! Saya tidak mau! Saya takut!” jawab Kak Mesya sambil tetap menangis.
Karena Kak Mesya tidak bisa dibujuk oleh Bu Pur, maka Bu Pur mengajak Pak Wahyu untuk
menggendong Kak Mesya. Kami kira dengan Pak Wahyu menggendong Kak Mesya Kak Mesya mau
divaksin, ternyata dugaan kami salah. Dengan cepat, Kak Mesya justru lari dari kelas dan pulang.
Karena berbagai upaya kami gagal, kami pun meminta bantuan kepada orang tua Kak Mesya.
Tidak lama kemudian saya, Bu Pur dan Pak Wahyu datang ke rumah kak Mesya untuk meminta
bantuan dari orang tuanya.
“Tok..., tok..., tok....”
“Assalamualaikum”
“Waalaikumsalam”
“Ini wali kelasnya Mesya ya ...? Silakan masuk Pak, Bu,” ucap mama Kak Mesya.
“Iya terimakasih, jadi gini Bu, maksud kedatangan kami ke sini untuk meminta bantuan bapak dan ibu
selaku orang tua Mesya”
“Kalau boleh tahu bantuan untuk apa ya bu?" ucap Mama Mesya.
“Jadi begini Bu, di Sekolahan kita sedang diadakan kegiatan vaksinasi, namun Anak Ibu tidak mau
disuntik vaksin, kami sudah berusaha untuk membujuk anak ibu dengan berbagai cara namun tidak
berhasil. Barang kali jika ibu atau bapak yang membujuknya, bisa berhasil,” ucap Bu Purjiyem.
“Oh, begitu ya Bu, sebelumnya saya selaku orang tua Mesya meminta maaf ya Bu sudah merepotkan
bapak dan ibu guru. Jadi begini Bu, Anak saya sebenarnya phobia jarum suntik Bu, kalau semisal Anak
saya tidak disuntik vaksin boleh atau tidak bu? Soalnya kalau dipaksakan saya takut terjadi hal yang
tidak diinginkan pada anak saya. Mengingat ketakutan berlebih bisa memicu depresi,” ujar Mama
Mesya.
“Oh begitu ya, Bu. Ya sudah kalau begitu bu, maaf sudah mengganggu waktunya kalau begitu kami
pamit dulu, Wassalamualaikum,” ucap Bu Purjiyem.
“Iya, Waalaikumsalam, terima kasih dan maaf ya, Pak, Bu,” ucap Mama Mesya.
Dan pada akhirnya Kak Mesya pun tidak jadi disuntik vaksin. Dan aku juga baru tahu, ketakutan
berlebih ternyata bisa seperti itu akibatnya.
Banyak hal lucu yang terjadi dalam vaksinasi membuatku sadar, bahwa banyak sekali tipe manusia di
dunia ini. Kegiatan vaksinasi memang sangat dianjurkan, tapi tidak dengan mereka yang memiliki
beberapa masalah, seperti penyakit bawaan atau ketakutan berlebih misalnya. Tapi apapun itu,
kegiatan vaksinasi harus kita dukung agar pandemi ini segera berakhir, dan kita bisa beraktivitas
normal lagi. Vaksin? Siapa takut!
Biodata Penulis
Nama : Selvia Susanti
TTL : Grobogan, 15 Februari 2009
NIS : 10734
Asal Sekolah : SMP Negeri 1 Toroh
Alamat : Welar Kenteng RT 02/RW 01
Nomor HP :082139959356

Anda mungkin juga menyukai