Anda di halaman 1dari 7

PENDIDIKAN HUMANIS

(Perbandingan Paradigma Pendidikan Humanis Alghazali dan


Ki Hadjar Dewantara)
Oleh:

Abdul Hamid*
INZAH Genggong
E-mail: abdulhamid198024@gmail.com

Abstrak

Education is the deliberate effort to form human personality. Even


reciprocation of a country is determined by the reciprocation of education
and the community. This paper discusses about how school as a formal
educational institutions, systematically planned assortment of educational
environment that provides opportunities for students to perform a variety of
learning activities. The concept of a good education for us is to apply the
concept of humanization of Ki Hadjar Dewantara, which emphasizes human
liberty to express their potential and abilities, and the concept of religious
humanist education of Imam Ghazali, becomes signposts of education in
order to obtain the Blessing of AllahSWT.

Kata kunci: Pendidikan, humanis, Al ghazali dan Ki Hadjar Dewantara.

PENDAHULUAN dengan terkikisnya nilai-nilai kemanusiaan


yang dikandungnya. Jangan sampai
Dalam UU Sikdiknas No 20 Tahun kondisi demikian akan selalu
2003, pendidikan adalah usaha sadar danmenggelapkan raut muka dan wajah buruk
terencana untuk mewujudkan suasana pendidikan kita. Sudah saatnya, reformasi
belajar dan proses pembelajaran agar pendidikan perlu untuk segera dan secara
peserta didik secara aktif mengembangkan massif diupayakan, yaitu gagasan dan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan langkah untuk menuju pendidikan yang
spiritual keagamaan, pengendalian diri, berorientasi kemanusiaan. Tapi selama ini
kepribadian, kecerdasan, akhlaq mulia, kita hanya melihat pendidikan hanya
serta keterampilan yang diperlukan sebagai momen
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. “ritualisasi”. Makna baru yang dirasakan
Pendidikan kita mengalami proses cenderung tidak begitu signifikan.
“dehumanisasi”. Dikatakan demikian Apalagi, menghasilkan insan-insan
karena pendidikan mengalami proses pendidikan yang memiliki karakter
kemunduran manusiawi. Pendidikan kita sangat miskin
dari sarat keilmuan

* Abdul Hamid adalah Dosen INZAH Genggong

51
Didaktika, Vol. 13 No. 3 Desember 2015 51-56 ISSN: 1858-0084

yang meniscayakan jaminan atas Dalam bukunya Umiarso dan Haris


perbaikan kondisi sosial yang ada. Fatoni Makmur yang berjudul
Pendidikan hanya menjadi “barang “Pendidikan Islam Dan Krisis
dagangan” yang dibeli oleh siapa saja Moralisme Masyarakat Modern” di
yang sanggup memperolehnya. jelaskan pendidikan yang digunakan
Akhirnya, pendidikan belum menjadi oleh Al-ghazali adalah pendidikan yang
bagian utuh dan integral yang menyatu humanis agamis. Dimana dalam isinya
dalam pikiran masyarakat keseluruhan. pendidikan yang digunakan oleh Al
Di saat bangsa kita sedang mengalami Ghazali menggedepankan moral
devaluasi nilai dan moralitas maka building. Dalam hal ini Al Ghazali
sangat diperlukan wacana mengenai dalam memandang pendidikan ahlak
pendidikan yang memberdayakan. dibagi jadi tiga sebagai berikut:
Nilainilai kemanusiaan perlu 1. Dimensi Diri, yakni orang dengan
dimasukkan ke dalam karakter dirinya dan tuhannya, seperti ibadah
pendidikan sehingga akan dan sembahyang.
menghasilkan kualitas manusia yang 2. Dimensi Sosial, yakni masyarakat,
berwawasan dan berorientasi pemerintah dan pergaulannya
kemanusiaan. Pendidikan yang dengan sesama.
humanis adalah harapan besar kita. 3. Dimensi Metafisis, yakni akidah dan
Pendidikan humanis merupakan pegangan dasarnya.
pendidikan yang mempunyai
paradigma (pandangan) dalam Jadi pendidikan dalam hal ini yang
pendidikan yang lebih menekankan menjadi alat sebagai jalan untuk
pada aspek pendidikan yang menempuh humanisasi dalam sebuah
manusiawi, baik dalam tujuan, proseses kehidupan. Selain itu Ki Hajar
interaksi antara pendidik dan peserta Dewantara menyebutkan, manusia
didik, kurikulum dan metode memilki daya cipta, karsa dan karya.
pembelajaran dan cara evaluasi yang Pengembangan manusia seutuhnya
dipakai. menuntut pengembangan semua daya
Pendidikan Al-Ghazali, merupakan secara seimbang. Pengembangan yang
konsep yang ideal, yang menekankan terlalu menitik beratkan pada satu daya
pada aspek-aspek religius sebagai dasar saja akan menghasilkan ketidakutuhan
pengembangan potensi manusia perkembangan sebagai manusia. Beliau
(peserta didik) tentunya suatu konsep mengatakan bahwa pendidikan yang
yang dapat diterapkan dalam proses menekankan pada aspek intelektual saja
pendidikan di Indonesia. Secara hanya akan mejauhkan peserta didik
kontektual negara kita didominasi oleh dari masyarakatnya. Ternyata
penduduk yang beragama Islam, pendidikan sampai sekarang ini hanya
tentunya mereka membutuhkan sebuah menekankan pada pengembangan daya
konsep pendidikan yang mampu cipta, dan kurang memperhatikan
mengembangkan nilai-nilai spiritual, pengembangan olah rasa dan karsa. Jika
intelektual dan emosional. Maka ini berlanjut akan menjadikan manusia
konsep pendidikan menurut Al-Ghazali kurang humanis atau manusiawi.
bisa dijadikan sebagai salah satu Dalam bukunya Suparto Raharjo yang
konsep dasar pendidikan di Indonesia. berjudul Ki Hajar Dewantara Biografi

52
singkat 1889- 1959, menyebutkan METODE PENELITIAN
bahwa Ki Hajar Dewantara merupakan
tokoh pendidikan yang humanis yang Adapun metode yang dipakai dalam
mengedepankan pada aspek penelitian ini adalah sebagai berikut:
kemanusiaan. Meliputi rasa, cipta, dan Pendekatan Penelitian
karsa.
Pendekatan penelitian ini dengan
Abdul Hamid: Pendidikan Humanis ...
menggunakan penelitian kualitatif,
yang mana penelitian ini menggunakan
data disesuaikan dengan teori yang
Manusia merdeka adalah tujuan diperoleh dari kepustakaan. Penelitian
pendidikan Taman Siswa. Merdeka kualitatif berusaha menemukan teori
baik secara fisik, mental dan baik yang bersifat subtantif atau formal,
kerohanian. Namun kemerdekaan yang semuanya berasal dari data.
pribadi ini dibatasi oleh tertib damainya Sedangkan deskriptif adalah suatu
kehidupan bersama dan ini bentuk penelitian, yang bertujuan
meundukung sikap-sikap seperti mendiskripsikan atau menggambarkan
keselarasan, kekeluargaan, fenomena-fenomena yang ada, baik
musyawarah, toleransi, kebersamaan, fenomena yang bersifat ilmiah ataupun
demokrasi, tanggungjawab dan disiplin. rekayasa manusia. Deskripsi ini
Sedangkan maksud pendirian. Analisa merupakanhal yang alamiah dan sesuai
perbandingan yang ada dalam dengan kenyataan kehidupan manusia
paradigma pendidikan Al Ghazali apa adanya.
dengan Ki Hadjar Dewantara merupan
analisa perbandingan krtis yang Jenis Penelitian
nantinya dapat berjalan secara Jenis penelitian yang digunakan dalam
seimbang antara paradigma pendidikan penelitian ini, ialah kepustakaan (library
Al-Ghazali dan Ki Hadjar Dewantara. reseach). Penelitian jenis kepustakaan,
Dan merupakan konfigurasi bertitik tolak dari dokumen-dokumen
komplementer baru yang berdimensi berupa buku ilmiah, artikel, majalah,
insan kamil. Yang nantinya konsep dan lain-lain, yang kesemuanya
keduanya bisa kita jadikan sebagai diakomodir dan tersedia di
rujukan atau refrensi dalam perpustakaan. Dari sekian dokumen
meningkatkan mutu pendidikan kita yang ada tersebut, peneliti melakukan
kedepan. Agar pendidikan kita analisa secara mendalam dan
mempunyai wajah dan jatidiri yang interpretasi sesuai dengan tema
sesuai dengan tujuan pendidikan penelitian, dalam hal ini kajian meliputi
sebenarnya. peta pemikiran paradigma pendidikan
Dari beberapa uraian tersebut, semakin Humanis dalam Al-ghazali dan Ki
menegaskan signifikansi penelitian Hadjar Dewantara.
yang berjudul: Pendidikan Humanis
Metode Pengumpulan Data
(Perbandingan Paradigma Pendidikan
AlGhazali dan Ki Hadjar Dewantara). Sumber data ialah, subyek dari mana
Penelitian ini difokuskan pada analisa data dapat diperoleh. Sedangkan dilihat
perbandingan paradigma pendidikan dari segi sumber data, bahan tambahan
Al-Ghazali dan Ki Hadjar Dewantara yang berasal dari sumber tertulis dapat
dalam dunia pendidikan yang ada di dibagi atas sumber buku, majalah
Indonesia. ilmiah, sumber dari arsip, dokumen
53
Didaktika, Vol. 13 No. 3 Desember 2015 51-56 ISSN: 1858-0084

pribadi dan dokumen resmi. Artinya, kepada Allah sehingga menjadi


peneliti dalam hal ini menggunakan manusia sempurna. Dan dalam tujuan
penelitian kepustakaan untuk Pendidikan Labih diutamakan kepada
memperoleh dan mengolah data secara manusia seutuhnya, suatu pribadi suatu
tertulis dari berbagai macam bentuk pribadi yang kuat, mahluk social yang
dokumen yang tersedia. kuat dan hamba yang saleh. Tujuan
Validitas Data terahir adalah membentuk manusia
yang mampu melaksanakan tugas dan
Fokus triangulasi dalam misi sebagai wakil Tuhan diatas bumi.
penelitian ini adalah triangulasi sumber, Beliau menempatkan pendidik sebagai
yaitu suatu bentuk pengujian validitas orang yang paling mulia. Dan
data yang dilakukan dengan cara penghargaanya sangat tinggi. Dan
mengecek data yang telah diperoleh menempatkan peseta didik sebagai
melalui beberapa sumber. Sementara objek sekaligus objek dalam proses
itu, menurut Patton , triangulasi sumber belajar mengajar. Materi Pendidikan
ialah membandingkan dan mengecek yang diajakan adalah ilmu-ilmu
balik derajat kepercayaan suatu keduniaan maupun keakheratan. Dalam
informasi yang diperoleh melalui waktu proses pendidikan system
dan alat yang berbeda, untuk pendidikannya ingin menciptakan
memperoleh data penyeimbang dari data suasana belajar yang wajar,
yang sudah diperoleh sebelumnya. manusiawi,berdasarkan rasa sayang dan
Metode Analisa Data menghormati dengan interaksi dan
komonikasi timbal balik selaras dan
Dalam penelitian ini, metode analisa
seimbang, dengan kesadaran akan
data yang digunakan ialah
tempat dan fungsi tugas dan kewajiban
deskriptifkomparatif, yaitu peneliti
masingmasing. Dalam hal metode
terlebih dahulu menjabarkan kerangka
pendidikan tidak hanya melibatkan
dasar dari paradigma pendidikan
metode-metode formal, tetapi juga
humanis dalam pandangan Alghazali
metode-metode non formal, tidak hanya
dan ki hadjar Dewantara, langkah
metode pengetahuan (teori) dan jalan
selanjutnya ialah mendialogkan antara
tindakan (praktek) tetapi dengan jalan
keduanya.
rasa (kebaktian)dan tidak bersifat
intruksional, tetapi juga bersifat slef-
HASIL TEMUAN
inquiri(mencapai dan menemukan)
sendiri tidak hanya menggunakan
Paradigma Pendidikan Humanis Al-
metode konvensional tetapi juga
Ghazali
metode inkonvensional. Dan dalam
Proses memanusiakan manusia sejak evaluasi tidak hanya mengevaluasi hasil
masa kejadiannya sampai akhir pserta didik dalam bidang ilmu saja.
hayatnya melalui berbagai ilmu Tetapi juga dalam bidang keterampilan,
pengetahuan yang disampaikan dalam sikap-sikap, watak, dan seluruh
bentuk pengajaran secara bertahap, kepribadian peserta didik, tinkah laku
dimana proses pengajaran itu menjadi bahkan seluruh hidupnya.
tanggung jawab orang tua dan
masyarakat menuju pendekatan diri

54
Pendidikan Humanis Ki Hadjar Metode pendidikan yang dipakai
Dewantara sistem Momong, Among dan
Ngemong, terkandung nilai yang sangat
Dalam pandangan Ki Hadjar
mendasar yaitu pendidikan tidak
Dewantara pendidikan adalah daya
memaksakan namun tidak berarti
upaya untuk menunjukan
membiarkan anak berkembang tanpa
bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan
bebas arah. Dan mengevaluasi sebuah
batin , karakter), pikiran (intelek) dan
pendidikan maka harus ditekankan
tubuh anak memajukan kehidupan anak
kepada tiga kompnen yang ada pada
didik laras dengan dunianya. Yang
diri manusia yaitu cipta (kognitif),
mempunyai tujuan membantu siswa
karsa (afektif) dan karya
menjadi manusia yang merdeka dan
(psikomotorik).
mandiri, serta mampu memberi
konstribusi kepada masyarakatnya dan
KESIMPULAN
berjiwa nasionalisme seta patriotism.
Tujuan membantu siswa menjadi
Paradigma Pendidikan Humanis Al-
manusia yang merdeka dan mandiri,
Ghazali
serta mampu memberi konstribusi
kepada masyarakatnya dan berjiwa Proses memanusiakan manusia sejak
nasionalisme seta patriotisme. masa kejadiannya sampai akhir
Dalam memahami Pendidik (guru)hayatnya melalui berbagai ilmu
pengetahuan yang disampaikan dalam
Abdul Hamid: Pendidikan Humanis ...
bentuk pengajaran secara bertahap,
proses pengajaran itu menjadi tanggung
jawab orang tua dan masyarakat
Ki Hajar pengajar sebagai mitra siswa
menuju pendekatan diri kepada Allah
untuk menemukan pengetahuan.
sehingga menjadi manusia sempurna.
Mengajar bukanlah kegiatan
Dalam tujuan pendidikan labih
memindahkan pengetahuan dari guru ke
diutamakan kepada manusia seutuhnya,
murid melainkan kegiatan yang
suatu pribadi yang kuat, mahluk sosial
memungkinkan siswa membangun
yang kuat dan hamba yang saleh.
sendiri pengetahuannya. Pengajar ikut
Tujuan terahir adalah membentuk
aktif bersama siswa dalam membentuk
manusia yang mampu melaksanakan
pengetahuan, mencipta makna, mencari
tugas dan misi sebagai wakil Tuhan
kejelasan, bersikap kritis dan
diatas bumi.
memberikan penilaian-penilaian
terhadap berbagai hal. Serta guru Paradigma Pendidikan Humanis Ki
mampu memberikan kobaran semangat Hadjar Dewantara
nasionalisme dan patriotisme. Dalam pandangan Ki Hadjar
Menempatkan peseta didik sebagai Dewantara pendidikan adalah daya
objek sekaligus objek dalam proses upaya untuk menunjukan
belajar mengajar. Dan materi yang bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan
diajarkan adalah materi umum yang batin, karakter), pikiran (intelek) dan
bisa membentuk karakter siswa. Proses tubuh anak memajukan kehidupan anak
pendidikan guru adalah sebagai contoh, didik laras dengan dunianya.
jadi semua tindakan dalam proses Mempunyai tujuan membantu siswa
belajar mengajar bimbingan dari guru menjadi manusia yang merdeka dan
sangat diutamakan. mandiri, serta mampu memberi
55
Didaktika, Vol. 13 No. 3 Desember 2015 51-56 ISSN: 1858-0084

konstribusi kepada masyarakatnya dan kepada esensi kehidupan yang berguna


berjiwa nasionalisme seta patriotisme. bagi orang lain.
Tujuan membantu siswa menjadi Menurut Ki Hadjar Dewantara tujuan
manusia yang merdeka dan mandiri, sebuah pendidikan adalah untuk
serta mampu memberi konstribusi menjadikan manusia merdeka.
kepada masyarakatnya dan berjiwa Pendidikan yang merdeka haruslah
nasionalisme serta patriotisme. memberikan kebebasan kepada
Perbandingan Paradigma manusia untuk menentukan nasibnya
Pendidikan Humanistik Al-Ghazali masingmasing. Dan Imam Ghazali
dan Ki Hadjar Dewantara menginginkan pendidikan harus
bertujuan kepada manusia yang saleh.
Setelah melakukan berbagai Saleh disini ialah mencapai
pertimbangan, maka munculah satu kesempurnaan manusia untuk
konsep baru tentang tujuan pendidikan. mendekatkan diri kepada Allah SWT
Konsep baru tersebut adalah, bahwa dan mencapai kesempurnaan manusia
pertama, pendidikan harus bertujuan untuk meraih

kebahagiaan di dunia dan akhirat. (sa’idun Alfabeta.


fi al-dun-ya wa sa’idun fi al-akhirah).
Jadi, perbandingan paradigma
pendidikan humanis Al-Ghazali
dan Ki Hdjar Dewantara
merupakan konsepsi pelengkap
dalam dunia pendidikan.
Pendidikan humanis Al-Ghazali
sebagai rambu-rambu atau
pengatur mana yang salah dan
yang benar. Paradigma pendidikan
humanis Ki Hadjar sebagai
konsepsi yang membebaskan
manusia dari penindasan, yaitu
melalui pendidikan merdeka.

REFERENCES

Ahmad Daudy. 1986. Kuliyah Filsafat


Islam. Jakarta: Bulan Bintang.
Arikunto, Suharsimi. 2002.
Prosedur Penelitian Suatu
Pendekatan Praktek, Jakarta:
Rineka Cipta.
Moleong, Lexy. 2000. Metodologi
Penelitian Kualitatif.

56
Bandung: Pt. Rema Rosda
Karya.
Raharjo, Suparto. 2009. Ki Hajar
Dewantara Biografi Singkat
1889-1959. Jakarta: Garasi.
Umiarso, Dkk. 2010. Pendidikan Islam
Dan Krisis Moralisme Masyarakat
Modern:
Membangun Pendidikan Islam
Monokhotomik- Holistic. Jogjakarta:
IRCiSoD
Undang-undang RI. 2010.
Sikdiknas & Peraturan
Republic Indonesia Tahun
2010 tentang
Penyelenggaraan Pendidikan
Serta Wajib Belajar.
Bandung:Citra Utama.
Soejono. 1979. Aliran Baru Dalam
Pendidikan Islam. bandung: CV ilmu.
Sugiono. 2008. Metodologi penelitian
kualitatif dan kuantitatif. Bandung:

57

Anda mungkin juga menyukai