Anda di halaman 1dari 55

PENGARUH REBUSAN DAUN BELIMBING WULUH

TERHADAP PERUBAHAN TEKANAN DARAH


PADA PENDERITA HIPERTENSI

PROPOSAL PENELITIAN

ERDA FEBRIZA
18.3.0.1.049

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


STIKES PAYUNG NEGERI
PEKANBARU
2022
PENGARUH REBUSAN DAUN BELIMBING WULUH
TERHADAP PERUBAHAN TEKANAN DARAHPADA
PENDERITA HIPERTENSI

PROPOSAL PENELITIAN

Diajukan sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar


Serjana keperawatan

ERDA FEBRIZA
18.3.0.1.049

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


STIKES PAYUNG NEGERI
PEKANBARU
2022

i
HALAMAN PERSETUJUAN

PENGARUH REBUSAN DAUN BELIMBING WULUH


TERHADAP PERUBAHAN TEKANAN DARAH
PADA PENDERITA HIPERTENSI

PROPOSAL PENELITIAN

ERDA FEBRIZA
18301049

Proposal Ini Telah Disetujui


Tanggal, Maret 2022

Pembimbing

Ns. M. Zul ‘Irfan M.Kep


NIDN. 1014109004

Mengetahui
Ketua Program Studi S1 Keperawatan
STIKes Payung Negeri Pekanbaru

Ns. Fitri Dyna, M.Kep


NIDN. 1001078102

ii
HALAMAN PENGESAHAN

PENGARUH REBUSAN DAUN BELIMBING WULUH


TERHADAP PERUBAHAN TEKANAN DARAH
PADA PENDERITA HIPERTENSI

Skripsi Ini Telah Disetujui, Diperiksa dan Dipertahankan Di Hadapan Tim


Penguji Skripsi Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Payung Negeri
Pekanbaru

ERDA FEBRIZA
18301045

Pekanbaru, April 2022


Pembimbing Ketua Penguji Penguji

Ns. M. Zul ‘Irfan. M.Kep Ns. Rina Herniyanti, M.Kep Ns. Dini Maulinda,
NIDN: 1014109004 NIDN. 1023108502 NIDN. 1030118502

Mengesahkan,
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Payung Negeri Pekanbaru
Ketua,

Dr. Hj. Deswinda, S.Kep, Ns, M.Kes.


NIDN. 1024027001

KATA PENGANTAR

iii
Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT. Atas rahmat dan
hidayah-Nya penulis dapat menyusun dan menyelesaikan proposal penelitian ini,
yang diajukan guna melengkapi dan memenuhi salah satu syarat menyelesaikan
Pendidikan sarjana keperawatan di STIKes Payung Negeri Pekanbaru dengan
judul “pengaruh rebusan daun belimbing wuluh terhadap penurunan tekanan
darah pada penderita hipertensi”.
Pada kesempatan kali ini penulis banyak mendapatkan bimbingan dan
motivasi dari berbagai pihak sehingga penulis dapat menyusun dan
menyelesaikan proposal penelitian ini, perkenankan penulis mengucapkan terima
kasih kepada yang terhormat:
1. Ibu Ns. Hj. Deswinda, S.Kep, M.Kes, selaku Ketua STIKes Payung Negeri
Pekanbaru
2. Ibu Ns. Fitri Dyna, M.Kep, selaku Ketua Program Studi S1 Keperawatan
STIKes Payung Negeri Pekanbaru
3. Ibu Ns. Sri Yanti, M.kep,Sp.Kep. MB Selaku Koordinator mata kuliah skripsi
program studi S1 keperawatan STIKes Payung Negeri Pekanbaru
4. Bapak Ns. M. Zul’Irfan, M.Kep, selaku dosen pembimbing yang telah
meluangkan waktu untuk memberikan arahan, saran, serta bimbingan kepada
penulis.
5. Seluruh staf dosen dan seluruh karyawan/I STIKes Payung Negeri Pekanbaru
6. Teristimewa ucapan terima kasih kepada Ayah tercinta (Abu Bakar) dan
Ibunda tercinta (Fatimah), kakak, abang dan adik yang selalu memberi
dukungan, motivasi dan doa yang tiada hentinya.
7. Terimakasih Kepada teman-teman yang selalu ada dalam suka maupun duka,
Resty Julita, Dian Lioni, Riska Ramadani, Nova Febrianti, Cici Anjani, finka
Widia yang memberikan semangat tiada henti.
8. Kepada teman-teman seperjuangan Program Studi S1 Keperawatan khususnya
Angkatan 2018 kelas VI B yang memberikan semangat dan dukungan kepada
peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.

iv
Semoga Allah SWT membalas kebaikan dan memberikan karunia-Nya
kepada semua pihak yang telah memberikan bimbingan, semangat dan doa
kepada peneliti. Peneliti menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih belum
sempurna oleh karena itu peneliti mengharapkan kritikan dan saran yang
sifatnya membangun demi kesempurnaan skripsi ini dimasa yang akan datang.
Akhir kata semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu
pengetahuan khususnya dalam bidang ilmu keperawatan.

Pekanbaru, April 2022

Erda febriza

v
DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM ....................................................................................................i


HALAMAN PERSETUJUAN.................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................vi
DAFTAR TABEL...................................................................................................vii
DAFTAR SKEMA.................................................................................................viii
DAFTAR GAMBAR................................................................................................ix
DAFTAR LAMPIRAN.............................................................................................x
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................1
A. Latar Belakang............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.......................................................................................5
C. Tujuan..........................................................................................................5
D. Manfaat Penelitian.......................................................................................6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...............................................................................8
A. Konsep Hipertensi.......................................................................................8
B. Konsep Rebusan Daun Belimbing Wuluh................................................16
C. Penelitian Terkait......................................................................................19
D. Kerangka Konseptual................................................................................20
E. Hipotesis Penelitian...................................................................................20
BAB III METODE PENELITIAN........................................................................21
A. Jenis dan Desain Penelitian.......................................................................21
B. Lokasi dan Waktu Penelitian.....................................................................22
C. Populasi dan Sampel.................................................................................23
D. Instrument Penelitian.................................................................................25
E. Definisi Operasional..................................................................................26
F. Etika Penelitian..........................................................................................27
G. Prosedur Pengumpulan Data.....................................................................28
H. Teknik Pengolahan Data...........................................................................30
I. Analisa Data..............................................................................................31
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

vi
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Klasifikasi Tekanan Darah........................................................................11

Tabel 3.1 Waktu Pelaksanaan Penelitian...................................................................22

Tabel 3.2 Definisi Operasional..................................................................................26

Tabel 3.3 Pengaruh Rebusan Daun Belimbing Wuluh Terhadap Tekanan

Darah Pasien Pretest Dan Posttest Pada Kelompok Intervensi.................32

vii
DAFTAR SKEMA

Skema 2.1 kerangka konsep .....................................................................................20

Skema 3.2 Rancangan Penelitian..............................................................................21

viii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Tanaman Daun Belimbing Wuluh........................................................17

ix
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Lembar permohonan menjadi responden

Lampiran 2. Lembar persetujuan menjadi responden

Lampiran 3. Lembar Obseravsi

Lampiran 4. Lembar SOP

x
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hipertensi merupakan masalah kesehatan di dunia baik negara maju
maupun negara berkembang. Istilah “silent killer” disematkan kepada
hipertensi karena biasanya orang yang menderita tidak mengetahui gejala
sebelumnya dan gejala baru muncul setelah sistem organ tertentu
mengalami kerusakan pembuluh darah. Tekanan darah melibatkan dua
pengukuran yaitu sistolik dan diastolik. (Simandalahi & Yentisukma, 2019).
Data World Health Organization (WHO) tahun 2018 menunjukkan
sekitar 1,3 miliar orang di dunia menderita hipertensi, artinya 1 dari 3 orang
di dunia terdiagnosis hipertensi. Jumlah menderita hipertensi terus
meningkat setiap tahunnya, diperkirakan pada tahun 2025 akan ada 1,5
miliar orang yang terkena hipertensi, dan diperkirakan setiap tahunnya 10,44
juta orang meninggal akibat hipertensi dan komplikasi. Kerusakan organ
target akibat komplikasi hipertensi akan tergantung pada besarnya
peningkatan tekanan darah yang tidak terdiagnosis dan tidak diobati. Organ-
organ tubuh yang menjadi target antara lain otak, mata, jantung, ginjal dan
dapat juga berakibat kepada pembuluh darah arteri perifer.(Kartika et al.,
2021) .
Menurut WHO tahun (2019), prevalensi hipertensi secara global
diperkirakan sebesar 22% dari penduduk dunia. Pada tahun 2017 penyakit
hipertensi juga mengalami peningkatan hingga pada tahun 2018 angka
tersebut naik sebesar 63.5%. Sementara itu, terdapat 1,5 juta orang yang
meninggal akibat hipertensi setiap tahunnya di kawasan Asia Tenggara
(Anugerah et al, 2022).

1
2

Hipertensi merupakan penyakit terbanyak pada usia lanjut di Indonesia,


dengan prevalensi 60,3% penderita. Hal ini, sangat mengkhawatirkan
mengingat penyakit jantung dan pembuluh darah merupakan penyakit
degeneratif yang menduduki tempat nomor satu penyebab kematian yang
ada di Indonesia. Hipertensi banyak terjadi pada kelompok usia 31-44
tahun (31,6%), umur 45-54 tahun (45,3%), umur 55-64 tahun (55,2%), umur
65 tahun keatas (63,2%). Estimasi jumlah kasus hipertensi yang ada di
Indonesia tahun 2018 sebesar 63.309.620 orang, dan angka kematian di
Indonesia akibat hipertensi sebesar 477.218 kasus kematian. (Pra et al,
2022).
Prevalensi hipertensi di Provinsi Riau diperoleh melalui pengukuran pada
penduduk Riau usia diatas 18 tahun sebesar 20,9%, dimana prevalensi
tertinggi terdapat di Kepulauan Meranti yakni sebesar 27,7%, diikuti oleh
Siak sebesar 26,7% , Rokan Hilir sebesar 24,9% , dan Indragiri Hilir sebesar
22,8%. Sedangkan prevalensi hipertensi di Kota Pekanbaru sebesar 18,1% .
(Putri, 2018). angka kejadian hipertensi menempati urutan pertama dari 10
penyakit terbanyak 27,3%, dimana kota pekanbaru menempati urutan ke-4
setelah Rokan Hulu, Dumai, Bengkalis. Namun, Pekanbaru memiliki jumlah
lansia yang terbanyak yaitu 15,6% dari seluruh lansia yang ada di Propinsi
Riau. (Risa et al, 2018). Penderita hipertensi umur dari 15 tahun yang
menderita hipertensi mendapatkan pelayanan kesehatan di Provinsi Riau
mengalami penurunan di tahun 2019 sebanyak 297.934 orang ( 18,4%)
dibandingkan tahun sebelumnya mencapai 33% dari jumlah estimate
penderita hipertensi.
Pengobatan hipertensi dapat dilakukan dengan pendekatan farmakologi
maupun non farmakologi. Pendekatan non farmakologi atau disebut
pendekatan komplementer sangat popular di Indonsesia. Pendekatan
komplementer adalah upaya tambahan di luar pendekatan medis yang
dipercaya dapat menurunkan tekanan darah. Perkembangan pengobatan
komplementer memiliki presentase peningkatan yang sangat pesat. Secara
global terapi komplementer untuk menurunkan tekanan darah telah banyak
3

dilakukan seperti terapi tawa, masase kaki, penggunaan minyak esensial,


terapi musik, dan terapi herbal. (Risa et al, 2018). Beberapa pengobatan
komplementer yang telah ditemukan untuk membantu menurunkan tekanan
darah diantaranya dengan tanaman tradisional. Terapi komplementer yang
ada menjadi salah satu pilihan pengobatan di masyarakat. Masyarakat
menggunakan terapi komplementer dengan alasan keyakinan, keuangan,
reaksi obat kimia dan tingkat kesembuhan. Terapi komplementer juga akan
dirasakan lebih murah jika pasien dengan penyakit kronis yang harus rutin
mengeluarkan biaya untuk pengobatan. (Trisnawati & Jenie, 2019).
Penatalaksanaan terapi pada pasien hipertensi membutuhkan waktu
jangka panjang sehingga terdapat kekhawatiran akan efek samping yang
muncul. Banyak masyarakat yang kemudian memilih untuk menggunakan
terapi komplementer. Beberapa contoh dari terapi komplementer adalah
produk alami seperti herbal, probiotik, juga mind and body practices seperti
yoga, meditasi, akupuntur. (Lestari & Faridah, 2021). Dalam hal pemilihan
pengobatan, masyarakat akan menggunakan pengetahuannya untuk
bersikap. Berbagai faktor yang mempengaruhi seseorang dalam mencari
pengobatan yaitu pengetahuan, pendidikan, persepsi, dan sikap, Adapun
pengetahuan terkait terapi komplementer atau obat tradisional di Indonesia
mengacu pada pengalaman yang diperoleh secara turun-temurun dan
umumnya berasal dari tumbuhan. (Lestari & Faridah, 2021).
Menurut penelitian yang dilakukan Simandalahi & Yentisukma (2019).
Pengaruh Pemberian Air Rebusan Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa
Bilimbi) Terhadap Tekanan Darah Pada Lansia Penderita Hipertensi Di
Wilayah Kerja Puskesmas Andalas Padang. Menunjukkan pengaruh
perubahan tekanan darah dengan sampel sebanyak 16 orang penderita
hipertensi (8 orang kelompok intervensi dan 8 orang kelompok kontrol).
Hasil analisa univariat, didapatkan rata- rata tekanan darah pada kelompok
intervensi setelah pemberian air rebusan daun belimbing wuluh yaitu
146.00/88,75 mmHg. Rata-rata tekanan darah pada kelompok kontrol yaitu
156.75/93,50 mmHg. Hasil analisa bivariat didapatkan ada pengaruh
4

pemberian air rebusan daun belimbing wuluh terhadap tekanan darah pada
lansia hipertensi dengan nilai p=0,000 dan p=001.
Salah satu jenis terapi komplementer yang dapat digunakan untuk
menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi adalah dengan
mengkonsumsi rebusan daun belimbing wuluh. Belimbing wuluh juga
disebut belimbing asam merupakan sejenis pohon yang berasal dari
kepulauan Maluku. Belimbing wuluh merupakan tanaman jenis buah dan
obat tradisional, Daun belimbing wuluh mengandung senyawa flavonoid,
fenol, alkaloid, tanin, dan kumarin. Ekstrak etanol yang telah dimurnikan
dari daun belimbing wuluh mempunyai potensi untuk dikembangkan
menjadi obat antihipertensi. (Hasim et al., 2019). Daun belimbing wuluh
mempunyai aktifitas farmakologi yaitu untuk menghilangkan rasa nyeri dan
sebagai antiinflamsi. daun belimbing wuluh dijadikan obat tradisional
karena di dalam daun belimbing wuluh terdapat zat-zat aktif yang dapat
menghambat pertumbuhan bakteri yang sering disebut zat antiseptic. Pada
tanaman Belimbing wuluh juga memiliki kandungan kimia yaitu kalium
oksalat, flavonoid pectin, tanin, asam galat dan asam ferulat. Tanaman ini
banyak dimanfaatkan mengatasi berbagai penyakit salah satunya mengatasi
tekanan darah tinggi. (Hidjrawan Yusi, 2018).
Berdasarkan studi pendahuluan yang peneliti lakukan didapatkan data
dari Dinas Kesehatan Provinsi Riau bahwa penyakit tertinggi hipertensi
pada tahun 2021 berada di Puskesmas RI Simpang tiga dengan di dapatkan
data dari januari – desember 2021 jumlah kunjungan pasien hipertensi
sebanyak 6.324 dengan persentasi 43,81%. Dari hasil wawancara yang
dilakukan terhadap 10 pasien hipertensi, 8 diantaranya mengatakan
melakukan terapi non-farmakologi. mereka mengatakan tidak hanya
mengkonsumsi obat dari puskesmas saja, Responden berkeyakinan dengan
mengkonsumsi obat tradisional dapat membantu menurunkan tekanan darah,
responden menyebutkan mengkonsumsi obat herbal antara lain,
mengkonsumsi timun dan labu siam. Saat wawancara mereka mengatakan
belum pernah mencoba mengkonsumsi rebusan dari daun belimbing wuluh,
5

mereka mengatakan selama ini hanya tau bahwa buah belimbing wuluh
dikonsumsi untuk dibuat makanan sambal dan daun dari belimbing wuluh
tidak digunakan. Dari pernyataan berikut penulis tertarik untuk melakukan
penelitian tentang “pengaruh rebusan daun belimbing wuluh terhadap
perubahan tekanan darah pada penderita hipertensi”.

B. Rumusan Masalah
Hipertensi merupakan masalah kesehatan di dunia baik negara
maju maupun negara berkembang. Istilah “silent killer” disematkan
kepada hipertensi karena biasanya orang yang menderita tidak mengetahui
gejala sebelumnya dan gejala baru muncul setelah sistem organ tertentu
mengalami kerusakan pembuluh darah. Pendekatan non farmakologi atau
disebut pendekatan komplementer adalah upaya tambahan di luar
pendekatan medis yang dipercaya dapat menurunkan tekanan darah.
Tekanan darah pada pasien dapat diatasi dengan berbagai alternatif, masih
banyak masyarakat yang kurang mengetahui mengenai terapi
komplementer. Terapi komplementer yang bisa dilakukan untuk
membantu menurunkan tekanan darah salah satunya dengan tanaman
tradisional. Tanaman tradisonal yang bisa dijadikan obat untuk
menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi salah satunya yaitu
dengan mengkonsumsi rebusan daun belimbing wuluh. Oleh karena itu,
berdasarkan latar belakang yang ada rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah untuk mengetahui “Bagaimana pengaruh rebusan daun
belimbing wuluh terhadap perubahan tekanan darah pada penderita
hipertensi?”.

C. Tujuan
1. Tujuan umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh
rebusan daun belimbing wuluh terhadap perubahan tekanan darah pada
penderita hipertensi.
6

2. Tujuan khusus
Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
a) Untuk mengetahui nilai rata-rata tekanan darah pada penderita
hipertensi sebelum diberikan rebusan daun belimbing wuluh.
b) Untuk mengetahui nilai rata-rata tekanan darah pada penderita
hipertensi sesudah diberikan rebusan daun belimbing wuluh.
c) Untuk mengetahui pengaruh tekanan darah pada penderita hipertensi
sebelum dan sesuda diberikan rebusan daun belimbing wuluh.

D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagi institusi pendidikan keperawatan.
Hasil penelitiian ini diharapkan menambah referensi dan informasi
dalam pengetahuan mahasiswa keperawatan khususnya dalam
pembelajaran Keperwatan Medikal Bedah ( KMB ).
2. Bagi responden.
Untuk meningkatkan kebermanfaatan daun belimbing wuluh untuk
terapi komplementer pasien dengan hipertensi.
3. Tempat penelitian.
Hasil penelitian ini dapat memberikan tambahan informasi bagi
masyarakat umum, tentang pemanfaatan daun belimbing wuluh untuk
terapi komplementer pada hipertensi.
4. Bagi peneliti selanjutnya
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai data dasar bagi
penelitian selanjutnya untuk dapat dijadikan perbandingan dalam
melakukan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh rebusan daun
belimbing wuluh, serta dapat menambah jumlah sampel penelitian
yang lebih banyak sehingga hasil penelitian lebih representatif.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Hipertensi
1. Definisi
Hipertensi atau penyakit darah tinggi adalah suatu gangguan pada
pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang
dibawa oleh darah terhambat sampai ke jaringan tubuh yang
membutuhkan. Hipertensi sering disebut sebagai pembunuh gelap
(silent killer ), karena termasuk penyakit yang mematikan tanpa
disertai dengan gejala lebih dahulu. Hipertensi suatu keadaan
dimana tekanan darah meningkat diatas normal. Batas tekanan darah
normal bervariasi sesuai dengan usia. Seseorang dikatakan hipertensi
bila memiliki tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan
diastolik lebih dari 90 mmHg, pada pemeriksaan yang berulang.
Penyebab tekanan darah meningkat adalah peningkatan kecepatan
denyut jantung, peningkatan resistensi (tahanan) dari pembuluh darah
dari tepi. peningkatan volume aliran darah Tekanan darah sistolik
merupakan pengukur utama yang menjadi dasar penentuan diagnosis
hipertensi. (Apriani, 2019).
Tekanan darah merupakan suatu gaya yang diberikan darah kepada
dindinh pembuluh darah dan ditimbulkan oleh desekan darah
terhadap didning arteri ketika darah dipompa dari jantung menuju
jaringan. Besarnya tekanan tergantung pada pembuluh darah dan
denyut jantung. tekanan darah paling tinggi ketika ventrikel
berkontraksi ( tekanan sistolik ) dan paling rendah ketika ventrikel
berelaksasi ( tekanan diastolik ). Pada keadaan hipertensi, tekanan
darah meningkat yang ditimbulkan karena darah dipompakan melalui
pembuluh darah dengan kekuatan yang berlebih. (Hasnawati, 2021).
9

Menurut American Heart Association atau AHA dalam Kemenkes


(2018), hipertensi merupakan silent killer dimana gejalanya sangat
bermacam-macam pada setiap individu dan hampir sama dengan
penyakit lain. Gejala-gejala tersebut adalah sakit kepala atau rasa
berat ditengkuk. Vertigo, jantung berdebar-debar, mudah lelah,
penglihatan kabur, telinga berdenging dan mimisan.(Telaumbanua &
Rahayu, 2021).
Menurut WHO (2021), Hipertensi adalah kekuatan yang diberikan
oleh sirkulasi darah terhadap dinding arteri tubuh, hipertensi ketika
tekanan darah terlalu tinggi. Tekanan darah dibagi menjadu dua, yang
pertama (sistolik) mewakili tekanan dalam pembuluh darah saat
jantung berkontraksi atau berdenyut, yang kedua(diastolik) mewakili
tekanan dalam pembuluh darah saat jantung beristirahat di antara
detak, Hipertensi didiagnosis jika, diukur pada dua hari yang berbeda,
pembacaan tekanan darah sistolik pada kedua hari adalah 140 mmHg
atau pembacaan tekanan darah diastolik pada kedua hari adalah 90
mmHg.
2. Etiologi
Menurut Manuntung (2018), Berdasarkan penyebab terjadinya
hipertensi dibagi menjadi dua yaitu :
a. Hipertensi primer
Penyebab dari hipertensi primer belum diketahui sampai saat
ini. Tetapi berbagai faktor yang diduga turut berperan sebagai
penyebab dari hipertensi primer yaitu seperti bertambahnya umur,
stress, psikologis, dan keturunan. Kurang lebih 90% penderita
hipertensi tergolong hipertensi primer, dan sedangkan 10% nya
lagi tergolong hipertensi sekunder.
10

b. Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder merupakan hipertensi yang
penyebabnya dapat diketahui, diantaranya kelainan pembuluh
darah ginjal, gangguan kelenjer tiroid dan juga kelenjer
adrenal( hiperaldosteronisme).

Faktor – faktor yang dapat menyebabkan hipertensi yaitu :


1) Umur
Orang yang berumur 40 tahun biasanya rentan terhadap
meningkatnya tekanan darah yang lambat laun dapat
menjadi hipertensi seiring dengan usia yang bertambah.
(Alfeus, 2018)
2) Urbanisasi
Hal ini menyebabkan perkotaan menjadi padat penduduk
yang merupakan salah satu pemicu seseoraang terkena
hipertensi, secara otomatis akan banyak kesibukan yang
terjadi di wilayah terssebut, dan banyaak tersedia makanan-
makan yang cepat saji yang menimbulkan hidup kurang
sehat sehingga lebih tinggi berisiko terkena hipertensi.
(Alfeus, 2018).
3) Geografis
Dari segi geografis, daerah pantai lebih besar prosentasenya
terkena hipertensi. hal ini terjadi disebabkan karena daerah
pantai kadar garamnya jauh lebih tinggi dibandingkan
dengan daerah penggunungan atau daerah yang lebih jauh
dari pantai. Selain itu keadaann suhu juga menjadi suatu
alasan lebih banyaknya hipertensi terjadi didaerah pantai.
(Alfeus, 2018).
11

4) Jenis kelamin
Wanita lebih dari pria: di usia lebih dari 50 tahun, karena
di usia tersebut seorang wanita sudah mengalami
menopause dan tingkat stress lebih tinggi.
Pria lebih dari wanita: di usia kurang dari 50 tahun, karena
di usia tersebut seorang pria mempunyai lebih banyak
aktivitas dibandingkan wanita. (Alfeus, 2018).
3. Klasifikasi
Seseorang dapat dikatakan hipertensi jika tekanan darah sistolik
lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolic lebih dari 90
mmHg, pada pemeriksaan yang berulang dilakukan. Adapun
pembagian derajat keparahan hipertensi pada seseorang merupakan
salah satu dasar penentuan tatalaksana hipertensi.

Tabel 2. 1
Klasifikasi Tekanan Darah

Klasifikasi Sistolik Keterangan Diastolik


Optimal < 120 Dan <80
Normal 120-129 Dan/ atau 80-84
Normal tinggi 130-139 Dan/ atau 84-89
Hipertensi derajat 1 140-159 Dan/ atau 90-99
Hipertensi derajat 2 160-179 Dan/ atau 100-109
Hipertensi derajat 3 ≥ 180 Dan/ atau ≥110
Hipertensi sistolik ≥ 140 Dan <90
terisolasi
(Sumber : PERKI, 2015 )

4. Patofisiologi
Hipertensi esensial melibatkan interaksi yang sangat rumit antara
faktor genetic dan lingkungan yang dihubungkan oleh pejemu
mediator neurohormonal. Secara umum hipertensi disebabkan oleh
peningkatan tahanan perifer atau peningkatan volume darah. Gen
yang berpengaruh pada hipertensi primer ( faktor heriditer
diperkirakan meliputi 30% sampai 40% hipertensi primer) meliputi
12

reseptor angiotensin II, Gen angiotensin dan renin, gen sintetase


oksida nitrat endothelial ; gen protein reseptor kinase G; gen reseptor
adrenergic, gen kalsium transport dan natrium hydrogen antiporter
( mempengaruhi sensitivitas garam) dan gen yang berhubungan
dengan resistensi insulin, obesitas, hyperlipidemia, dan hipertensi
sebagai kelompok bawaan. Teori terkini mengenai hipertensi primer
meliputi peningkatan aktivitas sistem saraf simpatis (SNS) yaitu
terjadi respons maladatif terhadap stimulasi saraf simpatis dan
perubahan gen pada reseptor ditambah kadar katekolamin serum yang
menetap, peningkatan aktivitas sistem renin- angiotensin-aldosteron
(RAA), secara langsung menyebakan vasokontraksi, tetapi juga
meningkatkan aktivitas SNS dan menurunkan kadar prostaglandin
vasodilator dan oksida nitrat, memediasi remodeling arteri (perubahan
structural pada dinding pembuluh darah), memediasi kerusakan organ
akhir pada jantung ( hipertrofi ), pembuluh darah dan ginjal. Defek
pada transport garam dan air menyebabkan gangguan aktivitas peptide
natriuretic otak ( brain natriuretic peptide, BNF ), peptide natriuretic
atrial ( atrial natriuretic peptide, ANF ), adrenomedulin, urodilatin
dan endotelin dan berhubungan dengan supan diet kalsium,
magnesium dan juga kalium yang rendah. Interaksi kompleks yang
melibatkan resistensi insulin dan fungsi endotel, hipertensi sering
terjadi pada penderita diabetes, dan resistensi insulin ditemukan pada
banyak pasien hipertensi yang tidak disertai oleh diabetes klinis.
Resistensi insulin dan kadar insulin yang tinggi meningkatkan
aktivitas SNS dan RAA. (Manuntung, 2018).
Tekanan darah arteri merupakan resistensi perifer dan curah
jantung. Curah jantung meningkat karena keadaan yang meningkatkan
frekuensi jantung, volumennya sekuncup atau keduannya. Resistensi
perifer meningkat disebabkan karena faktor yang meningkatkan
viskositas darah atau yang menurunkan ukuran lumen pembulu darah
13

khususnya pembuluh arteri. Ada beberapa teori menjelaskan


terjadinya hipertensi diataranya :
1. Perubahan pada bantalan dinding pembuluh darah arteriol
yang menyebabkan peningkatan resisten perifer.
2. Peningkatan tonus pada system saraf simpatik yang abnormal
dan berasal dari dalam system vasomotor : peningkatan tonus
ini menyebabkan peningkatan resistensi vaskuler perifer.
3. Penambah volume darah yang terjadi karena disfungsi renal
atau hormonal.
4. Peningkatan dinding penebalan arteriol akibat faktor genetik
yang menyebabkan peningkatan resistensi vaskuler perifer.
5. Pelepasan renein yang abnormal sehingga terbentuk
anginotensin II yang menimbulkan kontriksi arteriol dan
meningkatkan volume darah. Hipertensi yang berlangsung
lama akan meningkatkan beban kerja jantung karena terjadi
peningkatan resistensi terhadap ejeksi ventrikel kiri. Untuk
meningkatkan kontraksinya, ventrikel kiri mengalami hipertrofi
sehingga kebutuhan jantung akan oksigen dan beban kerja
jantung meningkat. Dilatasi dan kegagalan jantung dapat terjadi
ketika keadaan hipertrofi tidak lagi mampu mempertahankan
curah jantung yang memadai. Karena hipertensi memacuh
proses aterosklerosis arteri koronaria, maka jantung dapat
mengalamai gangguan lebih lanjut akibat penurunan aliran
darah ke dalam miokardium sehingga timbul angina pictoris
atau infark miokard. Hipertensi juga dapat menyebabkan
kerusakan pembuluh darah yang semakin mempercepat proses
aterosklerosis serta kerusakan organ, seperti cedera retina,
gagal ginjal, stroke, dan aneurisma.(Kartiningrum & Auli,
2021).
14

5. Manifestasi Klinis
Pada penderita hipertensi biasanya penderita tidak menunjukkan
gejala pada awalnya. Pemeriksaan fisik dapat mengungkapkan tidak
ada kelainan kecuali tekanan darah tinggi. Gejala awal hipertensi
menurut (Mufarokhah, 2020) diataranya yaitu :
1) Sakit kepala. Sel darah merah yang membawa oksigen
mengalami kesulitan mencapai otak karena pembuluh yang
meyempit, menyebabkan sakit kepala, dan juga terkadang
disertai dengan mual muntah akibat peningkatan intracranial.
2) Pusing disebabkan karena konsentrasi oksigen yang rendah yang
mencapai otak.
3) Sakit dada, disertai nyeri dada terjadi juga kerena kadar oksigen
menurun.
4) Penglihatan kabur, dapat terjadi kemudian karena terlalu banyak
penyempitan pada pembuluh darah mata sehingga sel darah
merah yang membawa oksigen tidak dapat melewati.
5) Edema dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan
kapiler. Gejala lain biasanya yaitu keluarnya darah dari hidung
secara tiba-tiba, tungkuk terasa pegal.

6. Penatalaksanaan .
1. Medis
Terapi farmakologi pada hipertensi diberikan pada pasien
hipertensi derajat 1 yang tidak mengalami penurunan tekanan
darah setelah lebih dari 6 bulan menjalani pola hidup sehat dan
pada pasien dengan hipertensi derajat lebih dari 2. Prinsip dasar
terapi farmakologi yang perlu diperhatikan untuk menjaga
kepatuhan dan meminimalisasi efek samping, yaitu (PERKI,
2015):
15

1) Bila memungkinkan, berikan obat dosis tunggal.


2) Berikan obat generik (non-paten) bila sesuai dan dapat
mengurangi biaya.
3) Berikan obat pada pasien usia lanjut ( diatas usia 80 tahun )
seperti pada usia 55 – 80 tahun, dengan memperhatikan faktor
komorbid.
4) Jangan mengkombinasikan angiotensin converting enzyme
inhibitor (ACE-i) dengan angiotensin II receptor blockers
(ARBs).
5) Berikan edukasi yang menyeluruh kepada pasien mengenai
terapi farmakologi.
6) Lakukan pemantauan efek samping obat secara teratur.
2. Keperawatan
Menjalani pola hidup sehat terbukti dapat menurunkan tekanan
darah. Beberapa pola hidup sehat yang dianjurkan oleh banyak
guidelines diantaranya yaitu (PERKI, 2015) :
1) Penurunan berat badan. Mengganti makanan tidak sehat dengan
memperbanyak asupan sayuran dan buah-buahan dapat
memberikan manfaat yang lebih selain penurunan tekanan
darah, seperti menghindari diabetes dan dislipidemia.
2) Mengurangi asupan garam. Di Indonesia , makanan tinggi
garam dan lemak merupakan makanan tradisional pada
kebanyakan daerah. tidak sedikit pula pasien tidak menyadari
kandungan garam pada makanan cepat saji, makanan kaleng,
daging olahan dan sebagainya. diet rendah garam juga
bermanfaat untuk mengurangi dosis obat antihipertensi pada
pasien hipertensi derajat lebih dari 2. Dianjurkan untuk asupan
garam tidak melebihi 2 gr per hari.
3) Olah raga. Olah raga yang dilakukan secara teratur sebanyak 30
– 60 menit per hari, minimal 3 hari per minggu, dapat menolong
penurunan tekanan darah. Terhadap pasien yang tidak memiliki
16

waktu untuk berolahraga secara khusus, sebaiknya harus tetap


dianjurkan untuk berjalan kaki, mengendarai sepeda atau
menaiki tangga dalam aktifitas rutin.
4) Mengurangi konsumsi alkohol. Walaupun konsumsi alkohol
belum menjadi pola hidup yang umum di Indonesia , namun
konsumsi alkohol semakin hari semakin meningkat seiring
dengan perkembangan pergaulan dan gaya hidup, terutama di
kota besar. Konsumsi alkohol lebih dari 2 gelas per hari pada
pria atau 1 gelas per hari pada wanita, dapat meningkatkan
tekanan darah. Dengan demikian membatasi atau menghentikan
konsumsi alkohol sangat membantu dalam penurunan tekanan
darah.
5) Berhenti merokok. hal ini sampai saat ini belum terbukti
memiliki efek langsung dapat menurunkan tekanan darah, tetapi
merokok merupakan salah satu faktor risiko utama penyakit.

B. Konsep Rebusan Daun Belimbing Wuluh


a. Definisi.
Belimbing wuluh disebut juga belimbing asam adalah sejenis
pohon yang diperkirakan berasal dari kepulauan Maluku. Belimbing
wuluh merupakan tanaman jenis buah dan obat tradisional. Tanaman
Belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L) merupakan tanaman tradisional
yang banyak dimanfaatkan masyarakat sebagai pengobatan, bagian-
bagian tanaman belimbing wuluh yang dimanfaatkan adalah pada
bagian daun, buah, dan bunganya. Tanaman belimbing wuluh
merupakan tanaman yang dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia
sebagai tanaman pekarangan rumah disamping itu tanaman belimbing
wuluh berkahsiat untuk kesehatan. Bagian tanaman belimbing wuluh
khususnya bagian buah sering digunakan masyarakat sebagai penyedap
makanan untuk memberi rasa asam pada berbagai makanan tradisional.
Disamping sebagai bahan untuk masakan buah belimbing wuluh
17

memiliki khasiat untuk dijadikan sebagai obat dalam mengatasi


berbagai penyakit seperti kolesterol, asam urat, diabetes melitus, batuk,
jerawat, dan sariawan. Bagian daun dari tanaman belimbing wuluh
yang dapat dimanfatkan untuk kesehatan salah satunya yaitu, Daun
belimbing wuluh dimanfaatkan sebagai obat tradisional, diantaranya
bermanfaat untuk menyembuhkan penyakit hipertensi, stroke, batuk,
dan rematik. (luthfianto & marfuah, 2022).

Gambar 2. 1 Tanaman Daun belimbing wuluh


Sumber: Hidjrawan ( 2018 )
b. Kandungan Daun Belimbing Wuluh
Daun Belimbing Wuluh mengandung senyawa flavonoid, fenol,
ekstrak etanol, alkaloid, tanin dan kumarin. Kandungan flavonoid pada
daun belimmbing wuluh memilki potensi sebagai antioksidan yang
berguna untuk menurunkan tekan darah. (Simandalahi & Yentisukma,
2019). ekstrak etanol dari daun belimbing wuluh mempunyai potensi
menjadi obat antihipertensi, karena memberikan efek penurunan
tekanan darah. Antioksidan adalah senyawa dengan struktur molekul
yang dapat membawa elektron ke molekul radikal bebas tanpa
gangguan dan terkadang mengganggu reaksi berantai radikal bebas.
Fungsi utama Antioksidan adalah untuk menghentikan atau memutus
reaksi berantai dari radikal bebas yang terdapat dalam tubuh serta
menetralkan radikal bebas sehingga dapat melindungi sistem biologi
18

tubuh dari efek merugikan yang timbul dari proses maupun reaksi yang
menyebabkan oksidasi berlebihan. Flavonoid hampir terdapat pada
semua bagian tumbuhan termasuk buah, akar, daun dan kulit luar
batang. Manfaat flavonoid antara lain untuk melindungi struktur sel,
meningkatkan efektifitas vitamin C, anti inflamasi, mencegah keropos
tulang dan sebagai antibiotik. Vitamin C adalah salah satu vitamin
yang dapat laut dalam air, vitamin C dikenal juga dengan nama Asam
askorbat. Vitamin C memainkan peran penting dalam homeostasis sel,
bertindak sebagai antioksidan kuat serta modulator positif diferensiasi
sel. Belimbing wuluh merupakan salah satu buah yang mengandung
vitamin C cukup besar yaitu 52 mg tiap 100 gr bahan, tetapi
masyarakat kurang berminat untuk mengkonsumsi, karena rasanya
sangat asam. Daun Belimbing wuluh mengandung senyawa flavonoid,
pektin dan vitamin C yang dapat menurunkan tekanan darah.
(luthfianto & marfuah, 2022).
c. Cara pengolahan
Rebusan daun belimbing wuluh diberikan dengan intensitas
dua kali sehari (150 ml untuk satu kali minum) setelah makan
selama 7 hari berturut-turut, dengan prosedur pembuatan yaitu:
( Simandalahi & Yentisukma, 2019).
1. Daun belimbing wuluh Segar dicuci bersih, kemudian daun
ditimbang 50 gr untuk 1 gelas.
2. Daun direbus dengan 300 ml air hingga mendidih sampai air
tersisa menjadi setengahnya.
3. Saring selagi hangat, dan berikan 2 gelas perhari, pagi dan sore
(150cc) setelah makan Selanjutnya dilakukan pengukuran
tekanan darah kembali setelah pemberian intervensi dan dicatat
kedalam lembar observasi
4. Konsumsi rebusan selama 7 hari berturut-turut.
19

C. Penelitian Terkait
1. Berdasarkan penelitian dari Simandalahi & Yentisukma (2019).
Pengaruh Pemberian Air Rebusan Daun Belimbing Wuluh
(Averrhoa Bilimbi) Terhadap Tekanan Darah Pada Lansia
Penderita Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Andalas Padang.
Jenis dan desain penelitian ini adalah Quasi Eksperimen, post test
control grup design. Jumlah sampel sebanyak 16 orang penderita
hipertensi (8 orang kelompok intervensi dan 8 orang kelompok
kontrol) diambil dengan teknik purposive sampling. Data diolah
dengan komputerisasi dengan analisa univariat statistik deskriptif
dan analisa bivariat menggunakan uji t-test independen dengan
tingkat kemaknaan 95%. Hasil analisa univariat, didapatkan rata-
rata tekanan darah pada kelompok intervensi setelah pemberian air
rebusan daun belimbing wuluh yaitu 146.00/88,75 mmHg. Rata-
rata tekanan darah pada kelompok kontrol yaitu 156.75/93,50
mmHg. Hasil analisa bivariat didapatkan ada pengaruh pemberian
air rebusan daun belimbing wuluh terhadap tekanan darah pada
lansia hipertensi dengan nilai p=0,000 dan p=001.
2. Berdasarkan penelitian dari Anggreni et al (2018). Pengaruh Air
Rebusan Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa Bilimbi L.) Dalam
Penurunan Tekanan Darah Ibu Hamil Penderita Hipertensi. Jenis
penelitian ini adalah experimental, rancang bangun yang digunakan
adalah one-shot case study, peneliti mengadakan treatment selama
2 kali dalam seminggu, selama 1 bulan. Konsumsi yang rutin
selama 1 bulan diperkirakan dapat menurunkan tekanan darah ibu
hamil yang hipertensi. Instrument penelitian ini menggunakan
lembar observasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian
besar responden mengalami pre hipertensi pada pengamatan awal,
namun setelah pemberian air rebusan daun belimbing wuluh selama
1 bulan maka sebagian besar ibu hamil pada kelompok eksperimen
mengalami perubahan tekanan darah menuju ke normal, sedangkan
20

pada kelompok kontrol sebagian besar masih dikategorikan pre


hipertensi. Hasil uji Mann Whitney menunjukkan bahwa ada
perbedaan tekanan darah ibu hamil antara kelompok kontrol dan
kelompok eksperimen setelah minum air rebusan daun belimbing
wuluh selama 1 bulan (Z hitung = -2,822 dan p value= 0,005)
dimana tekanan darah kelompok eksperimen lebih rendah menjadi
rata-rata 123,7 mmHg sedangkan kelompok kontrol masih sebesar
rata-rata 132,6 mmHg.

D. Kerangka Konseptual
Kerangka konsep adalah kerangka hubungan antara konsep yang
ingin diamati atau yang ingin diukur melalui penelitian yang akan
dilakukan. Hubungan antar konsep dapat ditentukan berdasarkan teori-
teori dan tinjauan literature serta hasil dari penelitian sebelumnya.
(Wibowo, 2021).

Skema 2. 1
Kerangka Konsep

Input proses Output

Konsumsi Tekanan darah


Tekanan darah
rebusan daun pasien
pasien hipertensi
belimbing hipertensi
sebelum
wuluh 2 kali setelah
mengkonsumsi
sehari selama 7 mengkonsumsi
rebusan daun
hari berturut- rebusan daun
belimbing wuluh
turut. belimbing
wuluh

E. Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan suatu dugaan atau jawaban sementara yang
mungkin benar tetapi mungkin juga salah. Hipotesis suatu dugaan,
tidak hanya asal membuat dugaan tetapi dugaan yang di dasari oleh
teori-teori atau hasil- hasil penelitian yang pernah dilakukan. karena
21

sifat hipotesis yang masih dugaan, maka hipotesis mungkin diiterima


atau mungkin juga ditolak. Hipotesis juga merupakan dugaan atau
perkiraan tentang adanya kaitan antara dua variable atau lebih.
(Wibowo, 2021).

1. Ha : ada pengaruh pemberian rebusan daun belimbing wuluh


terhadap perubahan tekanan darah tinggi pada pasien hipertensi.
2. H0 : tidak ada pengaruh pemberian rebusan daun belimbing wuluh
terhadap perubahan tekanan darah tinggi pada pasien hipertensi
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian


Desain penelitian merupakan suatu penyelidikan terorganisasi, atau
penyelidikan yang dilakukan secara hati-hati dan kritis dalam mencari
kebenaran fakta untuk menentukan sesuatu.(Siyoto & Ali Sodik, 2015).
penelitian ini menggunakan quasy experiment with control group.
(Hidayat, 2015). Rancangan ini bertujuan untuk mengetahui hasil yang
didapatkan sebelum dan sesudah diberikan intervensi konsumsi rebusan
daun belimbing wuluh, yang diawali dengan pengukuran tekanan darah
sebelum pemberian perlakuan ( pre test ) dan sesudah intervensi (post-
test).

Skema 3.1
Rancangan Penelitian

R1 01 02

R2 02

Keterangan :
R :Responden
R1 :Responden Intervensi
R2 :Responden Kontrol
01 :Perlakuan Eksperimental Daun Belimbing Wuluh
02 :Posttest

22
25

B. Lokasi dan Waktu Penelitian


1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas RI Simpang
Tiga Pekanbaru. Alasan peneliti mengambil tempat penelitian bahwa
Puskesmas RI Simpang Tiga didapatkan dari Dinas Kesehatan Kota
Pekanbaru Tahun 2021, Puskesmas RI Simpang Tiga merupakan
Puakesmas dengan kasus Hipertensi tertinggi di Pekanbaru, dimana
jumlah kasus hipertensi dari januari hingga desember 2021 berjumlah
6324 dengan persentasi 43,81 %.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan februari 2022 sampai dengan
bulan juli 2022 yang dimulai dari pengajuan judul, penyusunan
proposal sampai dengan presentasi akhir. Berikut melalui table
dibawah ini.
Tabel 3. 1
Waktu Pelaksanaan Penelitian

NO Uraian kegiatan Tahun 2022


Feb Mar Apr Mei Jun Jul
1. Persiapan
Pengajuan Judul
Skripsi
2. Pembuatan
Proposal
3. Seminar Proposal
4 Pengumpulan Dan
Pengolahan Data
5. Penyusunan
Laporan Skripsi
6. Presentasi/Seminar
Hasil Skripsi
25

C. Populasi dan Sampel


1. Populasi
Populasi merupakan seluruh subjek ataupun objek dengan
karakteristik tertentu yang akan diteliti, tidak hanya objek atau subjek
yang dipelajari saja yang akan diteliti tetapi seluruh karakteristik atau
sifat yang dimiliki subjek atau objek tersebut atau kumpulan orang ,
individu atau objek yang akan diteliti sifat ataupun karakteristiknya
(Hidayat, 2015). Populasi penelitian ini adalah seluruh penderita
hipertensi yang berada dalam cakupan wilayah kerja Puskesmas RI
Simpang Tiga, dimana jumlah penderita hipertensi dari bulan januari
hingga desember 2021 berjumlah 6.324 orang.
2. Sampel
Sampel merupakan sebagian dari jumlah dan krakteristik yang
dimiliki oleh populasi tersebut, ataupun bagian kecil dari anggota
populasi yang diambil menurut prosedur tertentu sehingga dapat
mewakili populasinya.(Siyoto & Ali Sodik, 2015) . jumlah sampel
ditetapkan dengan rumus berikut.
n=¿

Perhitungan :

n = besar sampel

𝛼 = kesalahan tipe I = 5%, hipotesis dua arah, maka 𝑍𝛼 = 1.96

𝛽 = kesalahan tipe II = 20%, maka 𝑍𝛽 = 0,084

𝑋1 − 𝑋2 = selisih minimal yang dianggap bermakna = 0.5

S = simpang baku gabungan ditentukan dari kepustakaan = 0.5

F = drop out 10% = 0,1

n=¿
25

n=[ 1.96+0.084 ¿ S¿¿ 0.5 ] 2

n=7.8

Apabila dibulatkan keatas maka besar sampel minimal yang


dibutuhkan adalah 8 orang dalam satu kelompok. Untuk
mengantisipasi sampel yang drop out pada saat penelitian, maka
sampel yang akan diambil datanya adalah 15 orang dalam satu
kelompok. Sehingga keseluruhan besar sampel yang dibutuhkan
adalah 30 orang. Berdasarkan perhitungan diatas, maka jumlah
responden dalam penelitian ini dibagi menjadi dua kelompok, yaitu 15
responden sebagai kelompok intervensi dan 15 responden sebagai
kelompok kontrol.

3. Teknik Sampling
Teknik sampling merupakan teknik pengambilan sampel terdapat
beberapa jenis teknik sampling untuk menentukan sampel yang akan
dipakai dalam penelitian. Pada dasarnya teknik sampling
dikelompokkan menjadi dua yaitu, probability sampling dan non-
probability sampling. Dalam penelitian ini teknik yang digunakan
dalam pengambilan sampel adalah purposive sampling yaitu,
penentuan sampel dengan pertimbangan dan seleksi khusus yang
ditentukan oleh peneliti. (Siyoto & Ali Sodik, 2015).
25

Sampel diambil berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi, yaitu


sebagai berikut :
a. Kriteria inklusi
1) Bersedia menjadi responden.
2) Hasil pemeriksaan tekanan darah minimal ambang batas
hipertensi derajat 1 (140/100 mmHg) .
3) Pasien yang terdiagnosis hipertensi
b. Kriteria eksklusi
1) Tidak bersedia menjadi responden
2) Pasien yang menjadi responden penelitian lain
3) Pasien dengan tekanan darah normal dan optimal
4) Pasien dengan komplikasi hipertensi.

D. Instrument Penelitian
Instrument penelitian, merupakan suatu alat yang digunakan untuk
mengumpulkan data dan mengukur objek dari suatu variabel penelitian,
supaya mendapatkan data yang benar untuk kesimpulan yang sesuai
dengan keadaan sebenarnya, maka diperlukan suatu instrumen yang valid
dan konsisten serta tepat dalam memberikan data hasil penelitian.
(Syamsuryadin & Wahyuniati, 2018).
Dalam penelitian ini alat yang digunakan adalah lembar
Observasi, pulpen dan juga sphygmomanometer digital merek omron
sebagai alat ukur dalam pemeriksaan tekanan darah. Alasan peneliti
menggunakan merek amron karena tingkat inflasi disesuaikan secara
otomatis tanpa rasa sakit dan tidak nyaman. Sphygmomanometer digital
amron memiliki akurasi manset yang baik dengan teknologi intelliWrap
dan juga dapat menyimpan hasil ukur tekanan darah dalam memori.
sphygmomanometer digital tervalidasi secara klinis serta memenuhi
standar akurasi pengukuran tekanan darah atau ukuran jantung memompa
darah ke seluruh tubuh. Pengukuran tekanan darah dilakukan sebelum
pasien diberikan minuman rebusan daun belimbing wuluh (pretest)
25

kemudian sesudah mengkonsumsi rebusan daun belimbing wuluh (post-


test) untuk mengetahui penurunan tekanan darah.

E. Definisi Operasional
Definisi Operasionl merupakan petunjuk tentang bagaimana suatu
variable akan diukur, dengan membaca definisi operasional dalam suatu
penelitian seorang peneliti akan mengetahui pengukuran suatu variable,
sehingga mengetahui baik buruknya dilakukan pengukaran tersebut.
(Siyoto & Ali Sodik, 2015).

Tabel 3. 2
Definisi Operasional

No Variable Definisi Alat Skala ukur Hasil ukur


operasional Ukur
1 Variabel bebas Salah satu Lembar Nominal 1. Mengkonsu
(Independen) metode non- observasi msi
farmakologi minuman
Daun yang digunakan daun
belimbing peneliti untuk belimbing
wuluh menurunkan wuluh
tekanan darah
pasien dengan 2. Tidak
cara Mengkonsu
memberikan msi
minuman minuman
rebusan daun daun
belimbinggwulu belimbing
h yang diminum wuluh
setiap 2 kali
sehari selama 7
hari berturut-
turut.
2 Variable Hasil Sphygmoma Rasio Nilai tekanan
terikat pengukuran nometer darah sebelum
(Dependen) tekanan darah (pre-test) dan
sebelum dan sesudah
Penurunan sesudah intervensi
tekanan darah diberikan (post-test)
perlakuan.
25

F. Etika Penelitian
Etika Penelitian, khususnya jika yang menjadi subyek penelitian
adalah manusia, maka peneliti harus memahami hak dasar manusia.
Manusia memiliki kebebasan dalam menentukan dirinya, sehingga
penelitian yang akan dilaksanakan benar menjunjung tinggi kebebasan
manusia. Beberapa prinsip penelitian pada manusia yang harus dipahami
adalah (Setiana & Nuraeni, 2018):
a. Prinsip manfaat,diharapkan dapat dimanfaatkan untuk kepentingan
manusia. Prinsip ini dapat ditegakkan dengan membebaskan, tidak
memberikan atau dengan berprinsip pada aspek manfaat, maka segala
bentuk penelitian menimbulkan kekerasan pada manusia, tidak
menjadikan manusia untuk dieksploitasi. Penelitian yang dihasilkan
dapat memberikan manfaat dan mempertimbangkan antara aspek risiko
dengan aspek manfaat, bila penelitian yang dilakukan dapat mengalami
dilema dalam etik.
b. Prinsip menghormati manusia, Manusia memiliki hak dan merupakan
makhluk yang harus dihormati, karena manusia berhak untuk
menentukan pilihan antara mau dan tidak untuk diikutsertakan menjadi
subyek penelitian.
c. Prinsip keadilan, dilakukan untuk menjunjung tinggi keadilan dengan
menghargai hak atau memberikan pengobatan secara adil, hak menjaga
privasi manusia, dan tidak berpihak dalam perlakukan terhadap
manusia. Masalah Etika Penelitian (Keperawatan) merupakan masalah
yang sangat penting dalam penelitian, mengingat penelitian
keperawatan berinteraksi langsung dengan manusia, maka segi etika
penelitian yang harus diperhatikan yaitu :
1. Informed Consent
Informed consent merupakan informasi yang harus diberikan pada
subyek/responden penelitian mengenai penelitian yang akan
dilakukan.
25

2. Informed consent
Subyek penelitian mengetahui dan memahami maksud dan tujuan
penelitian, proses penelitian dan dampaknya yang akhirnya dapat
menentukan apakah responden bersedia atau tidak bersedia menjadi
subyek penelitian. Jika bersedia, maka harus menandatangani
lembar persetujuan. Jika subyek tidak bersedia, maka peneliti harus
menghormati hak responden/pasien. Beberapa informasi yang harus
ada dalam informed consent antara lain(Setiana & Nuraeni, 2018):
1. Partisipasi pasien, tujuan dilakukannya penelitian atau tindakan,
jenis data yang dibutuhkan, komitmen, prosedur pelaksanaan,
potensial masalah yang akan terjadi, manfaat, kerahasiaan, dan
informasi yang mudah dihubungi.
2. Anonimity (tanpa nama), Masalah etika keperawatan yang
memberikan jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan
cara tidak memberikan atau mencantumkan nama responden pada
lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar
pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan.
3. Kerahasiaan (confidentiality), masalah etika dengan memberikan
jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun
masalah lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan akan
dijamin kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data
tertentu yang akan dilaporkan dan diperlihatkan pada hasil riset.

G. Prosedur Pengumpulan Data


Prosedur pengumpulan data dapat dilakukan dalam 3 tahap, yaitu :
1. Tahap Persiapan
Pada tahap persiapan pada penilitian ini, peneliti terlebih dahulu
menentukan masalah penelitian, kemudian dilanjutkan dengan studi
pendahuluan yang diawali dengan pengurusan surat untuk
mendapatkan data pra-riset. Selanjutnya peneliti menyusun proposal
yang telah mendapatkan persetujuan dari pembimbing serta izin
25

penelitiaan dari kampus STIKes Payung Negeri. Setelah selesai ujian


proposal, peneliti akan menjalankan proses pengurusan permohonan
agar bisa melakukan penelitian, dan juga peneliti melakukan
pengambilan data di wilayah kerja Puskesmas RI Simpang Tiga.
2. Tahap pelaksanaan
a) Tahap pelaksanaan dimulai setelah penulis menyelesaikan urusan
surat izin penelitian dan juga ujian proposal. Dalam pengumpulan
data dilakukan secara langsung, peneliti secara langsung bertemu
pasien ( metode eksperimen) atau door to door.
b) Peneliti mendatangi lokasi penelitian di wilayah kerja Puskesmas
RI Simpang Tiga kota Pekanbaru untuk melakukan pemilihan
responden secara acak.
c) Peneliti kemudian akan menjelaskan tujuan dan juga dampak dari
penelitian yang akan diperoleh responden. Responden yang
bersedia dalam penelitian mendatangani surat persetujuan tindakan
(informed consent) sebagai bentuk kesedian dalam kegiatan
penelitian.
d) Selanjutnya peneliti melakukan pengumpulan data yang diawali
dengaan pengukuran tekanan darah sebelum melakukan (pre-test)
konsumsi rebusan daun beliimbing wuluh.
e) Selanjutnya melakukan tindakan yang diawali dengan memberikan
informasi mengenai hipertensi, menjelaskan tujuan intervensi dan
keuntungan melakukan terapi non-farmakologi berupa air rebusan
daun belimbing wuluh, kemudian diberikan kesempatan responden
untuk bertanya, dan responden diinstruksikan untuk mengkonsumsi
air rebusan daun belimbing wuluh sebanyak 2 kali sehari dipagi
dan sore hari selama 7 hari berturut-turut.
f) Kemudian setelah penelitian berjalan selama 7 hari, peneliti
melakukan penilian dengan mengukur tekanan darah responden
(post-test), setelah itu peniliti mengucapkan terimakasih atas
kerjasama dan kebersedian menjadi responden.
25

g) Lembar observasi yang telah diisi akan dibandingkan antara pre-


test dan post-test, selanjutkan dilakukan pengolahan data dan
mengumpulkan dokumentasi.
3. Tahap akhir
Setelah semua proses pengumpulan data selesai, selanjutnya
penulis akan melakukan analisa dengan menggunakan uji statistik
yang sesuai dengan data yang diperoleh. tahap akhir adalah
penyusunan laporan hasil penelitian dan penyajian hasil dari
penelitian.

H. Teknik Pengolahan Data


Data dikumpulkan melalui proses, yaitu pengumpulan data. Data
yang terkumpul tidak bisa langsung secara otomatis dianalisis, maka untuk
dapat menganalisis data diperlukan pengolahan data secara teliti dan
cermat melalui beberapa tahapan diantaranya yaitu (Swarjana, 2016) :
1. Edit (editing)
Tahap editing merupakan tahap yang pertama dalam melakukan
pengolahan data penelitian atau data statistik. Editing adalah proses
pemeriksaan data yang dikumpulkan melalui alat pengumpulan data
(instrumen penelitian). Pada tahap editing juga melengkapi data yang
kurang, memperbaiki dan juga mengoreksi data yang belum jelas.
2. Pemberian kode (coding)
Pada tahap kedua yaitu pemberian kode, pemberian kode menjadi
penting untuk mempermudah tahap-tahap berrikutnyaa terutama pada
saat tabulasi data.
3. Entry
Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah memasukkan data ke
dalam program komputer.
25

4. Cleaning
Merupakan pengecekan kembali pada data yang sudah dimasukkan
untuk melihat terdapat kesalahan atau tidak. Lalu mengecek adanya
kemungkinan salah kode.
5. Processing
Pada tahap ini melakukan proses pengolahan dari data yang
dimasukkan, yang berupa proses menghitung, membandingkan,
mengklasifikasikan, mengurutkan dan juga mengendalikan.

I. Analisa Data
1. Analisa Univariat
Analisa univariat merupakan jenis analisis yang melibatkan hanya
satu variable, dalam kaitannya analisis hubungan antarvariabel, maka
analisis univariat hanya melibatkan satu variabel respons atau
dependent (Lusiana & Mahmudi, 2020). Analisa univariat digunakan
untuk mendapatkan gambaran jenis kelamin, usia, pekerjaan,
pendidikan terakhir dan juga tekanan darah sebelum dan sesudah diberi
perlakuan mengkonsumsi rebusan air daun belimbing wuluh. Hasil dari
analisis akan disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi dan persentase
melalui program komputerisasi, sedangkan pengukuran tekanan darah
disajikan dalam bentuk mean, standar deviasi, serta nilai minimum dan
maksimum
2. Analisa Bivariat
Analisa bivariat merupakan analisa data yang melibatkan lebih dari
satu variable atau memiliki banyak variable dependen yang dianalisis
(Lusiana & Mahmudi, 2020). hipotesis yang digunakan pada penelitian
ini adalah dependent sample t-test Syarat dari uji dependent sample t-
test adalah data harus terdistribusi normal, kelompok data dependent
dan variabel yang dihubungkan berbentuk numerik dan kategorik.
Dependent sample t-test digunakan untuk mengetahui rata-rata (mean)
tekanan darah sebelum dan sesudah intervensi konsumsi air rebusan
25

daun belimbing wuluh. Derajat kepercayaan (p=0,05), apabila dari uji


statistik di dapatkan p<0,05, maka dapat diartikan terdapat pengaruh
rebusan daun belimbing wuluh terhadap penurunan tekanan darah ,
sehingga H0 di tolak. Sedangkan apabila p>0,05, maka diartikan tidak
terdapat pengaruh rebusan daun belimbing wuluh terhadap penurunan
tekanan darah , maka H0 gagal ditolak

Tabel 3. 3
Perngaruh pemberiaan Rebusan Daun Belimbing Wuluh
Pretest Dan Posttest Pada Kelompok Intervensi

Variabel Perlakuan N Mean SD SE P value


Tekanan darah
(konsumsi pretest
rebusan
Daun belimbing
wuluh)
Tekanan darah Posttest
(konsumsi
rebusan
Daun belimbing
wuluh)
DAFTAR PUSTAKA

Alfeus, M. M. kep. N. (2018). terapi prilaku kognitif pada pasien hipertensi.


WINEKA MEDIA.
Anugerah, A., Abidin, A. Z., & Prastiyo, J. (2022). Jurnal of Bionursing Terapi
Komplementer Terhadap Hipertensi : Studi Literatur Tekanan Darah pada
Penderita. 4(1), 44–54.
Apriani, P. hastuti. (2019). hipertensi. lakeisha.
Dhonna Anggreni, Erfiani Mail, F. A. (2018). Pengaruh Air Rebusan Daun
Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi l.) Dalam Penurunan Tekanan Darah
Ibu Hamil Penderita Hipertensi. 16, 5.
Hasim, Arifin, Y. Y., Andrianto, D., & Faridah, D. N. (2019). Ethanol extracts of
Averrhoa bilimbi leaf demonstrated anti-inflammatory activity. Jurnal
Aplikasi Teknologi Pangan, 8(3), 86–93.
Hasnawati. (2021). HIPERTENSI. KBM indonesia.
Hidjrawan Yusi. (2018). Identifikasi Senyawa Tanin Pada Daun Belimbing
Wuluh (Averrhoa bilimbi L.)No Title. Jurusan Teknik Industri, 4(2), 78–82.
Kartika, M., Subakir, S., & Mirsiyanto, E. (2021). Faktor-Faktor Risiko Yang
Berhubungan Dengan Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Rawang Kota
Sungai Penuh Tahun 2020. Jurnal Kesmas Jambi, 5(1), 1–9.
https://doi.org/10.22437/jkmj.v5i1.12396
Kartiningrum, E. D., & Auli, N. (2021). Studi kualitatif perawatan keluarga pasien
hipertensi di dusun sumber desa sebaung gending probolinggo. Hospital
Majapahit, 13(1), 46–60.
Lestari, A., & Faridah, I. N. (2021). Hubungan antara Pengetahuan Pasien
terhadap Terapi Komplementer dengan Luaran Terapi pada Pasien
Hipertensi Di Beberapa Puskesmas Area Kota Yogyakarta The Relationship
between Patients ’ Knowledge about Complementary Therapy and Outcome
Therapy in Hyperte. 18(02), 257–266.
Lusiana, E. D., & Mahmudi, M. (2020). Teori dan Praktikk Analisis Data
Univariat dengan Past. UB Press.
Mufarokhah, M. kep. N. H. (2020). hipertensi dan intervensi keperawatan.
lakeisha.
Pitriani, Risa. Yanti, J. S., Afni, R. (2018). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Kejadian Hipertensi pada Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Rumbai
Pesisir. Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes, 9(1), 74–77.
Pra, P., Di, L., Bojonggede, P., Oktaviani, E., Prastia, T. N., & Dwimawati, E.
(2022). FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN
HIPERTENSI. 5(2), 135–147.
Putri, R. (2018). Faktor Resiko Hipertensi Ditinjau Dari Stres Kerja Dan
Kelelahan Pada Anggota Polisi Daerah Riau. Psychopolytan : Jurnal
Psikologi, 2(1), 36–48.
http://ojsbimtek.univrab.ac.id/index.php/psi/article/view/695
Setiana, A., & Nuraeni, R. (2018). Riset Keperawatan. LovRinz publishing.
Simandalahi, T., & Yentisukma, Z. S. (2019). Air Rebusan Daun Belimbing
Wuluh (Averrhoa Bilimbi) Terhadap Tekanan Darah Pada Lansia Penderita
Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Andalas Padang. Jurnal Kesehatan
Saintika Meditory, 1(2), 94–102.
http://jurnal.syedzasaintika.ac.id/index.php/meditory/article/view/349
Siyoto, S., & Ali Sodik. (2015). Dasar Metodologi Penelitian. Literasi Media
Publishing.
Swarjana, I. K. (2016). Statistik Kesehatan. C.V ANDI OFFSET.
Syamsuryadin, S., & Wahyuniati, C. F. S. (2018). uji validitas dan reliabilitas
instrumen penelitian kuantitatif. 7(1), 17–23.
https://doi.org/10.21831/jorpres.v13i1.12884
Telaumbanua, A. C., & Rahayu, Y. (2021). Penyuluhan Dan Edukasi Tentang
Penyakit Hipertensi. Jurnal Abdimas Saintika, 3(1), 119.
https://doi.org/10.30633/jas.v3i1.1069
Trisnawati, E., & Jenie, I. M. (2019). Terapi Komplementer Terhadap Tekanan
Darah Pada Penderita Hipertensi: A Literatur Review. Jurnal Keperawatan
Respati Yogyakarta, 6(3), 641. https://doi.org/10.35842/jkry.v6i3.370
LAMPIRAN
Lampiran 1 :Permohonan Menjadi Responden

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN


PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN STIKES
PAYUNG NEGERI PEKANBARU
TAHUN 2022

Kepada Yth,
Calon Responden
di
Tempat
Dengan
Hormat,
Sebagai bentuk persyaratan untuk menyelesaikan pendidikan di Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Payung Negeri Pekanbaru Program Studi S1 Keperawatan
dan juga sebagai bimbingan, pedoman dalam ilmu pendidikan guna meningkatkan
produktivitas pendidikan dan pembelajaran, saya yang bertanda tangan dibawah
ini:
Nama : Erda Febriza
Nim : 18301049
Alamat: Jl. Serayu
Akan mengadakan penelitian “Pengaruh Rebusan Daun Belimbing Wuluh
Terhadap Perubahan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi”. Penelitian ini
tidak akan menimbulkan akibat yang merugikan bagi responden. Saya akan
menjaga kerahasiaan informasi dalam pelaksanaan penelitian ini, bila responden
setuju dan berpartisipasi dalam melaksanakan maka saya mohon ketersediaannya
untuk menandatangani lembar persetujuan menjadi responden. Atas perhatiannya
saya ucapkan terimakasih.
Hormat Saya,

Erda Febriza
Lampiran 2: Lembar Menjadi Responden

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN STIKES

PAYUNG NEGERI PEKANBARU

TAHUN 2022

Dengan ini saya menyatakan dan memberikan persetujuan menjadi


responden dalam pelaksanaan penelitian yang berjudul “Pengaruh Rebusan Daun
Belimbing Wuluh Terhadap Perubahan Tekanan Darah Pada Penderita
Hipertensi”.
Penelitian ini akan dilakukan oleh mahasiswa Program Studi S1
Keperawatan STIKes Payung Negeri Pekanbaru.
Nama : Erda Febriza
Nim : 18301049
Setelah mendapat penjelasan tentang maksud dan tujuan serta manfaat
dari penelitian ini, saya memahami sepenuhnya bahwa penelitian ini akan
sangat bermanfaat dan dapat digunakan sebagai alternatif pengobatan untuk
menurunkan Tekanan darah menjadi normal. Demikianlah surat persetujuan ini
saya buat sebagai bentuk kesedian saya menjadi responden penelitian ini tanpa
mendapat paksaan dan tekanan dari pihak manapun.

Pekanbaru, 2022
Responden

(……………………………)
Lampiran 3 : Lembar Observasi

Pengaruh Rebusan Daun Belimbing Wuluh Terhadap Perubahan Tekanan


Darah Pada Penderita Hipertensi

Kelompok

intervensi

kontrol

A. Data Demografi Responden

Petunjuk pengisian:
Isilah pertanyaan yang sudah disediakan. Berilah tanda check-list (√) pada
kotak yang telah disediakan sesuai dengan jawaban yang anda berikan.

Inisial :
Usia : tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki Perempuan

Pekerjaan PNS Wiraswasta


:

IRT Tidak Bekerja

Swasta Pensiun

dll,

Pendidikan Terakhir : SD SMA/SMK

SMP Perguruan Tinggi

Riwayat penyakit :................................


B. Hasil Pengukuran Kadar Kolesterol

Tekanan Tekanan
Darah Perlakuan darah keterangan
( (pre-test) (post-test)
Hari Hari Hari Hari Hari Hari Hari
ke-1 ke-2 ke-3 ke-4 ke-5 ke-6 ke-7
Lampiran 4 : SOP

SOP PEMBUATAN AIR REBUSAN


DAUN BELIMBING WULUH

A. Bahan

1. Daun Belimbing Wuluh

2. Air Bersih 300 ml

B. Alat.

1. Gelas ukur
2. Tempat rebus

3. Sendok

4. Saringan
C. Cara Pembuatan
1. Daun belimbing wuluh dicuci bersih
2. Daun ditimbang sebanyak 50 gr
3. Daun direbus dengan air 300 ml hingga mendidih
sampai air tersisa menjadi setengah
4. Lalu saring selagi hangat.
5. Air Rebusan daun belimbing wuluh siap diminum.
(150 cc sekali minum)
Lampiran 5

Anda mungkin juga menyukai