Anda di halaman 1dari 9

BUKU JAWABAN UJIAN (BJU)

UAS TAKE HOME EXAM (THE)


SEMESTER 2021/22.2 (2022.1)

Nama Mahasiswa : TAUFAN HIDAYAT

Nomor Induk Mahasiswa/NIM : 042762399

Tanggal Lahir : 07 November 1988

Kode/Nama Mata Kuliah : ADBI4336 / Hukum Ketenagakerjaan

Kode/Nama Program Studi : 311 / Ilmu Hukum

Kode/Nama UPBJJ : 11 / Banda Aceh

Hari/Tanggal UAS THE : Selasa/ 28 Juni 2022

Tanda Tangan Peserta Ujian

Petunjuk

1. Anda wajib mengisi secara lengkap dan benar identitas pada cover BJU pada halamanini.
2. Anda wajib mengisi dan menandatangani surat pernyataan kejujuranakademik.
3. Jawaban bisa dikerjakan dengan diketik atau tulistangan.
4. Jawaban diunggah disertai dengan cover BJU dan surat pernyataan kejujuranakademik.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN


RISET, DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS TERBUKA
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

Surat Pernyataan Mahasiswa


Kejujuran Akademik

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama Mahasiswa : TAUFAN HIDAYAT


NIM : 042762399
Kode/Nama Mata Kuliah : ADBI4336 / Hukum Ketenagakerjaan
Fakultas : FSHIP
Program Studi : Ilmu Hukum
UPBJJ-UT : 11 Banda Aceh

1. Saya tidak menerima naskah UAS THE dari siapapun selain mengunduh dari aplikasi THE pada laman
https://the.ut.ac.id.
2. Saya tidak memberikan naskah UAS THE kepadasiapapun.
3. Saya tidak menerima dan atau memberikan bantuan dalam bentuk apapun dalam pengerjaan soal ujian
UASTHE.
4. Saya tidak melakukan plagiasi atas pekerjaan orang lain (menyalin dan mengakuinya sebagai pekerjaan
saya).
5. Saya memahami bahwa segala tindakan kecurangan akan mendapatkan hukuman sesuai dengan aturan
akademik yang berlaku di UniversitasTerbuka.
6. Saya bersedia menjunjung tinggi ketertiban, kedisiplinan, dan integritas akademik dengan tidak
melakukan kecurangan, joki, menyebarluaskan soal dan jawaban UAS THE melalui media apapun, serta
tindakan tidak terpuji lainnya yang bertentangan dengan peraturan akademik UniversitasTerbuka.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Apabila di kemudian hari terdapat pelanggaran
atas pernyataan di atas, saya bersedia bertanggung jawab dan menanggung sanksi akademik yang ditetapkan oleh
Universitas Terbuka.
Banda Aceh, 28 Juni 2022
Yang Membuat Pernyataan

TAUFAN HIDAYAT
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

1.a. Bagaimana kedudukan pekerja anak dalam Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 Tentang
Ketenagakerjaan ?

Jawaban :
Di Indonesia, dalam bidang ketenagakerjaan sudah ada ketentuan yang sifatnya melarang atau membatasi
penggunaan tenaga kerja anak.Berdasarkan UURI No. 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan disebutkan
bahwa usia anak yang bekerja (working children) tidak boleh kurang dari 13 tahun dan hanya boleh bekerja
pada jenis-jenis pekerjaan ringan yang tidak membahayakan fisik, mental dan moral anak. Syarat lainnya
jam kerja anak usia 13 hingga 15 tahun yang bekerja tidak boleh lebih dari 3 jam dalam sehari atau 15 jam
dalam seminggu dan harus seizin orang tua. Sementara anak yang berusia antara 15 hingga 17 tahun
hanya boleh bekerja maksimal 40 jam dalam seminggu dan tetap harus seizin orang tua. Di samping itu,
anak juga harus tetap bersekolah. Bagi pengusaha yang mempekerjakan anak pada pekerjaan ringan harus
memenuhi syarat_syarat antara lain, izin tertulis dari orang tua atau walinya, waktu kerja maksimum 3 (tiga)
jam sehari, memperhatikan keselamatan dan kesehatan kerja, dan menerima upah sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.

1.b. Apakah pekerjaan yang dapat dilakukan oleh pekerja anak ?

Jawaban :

Pada prinsipnya anak tidak boleh bekerja, dikecualikan untuk kondisi dan kepentingan tertentu anak
diperbolehkan bekerja, sebagaimana diatur dalam Undang-undang No. 13 tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan. Untuk mengembangkan bakat dan minat anak dengan baik, makan anak perlu diberikan
kesempatan untuk menyalurkan bakat dan minatnya. Untuk menghindarkan terjadinya eksploitasi terhadap
anak, pemerintah telah mengesahkan kebijakan berupa Kepmenakertrans No. Kep. 115/Men/VII/2004
tentang perlindungan bagi anak yang melakukan pekerjaan untuk mengembangkan bakat dan minat.

Bentuk pekerjaan tersebut antara lain :

a) Pekerjaan Ringan, yaitu pekerjaan yang tidak mengganggu perkembangan dan kesehatan, fisik,
mental dan social

b) Pekerjaan dalam rangka bagian kurikulum pendidikan atau pelatihan, anak dapat melakukan
pekerjaan yang merupakan bagian dari kurikulum pendidikan atau pelatihan yang disahkan oleh
pejabat yang berwenang

c) Pekerjaan untuk mengembangkan bakat dan minat, asalkan memenuhi syarat pekerja anak serta
menambah kreativitas dan sesuai dengan dunia anak

1.c. Pekerjaan apa saja yang tidak dibolehkan diberikan kepada pekerja anak ?

Jawaban :

Bentuk pekerjaan terburuk untuk anak menurut pasal 74 ayat 2 UU. No. 13/2003 dan Berdasarkan
Keputusan Menteri No :KEP.235/MEN/2003 yaitu meliputi :

a) Segala pekerjaan dalam bentuk perbudakan atau sejenisnya;

b) Segala pekerjaan yang memanfaatkan, menyediakan, atau menawarkan anak untuk pelacuran,
produksi pornografi, pertunjukan porno atau perjudian;
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

c) Segala pekerjaan yang memanfaatkan, menyediakan atau melibatkan anak untuk produksi dan
perdagangan minuman keras, narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnnya dan atau

d) Semua pekerjaan yang membahayakan kesehatan, keselamatan atau moral anak.

e) Jenis pekerjaan yang membahayakan kesehatan dan keselamatan kerja

f) Jenis pekerjaan yang membahayakan moral

2.a. Apakah tindakan Anton yang tidak masuk selama 5 (lima) hari tersebut dapat dikualiifkasi
sebagai tindakan mangkir atau pengunduran diri ?

Jawaban :

Tidak, Jika dilihat dari keterangan diatas tindakan PHK yang dilakukan oleh PT. Angin Ribut tanpa adanya
pemberitahuan sebelumnya merupakan tindakan yang tidak dibenarkan menurut undang-undang. Karena
dalam kasus ini Anton telah meminta izin ke atasannya melalui temannya sehingga bukan termasuk
kategori mangkir dari pekerjaan selama 5 (lima) hari kerja atau lebih berturut-turut tanpa keterangan, disini
jelas bahwa keterangan Anton tidak masuk bekerja adalah adanya urusan keluarga yang harus diselesaikan
yaitu menjaga orang tuanya yang sakit di Rumah Sakit. Selain itu dari pihak perusahaan pun tidak
memberikan teguran berupa Surat Peringatan (SP) 1 sd 3 & melakukan perundingan dengan Anton atas
perbuatan yang dia lakukan.

Seharusnya sebelum melakukan Pemutusan Hubungan Kerja seperti kasus yang dialami oleh Anton, ada
beberapa prosedur yang harus ditempuh PT. Angin Ribut tersebut, dimana hal ini telah di atur oleh Undang-
Undang yaitu :

a) Perusahaan terlebih dahulu melakukan pembicaraan atau perundingan dengan pihak serikat pekerja
atau wakil pekerja tentang rencana pemutusan hubungan kerja agar menghasilkan keputusan yang
terbaik dan dapat diterima oleh pekerja nantinya.

b) Apabila perundingan gagal, pengusaha mengajukan permohonan penetapan pada lembaga


penyelesaian perselisihan hubungan industrial. Pemutusan hubungan kerja baru dapat dilakukan
setelah secara resmi pengusaha memperoleh penetapan dari lembaga penyelesaian perselisihan
hubungan industrial. Prosedur yang harus ditempuh pengusaha pada saat mengajukan permohonan
penetapan harus diajukan secara tertulis dengan disertai alasan mengapa harus melakukan
pemutusan hubungan kerja.

c) Permohonan penetapan dapat diterima bila telah dirundingkan terlebih dahulu antara pengusaha
dan pekerja di depan lembaga perselisihan industrial. Jika gagal barulah lembaga perselisihan
industrial mengeluarkan penetapan. Pemutusan hubungan kerja tanpa penetapan adalah batal demi
hukum dan pengusaha wajib mempekerjakan pekerja yang bersangkutan serta membayar seluruh
upah dan hak yang seharusnya diterima. Selama putusan belum ditetapkan, baik pengusaha
maupun pekerja harus tetap melakukan apa yang menjadi kewajibannya.

d) Pengusaha dapat melakukan skorsing kepada pekerja yang sedang dalam proses PHK dengan
tetap wajib membayar upah beserta hak-hak lainnya yang bisa diterima pekerja (Pasal 155 ayat 3
UU No. 13 Tahun 2003).
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

2.b. Selain pengunduran diri adakah alasan yang dapat digunakan perusahaan untuk melakukan
pemberhentian terhadap pekerja/buruh ?
Jawaban :

Menurut UU No. 13 tahun 2003 Ketenagakerjaan, pihak perusahaan dapat melakukan PHK terhadap
karyawannya dengan alasan-alasan sebagai berikut :

a) PHK karena Kesalahan Berat


Ketentuan mengenai ragam kesalahan berat tiap perusahaan pasti berbeda-beda. Secara umum hal-hal
tersebut sebagai berikut :
 Melakukan penipuan, pencurian atau penggelapan;
 Memberikan keterangan palsu atau dipalsukan sehingga merugikan perusahaan;
 Mabuk, minum minuman keras yang memabukkan, memakai atau mengedarkan narkotika,
psikotropika dan zat adiktif lainnya di lingkungan kerja;
 Melakukan perbuatan asusila atau perjudian di lingkungan kerja;
 Menyerang, menganiaya, mengancam, mengintimidasi teman sekerja atau pengusaha di
lingkungana kerja;
 Membujuk teman sekerja atau pengusaha untuk melakukan perbuatan yang bertentang dengan
peraturan perundang-undangan;
 Dengan ceroboh atau sengaja merusak atau membiarkan dalam keadaan bahaya barang milik
perusahaan yang menimbulkan kerugian bagi perusahaan;
 Dll
b) PHK karena ditahan yang berwajib bukan pengaduaan pengusaha

c) PHK karena sudah mendapat surat peringatan

d) PHK karena perubahan status, penggabungan, Peleburan atau Perubahan Kepemilikan Perusahaan

e) PHK karena perusahaan tutup

f) PHK karena Perusahaan pailit

g) PHK karena meninggal dunia

h) PHK karena usia pensiun

i) PHK karena Kesalahan berat pengusaha

j) PHK karena tanpa penetapan Lembaga Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial

k) PHK karena sakit berkepanjangan.

3.a. Bagaimana konsep pengupahan yang memberikan perlindungan terhadap pekerja/buruh ?

Jawaban :

Pengupahan merupakan aspek yang sangat penting dalam perlindungan pekerja/buruh. Hal ini secara tegas
diamanatkan dalam Pasal 88 ayat (1) Undang-undang Ketenagakerjaan bahwa setiap pekerja/buruh berhak
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

memperoleh penghasilan yang memenuhi penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Lebih lanjut dalam
penjelasan dari Pasal 88 ayat (1) UU Ketenagakerjaan diterangkan, bahwa yang dimaksud dengan
penghasilan yang memenuhi penghidupan yang layak adalah jumlah penerimaan atau pendapatan
pekerja/buruh dari hasil pekerjaannya sehingga mampu memenuhi kebutuhan hidup pekerja/buruh dan
keluarganya secara wajar yang meliputi makanan dan minuman, sandang, perumahan, pendidikan,
kesehatan, rekreasi dan jaminan hari tua. Upah yang dibayarkan kepada pekerja/buruh harus memenuhi
ketentuan upah minimun, sesuai dengan Pasal 1 ayat (1) Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 01 Tahun
1999 tentang Upah Minimum, yang dimaksud dengan upah minimum adalah upah bulanan yang terendah,
terdiri dari upah pokok dan tunjangan tetap. Kebijakan pemerintah mengenai pengupahan yang melindungi
pekerja/buruh meliputi :
a) Upah minimum

b) Upah kerja lembur

c) Upah tidak masuk kerja karena berhalangan

d) Upah tidak masuk kerja karena melakukan kegiatan lain di luar pekerjaannya

e) Upah karena menjalankan hak waktu istirahat kerjanya

f) Bentuk dan cara pengupahan upah

g) Hal-hal yang dapat diperhitungkan dengan upah

3.b. Komponen apa saja yang harus ada dalam sistem pemberian upah kepada pekerja/buruh ?

Jawaban :

Terdiri atas Penghasilan Upah dan Penghasilan yang bukan upah sebagai berikut :

a) Penghasilan Upah :

- Upah Pokok yaitu imbalan dasar yang dibayarkan kepada pekerja/buruh menurut tingkat atau jenis
pekerjaan yang besarnya ditetapkan berdasarkan kesepakatan.

- Tunjangan Tetap yaitu suatu pembayaran yang teratur berkaitan dengan pekerjaan yang diberikan
secara tetap untuk pekerja/buruh dan keluarganya serta dibayarkan dalam satuan waktu yang
sama dengan pembayaran upah pokok seperti tunjangan istri, tunjangan anak, tunjangan jabatan
dan lain-lain. Tunjangan tetap pembayarannya dilakukan secara teratur dan tidak dikaitkan dengan
kehadiran pekerja/buruh atau pencapaian suatu prestasi kerja tertentu.

- Tunjangan Tidak Tetap yaitu suatu pembayaran yang secara langsung maupun tidak langsung
berkaitan dengan pekerja/buruh dan keluarganya serta dibayarkan menurut satuan waktu yang
tidak sama dengan waktu pembayaran upah pokok seperti tunjangan transpor atau tunjangan
makan apabila diberikan berdasarkan kehadiran pekerja/buruh.
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

b) Penghasilan yang bukan upah :


- Fasilitas, seperti kendaraan, sarana ibadah, tempat penitipan bayi
- Bonus, yaitu pembayaran yang diterima pekerja dari hasil keuntungan perusahaan atau karena
pekerja berprestasi meningkatkan produksi dari target normal;
- Tunjangan hari raya (THR), gratifikasi dan pemberiaan keuntungan lainnya.

3.c. Dalam menentukan sistem pengupahan, pemerintah melakukan beberapa pendekatan, jelaskan
pendekatan-pendekatan dimaksud ?

Jawaban :
1. Pendekatan Regulasi
Pemerintah menerbitkan sejumlah kebijakan sebagai arah bagi penetapan pengupahan. Setidaknya
terdapat tiga kebijakan yang tertuang mengenai pengupahan. Pertama Undang undang No. 13 Tahun 2003
tentang Ketenagakerjaan yang membahas upah tertuang sejak pasal 1 sampai pasal 67. Mengatur detil
mengenai pengupahan termasuk sanksi-sanksinya. Pengupahan yang dituangkan dalam Peraturan
Pemerintah No. 78 Tahun 2015 tentang Pengupahan. Dalam regulasi yang ditandatangani Presiden Joko
Widodo itu memuat 67 pasal. Seluruh pasal itu menempatkan pekerja sebagai pihak yang harus
mendapatkna perlindungan. Bahkan pelanggaran terhadap pemodal yang tidak memenuhi upah
sebagaimana diatur mendapatkan sanksi tegas. Posisi pekerja dalam regulasi tersebut cenderung
mendominasi. Pekerja dipandang sebagai aset bangsa yang perlu mendapat perlindungan optimal.
Sehingga pemodal juga perlu memberikan perlindungan yang sama. Pandangan ini menempatkan pekerja
pada konteks seimbang dan sejajar dengan pemodal. Arah kebijakan pengupahan itu terlihat pada Pasal 3,
PP No.78 Tahun 2015 yang menegaskan pengupahan sebagai upaya untuk mencapai penghidupan yang
layak bagi pekerja. Atas kebijakan tersebut upah bagi buruh pun terjabarkan dalam lima bentuk
pengupahan, yakni upah minimum, upah kerja lembur, upah tidak masuk kerja karena berhalangan, upah
tidak masuk kerja karena melakukan kegiatan lain diluar pekerjaannya dan upah karena menjalankan hak di
waktu istirahat kerjanya. Pada pasal berikutnya hak buruh juga didapatkan dari pendapatan non upah.
Makna pendapatan non upah tertuang pada pasal 6 PP No.78 Tahun 2015, yang menyebutkan pendapatan
non upah berupa Tunjangan Hari Raya Keagamaan, bonus, uang pengganti fasilitas kerja dan atau uang
servis pada usaha tertentu. Dengan demikian pendapatan non upah juga menjadi bagian dari hak
pekerja.Dimana besaran pendapatan non upah berupa tunjangan hari raya keagamaan diatur lebih lanjut
dalam peraturan Menteri. Sedangkan pendapatan non upah berupa bonus, uang pengganti fasilitas kerja
dan atau uang servis pada usaha tertentu pengaturannya ditetapkan melalui peraturan perusahaan. Lebih
menariknya dalam PP No.78 Tahun 2015 juga mengatur tentang sanksi atas pelanggaran terhadap
sejumlah aturan yang ditetapkan terkait pengupahan. Namun sayangnya sanksi yang ditetapkan hanya
bersifat administrative. Bukan sanksi yang bersifat memaksa bagi pemodal untuk melaksanakan ketetapan
dalam peraturan pemerintah ini.

2. Pendekatan Ekonomi
Terbitnya PP No.78 Tahun 2015 tentang Pengupahan merupakan wujud campur tangan pemerintah dalam
upaya membangun relasi simetris pemodal dan pekerja. Regulasi pengupahan ini memuat 66 pasal yang
mengatur detil pengupahan, mulai dari jenis pengupahan, tata cara pembayaran upah, ukuran penetapan
upah hingga sanksi atas pelanggaran upah. Bentuk campur tangan pemerintah dalam persoalan
pengupahan itu membuktikan model ekonomi politik Keynesian. Dimana dalam pandangan teori Keynesian
bahwa mekanisme pasar tidak akan berjalan sempurna. Pasar akan mengalami kegagalan yang
dampaknya dapat merusak tata perekonomian. Terkait itu kegagalan pasar dapat dicegah melalui
keterlibatan negara. Bentu keterlibatan negara dapat bervariasi, diantaranya pendekatan kebijakan ekonomi

BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

dan politik. Dalam hal ini kebijakan pengupahan yang bertujuan melindungi pendapatan pekerja dan
memberikan kepastian kepada pemodal terhadap nilai upah yang dibayarkan. Dalam prakteknya
pendekatan Keynesian ini cukup efektif menjaga kondisi pasar tenaga kerja. Meskipun kebijakan
pengupahan ternyata tidak mampu memberikan perlindungan optimal kepada pekerja. Pemerintah
cenderung melakukan pembelaan terhadap pemodal, ketika terjadi konflik upah antara pemodal dan
pekerja.

4.a. Apakah setiap tenaga kerja harian lepas, borongan, dan perjanjian kerja waktu tertentu dan tidak
tertentu mendapatkan perlindungan semua jenis dalam Jaminan Sosial Tenaga Kerja dan jenis
jaminan sosial tenaga kerja apa saja memungkinkan diberikan bagi tenaga kerja.

Jawaban :
Tidak, bagi tenaga kerja harian lepas yang bekerja kurang dari tiga bulan wajib diikutsertakan dalam
program JKK(Jaminan Keselamatan Kerja) dan JK (Jaminan Kematian). Apabila tenaga kerja tersebut
dipekerjakan selama tiga bulan berturut-turut atau lebih dengan jumlah hari kerja sekurang-kurangnya 20
hari per bulan maka pengusaha wajib mengikutkan program Jaminan Keselamatan Kerja, Jaminan
Kematian, Jaminan Hari Tua dan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan. Kewajiban tersebut harus
dilaksanakan setelah tenaga kerja bersangkutan melewati masa kerja tiga bulan berturut-turut.

4.b. Dalam pemberian Jaminan Sosial Tenaga Kerja bagi tenaga kerja harian lepas, borongan, dan
perjanjian kerja waktu tertentu dan tidak tertentu memiliki perbedaan, tunjukkan perbedaan yang
seperti apa dalam pemberian Jaminan Sosial dan Tenaga Kerja terhadap jenis tenaga kerja tersebut?

Jawaban :
Perbedaannya terletak pada program-program yang wajib diikuti bagi karyawan/pekerja/buruh kontrak.
Ketentuannya adalah sebagai berikut:
a. Bagi tenaga kerja harian lepas yang bekerja kurang dari tiga bulan wajib diikutsertakan dalam
program JKK (Jaminan Kecelakaan Kerja) dan JK (Jaminan Kematian).
b. Apabila tenaga kerja tersebut dipekerjakan selama tiga bulan berturut-turut atau lebih dengan jumlah
hari kerja sekurang-kurangnya 20 (duapuluh) hari per bulan maka pengusaha wajib mengikutkan
dalam program JKK, JK, JHT, dan JPK. Kewajiban tersebut harus dilaksanakan setelah tenaga kerja
bersangkutan melewati masa kerja tiga bulan berturut-turut. Upah untuk menentukan besarnya iuran
bagi tenaga kerja ditetapkan sebesar upah sehari dikalikan jumlah hari kerja dalam satu bulan
kalender.
c. Ketentuan program Jamsostek pada tenaga kerja harian lepas berlaku pula bagi pengusaha yang
mempekerjakan tenaga kerja borongan. Perbedaannya terletak pada cara menetapkan iuran
berdasarkan upah. Tenaga kerja yang bekerja kurang dari tiga bulan, upah sebulan yang
dipergunakan sebagai dasar penetapan iuran adalah upah satu hari kerja dikalikan jumlah hari kerja
dalam satu bulan kalender.
d. Bagi tenaga kerja borongan yang telah bekerja tiga bulan berturut-turut atau lebih, besarnya upah
sebulan digunakan sebagai dasar penetapan iuran yaitu:
- Jika upah dibayar secara borongan atau satuan maka upah sebulan dihitung dari rata-rata
upah tiga bulan terakhir.
- Jika pekerjaan tergantung dari keadaan cuaca maka upah sebulan dihitung dari rata-rata 12
bulan terakhir.

Anda mungkin juga menyukai