Anda di halaman 1dari 19

PENGEMBANGAN MODUL ADMINISTRASI TRANSAKSI BERBASIS

KONSTEKTUAL PADA KOMPETENSI DASAR MENGANALISIS DAN MEMBUAT


DOKUMEN TRANSAKSI PEMBELIAN UNTUK SISWA KELAS XI BISNIS
DARING PEMASARAN SMK NEGERI 1 LAMONGAN

KERANGKA PROPOSAL

DIANA RETNO ANDRIYANI

16080324003

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

FAKULTAS EKONOMI

JURUSAN PENDIDIKAN EKONOMI

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TATA NIAGA

2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan hak bagi setiap orang dan sudah menjadi sebuah budaya
maupun kebutuhan yang wajib dilakukan dan dilaksanakan oleh setiap orang karena
dianggap sebagai cara untuk mengasah potensi dalam dirinya. Menurut Pasal 1 ayat 1 UU
RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bahwa : “Pendidikan adalah
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara”. Dengan
demikian, pemerintah berupaya untuk melakukan pendidikan dengan baik dan tepat,
dengan cara mengganti Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menjadi
Kurikulum 2013 yang saat ini berkembang lagi menjadi Kurikulum 2013 Revisi 17.
Menurut Mulyasa (2013) mengemukakan bahwa untuk mempersiapkan manusia
Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang
beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia tersebut merupakan
tujuan dari diterapkannya Kurikulum 2013 bagi pendidikan menengah kejuruan.
Penerapan Kurikulum 2013 tidak hanya sebagai pengganti kurikulum, akan tetapi juga
dituntut agar dapat memberikan perubahan yang lebih baik dalam proses pembelajaran di
sekolah.
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan salah satu dari lembaga pendidikan
yang bertugas dalam pembentukan dan pembekalan peserta didik agar siap bekerja dalam
segala bidang. Para peserta didik dibekali dengan pengetahuan dan keterampilan sesuai
dengan kompetensi program keahlian mereka. Untuk itu kualitas kegiatan belajar
mengajar harus ditingkatkan, baik dari kualitas sarana maupun prasarana yang digunakan
dalam proses pembelajaran.
Di jenjang SMK (Sekolah Menengah Kejuruan) terdapat berbagai macam mata
pelajaran yang dipelajari oleh siswa dan salah satunya yaitu mata pelajaran Administrasi
Transaksi. Dalam mata pelajaran ini terdapat Kompetensi Dasar atau Materi Menganalisis
dan membuat dokumen transaksi pembelian dimana pada materi tersebut membutuhkan
pemahaman yang mendalam dengan banyak melakukan latihan-latihan khususnya dalam
hal perhitungannya. Materi menganalisis dan membuat dokumen transaksi pembelian ini
tidak cukup jika hanya dipelajari secra teori akan tetapi juga dipelajari secara praktik yang
nyata. Pada umumnya materi pokok menganalisis dan membuat dokumen transaksi
pembelian ini cenderung berhubungan dengan pengerjaan soal cerita saja tanpa
dihubungkan dengan keadaan di dunia nyata.
Berdasarkan hasil pra penelitian yang telah di lakukan oleh peneliti pada SMK
Negeri 1 Lamongan yang memiliki jurusan Bisnis Daring Pemasaran sangat tertarik pada
materi tersebut akan tetapi mereka mengganggap bahwa materi tersebut cukup sulit karena
harus menghafal teori dan juga langkah-langkah dalam menyususn dokumen transaksi
pembelian. Berdasarkan hasil pra penelitian yang dilakukan di SMK jurusan Pemasaran
tersebut juga terdapat kendala karena bahan ajar yang digunakan dalam proses belajar
mengajar hanya sebatas hangout atau foto kopian power poin dari guru sehingga
pemahaman akan perluasan materi kurang dapat dipahami oleh para siswa dan juga bentuk
dari hangout tersebut tidaklah menarik sehingga membosankan siswa dalam
mempelajarinya. Guru-guru pada SMK tersebut juga umumnya masih menggunakan
bahan untuk materi dari internet maupun dari buku-buku KTSP dan belum
mengembangkan bahan aja sendiri Menurut para siswa, uraian materi dan contoh soal
yang ada di handout tersebut masih terlalu ringkas, bahasanya kurang komunikatif, dan
sulit dipahami. Siswa mengaku belum bisa memahami materi jika belum dijelaskan oleh
guru serta bahan ajar yang digunakan oleh guru pun juga masih belum bersifat kontekstual.
Maka dari itu, diperlukannya pengembangan bahan ajar yang dapat menunjang
pembelajaran siswa SMK.
Bahan ajar mempunyai peran penting dalam kegiatan pembelajaran. Menurut
Prastowo (2014:17) bahan ajar merupakan bahan atau informasi yang disusun secara
sistematis untuk digunakan peserta didik dalam proses pembelajaran dan dianggap sebagai
bahan yang bermanfaat bagi guru maupun siswa. Tidak dapat dipungkiri bahwa
keselarasan antara peran guru, bahan ajar, dan sikap siswa sangat dibutuhkan. Menurut
Muslich (2010:30) mengemukakan bahwa buku teks yang rata-rata digunakan oleh para
siswa dan guru tersebut isinya sudah tidak sesuai untuk memenuhi kebutuhan siswa karena
waktu pencetakan dan penggunaannya berselisih terlalu lama. Selain itu, menurut Wena
(2009:229) “masalah dalam proses pembelajaran adalah kurang tersedianya buku teks
yang berkualitas sehingga siswa sulit memahami buku yang dibaca dan sering buku-buku
teks tersebut membosankan”. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian pengembangan
pada bahan ajar berupa modul yang digunakan oleh siswa.
Dalam dunia pendidikan banyak sekali bentuk bahan ajar yang dikategorikan
sebagai bahan ajar cetak dan non cetak. Bentuk bahan ajar cetak salah satu contohnya
berupa modul. Menurut Prastowo (2014:106) modul merupakan bahan ajar yang disusun
secara sistematis dengan bahasa yang komunikatif agar dapat menunjang kegiatan belajar
siswa secara mandiri.
Dalam kondisi di lapangan, modul administrasi transaksi yang sering dijumpai di
sekolah-sekolah yaitu modul hasil cetakan penerbit yang waktu penyusunan dan waktu
pemakaiannya berselang terlalu lama sehingga materi di dalamnya belum direvisi dengan
materi yang terbaru, belum berbasis kontekstual dan masih berstandar kurikulum KTSP
sehingga pemaparan materi di dalam modul tersebut kurang sesuai dan kurang menunjang
untuk pembelajaran dengan sistem Kurikulum 2013. Maka dari itu, masih banyak siswa
yang mengalami kesusahan mempelajari materi menganalisis dokumen dalam pembelian
dan kesulitan untuk menghubungkan antara pengetahuan yang mereka miliki dengan
peristiwa di dunia nyata. Hal tersebut menjadikan mereka lebih terpaut akan materi yang
tersedia di dalam buku saja tanpa mengetahui pengaplikasiannya di dunia nyata. Padahal
dalam esensi kurikulum 2013, salah satu contoh pembelajaran yang digunakan yaitu
pembelajaran yang berbasis kontekstual. Menurut Trianto (2013:107) pembelajaran
kontekstual adalah konsep belajar yang mengaitkan antara materi yang dipelajari dengan
kondisi di dunia nyata yang dapat menjadikan para siswa menghubungkan antara
pengetahuan mereka dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Suprijono
(2009:80) berpendapat bahwa tujuan dari pembelajaran kontekstual yaitu untuk
memudahkan siswa dalam menguasai bahan pelajaran dengan cara menghubungkannya
dengan konteks kehidupan di dunia nyata. Dengan pembelajaran kontekstual pada materi
dokumen trnsaksi pembelian yang telah diperoleh oleh siswa akan menjadi lebih bermakna
dan mudah untuk dipahami karena dihubungkan dengan dunia nyata.
Untuk memudahkan siswa dalam menguasai materi menganalisis dan membuat
dokumen transaksi pembelian peneliti merancang dan mengembangkan suatu modul
pembelajaran adminstrasi tarnasaksi yang berbasis konstektual. Hal ini karena menurut
Trianto (2013:107) materi yang dijabarkan melalui pembelajaran kontekstual dapat
menjadikan siswa lebih mudah mendapatkan pengetahuan untuk memecahkan masalah
dalam kehidupan mereka. Dengan demikian, keunggulan dari modul administrasi pajak
yang berbasis pada pembelajaran kontekstual ini dapat membantu siswa dalam penerapan
materi menganalisis dan membuat dokumen transaksi pembelian di kehidupan sehari-hari
dan memudahkan siswa dalam menyelesaikan studi kasus pada soal yang tersedia
nantinya.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka diperoleh rumusan masalah pada
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana proses pengembangan modul administrasi transaksi berbasis konstektual
pada materi menganalisis dan membuat dokumen transaksi pembelian untuk siswa
kelas XI Bisnis Daring Pemasaran SMK Negeri 1 Lamongan ?
2. Bagaimana kelayakan pengembangan modul administrasi transaksi berbasis
konstektual pada materi menganalisis dan membuat dokumen transaksi pembelian
untuk siswa kelas XI Bisnis Daring Pemasaran SMK Negeri 1 Lamongan ?
3. Bagaimana respon siswa XI Bisnis Daring Pemasaran SMK Negeri 1 Lamongan
mengenai pengembangan modul administrasi transaksi berbasis konstektual pada
materi menganalisis dan membuat dokumen transaksi pembelian ?

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka dapat disimpulkan bahwasanya tujuan
dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui proses pengembangan modul administrasi transaksi berbasis
kontekstual pada materi menganalisis dan membuat dokumen transaksi pembelian
untuk siswa kelas XI Bisnis Daring Pemasaran SMK Negeri 1 Lamongan
2. Untuk mengetahui kelayakan pengembangan modul administrasi transaksi berbasis
kontekstual pada materi menganalisis dan membuat dokumen transaksi pembelian
untuk siswa kelas XI Bisnis Daring Pemasaran SMK Negeri 1 Lamongan
3. Untuk mengetahui respon siswa kelas XI Bisnis Daring Pemasaran SMK Negeri 1
Lamongan mengenai pengembangan modul administrasi pajak berbasis kontekstual
pada materi menganalisis dokumen transaksi penjualan.

D. Spesifikasi Produk yang diharapkan


Speseifikasi produk yang diharapkan dalam penelitian pengembangan modul
pembelajaran ini adalah sebagai berikut :
1. Modul pembelajaran yang dikembangkan dapat digunakan sebagai rencana
pembeljaran dan sebagai sumber pembelajaran untuk siswa SMK Bisnis Daring
Pemasaran kelas XI Semester 3
2. Modul pembelajaran yang dikembangkan sesuai dengan SK dan KD suati pokok
bahsan yang akan diajarkan
3. Modul pembelajaran yang dikembangkan dapat memenuhi kriteria kebenaran,
keluasan dan kedalaman konsep, kesesuaian dengan standar isi, kebahasaan dan
kejelasan kalimat, keterlaksanaan serta tampilan yang baik dan menarik sehingga
dapat dikategorikan sebagai modul pembelajaran yang berkuaitas baik

E. Manfaat Penelitian
Manfaat produk pengembangan modul pembelajaran administrasi transaksi berbasis
konstektual yang dharapkan yaitu sebagai berikut :
1. Membantu mengembangkan perangkat pembelajaran berupa modul di sekolah
khususnya pada siswa kelas XI Bisnis Daring Pemasaran
2. Membantu referensi pendidikan dalam kegiatan pembelajaran
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori
1. Modul
Modul merupakan suatu unit pengajaran yang disusun dalam bentuk tertentu
untuk keperluan belajar. Salah satu tujuan pengajaran modul ialah membuka
kesempatan bagi siswa untuk belajar menurut kecepatan masing-masing. Dianggap
bahwa siswa tidak akan mencapai hasil yang sama dalam waktu yang sama dan tidak
sedia mempelajari sesuatu pada waktu yang sama. Pengajaran modul juga memberi
kesempatan bagi siswa untuk belajar menurut kecepatan masing-masing, oleh sebab
mereka menggunakan teknik yang berbeda-beda untuk memecahkan masalah tertentu
berdasarkan latar belakang pengetahuan dan kebiasaan masing-masing.
Menurut S. Nasution (2003: 206) Tujuan ketiga dari pengajaran modul ialah
memberi pilihan dari sejumlah besar topik dalam rangka suatu mata pelajaran, mata
kuliah, bidang studi atau disiplin bila kita anggap bahwa pelajaran tidak mempunyai
pola minat yang sama atau memotivasi yang sama untuk mencapai tujuan yang sama.
Tujuan keempat ialah memberi kesempatan pada siswa untuk mengenal kelebihan dan
kekurangannya dan memperbaiki kelemahannya melalui modul remedial, ulangan-
ulangan atau variasi dalam cara belajar. Modul sering memberikan evaluasi untuk
mendiagnosis kelemahan siswa sekelas, mungkin agar diperbaiki dan memberi
kesempatan yang sebanyak-banyaknya kepada siswa untuk mencapai hasil yang
setinggi-tingginya.
Menurut Purwanto (2007: 9) Modul ialah bahan belajar yang dirancang secara
sistematik berdasarkan kurikulum tertentu dan dikemas dalam bentuk satuan
pembelajaran terkecil dan memungkinkan dipelajari secara mandiri dalam satuan
waktu tertentu. Tujuannya agar peserta dapat menguasai kompetensi yang diajarkan
dalam diklat atau kegiatan pembelajaran dengan sebaik-baiknya. Fungsinya sebagai
bahan belajar yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran peserta didik. (Purwanto,
2007: 10).
Menurut Nana Sudjana (2002: 132) makna modul menurut istilah asalnya,
adalah alat ukur yang lengkap, merupakan unit yang berfungsi secara mandiri, terpisah
tetapi juga dapat berfungsi sebagai kesatuan dari seluruh unit lainnya. Modul
merupakan jenis kesatuan kegiatan belajar yang terencana, dirancang untuk membantu
pada para siswa secara individual dalam mencapai tujuan-tujuan belajarnya. Modul
bisa dipandang sebagai paket program pengajaran yang terdiri dari komponen-
komponen yang berisi tujuan belajar, bahan ajar, metode belajar, alat atau media, serta
sumber belajar dan sistem evaluasinya.
Menurut Oemar Hamalik (2003: 145) modul adalah suatu paket pengajaran yang
berkenaan dengan suatu unit terkecil, bertahap dari mata diklat tertentu dikatakan
bertahap sebab modul mempelajari secara individu dari suatu unit ke unit yang lain
Menurut Depdiknas (2008), mendefinisikan modul sebagai alat atau sarana
pembelajaran yang berisi materi, metode, batasan-batasan, dan secara mengevaluasi
yang dirancang secara sistematis dan menarik untuk mencapai kompetensi yang
diharapkan sesuai dengan kompleksinya. Depdiknas (2008), mengemukakan tujuan
pembelajaran modul, yaitu:
a. Memperjelas dan mempermudah penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbal
b. Mengatasi keterbatasan waktu, ruang, dan daya indera, baik siswa maupun
guru/instruktur
c. Agar dapat digunakan secara tepat dan bervariasi, seperti untuk meningkatkan
motivasi dan gairah belajar
d. Mengembangkan kemampuan dalam berinteraksi langsung dengan lingkungan dan
sumber belajar lainnya yang memungkinkan siswa belajar secara mandiri sesuai
kemampuan dan minatnya
e. Memungkinkan siswa dapat mengukur atau mengevaluasi sendiri hasil belajarnya.
Pedoman penulisan modul yang dikeluarkan oleh Direktorat Pendidikan
Menengah Kejuruan, Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen
Pendidikan Nasional Tahun 2003 yang disampaikan dalam Chosim S widodo (2008:
50), agar modul mampu meningkatkan motivasi dan efektifitas penggunaanya, modul
harus memiliki kriteria. Sebuah modul bisa dikatakan baik dan menarik apabila terdapat
karakteristik self instructional, self contained, stand alone (berdiri sendiri), adaptive,
dan user friendly.
Analisis bahan ajar diperlukan untuk memperoleh modul yang berkualitas.
Menurut Supriadi (2000) penilaian modul meliputi aspek mutu isi buku, kesesuaian
dengan kurikulum, bahasa yang digunakan, penyajian, keterbacaan, grafika, dan
keamanan modul. Grafika merupakan bagian dari buku pelajaran yang berkenaan
dengan fisik buku, meliputi ukuran buku, jenis kertas, cetakan, ukuran huruf, warna,
dan ilustrasi, yang membuat siswa menyenangi buku yang dikemas dengan baik dan
akhirnya juga meminati untuk membacanya (Wibowo, 2005). Komponen kegrafikan
ini diuraikan menjadi beberapa subkomponen atau indikator, yaitu:
a. Ukuran/format buku
b. Desain bagian kulit atau luar buku
c. Desain bagian isi yang berhubungan dengan tipografi tulisan, seperti pemisahan
antar paragraf, ukuran tulisan, penempatan unsur tata letak (judul, subjudul, teks,
gambar, keterangan gambar, nomor halaman), warna yang digunakan, serta
penggunaan variasi huruf (tebal, miring, kapital)
d. Kualitas kertas
e. Kualitas cetakan, dan
f. Kualitas jilidan.
2. Pembelajaran Administrasi Transaksi
Administrasi transaksi merupakan salah satu mata pelajaran yang ada pada
Sekolah Menengah Kejuruan khususnya pada jurusan Bisnis Daring Pemasaran yang
membahas mengenai kegiatan transaksi dalam suatu perusahaan maupun toko-toko
ritel baik itu transaksi penjualan maupun pembelian yang akan sangat membantu
pemilik perusahaan untuk mengetahui keluar masuknya barang dagangan maupun
keuangannya. Mata pelajaran administrasi transaksi ini akan didapatkan siswa Sekolah
Menengah Kejuruan di kelas XI diamana mata pelajaran ini dipersiapkan bagi siswa
yang akan melkasanakan praktik kerja industry atu PSG di perusahaan Ritel Matahari
Departemen Store, dimana mata pelajaran ini akan berguna ketika siswa akan
melaksanakan kegiatan jual beli barang, sesuai dengan kompetensi dasar 3.4 yang
memuat materi tentang dokumen transaksi pembelian dimana materi yang akan
dibahas yaitu cara-cara menulis dokumen transaksi yang beragam.
3. Pembelajaran Konstektual
Pembelajaran kontekstual merupakan pembelajaran yang mengkaitkan materi
pembelajaran dengan konteks dunia nyata yang dihadapi siswa sehari-hari baik dalam
lingkungan keluarga, masyarakat, alam sekitar dan dunia kerja, sehingga siswa mampu
membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam
kehidupan sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran yakni:
kontruktivisme (constructivism), bertanya (questioning), menyelidiki (inquiry),
masyaraka belajar (learning community), pemodelan (modeling), refleksi (reflection),
dan penilaian autentik (authentic assessment).
Makna dari kontruktivisme adalah siswa mengkonstruksi/membangun
pemahaman mereka sendiri dari pengalaman baru berdasar pada pengetahuan awal
melalui proses interaksi sosial dan asimilasi-akomodasi. Implikasinya adalah
pembelajaran harus dikemas menjadi proses “mengkonstruksi” bukan menerima
pengetahuan. Inti dari inquiry atau menyelidiki adalah proses perpindahan dari
pengamatan menjadi pemahaman. Oleh karena itu dalam kegiatan ini siswa belajar
menggunakan keterampilan berpikir kritis Bertanya atau questioning dalam
pembelajaran kontekstual dilakukan baik oleh guru maupun siswa. Guru bertanya
dimaksudkan untuk mendorong, membimbing dan menilai kemampuan berpikir siswa.
Sedangkan untuk siswa bertanya merupakan bagian penting dalam pembelajaran yang
berbasis inquiry.
Sesuai dengan teori kontruktivisme, melalui interaksi sosial dalam masyarakat
belajar ini maka siswa akan mendapat kesempatan untuk mengkonstruksi
pengetahuannya sendiri, oleh karena itu bekerjasama dengan orang lain lebih baik
daripada belajar sendiri. Pemodelan merupakan proses penampilan suatu contoh agar
orang lain (siswa) meniru, berlatih, menerapkan pada situasi lain, dan
mengembangkannya. Menurut Albert Bandura, belajar dapat dilakukan dengan cara
pemodelan ini. Penilaian autentik dimaksudkan untuk mengukur dan membuat
keputusan tentang pengetahuan dan keterampilan siswa yang autentik (senyatanya).
Agar dapat menilai senyatanya, penilaian autentik dilakukan dengan berbagai cara
misalnya penilaian penilaian produk, penilaian kinerja (performance), potofolio, tugas
yang relevan dan kontekstual, penilaian diri, penilaian sejawat dan sebagainya.
Refleksi pada prinsipnya adalah berpikir tentang apa yang telah dipikir atau dipelajari,
dengan kata lain merupakan evaluasi dan instropeksi terhadap kegiatan belajar yang
telah ia lakukan. Alasan perlu diterapkannya pembelajaran kontekstual adalah :
a. Sebagian besar waktu belajar sehari-hari di sekolah masih didominasi kegiatan
penyampaian pengetahuan oleh guru, sementara siswa ”dipaksa” memperhatikan
dan menerimanya, sehingga tidak menyenangkan dan memberdayakan siswa.
b. Materi pembelajaran bersifat abstrak-teoritis-akademis, tdak terkait dengan
masalah-masalah yang dihadapi siswa sehari-hari di lingkungan keluarga,
masyarakat, alam sekitar dan dunia kerja.
c. Penilaian hanya dilakukan dengan tes yang menekankan pengetahuan, tidak
menilai kualitas dan kemampuan belajar siswa yang autentik pada situasi yang
autentik.
d. Sumber belajar masih terfokus pada guru dan buku. Lingkungan sekitar belum
dimanfaatkan secara optimal.
Terdapat lima karakteristik penting dalam proses pembelajaran yang menggunakan
pendekatan Kontekstual:
a. Dalam Pembelajaran Kontekstual pembelajaran merupakan proses pengaktifan
pengetahuan yang sudah ada (activing knowledge). Artinya, apa yang akan
dipelajari tidak terlepas dari pengetahuan yang sudah dipelajari. Dengan demikian,
pengetahuan yang akan diperoleh siswa adalah pengetahuan yang utuh yang
memiliki keterkaitan satu sama lain.
b. Pembelajaran yang kontekstual adalah pembelajaran dalam rangka memperoleh
dan menambah pengetahuan baru (acquiring knowledge). Pengetahuan baru itu
dapat diperoleh dengan cara deduktif. Artinya, pembelajaran dimulai dengan
mempelajari secara keseluruhan kemudian memperhatikan detailnya.
c. Pemahaman pengetahuan (understanding knowledge) berarti pengetahuan yang
diperoleh bukan untuk dihafal, melainkan untuk dipahami dan diyakini.
d. Mempraktikkan pengetahuan dan pengalaman tersebut (applying knowledge).
Artinya, pengetahuan dan pengalaman yang diperolehnya harus dapat
diaplikasikan dalam kehidupan nyata.
e. Melakukan refleksi (reflecting knowledge) terhadap strategi pengembangan
pengetahuan. Hal ini dilakukan sebagai umpan balik untuk proses perbaikan dan
penyempurnaan strategi.
Di sisi lain, Hernowo (2005:93) menawarkan langkah-langkah praktis menggunakan
strategi pembelajaran kontekstual :
a. Kaitkan setiap mata pelajaran dengan seorang tokoh yang sukses dalam
menerapkan mata pelajaran tersebut
b. Kisahkan terlebih dahulu riwayat hidup sang tokoh atau temukan cara-cara sukses
yang ditempuh sang tokoh dalam menerapkan ilmu yang dimilikinya.
c. Rumuskan dan tunjukkan manfaat yang jelas dan spesifik kepada anak didik
berkaitan dengan ilmu (mata pelajaran) yang diajarkan kepada mereka.
d. Upayakan agar ilmu-ilmu yang dipelajari di sekolah dapat memotivasi anak didik
untuk mengulang dan mengaitkannya dengan kehidupan keseharian mereka.
e. Berikan kebebasan kepada setiap anak didik untuk mengkonstruksi ilmu yang
diterimanya secara subjektif sehingga anak didik dapat menemukan sendiri cara
belajar alamiah yang cocok dengan dirinya.
f. Galilah kekayaan emosi yang ada pada diri setiap anak didik dan biarkan mereka
mengekspresikannya dengan bebas.
g. Bimbing mereka untuk menggunakan emosi dalam setiap pembelajaran sehingga
anak didik penuh arti (tidak sia-sia dalam belajar di sekolah).

B. Hasil Penelitian yang Relevan


Terdapat penelitian sejenis yang pernah dilakukan sebelumnya berikut diantaranya:
1. Ida Kurnia Wati (2014) yang berjudul “Pengembangan Modul Komputer Akuntansi
MYOB Berbasis Pembelajaran Kontekstual Pada Kompetensi Dasar Pencatatan
Transaksi Untuk Siswa Kelas XII Akuntansi di SMK Negeri 1 Surabaya” dengan hasil
modul sangat layak digunakan.
2. Ike Evi Yunita (2014) yang berjudul “Pengembangan Modul Berbasis Pembelajaran
Kontekstual Bermuatan Karakter Pada Materi Jurnal Khusus” dengan hasil modul
sangat layak digunakan.
3. Nur Indah Islamiyah (2015) yang berjudul “Pengembangan Modul Akuntansi
Perusahaan Jasa Berbasis Pembelajaran Kontekstual Pada Materi Jurnal Penyesuaian
Dan Jurnal Koreksi Kelas X Akuntansi SMK Negeri di Surabaya”. Hasil penelitian
yang dikembangkan sangat layak digunakan.
4. Lina Widayanti (2014) yang berjudul “Pengembangan Modul Administrasi Pajak
Berbasis Kontekstual Pada Materi Pajak Penghasilan (Pph) Pasal 21 Untuk Siswa
Kelas Xii Akuntasi SMK Negeri Di Surabaya” dengan hasil modul sangat layak
digunakan.
5. Dwi Rahayu (2016) yang berjudul “Pengembangan Modul Pembelajaran Kontekstual
Bermuatan Karakter Pada Mata Pelajaran Kewirausahaan di SMK Cendika Bangsa
Kepanjen” dengan hasil modul sangat layak digunakan
6. Mohamad Ilham (2016) yang berjudul “Pengembangan Modul Mata Pelajaran
Ekonomi Berbasis Pendekatan Kontekstual Untuk Siswa Semester 1 Kelas X Sma Ddi
Masalembu” dengan hasil penelitian pengembangan modul yang sangat layak.
C. Kerangka Konseptual
Berdasarkan pada uraian di atas maka dapat digambarkan secara ringkas kerangka
konseptual pada pengembangan modul administrasi transaksi sebagai berikut :

Kenyataan :

Di SMK Negeri 1 Lamongan siswa mengeluhkan bahwasanya bahan ajar atau modul
yang digunakan dalam pembelajaran administrasi transaksi hanya menggunakan
fotokopian power poin dari guru mata peajaran yang bersangkutan, dan buku pegangan
yang digunakan untuk guru pun masih menggunakan buku cetakan yang berstandar
KTSP dan K13 sebelum revisi serta menambahan materi yang masih copy paste dari
internet sehingga sumber belajar pun tidak jelas dari mana sehingga siswa mengalami
kesulitan dalam belajar karena tidak tersedianya bahan ajar seperti modul

Masalah :
Dibutuhkan modul administrasi transaksi yang relevan sehingga mampu menarik
siswa untuk belajar dengan menggunakan modul yang menarik dan sumber belajar
yang jelas.

Landasan Teori : Penelitian yang relevan :

Menurut Purwanto (2007: 9) Modul Berdasarkan penelitian dari Lina


ialah bahan belajar yang dirancang Widayanti (2014) menyatakan bahwa
secara sistematik berdasarkan dengan mengembangkan modul yang
kurikulum tertentu dan dikemas berbasis konstektual mampu
dalam bentuk satuan pembelajaran membantu siswa dalam belajar karena
terkecil dan memungkinkan sifat modul yang didesain berdasarkan
dipelajari secara mandiri dalam keadaan nyata sehari-hari sehingga
satuan waktu tertentu sangat mudah untuk dipahami.

Solusi :
Pengembangan modul administrasi transaksi yang layak digunkan sebagai bahan
belajar siswa
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam mengembangkan modul administrasi
transaksi berbasis kontekstual pada kompetensi dasar menganalisi dokumen transaksi
pembelian ini adalah penelitian dan pengembangan atau Research and Development
(R&D).

B. Model Pengembangan
Model pengembangan yang digunakan dalam penelitian pegembangan modul
Administrasi Transaksi ini adalah model pengembangan menurut Thiagarajan, Semmel,
dan Semmel (dalam Trianto, 2013:189) yaitu 4-D. Model pengembangan ini terdiri dari
empat tahap yaitu Define (pendefinisian), Design (perancangan), Develop
(pengembangan), dan Disseminate (penyebaran). Subjek uji coba dalam pengembangan
modul ini terdiri atas :
1. Ahli materi selaku orang yang berkompeten dalam bidang transaksi yaitu dosen mata
kuliah praktik perniagaan, Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Surabaya dan
seorang guru mata pelajaran Administrasi transaksi di SMK Negeri 1 Lamongan
2. Ahli bahasa selaku orang yang berkompeten dalam bidang kebahasaan yaitu dosen
Bahasa Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Surabaya
3. Ahli grafis selaku orang yang berkompeten dalam bidang kegrafikaan yaitu dosen
Teknologi Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Surabaya
4. 21 siswa kelas XI Bisnis Daring Pemasaran SMK Negeri 1 Lamongan yang telah
memperoleh materi menganalisis dan membuat dokumen transaksi pembelian

C. Prosedur Penelitian
Sebelum melakukan uji coba pada produk yang berupa modul administrasi
transaskis pada kompetensi dasar meganalisis dan membuat dokumen transaksi pembelian
maka peneliti akan melakukan prosedur penelitian terlebih dahulu dan berikut adalah
prosedur yang dapat dilakukan sebelum uji coba :
Penjelasan alur diatas adalah:
1. Rancangan / rencana awal, sebelum mengadakan penelitian – penelitian menyusun
rumusan masalah, tujuan dan membuat rancangan tindakan, termasuk didalamnya
instrument penelitian dan perangkat pembelajaran.
2. Kegiatan dan pengamatan, meliputi tindakan yang dilakukan oleh peneliti sebagai
upaya membangun pemahaman konsep siswa serta mengamati hasil atau dampak dari
diterapkannya metode pembelajaran model konstektual.
3. Refleksi, peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan hasil atau dampak yang
dilakukan berdasarkan lembar pengamatan yang diisi oleh pengamat.
4. Rancangan / rencana yang direvisi, berdasarkan hasil refleksi dari pengamatan
membuat yang direvisi untuk dilaksanakan pada siklus berikutnya .
D. Desain Uji Coba
Studi ini merupakan kegiatan pengembangan yang dilakukan secara individu. Kegiatan
yang dilaksakan yaitu mulai melakukan observasi lapangan, membuat modul berbasis
konstektual dan menguji kelayakan produk dengan cara validasi oleh beberapa pakar.
Pelaksanaan uji kelayakan dilakukan dengan cara menyerahkan produk pengembangan
beserta sejumlah angket penilaian kepada validator untuk menilai layak atau tidaknya
produk pengembangan serta memberikan kritik dan saran perbaikan. Desain uji coba dapat
dilihat pada gambar berikut ini :

Modul Administrasi Reviewer


Transaksi Berbasis Pakar Modul :
Konstektual Ahli Bahasa, Ahli Materi

Penyampaian produk
(Siap diseminasi)

E. Subjek Uji Coba


Subjek uji coba meliputi ahli materi selaku orang yang berkompetensi dalam
bidang akuntansi (satu orang dosen pendidikan tata niaga dan satu orang guru mata
pelajaran administrasi transaksi), ahli grafis selaku orang yang berkompetensi dalam
bidang kegrafikan (satu orang dosen teknologi pendidikan), siswa kelas XI Bisnis Daring
Pemasaran di SMK Negeri 1 Lamongan yang diambil 20 siswa untuk uji coba terbatas,
karena menurut Sadiman (2012) bahwa uji coba kelompok kecil diberikan kepada 10-20
orang siswa yang dapat mewakili populasi target. Jenis data yang diperoleh adalah data
kualitatif dan data kuatitatif.

F. Jenis Data
Jenis data dalam penelitian ini yaitu data kualitatif dan data kuantitatif. Data
kualitatif ini diperoleh dari hasil telaah modul berupa angket telaah ahli materi, ahli bahasa,
dan ahli grafis. Data kuantitatif diperoleh dari hasil validasi oleh ahli materi, ahli bahasa,
ahli grafis, dan respon siswa yang kemudian dianalisis dengan teknik persentase.
G. Definisi Operasional
Istilah terkait judul dalam penelitian ini dapat diartikan sebagai berikut:
1. Modul berbasis konstektual yaitu modul yang disusun dengan mengaitkan materi
maupun latihan soal-soal yang ada dengan keadaan di dunia nyata atau keadaan sehari-
hari yang bertujuan agar memudahkan siswa dalam mempelajari materiyang ada.

H. Instrumen Pengumpulan Data


Instrumen penelitian yang terdapat dalam penelitian ini antara lain lembar telaah,
lembar validasi, dan angket respon siswa. Lembar telaah dan lembar validasi ditujukan
untuk para ahli (ahli materi, ahli bahasa, dan ahli grafis). Angket respon siswa ditujukan
untuk para siswa yang mengikuti uji coba terbatas. Lembar telaah merupakan angket
terbuka sedangkan lembar validasi dan angket respon siswa merupakan angket tertutup.
Pada lembar validasi, para ahli diminta untuk memberikan skor pada setiap pernyataan
dengan ketentuan skor 5 (sangat baik), 4 (baik), 3 (sedang), 2 (tidak baik), 1 (sangat tidak
baik). Pada angket respon siswa, para siswa diminta untuk menjawab “Ya” atau “Tidak”
pada setiap pertanyaan dengan ketentuan skor 1 (ya) atau 0 (tidak). Lembar telaah
dianalisis secara deskriptif sedangkan lembar validasi dan angket respon siswa dianalisis
secara deskriptif kuantitatif dengan teknik persentase. Hasil persentase kemudian
diinterpretasikan hasilnya dengan ketentuan seperti pada tabel 1 dan 2 berikut ini :
1. Kriteria Interpretasi Validasi Ahli
Presentase Kriteria Interprestasi

0% - 20% Sangat tidak layak


21% - 40% Tidak layak
41% - 60% Cukup layak
61% - 80% Layak
81% - 100% Sangat Layak
Sumber : diadaptasi dari Ridwan (2013:15)
2. Kriteria Interpretasi Respon Siswa
Presentase Kriteria Interprestasi

0% - 20% Sangat tidak layak


21% - 40% Tidak layak
41% - 60% Cukup layak
61% - 80% Layak
81% - 100% Sangat Layak
Sumber : diadaptasi dari Ridwan (2013:15)
Dari hasil analisis tersebut, modul yang dikembangkan dikatakan layak untuk
digunakan apabila interpretasinya ≥ 61%.

I. Teknik Analisi Data


Patton mengatakan bahwa analisis data adalah proses mengatur urutan data,
mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori dan satuan uraian dasar, sedangkan
Suprayogo mendefinisikan analisis data adalah rangkaian kegiatan penelaahan,
pengelompokan sistematisasi, penafsiran dan verifikasi data agar sebuah fenomena
memiliki sebuah nilai sosial, akademis, dan ilmiah. 8 Teknik analisis data yang digunakan
dalam penelitian dan pengembangan ini adalah pengumpulan data lewat instrumen
kemudian dikerjakan sesuai dengan prosedur penelitian dan pengembangan. Adapun data
yang dianalisis dalam pengembangan Modul dengan pendekatan Konstektual ini adalah
data kuantitatif. Data kuantitatif diperoleh dari angket penilaian validator dan hasil tes
kelas eksperimen dengan kelas kontrol. Berikut rumus yang digunakan dalam teknik
analisis data:
1. Analisis data angket validasi Data hasil penilaian terhadap kelayakan produk
pengembangan bahan ajar matematika dianalisis secara deskriptif. Penentuan tingkat
kevalidan dan revisi produk seperti pada table berikut
Presentase (%) Kriteria Valid
76-100 Valid (tidak perlu revisi)
56-75 Cukup valid (tidak perlu revisi)
40-55 Kurang valid (revisi)
0-39 Tidak valid (revisi)
Rumus yang digunakan adalah :
Dimana :

2. Analisis keefektifan dan Analisis kepraktisan


Dalam kamus bahasa Indonesia efektif yang berarti ada pengaruhnya. Menurut
Suharsimi Arikunto efektifitas adalah taraf tercapainya tujuan yang telah ditentukan.
Sedangkan kepraktisan mengandung arti kemudahan suatu tes, baik dalam
mempersiapkan mempersiapkan, menggunakan, mengolah, dan menafsirkan, maupun
mengadministrasikannya.

Anda mungkin juga menyukai