Anda di halaman 1dari 19

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK ADMINISTRASI

TRANSAKSI BERBASIS PROJECT BASED LEARNING (PBL) PADA


KOMPETENSI DASAR MENGANALISIS DAN MEMBUAT DOKUMEN
TRANSAKSI PEMBELIAN UNTUK SISWA KELAS XI BISNIS DARING
PEMASARAN SMK NEGERI 1 LAMONGAN

KERANGKA PROPOSAL

DIANA RETNO ANDRIYANI

16080324003

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

FAKULTAS EKONOMI

JURUSAN PENDIDIKAN EKONOMI

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TATA NIAGA

2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Lembar Kerja Peserta Didik merupakan bahan pembelajaran cetak yang yang
paling sederhana karena komponen isinya bukan pada materi ajar tetapi pada
pengembangan soal-soalnya serta latihan. LKPD sangat baik dipergunakan dalam rangka
strategi heuristik maupun ekspositorik. Dalam strategi heuristik LKPD dipakai dalam
metode penemuan terbimbing, sedangkan dalam strategi ekspositorik LKPD dipakai untuk
memberikan latihan pengembangan. Selain itu LKPD sebagai penunjang untuk
meningkatkan aktifitas siswa dalam proses belajar dapat mengoptimalkan hasil belajar
(Dhari dan Haryono, 1988). Keberadaan LKPD memberi pengaruh yang cukup besar
dalam kegiatan pembelajaran sehingga penyusunan LKPD harus memenuhi berbagai
persyaratan misalnya didaktik, syarat konstuksi, dan syarat teknik (Rohaeti, 2014).
Penggunaan LKPD dalam kegiatan pembelajaran dapat mengubah pola pembelajaran
yaitu dari pola pengajaran teacher centered menjadi pola pembelajaran student centered.
Pola pengajaran yang berpusat pada guru terjadi interaksi satu arah sehingga guru
menerangkan, mendikte, sedangkan peserta didik mendengar, mencatat, dan mematuhi
semua perintah guru. Sebaliknya, pola pembelajaran yang berpusat pada peserta didik akan
terjadi interaksi antara siswa dengan guru dan antarsiswa. Hasil penelitian mengenai
LKPD terbukti efektif dalam peningkatan kegiatan pembelajaran diantaranya adalah
penelitian dan pengembangan dari Eka Dani Rahmawati (2013) yang menyimpulkan
bahwa penerapan LKPD berbasis PBL membuat rata-rata nilai peserta didik telah
melampaui Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Penelitian yang serupa juga dilakukan
oleh Nagihan Yildirim, Sevil Kurt, dan Alipasa Ayas (2011) yang menyimpulkan bahwa
dengan penggunaan LKPD pada kelas eksperimen akan lebih cepat berhasil dari pada kelas
kontrol. LKPD yang baik harus memenuhi persyaratan konstruksi, teknis, dan didaktik.
Persyaratan konstruksi tersebut meliputi syarat s yarat yang berkenaan dengan penggunaan
bahasa, susunan kalimat, kosakata, tingkat kesukaran dan kejelasan yang pada hakekatnya
haruslah dapat dimengerti oleh pihak pengguna LKPD yaitu peserta didik, sedangkan
syarat didaktif artinya bahwa LKPD tersebut haruslah memenuhi asas-asas yang efektif
(Trisna Ari Ayumika, 2012) Namun, LKPD yang ada di SMK Negeri 1 Lamongansaat ini
masih belum memenuhi persyaratan LKPD yang baik terutama pada pokok bahasan tahap
pencatatan akuntansi perusahaan jasa. Ditinjau dari segi materi, materi LKPD sangat
tergantung pada kompetensi dasar (KD) yang akan dicapai. Dalam silabus Administrasi
Transaksi SMK Negeri 1 Lamongan menyebutkan bahwa materi pembelajaran pada pokok
bahasan menganalisis dan membuat dokumen transaksi pembelian dimulai dari membuat
membuat nota kwitansi hingga surat permmintaan penawaran. Sebagai tahap awal proses
pembelian sebelum masuk transaksi maka biasanya akan membutuhkan nota kwintasi dan
bukti lainnya. Dengan demikian peserta didik akan lebih mudah dalam menganalisis dari
bukti transaksi perusahaan. Namun yang terjadi, pembuatan dokumen transaksi pembelian
berasal dari uraian transaksi perusahaan sehingga peserta didik mengalami kesulitan dalam
menganalisis transaksi tersebut.
Dari segi didaktik, LKPD berisi sederetan soal-soal pilihan ganda dan soal uraian.
Soal pilihan ganda dapat digunakan untuk menilai kemampuan mengingat dan memahami,
namun pilihan ganda mempunyai kelemahan yaitu peserta didik tidak mengembangkan
sendiri jawabannya, tetapi cenderung hanya memilih jawaban yang benar dan jika peserta
didik tidak mengetahui jawaban yang benar maka peserta didik akan menerka. Hal ini
menimbulkan kecenderungan peserta didik tidak belajar untuk memahami pelajaran, tetapi
menghafalkan soal dan jawabannya (Muslich, 2007). Berdasarkan observasi awal yang
dilakukan tabel didapatkan informasi bahwa dari rata-rata mid semester mata pelajaran
administrasi transksi kelas XI Bisnis Daring Pemasaran SMK Negeri 1 Lamongan,
masing-masing kelas masih rendah. Dugaan tersebut muncul karena berdasarkan data yang
didapat, lebih dari 50% siswa kelas XI Bisnis Daring Pemasaran belum mencapai KKM
yang ditargetkan oleh sekolah yaitu sebesar 78. Dari seluruh jumlah peserta didik kelas XI
Bisnis Daring Pemasaran yang berjumlah 30, persentase peserta didik yang tidak tuntas
sebesar 59,86%, dan peserta didik yang tuntas sebesar 40,14%. Kurang maksimalnya hasil
belajar peserta didik yang masih banyak belum mencapai nilai KKM menjadi
permasalahan dalam sekolah terutama guru yang mengampu mata pelajaran tersebut,
karena keberhasilan seorang guru dalam mengajar dapat dilihat dari hasil belajar. Selain
itu, penggunaan LKPD yang kurang mudah dipahami juga menjadi kendala dalam proses
pembelajaran terutama pada pokok bahasan tahap pencatatan akuntansi perusahaan jasa.
Penggunaan bahan ajar dalam pembelajaran seperti LKPD masih perlu dikembangkan lagi
karena dalam pokok bahasan menganalisis dan membuat dokumen transasksi pembelian
berasal dari sederetan transaksi yang terjadi di suatu perusahaan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka diperoleh rumusan masalah pada
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana proses pengembangan LKPD administrasi transaksi berbasis PBL pada
materi menganalisis dan membuat dokumen transaksi pembelian untuk siswa kelas XI
Bisnis Daring Pemasaran SMK Negeri 1 Lamongan ?
2. Bagaimana kelayakan pengembangan LKPD administrasi transaksi berbasis PBL pada
materi menganalisis dan membuat dokumen transaksi pembelian untuk siswa kelas XI
Bisnis Daring Pemasaran SMK Negeri 1 Lamongan ?
3. Bagaimana respon siswa XI Bisnis Daring Pemasaran SMK Negeri 1 Lamongan
mengenai pengembangan LKPD administrasi transaksi berbasis PBL pada materi
menganalisis dan membuat dokumen transaksi pembelian ?

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka dapat disimpulkan bahwasanya tujuan
dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui proses pengembangan LKPD administrasi transaksi berbasis PBL
pada materi menganalisis dan membuat dokumen transaksi pembelian untuk siswa
kelas XI Bisnis Daring Pemasaran SMK Negeri 1 Lamongan
2. Untuk mengetahui kelayakan pengembangan LKPD administrasi transaksi berbasis
PBL pada materi menganalisis dan membuat dokumen transaksi pembelian untuk
siswa kelas XI Bisnis Daring Pemasaran SMK Negeri 1 Lamongan
3. Untuk mengetahui respon siswa kelas XI Bisnis Daring Pemasaran SMK Negeri 1
Lamongan mengenai pengembangan LKPD administrasi pajak berbasis PBL pada
materi menganalisis dokumen transaksi penjualan.

D. Spesifikasi Produk yang diharapkan


Speseifikasi produk yang diharapkan dalam penelitian pengembangan LKPD
pembelajaran ini adalah sebagai berikut :
1. LKPD pembelajaran yang dikembangkan dapat digunakan sebagai rencana
pembeljaran dan sebagai sumber pembelajaran untuk siswa SMK Bisnis Daring
Pemasaran kelas XI Semester 3
2. LKPD pembelajaran yang dikembangkan sesuai dengan SK dan KD suatu pokok
bahsan yang akan diajarkan
3. LKPD pembelajaran yang dikembangkan dapat memenuhi kriteria kebenaran,
keluasan dan kedalaman konsep, kesesuaian dengan standar isi, kebahasaan dan
kejelasan kalimat, keterlaksanaan serta tampilan yang baik dan menarik sehingga
dapat dikategorikan sebagai LKPD pembelajaran yang berkuaitas baik

E. Manfaat Penelitian
Manfaat produk pengembangan LKPD pembelajaran administrasi transaksi berbasis
PBL yang dharapkan yaitu sebagai berikut :
1. Membantu mengembangkan perangkat pembelajaran berupa LKPD di sekolah
khususnya pada siswa kelas XI Bisnis Daring Pemasaran
2. Membantu referensi pendidikan dalam kegiatan pembelajaran
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori
1. LKPD
Lembar kerja peserta didik (LKPD) merupakan salah satu sarana untuk
membantu dan mempermudah dalam kegiatan belajar mengajar sehingga akan
terbentuk interaksi yang efektif antara peserta didik dengan pendidik, sehingga dapat
meningkatkan aktifitas peserta didik dalam peningkatan prestasi belajar.
Widjajanti (2008:1) mengatakan lembar kerja peserta didik (LKPD) merupakan
salah satu sumber belajar yang dapat dikembangkan oleh pendidik sebagai fasilitator
dalam kegiatan pembelajaran. LKPD yang disusun dapat dirancang dan dikembangkan
sesuai dengan kondisi dan situasi kegiatan pembelajaran yang akan dihadapi.
Lembar kerja yang dimaksud dalam penelitian ini adalah Lembar Kerja Peserta
Didik, yang selanjutnya disingkat LKPD. LKPD merupakan istilah yang tahun
sebelumnya disebut sebagai Lembar Kerja Siswa (LKS). Namun setelah
diberlakukannya Undang-Undang tentang Sistem Pendidikan Nasional istilah siswa
diganti menjadi peserta didik maka LKS berubah menjadi LKPD. LKPD itu sendiri
merupakan lembaran yang disiapkan oleh pendidik sebagai bahan belajar peserta didik
baik secara kelompok maupun secara individu.
Menurut Martawijaya (2014), LKPD adalah lembar kerja yang berisi langkah-
langkah dalam melaksanakan penyelidikan atau praktikum individu dan kelompok
sesuai materi yang dipelajari. Melalui LKPD, setiap peserta didik diharapkan dapat
melaksanakan penyelidikan sesuai dengan langkah-langkah dan memperoleh hasil
penyelidikan dengan benar.
Sejalan dengan itu, Johnson, Wardlow, & Franklin (1997) dalam jurnalnya
menyatakan bahwa lembar kerja yang ditunjang oleh kegiatan atau aktivitas tangan
dapat mengembankan sikap positif peserta didik terhadap materi yang dipelajari
peserta didik. Hal ini cukup beralasan, karena setiap pengalaman yang dilakukan akan
lebih tersimpan dalam memori seseorang apabila ia terlibat secara langsung dalam
kegiatan tersebut, bukan hanya aktivitas mental yang dibutuhkan tetapi juga aktivitas
fisik. Menurut Celikler (2010) dalam jurnalnya menyatakan bahwa lembar kerja
memungkinkan siswa untuk berpartisipasi dalam proses pembelajaran secara aktif dan
meningkatkan prestasi siswa.
Menurut Roehati (2009), LKPD merupakan salah satu sumber belajar yang
dapat dikembangkan oleh pendidik sebagai fasilitator dalam pembelajaran. LKPD
yang disusun dapat dirancang dan dikembangkan sesuai dengan kondisi dan situasi
kegiatan pembelajaran yang akan dihadapi. LKPD juga merupakan media
pembelajaran, karena dapat digunakan secara bersama dengan sumber belajar atau
media pembelajaran yang lain. Hal senada diungkapkan oleh Damayanti (2013) bahwa
LKPD merupakan salah satu bahan ajar yang penting untuk tercapainya keberhasilan
dalam pembelajaran, termasuk fisika. LKPD yaitu materi ajar yang sudah dikemas
sedemikian rupa, sehingga peserta didik diharapkan dapat mempelajari materi ajar
tersebut secara mandiri. Langkah-langkah aplikatif membuat LKPD, yaitu:
a. Melakukan analisis kurikulum
b. Menyusun peta kebutuhan lkpd
c. Menentukan judul-judul lkpd
d. Penulisan lkpd.
Berdasarkan pendapat para ahli tersebut di atas mengenai LKPD, dalam tulisan
ini, LKPD yang dimaksud oleh peneliti adalah bahan ajar yang menuntun peserta didik
belajar secara kelompok melalui penyelidikan. LKPD yang dimaksud diuraikan
dengan prototype sebagai berikut. LKPD terdiri atas:
a. Identitas
b. Judul Penyelidikan
c. Kompetensi Inti (KI)
d. Kompetensi Dasar (KD)
e. Indicator
f. Rumusan Masalah
g. Hipotesis
h. Variable
i. Alat Dan Bahan
j. Langkah-Langkah Kegiatan
k. Hasil Pengamatan
l. Analisis Data
m. Kesimpulan
n. Penerapan (Soal Latihan, Kunci Jawaban, Dan Pedoman Pengskoran)
Manfaat yang diperoleh dengan penggunaan LKPD dalam proses pembelajaran
adalah sebagai berikut:
a. Mengaktifkan peserta didik dalam proses pembelajaran.
b. Membantu peserta didik dalam mengembangkan konsep.
c. Melatih peserta didik dalam menemukan dan mengembangkan keterampilan
proses.
d. Sebagai pedoman pendidik dan peserta didik dalam melaksanakan proses
pembelajaran.
e. Membantu peserta didik memperoleh catatan tentang materi yang dipelajari
melalui kegiatan belajar. Membantu peserta didik untuk menambah informasi
tentang konsep yang dipelajari melalui kegiatan belajar secara sistematis.
Prinsip-prinsip LKPD diantaranya :
a. Tidak dinilai sebagai dasar perhitungan raport, tetapi hanya diberi penguat bagi
yang berhasil menyelesaikan tugasnya serta diberi bimbingan bagi peserta
didik yang mengalami kesulitan.
b. Mengandung permasalahan
c. Sebagai alat pengajaran
d. Mengecek tingkat pemahaman
e. Pengembangan dan penerapannya
f. Semua permasalahan sudah dijawab dengan benar setelah selesai pembelajaran

2. Pembelajaran Administrasi Transaksi


Administrasi transaksi merupakan salah satu mata pelajaran yang ada pada
Sekolah Menengah Kejuruan khususnya pada jurusan Bisnis Daring Pemasaran yang
membahas mengenai kegiatan transaksi dalam suatu perusahaan maupun toko-toko
ritel baik itu transaksi penjualan maupun pembelian yang akan sangat membantu
pemilik perusahaan untuk mengetahui keluar masuknya barang dagangan maupun
keuangannya. Mata pelajaran administrasi transaksi ini akan didapatkan siswa Sekolah
Menengah Kejuruan di kelas XI diamana mata pelajaran ini dipersiapkan bagi siswa
yang akan melkasanakan praktik kerja industry atu PSG di perusahaan Ritel Matahari
Departemen Store, dimana mata pelajaran ini akan berguna ketika siswa akan
melaksanakan kegiatan jual beli barang, sesuai dengan kompetensi dasar 3.4 yang
memuat materi tentang dokumen transaksi pembelian dimana materi yang akan
dibahas yaitu cara-cara menulis dokumen transaksi yang beragam.
3. Pembelajaran PBL
Rumusan dari Dutch (1994), Problem Based Learning (PBL)
merupakan metode instruksional yang menantang siswa agar “belajar dan belajar”,
bekerja sama dengan kelompok untuk mencari solusi masalah yang nyata. Masalah ini
digunakan untuk mengaitkan rasa keingintahuan serta kemampuan analisis siswa dan
inisiatif atas materi pelajaran. Problem Based Learning (PBL) mempersiapkan siswa
untuk berpikir kritis dan analitis, dan untuk mencari serta menggunakan sumber
pembelajaran yang sesuai. Problem Based Learning (PBL) mempunyai perbedaan
penting dengan pembelajaran penemuan. Pada pembelajaran penemuan didasarkan
pertanyaan-pertanyaan berdasarkan disiplin ilmu dan penyelidikan siswa berlangsung
di bawah bimbingan guru terbatas dalam ruang lingkup kelas, sedangkan Problem
Based Learning (PBL) dimulai dengan masalah kehidupan nyata yang bermakna
dimana siswa mempunyai kesempatan dalam memlilih dan melakukan penyelidikan
apapun baik di dalam maupun di luar sekolah sejauh itu diperlukan untuk memecahkan
masalah.
Problem Based Learning (PBL) merupakan pendekatan yang efektif untuk
pengajaran proses berpikir tingka tinggi, pembelajaran ini membantu siswa untuk
memproses informasi yang sudah jadi dalam benaknya dan menyusun pengetahuan
mereka sendiri tentang dunia sosial dan sekitarnya. Dengan Problem Based Learning
(PBL) siswa dilatih menyusun sendiri pengetahuannya, mengembangkan keterampilan
memecahkan masalah. Selain itu, dengan pemberian masalah autentik, siswa dapat
membentuk makna dari bahan pelajaran melalui proses belajar dan menyimpannya
dalam ingatan sehingga sewaktu-waktu dapat digunakan lagi. Jadi Problem Based
Learning atau pembelajaran berbasis masalah adalah suatu strategi pembelajaran yang
menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi peserta didik untuk
belajar tentang cara berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk
memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi pelajaran.
Menurut Arends berbagai pengembangan pengajaran Problem Based Learning
(PBL) telah memberikan model pengajaran itu memiliki karakteristik sebagai berikut:
a. Pengajuan pertanyaan atau masalah. Pembelajaran berdasarkan masalah
mengorganisasikan pengajaran disekitar pertanyaan dan masalah yang dua-duanya
secara sosial penting dan secara pribadi bermakna untuk siswa.
b. Berfokus pada keterkaitan antar disiplin. Meskipun pembelajaran berdasarkan
masalah mungkin berpusat pada mata pelajaran tertentu (IPA, matematika, ilmu-
ilmu sosial), masalah-masalah yang diselidiki telah dipilih benar-benar nyata agar
dalam pemecahannya, siswa meninjau masalah itu dari banyak mata pelajaran.
c. Penyelidikan autentik. Pembelajaran berdasarkan masalah mengharuskan siswa
melakukann penyelidikan autentik untuk mencari penyelesaian nyata terhadap
masalah nyata.
d. Menghasilkan produk dan memamerkannya. Pembelajaran berdasarkan masalah
menuntut siswa untuk menghasilkan produk tertentu dalam karya nyata. Produk
tersebut bisa berupa laporan, model fisik, video maupun program komputer. Dalam
pembelajaran kalor, produk yang dihasilkan adalah berupa laporan.
e. Kolaborasi dan kerja sama. Pembelajaran bersdasarkan masalah dicirikan oleh
siswa yang bekerja sama satu dengan yang lainnya, paling sering secara
berpasangan atau dalam kelompok kecil.
Langkah-Langkah Proses Problem Based Learning (PBL) Problem Based
Learning (PBL) akan dapat dijalankan bila pengajar siap dengan segala perangkat yang
diperlukan. Pemelajar pun harus harus sudah memahami prosesnya, dan telah
membentuk kelompokkelompok kecil. Umumnya, setiap kelompok menjalankan
proses yang dikenal dengan proses tujuh langkah:
a. Mengklarifikasi istilah dan konsep yang belum jelas. Memastikan setiap anggota
memahami berbagai istilah dan konsep yang ada dalam masalah. Langkah pertama
ini dapat dikatakan tahap yang membuat setiap peserta berangkat dari cara
memandang yang sama atas istilah-istilah atau konsep yang ada dalam masalah.
b. Merumuskan masalah. Fenomena yang ada dalam masalah menuntut penjelasan
hubungan-hubungan apa yang terjadi di antara fenomena itu.
c. Menganalisis masalah. Anggota mengeluarkan pengetahuan terkait apa yang sudah
dimiliki anggota tentang masalah. Terjadi diskusi yang membahas informasi
faktual (yang tercantum pada masalah), dan juga informasi yang ada dalam pikiran
anggota. Brainstorming (curah gagasan) dilakukan dalam tahap ini.
d. Menata gagasan secara sistematis dan menganalisi. Bagian yang sudah dianalisis
dilihat keterkaitannya satu sama lain kemudian dikelompokkan; mana yang paling
menunjang, mana yang bertentangan, dan sebagainya. Analisis adalah upaya
memilahmemilah sesuatu menjadi bagian-bagian yang membentuknya.
e. Memformulasikan tujuan pembelajaran. Kelompok dapat merumuskan tujuan
pembelajaran karena kelompok sudah tahu pengetahuan mana yang masih kurang,
dan mana yang masih belum jelas. Tujuan pembelajaran akan dikaitkan dengan
analisis masalah yang dibuat
f. Mencari informasi tambahan dari sumber lain. Saat ini kelompok sudah tahu
informasi apa yang tidak dimiliki, dan sudah punya tujuan pembelajaran. Kini
saatnya mereka harus mencari informasi tambahan itu, dan menemukan kemana
hendak dicarinya.
g. Mensistesis (menggabungkan) dan menguji informasi baru dan membuat laporan.
Kelebihan Problem Based Learning (PBL) Pembelajaran Problem Based
Learning atau berdasarkan masalah memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan
model pembelajaran yang lainnya, di antaranya sebagai berikut:
a. Pemecahan masalah merupakan teknik yang cukup bagus untuk memahami isi
pelajaran.
b. Pemecahan masalah dapat menantang kemampuan siswa serta memberikan
kepuasan untuk menemukan pengetahuan baru bagi siswa.
c. Pemecahan masalah dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa
d. Pemecahan masalah dapat membantu siswa bagaimana menstansfer pengetahuan
mereka untuk memahami masalah dalam kehidupan nyata.
e. Pemecahan masalah dapat membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan
barunya dan bertanggung jawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan.
f. Melalui pemecahan masalah bisa memperlihatkan kepada siswa bahwa setiap mata
pelajaran (matematika, IPA, sejarah, dan lain sebagainya), pada dasarnya
merupakan cara berfikir, dan sesuatu yang harus dimengerti oleh siswa, bukan
hanya sekedar belajar dari guru atau dari buku-buku saja.
g. Pemecahan masalah dianggap lebih menyenangkan dan disukai siswa
h. Pemecahan masalah dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk berpikir
kritis dan mengembangkan kemampuan mereka untuk menyesuaikan dengan
pengetahuan baru
i. Pemecahan masalah dapat memberikan kesempatan pada siswa
yang mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata.
j. Pemecahan masalah dapat mengembangkan minat siswa untuk secara terus
menerus belajar sekalipun belajar pada pendidikan formal telah berakhir.
Kekurangan Problem Based Learning (PBL) Sama halnya dengan model
pengajaran yang lain, model pembelajaran Problem Based Learning juga memiliki
beberapa kekurangan dalam penerapannya. Kelemahan tersebut diantaranya:
a. Manakala siswa tidak memiliki minat atau tidak memiliki kepercayaan bahwa
masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka akan merasa enggan
untuk mencoba
b. Keberhasilan strategi pembelajaran malalui Problem Based Learning
membutuhkan cukup waktu untuk persiapan
c. Tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha untuk memecahkan masalah yang
sedang dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa yang mereka ingin pelajari.

B. Hasil Penelitian yang Relevan


Terdapat penelitian sejenis yang pernah dilakukan sebelumnya berikut diantaranya:
1. Fitri Nurhayati (2015) yang berjudul “pengembangan LKS berbasis PBL pokok
bahasan tahap pencatatan akuntansi perusahaan jasa” dengan hasil LKS sangat layak
digunakan
2. Lailatul Aisyah (2018) dengan judul “pengembangan lembar kegitan peserta didik
akuntansi perusahaan dagang berbasis problem based learning pada kelas XI
Akuntansu di SMKN 1 Surabaya” dengan kategori layak digunakan
3. Anik Aisyatul (2016) dengan judul “Pengembangan Lks Berbasis Problem Based
Learning Mata Pelajaran Ips Kompetensi Dasar 3.4 Memahami Pengertian Dinamika
Interaksi Manusia Dengan Lingkungan Alam, Sosial, Budaya, Dan Ekonomi Kelas Vii
Di Smp Al-Islah Surabaya” dengan kategori sangat layak
4. Yeni Purwanti (2016) dengan judul “Pengembangan Lembar Kerja Siswa (Lks)
Berbasis Problem Based Learning (Pbl) Pada Materi Matriks Siswa Kelas XI Mia
Sman 6 Kota Jambi” dengan kategori sangat layak
5. Farah Nidyasafitri (2017) dengan judul “Pengembangan Lks Berbasis Pbl (Problem
Based Learning) Pada Pokok Bahasan Momentum Dan Impuls Fisika Sma Kelas XI”
dengan kategori sangat layak
C. Kerangka Konseptual
Berdasarkan pada uraian di atas maka dapat digambarkan secara ringkas kerangka
konseptual pada pengembangan LKPD administrasi transaksi sebagai berikut :

Kenyataan :

Di SMK Negeri 1 Lamongan siswa mengeluhkan bahwasanya lembar kegiatan peserta


didik yang digunakan dalam pembelajaran administrasi transaksi hanya menggunakan
kertas A4 kosongan dan ditulis secara manual oleh peserta didik dari guru mata
peajaran yang bersangkutan, sehingga hal tersebut tidaklah efisien

Masalah :
Dibutuhkan LKPD administrasi transaksi yang relevan sehingga mampu menarik
siswa untuk belajar dengan menggunakan LKPD yang menarik dan sumber belajar
yang jelas.

Landasan Teori : Penelitian yang relevan :


Widjajanti (2008:1) mengatakan Berdasarkan penelitian dari Fitri
lembar kerja peserta didik (LKPD) Nurhayati yang berjudul
merupakan salah satu sumber belajar “pengembangan LKS berbasis PBL
yang dapat dikembangkan oleh pokok bahasan tahap pencatatan
pendidik sebagai fasilitator dalam akuntansi perusahaan jasa” dengan
kegiatan pembelajaran. hasil LKS sangat layak digunakan

Solusi :
Pengembangan LKPD administrasi transaksi yang layak digunkan sebagai bahan
kegiatan untuk siswa
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam mengembangkan LKPD administrasi
transaksi berbasis PBL pada kompetensi dasar menganalisi dokumen transaksi pembelian
ini adalah penelitian dan pengembangan atau Research and Development (R&D).

B. Model Pengembangan
Model pengembangan yang digunakan dalam penelitian pegembangan LKPD
Administrasi Transaksi ini adalah model pengembangan menurut Thiagarajan, Semmel,
dan Semmel (dalam Trianto, 2013:189) yaitu 4-D. Model pengembangan ini terdiri dari
empat tahap yaitu Define (pendefinisian), Design (perancangan), Develop
(pengembangan), dan Disseminate (penyebaran). Subjek uji coba dalam pengembangan
LKPD ini terdiri atas :
1. Ahli materi selaku orang yang berkompeten dalam bidang transaksi yaitu dosen mata
kuliah praktik perniagaan, Fakultas Administrasi Transaksi, Universitas Negeri
Surabaya dan seorang guru mata pelajaran Administrasi transaksi di SMK Negeri 1
Lamongan
2. Ahli bahasa selaku orang yang berkompeten dalam bidang kebahasaan yaitu dosen
Bahasa Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Surabaya
3. Ahli grafis selaku orang yang berkompeten dalam bidang kegrafikaan yaitu dosen
Teknologi Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Surabaya
4. 21 siswa kelas XI Bisnis Daring Pemasaran SMK Negeri 1 Lamongan yang telah
memperoleh materi menganalisis dan membuat dokumen transaksi pembelian

C. Prosedur Penelitian
Sebelum melakukan uji coba pada produk yang berupa LKPD administrasi
transaskis pada kompetensi dasar meganalisis dan membuat dokumen transaksi pembelian
maka peneliti akan melakukan prosedur penelitian terlebih dahulu dan berikut adalah
prosedur yang dapat dilakukan sebelum uji coba :
Penjelasan alur diatas adalah:
1. Rancangan / rencana awal, sebelum mengadakan penelitian – penelitian menyusun
rumusan masalah, tujuan dan membuat rancangan tindakan, termasuk didalamnya
instrument penelitian dan perangkat pembelajaran.
2. Kegiatan dan pengamatan, meliputi tindakan yang dilakukan oleh peneliti sebagai
upaya membangun pemahaman konsep siswa serta mengamati hasil atau dampak dari
diterapkannya metode pembelajaran model PBL.
3. Refleksi, peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan hasil atau dampak yang
dilakukan berdasarkan lembar pengamatan yang diisi oleh pengamat.
4. Rancangan / rencana yang direvisi, berdasarkan hasil refleksi dari pengamatan
membuat yang direvisi untuk dilaksanakan pada siklus berikutnya.
D. Desain Uji Coba
Studi ini merupakan kegiatan pengembangan yang dilakukan secara individu. Kegiatan
yang dilaksakan yaitu mulai melakukan observasi lapangan, membuat LKPD berbasis
PBL dan menguji kelayakan produk dengan cara validasi oleh beberapa pakar.
Pelaksanaan uji kelayakan dilakukan dengan cara menyerahkan produk pengembangan
beserta sejumlah angket penilaian kepada validator untuk menilai layak atau tidaknya
produk pengembangan serta memberikan kritik dan saran perbaikan. Desain uji coba dapat
dilihat pada gambar berikut ini :

LKPD Administrasi Reviewer


Transaksi Berbasis Pakar Modul :
PBL Ahli Bahasa, Ahli Materi

Penyampaian produk
(Siap diseminasi)

E. Subjek Uji Coba


Subjek uji coba meliputi ahli materi selaku orang yang berkompetensi dalam
bidang akuntansi (satu orang dosen pendidikan tata niaga dan satu orang guru mata
pelajaran administrasi transaksi), ahli grafis selaku orang yang berkompetensi dalam
bidang kegrafikan (satu orang dosen teknologi pendidikan), siswa kelas XI Bisnis Daring
Pemasaran di SMK Negeri 1 Lamongan yang diambil 20 siswa untuk uji coba terbatas,
karena menurut Sadiman (2012) bahwa uji coba kelompok kecil diberikan kepada 10-20
orang siswa yang dapat mewakili populasi target. Jenis data yang diperoleh adalah data
kualitatif dan data kuatitatif.

F. Jenis Data
Jenis data dalam penelitian ini yaitu data kualitatif dan data kuantitatif. Data
kualitatif ini diperoleh dari hasil telaah LKPD berupa angket telaah ahli materi, ahli
bahasa, dan ahli grafis. Data kuantitatif diperoleh dari hasil validasi oleh ahli materi, ahli
bahasa, ahli grafis, dan respon siswa yang kemudian dianalisis dengan teknik persentase.
G. Definisi Operasional
Istilah terkait judul dalam penelitian ini dapat diartikan sebagai berikut:
1. LKPD berbasis PBL yaitu LKPD yang disusun dengan mengaitkan materi maupun
latihan soal-soal yang efektif untuk pengajaran proses berpikir tinggi, dengan adanya
LKPD ini membantu siswa untuk memproses informasi yang ada dalam pemikiranya
dan menyususn pengetahuan mereka sendiri tentang dunia social dan sekitarnya.

H. Instrumen Pengumpulan Data


Instrumen penelitian yang terdapat dalam penelitian ini antara lain lembar telaah,
lembar validasi, dan angket respon siswa. Lembar telaah dan lembar validasi ditujukan
untuk para ahli (ahli materi, ahli bahasa, dan ahli grafis). Angket respon siswa ditujukan
untuk para siswa yang mengikuti uji coba terbatas. Lembar telaah merupakan angket
terbuka sedangkan lembar validasi dan angket respon siswa merupakan angket tertutup.
Pada lembar validasi, para ahli diminta untuk memberikan skor pada setiap pernyataan
dengan ketentuan skor 5 (sangat baik), 4 (baik), 3 (sedang), 2 (tidak baik), 1 (sangat tidak
baik). Pada angket respon siswa, para siswa diminta untuk menjawab “Ya” atau “Tidak”
pada setiap pertanyaan dengan ketentuan skor 1 (ya) atau 0 (tidak). Lembar telaah
dianalisis secara deskriptif sedangkan lembar validasi dan angket respon siswa dianalisis
secara deskriptif kuantitatif dengan teknik persentase. Hasil persentase kemudian
diinterpretasikan hasilnya dengan ketentuan seperti pada tabel 1 dan 2 berikut ini :
1. Kriteria Interpretasi Validasi Ahli
Presentase Kriteria Interprestasi
0% - 20% Sangat tidak layak
21% - 40% Tidak layak
41% - 60% Cukup layak
61% - 80% Layak
81% - 100% Sangat Layak
Sumber : diadaptasi dari Ridwan (2013:15)
2. Kriteria Interpretasi Respon Siswa
Presentase Kriteria Interprestasi
0% - 20% Sangat tidak layak
21% - 40% Tidak layak
41% - 60% Cukup layak
61% - 80% Layak
81% - 100% Sangat Layak
Sumber : diadaptasi dari Ridwan (2013:15)
Dari hasil analisis tersebut, LKPD yang dikembangkan dikatakan layak untuk
digunakan apabila interpretasinya ≥ 61%.

I. Teknik Analisi Data


Patton mengatakan bahwa analisis data adalah proses mengatur urutan data,
mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori dan satuan uraian dasar, sedangkan
Suprayogo mendefinisikan analisis data adalah rangkaian kegiatan penelaahan,
pengelompokan sistematisasi, penafsiran dan verifikasi data agar sebuah fenomena
memiliki sebuah nilai sosial, akademis, dan ilmiah. 8 Teknik analisis data yang digunakan
dalam penelitian dan pengembangan ini adalah pengumpulan data lewat instrumen
kemudian dikerjakan sesuai dengan prosedur penelitian dan pengembangan. Adapun data
yang dianalisis dalam pengembangan LKPD dengan pendekatan PBL ini adalah data
kuantitatif. Data kuantitatif diperoleh dari angket penilaian validator dan hasil tes kelas
eksperimen dengan kelas kontrol. Berikut rumus yang digunakan dalam teknik analisis
data:
1. Analisis data angket validasi Data hasil penilaian terhadap kelayakan produk
pengembangan bahan ajar matematika dianalisis secara deskriptif. Penentuan tingkat
kevalidan dan revisi produk seperti pada table berikut
Presentase (%) Kriteria Valid
76-100 Valid (tidak perlu revisi)
56-75 Cukup valid (tidak perlu revisi)
40-55 Kurang valid (revisi)
0-39 Tidak valid (revisi)
Rumus yang digunakan adalah :
Dimana :

2. Analisis keefektifan dan Analisis kepraktisan


Dalam kamus bahasa Indonesia efektif yang berarti ada pengaruhnya. Menurut
Suharsimi Arikunto efektifitas adalah taraf tercapainya tujuan yang telah ditentukan.
Sedangkan kepraktisan mengandung arti kemudahan suatu tes, baik dalam
mempersiapkan mempersiapkan, menggunakan, mengolah, dan menafsirkan, maupun
mengadministrasikannya.

Anda mungkin juga menyukai