Anda di halaman 1dari 49

TATALAKSANA PRE EKLAMSIA

EKLAMSIA TERKINI
Dr. Nutria Widya Purna Anggraini,SpOG.Subsp.K.Fm.MKes

dr.Nutria, SpOG,Subsp.K.Fm.MKes
dr. Nutria Widya Purna Anggraini, Sp.O.G, Subsp.K.Fm, M.Kes
RIWAYAT PENDIDIKAN:
 PendidikanDokter:FKUniv.SebelasMaret/RSUDDr.Moewardi,Surakarta(2006)
 S-2 MagisterKesehatan:FKUniv.SebelasMaret(2012)
 PPDS1ObstetridanGinekologi:FKUniv.SebelasMaret/RSUDDr.Moewardi,Surakarta (2012)
 PPDS2Subspesialis/ KonsultanKedokteranFetomaternal:FKUniv.Diponegoro Semarang/
RSUPDr.Kariadi,Semarang(2018)

PEKERJAAN:
 DivisiKedokteranFetomaternal Bagian/KSM Obstetri Ginekologi FKUNS/RSUD Dr.Moewardi,
Surakarta
 DokterSpesialisObstetriGinekologi RSDr.OenSolobaru,Sukoharjo
 DokterSpesialisObstetriGinekologi RSKIAPermataTrinutamaBekonang,Sukoharjo

PUBLIKASI :
 Effectof L- ArgininonPlacentalHipoxiaInducible Factor-1-Alpha (HIF-1-A) Expressionat
PreeclampsiaMiceModels,2020
 Lowneutrophil-to-lmphocyte ratio decreasesriskof coronavirusdiseasein pregnantwomen,
2020
 HypoxiaInducible Factor-1-AlphaExpressiononPreeclampsiaMiceModel With L-Arginine
Administration, 2021

dr.Nutria, SpOG,Subsp.K.Fm.MKes
Pendahuluan

Pre-eklampsia : gangguan multisistem kehamilan

sebelumnya ya didefinisikan oleh timbulnya hipertensi disertai dengan proteinuria yang signifikan
setelah usia kehamilan 20 minggu.

Insidensi 2-8% kehamilan

Meningkatkan morbiditas dan mortalitas ibu dan janin (persalinan premature,iatrogenik,PJT, dan
solusio plasenta

Kompilkasi Ibu : risiko perdarahan otak, edema paru, gagal ginjal akut, gagal hati, ruptur,DIC,
eklampsia, dansolusio plasenta
Overton, E., Tobes, D. and Lee, A. (2022) ‘Preeclampsia diagnosis and management’, Best Practice & Research Clinical Anaesthesiology, 36(1), pp. 107–121. doi:
10.1016/j.bpa.2022.02.003.

dr.Nutria, SpOG,Subsp.K.Fm.MKes
PE : Tekanan darah sistolik ≥140 mmHg dan/atau tekanan darah diastolik
≥90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan jarak 4 jam pada wanita
yang sebelumnya normotensi dan disertai dengan ≥1 dari kondisi yang
baru muncul setelah usia kehamilan 20 minggu

Proteinuria: protein urin 24 jam ≥300 mg/hari, rasio protein/kreatinin


urin ≥30 mg/mmoL atau ≥0,3 mg/mg, atau tes dipstick urin ≥2+
Disfungsi organ ibu lainnya :
Komplikasi neurologis (eklampsia,
AKI (kreatinin ≥90 µmol/L; perubahan status mental,
01 >1,1 mg/dL) 03 kebutaan, stroke, hiperrefleksia
bila disertai klonus, sakit kepala
parah, dan skotomata visual yang
Gagal hati (peningkatan persisten
transaminase hati >40 IU/L)
04 Komplikasi hematologi

02 dengan atau tanpa nyeri


kuadran kanan atas atau
(trombositopenia-platelet
trombositopenia-platelet <150
epigastrium 000/µL,DIC, hemolisis)

Disfungsi uteroplasenta (IUGR, Doppler arteri


umbilikalis abnormal atau lahir mati).
Poon, L. C. et al. (2021) ‘A literature review and best practice advice for second and third trimester risk stratification, monitoring, and management of pre-eclampsia’, International
Journal of Gynecology & Obstetrics, 154(S1), pp. 3–31. doi: 10.1002/ijgo.13763.
Klasifikasi

Gestational hypertension and preeclampsia: ACOG practice bulletin, number 222. Obstet Gynecol 2020;135(6):e237e60.

dr.Nutria, SpOG,Subsp.K.Fm.MKes
Penatalaksanaan

• Preeklampsi Ringan

dr.Nutria, SpOG,Subsp.K.Fm.MKes
Tatalaksana umum PRE EKLAMSIA
• Pengurangan stres
• Penilaian keadaan ibu dan janin
• Terapi tekanan darah bila diastolik >110
mmHg
• Profilaksis kejang
• Pertimbangkan waktu/cara persalinan

dr.Nutria, SpOG,Subsp.K.Fm.MKes
• Pengurangan Stres
• komponen TD ibu adalah adrenergik
• minimalkan rasa tidak nyaman ibu
• protokol tatalaksana terencana dengan baik
• penjelasan rencana dengan jelas pada pasien dan keluarga
• minimalkan rangsangan

• pendekatan tim yang konsisten dan meyakinkan P bidan/perawat, dr.obgyn,


anestesi, hematolog, dr. Anak

dr.Nutria, SpOG,Subsp.K.Fm.MKes
• Penilaian Keadaan Ibu - Klinis
• Tekanan Darah
• penilaian derajat keparahan
• konsistensi dalam pengukuran
• hubungan tekanan darah tinggi dengan CVA
• Sistem Saraf Pusat
• keberadaan dan keparahan sakit kepala
• gangguan penglihatan –buta kortikal, kabur
• tremor, iritabilitas, hiperrefleksi, somnolen
• mual dan muntah

dr.Nutria, SpOG,Subsp.K.Fm.MKes
• Penilaian Keadaan Ibu • Penilaian Keadaan
• edema Janin
• perdarahan, petekiae – Gerakan janin
– Hepatik – Penilaian denyut
• nyeri kuadran kanan atas jantung janin
• mual dan muntah
– Ultrasonografi untuk
– Ginjal
• output dan warna urin
kesejahteraan janin
– Profil biofisik
– Indeks cairan amnion
– Pemeriksaan Doppler
arus darah : tali
pusat, a.cerebri
media
dr.Nutria, SpOG,Subsp.K.Fm.MKes
• Penilaian Keadaan Ibu – Laboratorium
• Hematologi
• hemoglobin, platelet, apusan darah :burr cell
• PTT, INR, fibrinogen, FDP
• LDH, asam urat, bilirubin
• Hepatik
• SGPT-SGOT, LDH
• Ginjal
• proteinuria
• kreatinin, urea

dr.Nutria, SpOG,Subsp.K.Fm.MKes
PENGELOLAAN HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN

HIPERTENSI KARENA KEHAMILAN TANPAPROTEINURIA


TANGANI SECARA RAWAT JALAN :
• Pantau tekanan darah, urin (utk proteinuria), dan kondisi janin
setiap minggu.
• Jika tekanan darah meningkat, tangani sbgpreeklampsia ringan
• Jika kondisi janin memburuk atau terjadi pertumbuhan janin
terhambat, rawat utk penilaian kesehatan janin.
• Beritahu pasien dan keluarga tanda bahaya dan gejala pre
eklampsia atau eklampsia
• Jika tekanan darah stabil, janin dpt dilahirkan secara
normal.

dr.Nutria, SpOG,Subsp.K.Fm.MKes
HIPERTENSI KARENA KEHAMILAN DENGAN PROTEINURIA

PENGELOLAAN PREEKLAMSI
a. PREEKLAMSI RINGAN
Kriteria diagnostik
1. Tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan atau diatolik ≥ 90 mmHg.
2.Desakan darah : ≥ 30 mmHg dan kenaikan desakan diastolic ≥ 15 mmHg,
tidak dimasukkan dalam kriteria diagnostik preeklamsi, tetapi perlu
observasi yang cermat
3. Proteinuria : ≥ 300 mg/ 24 jam jumlah urine atau dipstick : ≥ 1+
4.Edema : lokal pada tungkai tidak dimasukkan dalam kriteria diagnostik
kecuali edema anasarka

dr.Nutria, SpOG,Subsp.K.Fm.MKes
TATA LAKSANA
Pengelolaan PREEKLAMSI RINGAN dapat secara :
1. Rawat jalan ( ambulatoir )
2. Rawat inap ( hospitalisasi )

Pengelolaan secara rawat jalan (ambulatoir)


• 1. Tidak mutlak harus tirah baring, dianjurkan ambulasi sesuai
keinginannya. Di Indonesia tirah baring masih diperlukan.
• 2. Diet reguler : tidak perlu diet khusus
• 3. Vitamin prenatal
• 4. Tidak perlu restriksi konsumsi garam
• 5. Tidak perlu pemberian diuretic, antihipertensidan
sedativum.
• 6. Kunjungan ke rumah sakit tiap minggu

dr.Nutria, SpOG,Subsp.K.Fm.MKes
Terapi Medikamentosa
• i. sama dengan terapi ambulatoar
• ii. Bila terdapat perbaikan gejala dan tanda preeklamsi dan umur kehamilan ≥ 37
minggu, ibu masih perlu diobservasi selama 2-3 hari kemudian boleh dipulangkan.
Pengelolaan obstetrik
Pengelolaan obstetrik tergantung usia kehamilan
1. Bila penderita tidak inpartu :
• a. Umur kehamilan < 37 minggu
Bila tanda dan gejala tidak memburuk, kehamilan dapat dipertahankan sampai
aterm.
• B. Umur kehamilan ≥ 37 minggu
Kehamilan dipertahankan sampai timbul onset partus
Bila serviks matang pada tanggal taksiran persalinan dapat dipertimbangkan untuk
dilakukan induksi persalinan
2. Bila penderita sudah inpartu :
Perjalanan persalinan dapat diikuti dengan Grafik Friedman atau Partograf WHO.

dr.Nutria, SpOG,Subsp.K.Fm.MKes
PREEKLAMPSIA BERAT DAN EKLAMPSIA
Pada kehamilan dengan penyulit apapun pada ibunya, dilakukan pengelolaan
dasar :
a.rencana terapi pada penyulitnya : terapi medikamentosa untuk
penyulitnya
b. menentukan rencana sikap terhadap kehamilannya :
1.Ekspektatif (konservatif ) : bila umur kehamilan < 37 minggukehamilan
dipertahankan selama mungkin sambil memberikan terapi medikamentosa
2.Aktif (agresif ) bila umur kehamilan ≥ 37 minggu, kehamilan dikahiri
setelah mendapat terapi medikamentosa untuk stabilisasi ibu.
Penanganan preeklampsia berat dan eklampsia sama, kecuali bahwa
• persalinan harus berlangsung dalam 6 jam setelah
timbulnya kejang pada eklampsia.

dr.Nutria, SpOG,Subsp.K.Fm.MKes
PENANGANAN UMUM 1

Terapi Medikamentosa :

Segera masuk rumah sakit, tirah baring miring kekiri secara intermitten

Infus Ringer Laktat atau Ringer Dekstrose 5% dgn jarum no 16

MgSO4 ( pencegahan dan terapi kejang )

• Dosis awal : 10 g IM
• Dosis lanjutan : 5 g IM setiap 4-6 jam – bergantian
salah satu bokong
Anti hipertensi ( Nifedipin 10 mg ) Jika tekanan diastolik > 110 mmHg,
sampai tekanan diastolik antara 90-100 mmHg
dr.Nutria, SpOG,Subsp.K.Fm.MKes
PENANGANAN UMUM 1

f. Ukur keseimbangan cairan, jangan sampai terjadi overload

g. Kateterisasi urin untuk pengukuran volume danpemeriksaan proteinuria

h. Infus cairan dipertahankan 1,5 - 2 liter/24 jam

dr.Nutria, SpOG,Subsp.K.Fm.MKes
PENANGANAN UMUM 2
• Jangan tinggalkan pasien sendirian.
Kejang disertai aspirasi mengakibatkan kematian ibu dan janin

• Observasi tanda vital, refleks dan denyut jantung janin setiap 1 jam

• Auskultasi paru  tanda edema paru (krepitasi)


Jika ada edema paru,hentikan pemberian cairan dan berikan diuretik
(mis. Furosemide 40 mg IV)

• Nilai pembekuan darah denganuji pembekuan. Jika pembekuan tidak


terjadi setelah 7 menit, kemungkinan terdapatkoagulopati

dr.Nutria, SpOG,Subsp.K.Fm.MKes
EKLAMSIA
• Semua kasus eklampsia harus ditangani secara aktif.
• Penanganan konservatif tidak dianjurkan
Pengelolaan Eklamsi

• Airway – Breathing - Circulation

• Mengatasi & mencegah kejang berikut

• Manajemen cairan

• Mengendalikan tekanan darah, mencegah krisis hipertensi

• KOREKSI HIPOKSIA-ASIDEMIA

• Melahirkan

• Perawatan postpartum

dr.Nutria, SpOG,Subsp.K.Fm.MKes
a.Sikap dasar PENGELOLAAN EKLAMSI aktif
semua kehamilan dengan eklamsi harus diakhiri (diterminasi) tanpa memandang umur
kehamilan dan keadaan janin.
b. Saat pengakhiran kehamilan, ialah bila sudah terjadi stabilisasi (pemulihan) hemodinamika
dan metabolisme ibu.
c. Stabilisasi dicapai selambat-lambatnya dalam : 4-8 jam, setelah:
• 1). Pemberian obat anti kejang terakhir
• 2). Kejang terakhir
• 3). Pemberian obat-obat anti hipertensi terakhir
• 4). Penderita mulai sadar (dapat dinilai dari Glasgow-Coma-Scale yang meningkat)
Cara persalinan
• dipilih cara persalinan yang memenuhi syarat pada saat tersebut.
Perawatan pasca persalinan
• a. Tetap di monitor tanda vital
• b. Pemeriksaan laboratorium lengkap 24 jam pasca persalinan

dr.Nutria, SpOG,Subsp.K.Fm.MKes
dr.Nutria, SpOG,Subsp.K.Fm.MKes
PENILAIAN & TATALAKSANAAN AWAL EKLAMSIA

• Berteriak untuk meminta tolong – mobilisasi personil


• Dengan cepat evaluasi pernafasan dan keadaankesadarannya
• Periksa jalan napas, tekanan darah dan nadinya
• Miringkan ke kiri
• Lindungi agar jangan sampai cedera tetapi jangandikekang
• Mulai jalankan infus IV dengan jarum berukuran besar
• Beri oksigen 4 L/menit
• Jangan sekali-kali meninggalkan ibu tanpa penjaga

dr.Nutria, SpOG,Subsp.K.Fm.MKes
PERAWATAN KEJANG

• a. Tempatkan penderita di ruang isolasi atau ruang khusus


dengan lampu terang (tidak diperkenalkan ditempatkandi
ruangan gelap, sebab bila terjadi sianosis tidak dapat
diketahui)
• b. Tempat tidur penderita harus cukup lebar, dapat diubah
dalam posisi trendelenburg, posisi kepala lebih tinggi
• c. Rendahkan kepala ke bawah : diaspirasi lendir dalam
orofaring guna mencegah aspirasi pneumonia
• d. Sisipkan spatel-lidah antara lidah dan gigi rahang atas
• e. Fiksasi badan harus kendor agar waktu kejang tidak terjadi
fraktur
• f. Rail tempat tidur harus dipasang dan terkunci dengan kuat

dr.Nutria, SpOG,Subsp.K.Fm.MKes
PEMBERIAN MAGNESIUM SULFAT
Magnesium sulfat  obat pilihan mencegah dan mengatasi
kejang pada preeklampsia dan eklampsia.
Alternatif lain adalah Diasepam, dengan risiko terjadinya
depresi neonatal.
Profilaksis Kejang
• Sulit diprediksi siapa yang akan mengalami kejang
• Tidak berhubungan langsung dengan derajat
hipertensi atau proteinuria

dr.Nutria, SpOG,Subsp.K.Fm.MKes
MAGNESIUM SULFAT
Pada dosis yang cukup besar :
• Anti Kejang
• Anti Hipertensi
• Diuretik ringan Cara kerja: perifer & sentral
Dibandingkan diazepam:
Pemberian intravena ATAU intramuskular •– Menurunkan risiko relatif kematian
Diberikan sampai 24 jam pasca persalinan maternal (0,59; 95% CI 0,37-0,94)
•– Menurunkan risiko relatif kejang
berulang
– standar obstetri •(0,44; 95% CI 0,34-0,57)
– superior terhadap fenitoin untuk profilaksis
– superior terhadap fenitoin atau diazepam dalam
mencegah rekurensi
– Efek samping - lemas, paralisis, toksisitas jantung
– Monitor - refleks, pernapasan, derajat kesadaran

dr.Nutria, SpOG,Subsp.K.Fm.MKes
PEMBERIAN MAGNESIUM SULFAT
DOSIS AWAL
• 10g 50% IM Kuadran atas sisi luar kedua bokong
• - 5g IM bokong kanan
•- 5g IM bokong kiri
Ditambah 1.0 ml lidocaine
Jika konvulsi tetap terjadi
Setelah 15 menit, beri : 2g 20% IV : 1 g/menit
• Obese : 4g iv
• Pakailah jarum 3-inci, 20 gauge
- MgSO4 4g I.V. sebagai larutan 40%selama 5 menit.

Maintenance
• 5g 50% tiap 4-6 jam Bergantian salah satu bokong
(10 g MgSO4 IM dalam 2-3 jam dicapai kadar plasma 3, 5-6 mEq/l )
Pasien akan merasa agak panas sewaktu pemberian MgSO4.
MgSo4 dihentikan 24 jam pasca salin

dr.Nutria, SpOG,Subsp.K.Fm.MKes
Syarat pemberian MgSO4
• 1. Refleks patella normal
• 2. Respirasi > 16 menit
• 3. Produksi urine dalam 4 jam sebelumnya > 100 cc ; 0,5 cc/kg BB/jam
• 4. Siapkan ampul Kalsium Glukonat 10% dalam 10 cc

Antidotum
• Bila timbul gejala dan tanda intoksikasi MgSO4, maka diberikan injeksi Kalsium
Glukonat 10% dalam 10 cc dalam 3 menit
Refrakter terhadap MgSO4 dapat diberikan salah satu regimen dibawah ini :
1. 100 mg IV sodium thiopental
2. 10 mg IV diazepam
3. 250 mg IV sodium amobarbital
4. phenytoin :
a.dosis awal 1000 mg IV
b. 16,7 mg/menit/1 jam
c.500 g oral setelah 10 jam dosis awal dalam 14 jam

dr.Nutria, SpOG,Subsp.K.Fm.MKes
MAGNESIUM SULFAT – OVERDOSIS
observasi efek samping :
lemas, paralisis pernapasan, somnolen
risiko tinggi terutama pada pasien dengan oliguria atau mendapat
penyekat kanal Ca2+
BERHENTI PEMBERIAN MgSO4,JIKA :
• Frekuensi pernafasan < 16/menit
• Refleks patella (-),
• Urin <30 ml/jam dlm 4 jam terakhir
SIAP ANTIDOTUM :
• Jika terjadi henti napas : lakukan ventilasi
(masker dan balon, ventilator)
• Beri kalsium glukonat 1 g (20 ml dalam larutan 10%)
I.V.perlahan-lahan sampai pernafasan mulai lagi

dr.Nutria, SpOG,Subsp.K.Fm.MKes
ANTIHIPERTENSI

Hidralazin Metildopa Klonidin Labetolol Nifedipin

dr.Nutria, SpOG,Subsp.K.Fm.MKes
OBAT-OBAT ANTI HIPERTENSI
• Methyl Dopa
• Nifedipin
Prinsip Anti hipertensi
• Diberikan : bila tensi ≥ 180/110 atau MAP ≥ 126
• Pertahankan tekanan darah diastolik 90-100 mm Hg untuk mencegah
perdarahan otak
• Jenis obat : Nifedipine : 10-20 mg oral, diulangi setelah 30 menit, maksimum
120 mg dalam 24 jam.
¾Nifedipine tidak dibenarkan diberikan dibawah mukosa lidah (sub lingual)
karena absorbsi yang terbaik adalah melalui saluran pencernaan makanan.
Desakan darah diturunkan secara bertahap:
• 1. Penurunan awal 25% dari desakan sistolik
• 2. Desakan darah diturunkan mencapai : < 160/105 atau MAP < 125

dr.Nutria, SpOG,Subsp.K.Fm.MKes
TUJUAN ANTIHIPERTENSI
• Mencegah perdarahan intraserebral,
meminimalkan risiko CVA pada ibu
• Mencegah gagal jantung
• Menambah umur kehamilan
• memaksimalkan kondisi ibu untuk persalinan aman
• mendapatkan waktu untuk penilaian lebih lanjut
• memfasilitasi persalinan per vaginam bila mungkin
• memperpanjang kehamilan bila tepat/mungkin

Pemberian antihipertensi lebih bersifat simtomatik

dr.Nutria, SpOG,Subsp.K.Fm.MKes
dr.Nutria, SpOG,Subsp.K.Fm.MKes
NIFEDIPIN
• Menghambat agregasi trombosit
(Am JHypertens (1988)1:175-7)

• Memperbaiki urine output dalam 24 jam postpartum


(Am JObstet Gynecol (1990)162:788-92)

• Memiliki efek yang setara dengan hydralazine dan labetalol


(Obstet Gynecol (1991)77:331-4; Br JObstet Gynaecol

(1988)95:868-76)

• Menurunkan tekanan darah dan memberikan outcome perinatalyang


baik
(Am JObstet Gynecol (1992)167:879-84)

• Tidak meningkatkan efek samping MgSO4 bila dipakai bersama-sama


(Am JObstet Gynecol (2005)193:153-163

. penyekat kanal kalsium, agen oral

. relaksasi langsung otot polos vaskular

. Efek samping – toksisitas magnesium, edema, flushing, sakit kepala,


palpitasi, tokolitik

dr.Nutria, SpOG,Subsp.K.Fm.MKes
DIURETIK
Diuretikum tidak dibenarkan diberikan secara rutin, karena :
• 1. Memperberat penurunan perfusi plasenta
• 2. Memperberat hipovolemia
• 3. Meningkatkan hemokonsentrasi

Diuretikum yang diberikan hanya atas indikasi :


• 1. Edema paru
• 2. Payah jantung kongestif
• 3. Edema anasarka

Diet
• Diet diberikan secara seimbang, hindari protein dan kalori yang berlebih

dr.Nutria, SpOG,Subsp.K.Fm.MKes
MANAJEMEN CAIRAN

– Risiko edema pulmo

– Efeknya hanya
sementara

– Dapat menyebabkan resistensi


antihipertensi

– Tidak semua pasien mengalami


deplesi

dr.Nutria, SpOG,Subsp.K.Fm.MKes
MANAJEMEN CAIRAN
Pro ekspansi volume
• Adanya deplesi volume
• Koreksi deplesi dapat memperbaiki sirkulasi maternal
dan uteroplasental

Mengurangi risiko hipotensi selama terapi


– vasodilator

– Tidak meningkatkan tekanan darah

dr.Nutria, SpOG,Subsp.K.Fm.MKes
Overload cairan iatrogenik  sebab kematian maternal
utama pada preklamsia/eklamsia

Restriksi cairan lebih dianjurkan pada intrapartum&


postpartum

•80 ml/jam atau 1 ml/kgBB/jam,


atau urin output pada jam
sebelumnya + 30 ml
•Loading 500 ml kristaloid: sebelum antihipertensi,
anestesi epidural, manajemen awal oliguria

(Aust. N.Z. Obstet. Gynaecol (2000)40:139-55


dr.Nutria, SpOG,Subsp.K.Fm.MKes
TATALAKSANAAN KEHAMILAN
Sikap terhadap kehamilan
•Perawatan Konservatif ; ekspektatif
a.Tujuan :
• 1) Mempertahankan kehamilan s.d aterm
• 2) Meningkatkan kesejahteraan bayi baru lahir tanpa mempengaruhi
keselamatan ibu
b. Indikasi : Kehamilan 37 minggu tanpa disertai tanda-tanda dan gejala-
gejala impending eklamsi.
c. Terapi Medikamentosa :
Bila penderita sudah kembali menjadi preeklamsi ringan, maka masih
dirawat 2-3 hari lagi, baru diizinkan pulang.
Pemberian MgSO4
Pemberian glukokortikoid diberikan pada umur kehamilan 32-34 minggu
selama 48 jam.

dr.Nutria, SpOG,Subsp.K.Fm.MKes
Lanjutan
Persalinan
• Pada preeklampsia berat, persalinan harus terjadi dalam 24jam,
• Pada eklampsia dalam 6 jam sejak gejala eklampsia timbul
• Jika terjadi gawat janin atau persalinan tidak dapat terjadidalam
12 jam (pada eklampsia), lakukan bedah Caesar
• Jika serviks telah mengalami pematangan, lakukan induksi dengan
Oksitosin 2-5 IU dalam 500 ml Dekstrose 10 tetes/menit
Terminasi Kehamilan, Urgensi tergantung pada :
• Usia kehamilan
• Keadaan janin
• Beratnya penyakit pada ibu hamil
(Solusio plasenta, PJT,Gagal hepar, Gagal ginjal, Perdarahan,
Koagulopati, Kejang, Kematian)

dr.Nutria, SpOG,Subsp.K.Fm.MKes
PERSALINAN  PENGOBATAN
• Persalinan disaat yg tepat meminimalkan morbiditas ibu dan
morbiditas serta mortalitas neonatal:35 minggu
• optimalkan status ibu sebelum intervensi persalinan
• Tunda persalinan untuk mendapatkan maturitas janin dan lakukan
rujukan hanya jika kondisi ibu dan janin memungkinkan
• Hipertensi gestasional penyakit progresif, manajemen konservatif
potensial berbahaya bila ada penyakit yang berat atau dugaan gawat
janin

TERMINASI KEHAMILAN
Cara persalinan :
• 1) Bila penderita tidak inpartu, kehamilan dipertahankansampai
kehamilan aterm
• 2) Bila penderita inpartu, perjalanan persalinan diikuti seperti
lazimnya (misalnya dengan grafik Friedman)

dr.Nutria, SpOG,Subsp.K.Fm.MKes
Perawatan aktif ; agresif  Terminasi kehamilan
Indikasi Ibu :
a. Kegagalan terapi medikamentosa :
Indikasi Janin :
• 1. Setelah 6 jam sejak dimulai
pengobatan medikamentosa, terjadi 1. Umur kehamilan ≥ 37 minggu
kenaikan darah yang persisten.
2. IUGR
• 2. Setelah 24 jam sejak dimulainya
pengobatan medikamentosa terjadi 3. NST nonreaktiv dan profil biofisik
kenaikan darah desakan darah yang abnormal
persisten. 4. Timbulnya oligohidramnion
b. Tanda dan gejala impending eklamsi
c.Gangguan fungsi hepar
Indikasi Laboratorium :
d. Gangguan fungsi ginjal
Thrombositopenia progesif, yang
e. Dicurigai terjadi solutio placenta menjurus ke sindroma HELLP
f. Timbulnya onset partus, ketuban pecah
dini, pendarahan

dr.Nutria, SpOG,Subsp.K.Fm.MKes
Cara Persalinan :
Sedapat mungkin persalinan diarahkan pervaginam
Penderita belum inpartu
a. Dilakukan induksi persalinan bila skor Bishop ≥ 8
• Bila perlu pematngan serviks dengan misoprostol.
• Induksi persalinan harus sudah mencapai kala II dalam waktu 24 jam. Bila tidak,
induksi persalinan dianggap gagal, dan harus disusul dengan seksio sesarea
b. Indikasi seksio sesarea:
1. Tidak ada indikasi untukpersalinan pervaginam (indikasi obstetri)
2. Induksi gagal
3. Terjadi gawat janin
4. Bila umur kehamilan < 33 minggu
Bila penderita sudah inpartu
• 1. Perjalanan persalinan diikuti dengan grafik Friedman
• 2. Memperpendek kala II VE
• 3. Seksio sesarea dilakukan apabila terdapat kegawatan ibu dan gawat janin
• 4. Primigravida direkomendasikan pembedahan cesar

dr.Nutria, SpOG,Subsp.K.Fm.MKes
TATALAKSANA PERI DAN POSTPARTUM

1. Jangan turunkan TD terlalu rendah karena berisiko gawat janin


2. Jangan berikan cairan berlebih 1500-2000 ml/h
3. Pendekatan multispesialisasi
4. Post-partum pasien harus dimonitor
5.Anti konvulsan diteruskan sampai 24 jam postpartum atau kejang
yang terakhir
6.Teruskan terapi hipertensi jika tekanan diastolik masih > 90
mmHg
7. Lakukan pemantauan jumlah urin

dr.Nutria, SpOG,Subsp.K.Fm.MKes
PENCEGAHAN
Pencegahan dapat dilakukan dengan :
Non medikal dan Medikal

Pencegahan non medikal

1. Restriksi garam : tidak terbukti dapat mencegah terjadinya preeklamsi.


2. Suplementasi diet yang mengandung :
a.Minyak ikan yang kaya dengan asam lemak tidak jenuh,
misalnya omega-3 PŲFA
Antioksidan : vitamin C, vitamin E, ßeta-carotene, CoQ10, N-
Acetylcysteine, asam lipoik.
b. Elemen logam berat : zinc, magnesium, calcium.
1. Tirah baring tidak terbukti Mencegah terjadinya preeklamsi

dr.Nutria, SpOG,Subsp.K.Fm.MKes
Pencegahan dengan medikal
1.Diuretik : tidak terbukti mencegah terjadinya preeklamsi bahkan
memperberat hipovolemia
2. Anti hipertensi tidak terbukti mencegah terjadinyapreeklamsi
3.Kalsium : 1500 – 2000 mg/ hari, dapat dipakai sebagai suplemen pada risiko
tinggi terjadinya preeklamsi, meskipun belum terbukti bermanfaat untuk
mencegah preeklamsi.
4. Zinc : 200 mg/hari
5. Magnesium : 365 mg/hari
6. Obat anti thrombotik :
• a. Aspirin dosis rendah : rata2 dibawah 100 mg/hari, tidak terbukti
mencegah preeklamsi.
• b. Dipyridamole
7. Obat2 : vitamin C, vitamin E, ßeta-carotene, CoQ10, N- Acetylcysteine,
8. Asam lipoik.

dr.Nutria, SpOG,Subsp.K.Fm.MKes
ANC Penambah
teratur dan Istirahat yg
n BB
teliti cukup
dibatasi

dr.Nutria, SpOG,Subsp.K.Fm.MKes
dr.Nutria, SpOG,Subsp.K.Fm.MKes

Anda mungkin juga menyukai