Anda di halaman 1dari 74

Penanganan

kegawatdaruratan
Preeklampsia/Eklampsia

Peran Tenaga kefarmasian

Presented by Elsa
Preeklampsia/
Eklampsia
Pada ibu hamil
Apa yang harus diketahui?

KMK NO. 91 TAHUN 2017


Agenda

Pendahuluan Latar Belakang Inti Bahasan Penutup


Starkes kelompok program Angka kematian ibu (AKI) Diagnosis dan evaluasi Peran tenaga
nasional : Peningkatan tertinggi di Asia Tenggara. preeklampsia
kefarmasian
Kesehatan ibu dan bayi Preeklampsia/eclampsia Pencegahan preeklampsia dan

mengakibatkan masalah obat-obatannya Menurunkan


Starkes PKPO :
Pemantauan Terapi Obat
jangka pendek maupun Tatalaksana preeklampsia dan morbiditas dan
jangka panjang, dan masalah obat-obatannya
mortalitas akibat
Standar Pelayanan ekonomi
Medication safety obat-obatan preeklampsia/eklamsia
Kefarmasian : Farmasi preklampsia/eklampsia
Medication safety : .
klinik Medication without harm
Pendahuluan
Standar Akreditasi kemenkes 2022:
Program Nasional

Salah satu fungsi rumah sakit adalah melaksanakan


program pemerintah dan mendukung tercapainya target
target pembangunan nasional (RPJMN)

- Peningkatan kesehatan ibu dan bayi-


Peningkatan Kesehatan Ibu dan Bayi

Rumah sakit melaksanakan program PONEK 24 jam


dan 7(tujuh) hari seminggu.

- Standar Prognas 1 -
Peningkatan Kesehatan Ibu dan Bayi

Untuk meningkatkan efektifitas sistem rujukan maka


Rumah sakit melakukan pembinaan kepada jejaring
fasilitas Kesehatan rujukan yang ada

- Standar Prognas 1.1 -


PEMANTAUAN
Standar PKPO 7
Rumah sakit menerapkan pemantauan terapi obat secara kolaboratif.

Elemen Penilaian PKPO 7


a. Telah melaksanakan pemantauan terapi obat secara kolaboratif.

b. Telah melaksanakan pemantauan dan pelaporan efek samping obat serta


analisis laporan untuk meningkatkan keamanan penggunaan obat.
PEMANTAUAN
Standar PKPO 7.1
Rumah sakit menetapkan dan menerapkan proses pelaporan serta tindak lanjut terhadap kesalahan
obat (medication error) dan berupaya menurunkan kejadiannya.

Elemen Penilaian PKPO 7.1


a. Rumah sakit telah memiliki regulasi tentang medication safety yang bertujuan mengarahkan
penggunaan obat yang aman dan meminimalkan risiko kesalahan penggunaan obat sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.
b. Rumah sakit menerapkan sistem pelaporan kesalahan obat yang menjamin laporan akurat dan
tepat waktu yang merupakan bagian program peningkatan mutu dan keselamatan pasien.
c. Rumah sakit memiliki upaya untuk mendeteksi, mencegah dan menurunkan kesalahan obat
dalam meningkatkan mutu proses penggunaan obat.
d. Seluruh staf rumah sakit dilatih terkait kesalahan obat (medication error).
Latar Belakang
Latar belakang
Angka kematian ibu (AKI) di Indonesia masih merupakan masalah kesehatan dan
merupakan salah satu yang tertinggi di negara Asia Tenggara

Tiga penyebab utama kematian ibu adalah perdarahan (30%), hipertensi dalam
kehamilan (25%), dan infeksi (12%)

Kecenderungan yang ada dalam dua dekade terakhir ini tidak terlihat adanya
penurunan yang nyata terhadap insiden preeklampsia, berbeda dengan insiden
infeksi yang semakin menurun sesuai dengan perkembangan temuan antibiotik

Akibat yang ditimbulkan oleh preeklampsia/eklampsia bukan hanya masalah


kedokteran yang kompleks baik jangka pendek maupun jangka panjang, namun juga
masalah ekonomi besar
128.273/tahun
Insiden Preeklamsia di Indonesia

5,3%
359 per 100.000 kelahiran
hidup
Angka kematian ibu (AKI) di Indonesia

2012
Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia
Latar belakang
• Praktek Penggunaan obat yang tidak
aman (unsafe medication practices)
• Medication Error

KNC OUTCOME:
• Cedera
• Tidak
Cedera

• Multidisipliner
• Multifaktorial
one
u tic an d
r ape life
the ct of
d ing a fa ed.
r oun are olv
ur cy res
n
s s gna sily
ie
a int pre e ea
c ert ns in to b
e un ntio kely
Th erve ot li
int t is n
tha
MEDICATION ERROR :

KESALAHAN KECIL
DAPAT BERAKIBAT FATAL

Medicaton Safety adalah tanggung jawab setiap orang


Apa itu Preeklamsia?
Komplikasi kehamilan yang
berpotensi bahaya, ditandai dengan
tekanan darah tinggi (dan protein-
uria) karena adanya disfungsi
plasenta dan respon maternal
terhadap adanya inflamasi sistemik
dengan aktivasi endotel dan
koagulasi
Preeklamsia/Eklamsia

• Hipertensi • Usia kehamilan


• sistolik ≥140 mmHg atau > 20 minggu
diastolik ≥90 mmHg
• Berat : sistolik ≥ 160 mmHg
atau diastolik ≥ 110 mmHg

• Proteinuria • Gangguan sistem organ


ekskresi protein di urin
melebihi 300 mg dalam 24 Ginjal, Hati, Otak, Darah,
jam atau tes Paru2
urin dipstik > positif 1
Sindrom HELLP

H - Hemolysis
(breakdown of red
blood cell)
EL- Elevated liver enzyme
LP- Low platelet count

https://www.drugs.com/cg/hellp-syndrome.html
Preeklamsia/Eklamsia

Preeklamsia Kejang Eklamsia


Komplikasi jangka panjang
1. Wanita dengan riwayat preeklampsia
memiliki risiko penyakit
kardiovaskular, 4x peningkatan risiko
hipertensi dan 2x risiko penyakit
jantung iskemik, stroke dan DVT di
masa yang akan datang.

2. Risiko kematian pada wanita dengan


riwayat preeklampsia lebih tinggi,
termasuk yang disebabkan oleh
penyakit serebrovaskular
Penegakkan Diagnosis
Hipertensi

Hipertensi adalah tekanan darah sekurang-


kurangnya 140 mmHg sistolik atau 90
mmHg diastolik pada dua kali pemeriksaan
berjarak 15 menit menggunakan lengan
yang sama.
Definisi hipertensi berat adalah peningkatan
tekanan darah sekurang-kurangnya 160
mmHg sistolik atau 110 mmHg diastolik

KMK NO. 91 TAHUN 2017 PNPK Preeklampsia


Penentuan Proteinuria

Proteinuria ditetapkan bila


ekskresi protein di urin melebihi
300 mg dalam 24 jam atau tes
urin dipstik > positif 1.

KMK NO. 91 TAHUN 2017 PNPK Preeklampsia


Penegakkan Diagnosis Preeklampsia

Hipertensi baru terjadi pada kehamilan / diatas usia kehamilan 20


minggu disertai adanya gangguan organ. Jika protein urin tidak
didapatkan, salah satu gejala dan gangguan lain dapat digunakan untuk
menegakkan diagnosis preeklampsia, yaitu:

1. Trombositopenia : trombosit < 100.000 / microliter

2. Gangguan ginjal : kreatinin serum >1,1 mg/dL atau didapatkan


peningkatan kadar kreatinin serum pada kondisi dimana tidak
ada kelainan ginjal lainnya

3. Gangguan liver : peningkatan konsentrasi transaminase 2 kali


normal dan atau adanya nyeri di daerah epigastrik / regio kanan
atas abdomen

4. Edema paru

5. Didapatkan gejala neurologis : stroke, nyeri kepala, gangguan


visus

6. Gangguan pertumbuhan janin yang menjadi tanda gangguan


sirkulasi uteroplasenta : Oligohidramnion, Fetal Growth
Restriction (FGR) atau didapatkan adanya absent or reversed end
diastolic velocity (ARDV)
KMK NO. 91 TAHUN 2017 PNPK Preeklampsia
Penegakkan Diagnosis Preeklampsia
berat

Kriteria gejala dan kondisi yang menunjukkan kondisi pemberatan


preeklampsia atau preklampsia berat adalah salah satu dibawah ini:

1. Tekanan darah sekurang-kurangnya 160 mmHg sistolik atau 110


mmHg diastolic pada dua kali pemeriksaan berjarak 15 menit
menggunakan lengan yang sama

2. Trombositopenia : trombosit < 100.000 / mikroliter

3. Gangguan ginjal : kreatinin serum >1,1 mg/dL atau didapatkan


peningkatan kadar kreatinin serum pada kondisi dimana tidak
ada kelainan ginjal lainnya

4. Gangguan liver : peningkatan konsentrasi transaminase 2 kali


normal dan atau adanya nyeri di daerah epigastrik / regio kanan
atas abdomen

5. Edema Paru

6. Didapatkan gejala neurologis : stroke, nyeri kepala, gangguan


visus

7. Gangguan pertumbuhan janin menjadi tanda gangguan sirkulasi


uteroplasenta: Oligohidramnion, Fetal Growth Restriction (FGR)
atau didapatkan absent or reversed end diastolic velocity (ARDV) KMK NO. 91 TAHUN 2017 PNPK Preeklampsia
Faktor Risiko
Risiko Tinggi
■ Riwayat preeklampsia

■ Kehamilan multipel

■ Hipertensi kronis

■ Diabetes Mellitus tipe 1 atau 2

■ Penyakit ginjal

■ Penyakit autoimun (contoh: systemic lupus


erythematous, antiphospholipid syndrome)

KMK NO. 91 TAHUN 2017 PNPK Preeklampsia


Faktor Risiko
Risiko Sedang
■ Nulipara

■ Obesitas (Indeks masa tubuh > 30 kg/m2)

■ Riwayat preeklampsia pada ibu atau saudara


perempuan

■ Usia ≥ 35 tahun

■ Riwayat khusus pasien (interval kehamilan >


10 tahun)

KMK NO. 91 TAHUN 2017 PNPK Preeklampsia


Faktor Risiko
. Fakto risiko terjadinya preeklampsia
superimposed
■ Riwayat preeklampsia sebelumnya

■ Penyakit ginjal kronis

■ Merokok

■ Obesitas

■ Diastolik > 80 mmHg

■ Sistolik > 130 mmHg

KMK NO. 91 TAHUN 2017 PNPK Preeklampsia


Pencegahan Preeklamsia

Primer Sekunder Tersier

menghindari terjadinya memutus proses terjadinya Pencegahan dari


penyakit yang sedang
penyakit komplikasi yang
berlangsung sebelum timbul
gejala atau kedaruratan klinis disebabkan oleh proses
karena penyakit tersebut penyakit

KMK NO. 91 TAHUN 2017 PNPK Preeklampsia


PENCEGAHAN SEKUNDER
1. Aspirin dosis rendah
Aspirin dosis rendah (75mg/hari) direkomendasikan
untuk prevensi preeklampsia pada wanita dengan
risiko tinggi.
Sebaiknya mulai digunakan sebelum usia kehamilan
20 minggu. PNPK Preeklamsia (POGI)
PENCEGAHAN SEKUNDER (lanjutan)

2. Suplementasi kalsium
Minimal 1 g/hari direkomendasikan terutama pada
wanita dengan asupan kalsium yang rendah,
direkomendasikan sebagai prevensi preeklampsia
pada wanita dengan risiko tinggi terjadinya
preeklampsia.
PNPK Preeklamsia (POGI)
TATA LAKSANA PREEKLAMSIA
A. MANAJEMEN EKSPEKTATIF ATAU AKTIF
Tujuan : untuk memperbaiki luaran perinatal dengan mengurangi
morbiditas neonatal serta memperpanjang usia kehamilan tanpa
membahayakan ibu.
B. PEMBERIAN MAGNESIUM SULFAT UNTUK MENCEGAH KEJANG
Tujuan : mencegah dan mengurangi angka kejadian eklampsia, serta
mengurangi morbiditas dan mortalitas maternal serta perinatal
KMK NO. 91 TAHUN 2017 PNPK Preeklampsia
TATA LAKSANA PREEKLAMSIA (lanjutan)

Dosis loading magnesium sulfat 4 g selama 5 – 10 menit,


dilanjutkan dengan dosis pemeliharaan 1-2 g/jam selama 24 jam post
partum atau setelah kejang terakhir.
Pemantauan produksi urin, refleks patella, frekuensi napas dan
saturasi oksigen penting dilakukan saat memberikan magnesium
sulfat.
Pemberian ulang 2 g bolus dapat dilakukan apabila terjadi kejang
berulang
KMK NO. 91 TAHUN 2017 PNPK Preeklampsia
TATA LAKSANA PREEKLAMSIA (lanjutan)

C. ANTIHIPERTENSI
Tujuan : keselamatan ibu dalam mencegah penyakit serebrovaskular
Calcium Channel Blocker: Nifedipin, Nikardipin
Beta Bloker : Labetalol
Hidralazin
Metildopa
D. Kortikosteroid untuk Pematangan Paru
Kortikosteroid diberikan pada usia kehamilan ≤ 34 minggu untuk menurunkan risiko RDS
dan mortalitas janin serta neonatal
KMK NO. 91 TAHUN 2017 PNPK Preeklampsia
Manajemen Ekspektatif PE tanpa gejala berat

1. usia kehamilan kurang dari 37 minggu dengan


evaluasi maternal dan janin yang lebih ketat

2. Perawatan poliklinis secara ketat

3. Evaluasi ketat :
 gejala maternal dan gerakan janin setiap hari
oleh pasien
 tekanan darah 2 kali dalam seminggu secara
poliklinis
 jumlah trombosit dan fungsi liver setiap minggu
 USG dan kesejahteraan janin secara berkala
(dianjurkan 2 kali dalam seminggu).
 Jika didapatkan tanda pertumbuhan janin
terhambat, evaluasi menggunakan doppler
velocimetry terhadap arteri umbilikal

KMK NO. 91 TAHUN 2017 PNPK Preeklampsia


Manajemen Ekspektatif PE berat

1. usia kehamilan kurang dari 34 minggu


dengan syarat kondisi ibu dan janin
stabil

2. melakukan perawatan di fasilitas


kesehatan yang adekuat dengan
tersedia perawatan intensif bagi
maternal dan neonatal

3. pemberian kortikosteroid untuk


membantu pematangan paru janin

4. melakukan rawat inap selama


melakukan perawatan ekspektatif

KMK NO. 91 TAHUN 2017 PNPK Preeklampsia


Magnesium Sulfat
1. Terapi Lini pertama eklampsia
2. profilaksis terhadap eklampsia pada pasien
preeklampsia berat
3. pilihan utama pada pasien preeklampsia berat
dibandingkan diazepam atau fenitoin, untuk
mencegah terjadinya kejang/eklampsia atau
kejang berulang
4. Sebagai prevensi dan terapi eklampsia dengan
dosis penuh baik intravena maupun intramusku
5. tidak direkomendasikan untuk diberikan secara
rutin ke seluruh pasien preeklampsia, jika tidak
didapatkan gejala pemberatan (preeklampsia
KMK NO. 91 TAHUN 2017 PNPK Preeklampsia tanpa gejala berat)
Magnesium sulfat
Salah satu mekanisme kerjanya adalah menyebabkan
vasodilatasi melalui relaksasi dari otot polos, termasuk
pembuluh darah perifer dan uterus, sehingga selain
sebagai antikonvulsan, magnesium sulfat juga berguna
sebagai antihipertensi dan tokolitik

KMK NO. 91 TAHUN 2017 PNPK Preeklampsia


Efek samping MgSO4
rasa hangat, flushing, nausea atau muntah, kelemahan
otot, ngantuk, iritasi di lokasi injeksi, oliguria atau
gagal ginjal

KMK NO. 91 TAHUN 2017 PNPK Preeklampsia


Antidotum keracunan MgSO4
kalsium glukonas 1 g
(10 ml) diberikan
perlahan selama 10
Menit

KMK NO. 91 TAHUN 2017 PNPK Preeklampsia


Peran Tenaga Kefarmasian
• Kegawatdaruratan Preeklampsia/Eklampsia
a n
asi tau t
ili a a Medication
ns an Ob Safety
m pi
ko e
P ra
Re bat Te
o

Obat emergensi

MESO
Obat Untuk Keadaan Darurat (Emergensi)

Aspek
Kecepatan

Aspek Pemantauan
Keamanan Penyimpanan berkala

Penggantian
tepat waktu
Pengelolaan sediaan farmasi untuk
keperluan darurat

• Sediaan farmasi
emergensi harus dapat
diakses dan sampai ke
pasien dalam waktu
kurang dari 5 menit
Pengelolaan sediaan farmasi untuk
keperluan darurat

• Sediaan farmasi
emergensi harus selalu
tersedia. Tidak boleh
ada sediaan farmasi
yang kosong
Pengelolaan sediaan farmasi untuk
keperluan darurat

• Persediaan sediaan
farmasi emergensi
harus diinspeksi oleh
staf Instalasi Farmasi
secara rutin
Pengelolaan sediaan farmasi untuk
keperluan darurat

• Sediaan farmasi yang


kosong/terpakai harus
segera diajukan
permintaan
penggantinya kepada
Instalasi Farmasi RS
Cek
interaksi obat
Klasifikasi interaksi obat
Mayor: Sangat signifikan secara klinis. Hindari kombinasi; risiko
interaksi lebih besar daripada manfaatnya

Moderate: Cukup signifikan secara klinis. Kalo memungkinkan


hindari kombinasi; gunakan hanya dalam keadaan khusus.

Minor: Kurang signifikan secara klinis. Minimalkan risiko; menilai


risiko dan mempertimbangkan obat alternatif, mengambil langkah-
langkah untuk menghindari risiko interaksi dan/atau membuat
rencana pemantauan.

Unknown: Tidak tersedia informasi interaksi.


Drugs.com
Interaksi obat
Moderate
NIFEdipine + Magnesium sulfate

Penggunaan bersamaan magnesium intravena dan nifedipine dapat


menyebabkan hipotensi dan blokade neuromuskuler. Beberapa kasus telah
dilaporkan pada pasien hamil dengan preeklampsia. Mekanismenya tidak
diketahui. Penghambat saluran kalsium lainnya juga dapat berinteraksi. Risiko
dapat meningkat pada pasien dengan gangguan ginjal.

MANAJEMEN: Harus dipantau ketat status kardiovaskular, pernapasan, dan


neurologis pasien.

https://www.drugs.com/interactions-check.php?drug_list
Interaksi obat
Moderate

NIFEdipine dexAMETHasone

Kortikosteroid dapat melawan efek obat antihipertensi dengan menginduksi retensi natrium dan
cairan. Sebaliknya, calcium channel blockers dapat meningkatkan efek dan kadar plasma
kortikosteroid dengan menghambat pembersihannya melalui metabolisme CYP450 3A4.

MANAJEMEN: Pasien yang diterapi dengan kortikosteroid jangka lama (lebih dari satu minggu) harus
dipantau secara teratur tekanan darah, kadar elektrolit, dan berat badannya dan diamati bila
terjadi edema dan gagal jantung kongestif. Dosis obat antihipertensi dapat disesuaikan bila perlu.

https://www.drugs.com/interactions-check.php?drug_list
Interaksi obat
Moderate
NIFEdipine + Makanan

Konsumsi jeruk >> peningkatan signifikan konsentrasi plasma beberapa penghambat


saluran kalsium (CCB) oral, akibat penghambatan metabolisme lintas pertama yang
dimediasi CYP450 3A4 di dinding usus oleh senyawa tertentu yang ada dalam jeruk. Jus
jeruk menyebabkan peningkatan AUC felodipine, nifedipine, dan nisoldipine lebih dari
dua kali lipat

MANAJEMEN: Hindari konsumsi jeruk dan jus jeruk dalam jumlah besar untuk
mencegah fluktuasi kadar obat dalam darah karena peningkatan efek pada tekanan
darah dapat bertahan hingga 4 hari setelah konsumsi jus jeruk.
Dianjurkan memantau efek samping penghambat saluran kalsium (misalnya sakit
kepala, hipotensi, sinkop, takikardia, edema).
Interaksi obat
Moderate
NIFEdipine + aspirin low strength
Beberapa inhibitor siklooksigenase dapat melemahkan efek antihipertensi dari beberapa
calcium channel blockers. Mekanisme ini tampaknya terkait dengan perubahan tonus
pembuluh darah, yang tergantung pada prostasiklin dan prostanoid vasodilatasi lainnya.
Ketika obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID) ditambahkan ke rejimen pasien yang sudah
menggunakan calcium channel blocker, peningkatan tekanan darah dapat terjadi. Tapi risiko
hipotensi juga dapat meningkat ketika menghentikan tiba-tiba NSAID dari rejimen.

MANAJEMEN: Pemantauan perubahan tekanan darah.


Keamanan obat pada kehamilan dan menyusui

FDA yang mengelompokan obat dalam 5 kategori berdasarkan penelitian yang telah dilakukan.

a. Kategori A: Secara umum dapat diterima. Studi pada manusia menunjukkan tidak adanya risiko
terhadap janin di trimester pertama kehamilan..

b. Kategori B: Mungkin bisa diterima. Studi pada hewan coba tidak menunjukkan adanya gangguan
pada fetus dalam trimester pertama, tetapi tidak ada studi pada ibu hamil

c. Kategori C: Gunakan dengan hati-hati jika manfaatnya lebih besar daripada risikonya. Studi pada
hewan coba menunjukkan gangguan teratogenik, tetapi pada ibu hamil tidak ada penelitian.

d. Kategori D: Gunakan dalam keadaan darurat yang mengancam jiwa ketika tidak ada obat yang lebih
aman tersedia. Bukti positif risiko janin manusia.

e. Kategori X: Jangan gunakan pada kehamilan. Risiko lebih besar daripada manfaatnya. Gunakan
alternatif yang lebih aman. Kehamilan merupakan kontraindikasi untuk kelompok obat ini
Kategori keamanan obat Preeklampsia/Eklampsia

• Kategori D • Kategori C • Kategori C


• Gunakan dalam keadaan darurat • Gunakan dengan hati-hati jika • Gunakan dengan hati-hati jika
yang mengancam jiwa ketika tidak manfaatnya lebih besar daripada manfaatnya lebih besar daripada
ada obat yang lebih aman tersedia. risikonya. Studi pada hewan coba risikonya. Studi pada hewan coba
Bukti positif risiko janin manusia menunjukkan gangguan teratogenik, menunjukkan gangguan teratogenik,
tetapi pada ibu hamil tidak ada tetapi pada ibu hamil tidak ada
penelitian penelitian
Monitoring Efek samping Obat (ESO)
• Deteksi dini ESO yang belum dikenal dan interaksi obat
• Deteksi adanya peningkatan frekuensi ES yang telah
diketahui
• Identifikasi faktor risiko dan kemungkinan mekanisme
terjadinya ES tsb.
• Evaluasi keamanan obat pada penggunaan jangka panjang
• Deteksi potensi risiko pada kelompok tertentu (anak, lansia,
hamil)
• Kajian manfaat/risiko obat beredar
BAGAIMANA SEJAWAT TENAGA
KESEHATAN DAPAT BERPERAN ?
Dengan Cara proaktif melaporkan
kejadian efek samping yang diduga
disebabkan oleh obat pada pasien,
yang ditemui dalam praktik klinik
sehari-hari.
SIAPA YANG DAPAT MELAPOR?
Sejawat Tenaga Kesehatan di Sarana Pelayanan Kesehatan
Pemerintah atau Swasta :
 Dokter
 Apoteker
 Perawat
 Bidan
 Tenaga Kesehatan Lain
APA YANG HARUS DILAPORKAN?

•Setiap kejadian yang


dicurigai sebagai efek
samping atau masalah
lainnya akibat penggunaan
obat
REAKSI-REAKSI APA YANG
SEYOGYANYA DILAPORKAN?
• Setiap reaksi ES yang dicurigai akibat obat, terutama ES yg
selama ini tdk/belum pernah dihubungkan dgn obat ybs.
• Setiap reaksi ES yang dicurigai akibat interaksi obat
• Setiap reaksi ES serius
• Setiap reaksi ketergantungan
• ES karena overdosis atau medication error
• ES pada kondisi khusus (penyalahgunaan obat, hamil,
menyusui)
• Lack of efficacy (tdk berfungsi), substandar/palsu
• Peningkatan frekuensi ESO yang sama
REAKSI EFEK SAMPING SERIUS

Kematian Mengancam Jiwa


Kecacatan Permanen Memerlukan Perawatan RS

Perpanjangan waktu perawatan di RS Kelainan Kongenital Kejadian Medis lainnya


KAPAN HARUS MELAPOR ?

• Segera setelah reaksi


• Jangan menunda pelaporan
• Informasi tambahan dapat dilaporkan
menyusul (jika ada)
BAGAIMANA CARA MELAPOR
• Daring melalui subsite http://e-meso.pom.go.id

• Formulir Kuning : dapat diunduh di subsite e-


meso. Formulir kuning yang telah diisi dapat
dikirimkan ke : PUSAT FARMAKOVIGILANS /
MESO NASIONAL tanpa perangko melalui PT
Pos Indonesia
FORMULIR KUNING

1.
Informasi
Pasien

2.
Informasi
Efek
Samping
4.
Informasi
Pelapor

3.
Informasi
Obat
4 INFORMASI MINIMAL YANG HARUS
DISAMPAIKAN DALAM LAPORAN ESO
1. PASIEN
Identitas Pasien
Usia dan atau tanggal dan tahun lahir
Jenis kelamin
Berat badan

2. EFEK SAMPING OBAT / ESO


Deskripsi ESO
Tanggal terjadinya ESO
Tanggal dilaporkan
Hasil tes lab atau tes lainnya yg sesuai jika ada
Informasi/riwayat pasien yg relevan lainnya
Kesudahan ES
4 INFORMASI MINIMAL YANG HARUS
DISAMPAIKAN DALAM LAPORAN ESO
3. OBAT YANG DICURIGAI
Nama Obat (zat aktif dan nama dagang)
Dosis, Frekuensi dan rute pemberian obat
Tanggal mulai penggunaan obat
Indikasi penggunaan obat
Informasi kejadian ESO membaik setelah obat dihentikan atau dikurangi dosisnya
Nomor bets
Informasi apakah ESO muncul ketika obat diberikan kembali
Obat yang dikonsumsi bersama obat yang dicurigai beserta tanggal mulai mengkonsumsi
obat tersebut

4. PELAPOR
Nama, alamat dan nomor telepon
Pekerjaan / Profesi
PELAPORAN EFEK SAMPING OBAT SECARA
ELEKTRONIK

Menerima Email Notifikasi


Tenaga Kesehatan /IF Registrasi akun melalui Menunggu Verifikasi
https://e-meso.pom.go.id Petugas Badan POM

Data Base Data Base Tenaga Kesehatan


Validasi dan menginput ESO ke
Verifikasi Laporan dalam aplikasi e-meso

Anda mungkin juga menyukai