(Mungkinkah)
(Mungkinkah)
Oleh
Oleh ::
dr.
dr. Jaenudin,
Jaenudin, SpOG
SpOG
#SAFE MOTHERHOOD#
• KEWAJIBAN MASYARAKAT
• KEHAMILAN & PERSALINAN
BUKAN PENYAKIT TAPI BERISIKO
TINGGI
Malaysia 160
Bruenai 33
Filipina 117
singapore 6
Vietnam 160
#SAFE MOTHERHOOD#
PENYEBAB AKI DI INDONESIA
O Perdarahan (30%)
O Hipertensi dalam kehamilan (25%)
O Infeksi (12%)
Data AKI RSUD dr. Soeselo Slawi
2020 PEB Perdarahan
Sepsis Penyakit penyerta COVID-19
COVID-19
1
Penyakit
penyerta PEB
5 9
Sepsis
4
Perdarahan
3
PRE-EKLAMSIA
EKLAMSIA
PRE-EKLAMSI :
KONDISI SPESIFIK PADA KEHAMILAN
DITANDAI DENGAN DISFUNGSI
PLASENTA & RESPON MATERNAL
TERHADAP ADANYA IMFLAMASI
SISTEMIK DENGAN AKTIFASI ENDOTEL
& KOAGULASI .
#SAFE MOTHERHOOD#
DI INDONESIA PREVALENSI PRE-EKLAMSI
5,3%
ETIOLOGI BELUM
JELAS
PERJALANAN
PENYAKIT TIDAK
TERPREDIKSI
PENCEGAHAN UTAMA
DETEKSI DINI
Pencegahan
Primer
Pencegahan
Sekunder
Pencegahan
Tersier
Pencegahan Primer
O Pencegahan primer adalah :
O Pencegahan timbulnya preeklamsia
Patogenesis preeklamsia
belum diketahui pasti
STOP
KEHAMILA
KONTRASE
N
PSI
ALTERNATIF
MERAMALKAN TERJADINYA
PREEKLAMSIA
BIOMARKE
PIGF, SFtlI
R
IDENTIFIKASI
FAKTOR RISIKO
Pencegahan Primer
• Faktor risiko
Mengidentifikas
i faktor risiko Mayor
• Faktor risiko Minor
Faktor risiko Mayor
Riwayat Preeklamsia
Kehamilan multipel
HIPERTENSI KRONIS
22% SUPERIMPOSED
Diabetes melitus
Sindroma antifosfolipid
Faktor risiko Minor
Penyakit
OBESITAS vascular& Usia ibu ≥ 40
pembuluh darah
Riwayat preeklamsia
Nulipara/keham pada ibu dan saudara
ilan pertama perempuan Kehamilan
sebelumnya Proteinuri dengan
telah berjarak ≥ (dipstick ≥ +1 inseminasi
10 tahun pada 2 kali donor sperma,
pemeriksaan oosit atau
Tekanan darah berjarak 6 jam embrio
diastolik ≥ 80 atau secara
mmHg kuantitatif 300
mg/24 jam
RIWAYAT PREEKLAMSIA
RIWAYAT PREEKLAMSIA SEBELUMNYA (7
X)
RIWAYAT KELUARGA PREEKLAMSIA (3 X)
KEHAMILAN KEMBAR
3 X KEMUNGKINAN PREEKLAMSIA
TRIPLET 3 X DUPLEX
HIPERTENSI
KEMUNGKINAN PREEKLAMSIA 22%
SINDROM ANTIFOSFOLIPID
KEMUNGKINAN PREEKLAMSIA 10 X
KUNCI PENDEKATAN FAKTOR RESIKO :
ADALAH PELAYANAN ANTE NATAL YANG
EFEKTIF.
MENGURANGI :
1. KETERLAMBATAN MENGAMBIL KEPUTUSAN
2. KETERLAMBATAN RUJUKAN KE PELAYANAN
KESEHATAN
3. KETERLAMBATAN MENDAPATKAN
PELAYANAN KESEHATAN.
Pencegahan Sekunder
Memutus terjadinya
pemberatan penyakit yang
sedang berlangsung
3 kriteria Pencegahan
Sekunder
Mekanisme • Belum diketahui pasti
patofisiologi
Sebagian besar hipertensi
gestasional tanpa gejala
• (WHO) Pengukuran
tekanan darah
pencegahan sekunder
Metode utama
• Pemeriksaan laboratorium
deteksi dini (proteinuria dipstick tidak
direkomendasikan).
Prediksi diagnosis &
pengawasan perkembangan
penyakit.
Definisi preeklamsia (ACOG) :
Hipertensi tanpa proteinuria tetapi
sudah melibatkan kelainan organ
harus dikelola sebagai preeklamsia.
Pertimbangan kriteria baru ini oleh karena selama
ini progresifitas dalam kehamilan terjadi
komplikasi multi organ tanpa proteinuria, sehingga
mampu mendeteksi lebih dini tanda dan gejala
sebagai upaya pencegahan sekunder.
Kriteria diagnosis preeklamsia dari ACOG
Tekanan darah • Tekanan darah sistolik ≥140 mmHg atau
tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg
pada 2x pemeriksaan berjarak 4 jam
(yang sebelumnya normotensi)
• TD sisitolik ≥160 mmHg atau TD
diastolik ≥110 mmHg pada pemeriksaan
beberapa menitdapat diberikan
antihipertensi
Dan
Proteinuria • Lebih/sama dgn 300 dgn urin tampung 24
jam atau
• Rasio protein/kreatinin ≥ 0,3
• Dipstick +1 (bila tidak ada pemeriksaan
secara kualitatif)
Atau tidak terdapat proteinuria tetapi mulai ada suatu hipertensi dengan ada salah satu tanda
berikut ini:
●
Rekomendasi ACOG
Waktu yang tepat persalinan
terjadiny ●
pada PER adalah 37 minggu.
Dengan pertimbangan : HT
a gestasional ringan berkembang
berat (dalam waktu 1-3 minggu)
perubaha ●
diperlukan ANC 1 X/minggu
PER untuk menjadi PEB (dalam
n beberapa hari). ANC 2
X/minggu bila PER umur
patofisiol kehamilan < 37 minggu.
ogi
O Pada preeklamsia ringan dan HT
gestasional tidak direkomendasikan
pemberian anti hipertensi karena
penurunan tekanan darah ibu berdampak
pada penurunan sirkulasi utero plasenta.
(rekomendasi ACOG).
O Aspek pencegahan sekunder pada pelayanan
kesehatan
Meningkatkan kemampuan diagnosis
preeklamsia.
Perubahan diagnosis PEB tanpa proteinuria
akan mempercepat rujukan ke pelayanan
sekunder guna memberikan tindakan yang
lebih efektif.
Perlu sosialisasi antar pelayanan primer dan
sekunder dalam peningkatan komunikasi dan
pembinaan rujukan.
Pencegahan Tersier
●
Anti kejang utama
MgSO4
●
Secara i.v dosis awal 4 grdilanjutkan dosis
pemeliharaan 1 gram/jam sampai 24 jam post partum
●
Ca glukonasantidotum, jika terdapat komplikasi
depresi nafas saat pemberian
Nifedip ●
Antihipertensiuntuk mengendalikan tekanan
darah dan hemodinamik penderita preeklamsia,
serta mencegah komplikasi cerebrovaskular
in
●
Dosis 10mg p.o, dapat diulang 15-30 menit
dengan dosis maksimum 30 mg
Pengakhir ●
●
Terapi utama
Pengelolaan konservatif dilakukan pada umur
an ●
kehamilan ≤34 minggu
Memberikan kortikosteroid selama 2
hariuntuk pematangan paru
kehamilan
●
Terapi antihipertensi&anti kejang tetap diberikan
Evalua ●
Evaluasi kondisi ibu meliputi gejala,
temuan klinis dan pem.laboratorium,
monitoring DJJ dan His
si
●
Pem. USGEVALUASI pertumbuhan
janin dan cairan ketuban
O Hipertensi postpartum dan preeklamsia merupakan
hipertensi yg menetap atau eksaserbasi dari penderita
dengan HT gestasional, preeklamsia, HT kronik.
O Pada preeklamsia TD akan menurun 48 jam postpartum,
dan meningkat kembali 3-6 hari postpartum.
O Pada penderita HT gestasional, preekalmsia TD dimonitor
sampai 72 jam postpartum dan dinilai kembali pada 7-10
hari setelah persalinan.
O Peranan komunikasi dan pentingnya surat rujukan balik
dari RS ke pelayanan dasar sangat membatu pengawasan
pasien postpartum preeklamsia.
O Ini akan membantu ibu hamil dan nifas terus terpantau dan
mencegah keterlambatan pemeriksaan nifas pada kasus
preeklamsia (6 minggu).
O Kematian ibu oleh karena preeklamsia sebanyak 64% kasus
saat ini terjadi pada kondisi postpartum.
Kesimpulan
Belum ditemukan biomarker sebagai prediktor untuk
mencegah progresifitas dari kasus preeklamsia, maka strategi
pencegahan utama pada preeklamsia terletak pada kualitas
deteksi dini dan pengelolaan kasus.
Pelayanan ANC kunci utama pencegahan primer, sekunder,
tersier.
Kemampuan tenaga kesehatan melakukan deteksi dini,
managemen pengelolaan kasus dan rujukan yang tepat waktu.
Dengan keberhasilan mempertimbangkan waktu yang tepat
mengambil keputusan managemen pengelolaan preeklamsia
dapat menurunkan kematian ibu dan bayi.