Anda di halaman 1dari 44

PENCEGAHAN PREEKLAMSIA

(Mungkinkah)
(Mungkinkah)

Oleh
Oleh ::
dr.
dr. Jaenudin,
Jaenudin, SpOG
SpOG
#SAFE MOTHERHOOD#
• KEWAJIBAN MASYARAKAT
• KEHAMILAN & PERSALINAN
BUKAN PENYAKIT TAPI BERISIKO
TINGGI

Perlu intervensi pelayanan kesehatan


#SAFE MOTHERHOOD#
 SEBAGIAN BESAR KEMATIAN IBU TERJADI
SELAMA & BEBERAPA SAAT SETELAH PERSALINAN
& DAN HAMPIR SEMUA DAPAT DICEGAH.
 BILA UPAYA PROMOTIF PREVENTIF DILAKUKAN
SEBELUM KEHAMILAN, SAAT ANC DAN PROSES
PERSALINAN OLEH TENAGA KESEHATAN YANG
TERAMPIL.
 PERALATAN & OBAT YANG SESUAI UNTUK
MENCEGAH & MENGELOLA KOMPLIKASI AKIBAT
PERSALINAN.
OAKI Negara ASEAN (2007)
Indonesia 228

Malaysia 160

Bruenai 33

Filipina 117

singapore 6

Vietnam 160
#SAFE MOTHERHOOD#
PENYEBAB AKI DI INDONESIA

O Perdarahan (30%)
O Hipertensi dalam kehamilan (25%)
O Infeksi (12%)
Data AKI RSUD dr. Soeselo Slawi
2020 PEB Perdarahan
Sepsis Penyakit penyerta COVID-19

COVID-19
1

Penyakit
penyerta PEB
5 9

Sepsis
4

Perdarahan
3
PRE-EKLAMSIA
EKLAMSIA
PRE-EKLAMSI :
KONDISI SPESIFIK PADA KEHAMILAN
DITANDAI DENGAN DISFUNGSI
PLASENTA & RESPON MATERNAL
TERHADAP ADANYA IMFLAMASI
SISTEMIK DENGAN AKTIFASI ENDOTEL
& KOAGULASI .
#SAFE MOTHERHOOD#
DI INDONESIA PREVALENSI PRE-EKLAMSI
5,3%

Angka kematian  10-25%

PENANGANAN KASUS YANG TERLAMBAT


O WHO  Negara maju (1,3 - 6%)
Negara berkembang (1,8 - 18%)

ADA SISI DARI PRE-EKLAMSI YANG MASIH


BISA KITA CEGAH DENGAN MANAGEMEN
PELAYANAN KESEHATAN YANG BAIK.
Permasalahan

ETIOLOGI BELUM
JELAS

PERJALANAN
PENYAKIT TIDAK
TERPREDIKSI
PENCEGAHAN UTAMA

 DETEKSI DINI

 MANAGEMEN PENAGANAN PRE-


EKLAMSI DENGAN CEPAT & TEPAT
ADA 3 MACAM PENCEGAHAN

Pencegahan
Primer

Pencegahan
Sekunder

Pencegahan
Tersier
Pencegahan Primer
O Pencegahan primer adalah :
O Pencegahan timbulnya preeklamsia

Patogenesis preeklamsia
belum diketahui pasti

STOP
KEHAMILA
KONTRASE
N
PSI
ALTERNATIF

MERAMALKAN TERJADINYA
PREEKLAMSIA

BIOMARKE
PIGF, SFtlI
R

IDENTIFIKASI
FAKTOR RISIKO
Pencegahan Primer

• Faktor risiko
Mengidentifikas
i faktor risiko Mayor
• Faktor risiko Minor
Faktor risiko Mayor
Riwayat Preeklamsia

Kehamilan multipel
HIPERTENSI KRONIS
22% SUPERIMPOSED

Penyakit ginjal kronis

Diabetes melitus

Sindroma antifosfolipid
Faktor risiko Minor

Penyakit
OBESITAS vascular& Usia ibu ≥ 40
pembuluh darah
Riwayat preeklamsia
Nulipara/keham pada ibu dan saudara
ilan pertama perempuan Kehamilan
sebelumnya Proteinuri dengan
telah berjarak ≥ (dipstick ≥ +1 inseminasi
10 tahun pada 2 kali donor sperma,
pemeriksaan oosit atau
Tekanan darah berjarak 6 jam embrio
diastolik ≥ 80 atau secara
mmHg kuantitatif 300
mg/24 jam
RIWAYAT PREEKLAMSIA
RIWAYAT PREEKLAMSIA SEBELUMNYA (7
X)
RIWAYAT KELUARGA PREEKLAMSIA (3 X)
KEHAMILAN KEMBAR
3 X KEMUNGKINAN PREEKLAMSIA
TRIPLET 3 X DUPLEX
HIPERTENSI
KEMUNGKINAN PREEKLAMSIA 22%
SINDROM ANTIFOSFOLIPID
KEMUNGKINAN PREEKLAMSIA 10 X
KUNCI PENDEKATAN FAKTOR RESIKO :
ADALAH PELAYANAN ANTE NATAL YANG
EFEKTIF.

DI NEGARA MAJU (INTERVENSI PENANGANAN


PRIMER)
ANC RUTIN & BERKUALITAS
Kunci pendekatan faktor risiko
pelayanan antenatal yang efektif:

Penyediaan antenatal yang rutin dan berkualitas, yaitu


meningkatkan frekuensi jumlah kunjungan mendekati umur
kehamilan aterm

Meningkatkan pengetahuan dan kepedulian pada ibu


hamil dan keluarga terhadap gejala preeklamsia

Kemampuan petugas kesehatan dalam pelayanan


antenatal untuk melakukan diagnostik preeklamsia
PENCEGAHAN PRIMER MERUPAKAN TITIK
KESINAMBUNGAN DENGAN AUDIT MATERNAL
PERINATAL (AMP)
PENDEKATAN FAKTOR RESIKO MEDIS JUGA
FAKTOR MASYARAKAT & PELAYANAN
KESEHATAN.
(WHO) :
FAKTOR YANG DAPAT DICEGAH UNTUK
TERJADINYA PREEKLAMSIA, MORBIDITAS,
MORTALITAS MATERNAL & PERINATA.
FAKTOR RISIKO MASYARAKAT DAN
PELAYANAN KESEHATAN:
FAKTOR RISIKO MASYARAKAT:
- Kurangnya kesadaran mengenai gejala
preeklamsia berat dan eklamsia
- Kendala transportasi
- Status sosial ekonomi yang rendah
- Kendala untuk mendapatkan pelayanan
kesehatan
- Ketidakpercayaan masy.terhadap petugas
kesehatan
O FAKTOR RISIKO PELAYANAN
KESEHATAN:

- Tidak melakukan px TD & proteinuria


- Kendala komunikasi dalam memberikan
edukasi
- Kurangnya jumlah&ketrampilan petugas
paramedis dan medis
- Kurang prasarana kesehatan
PENCEGAHAN PRIMER DENGAN MENGENALI
ADANYA FAKTOR RESIKO MEDIS,
MEMPERKUAT LAYANAN KESEHATAN UNTUK
MENGATASI FAKTOR RESIKO DI MASYARAKAT
& PELAYANAN KESEHATAN

MENGURANGI :
1. KETERLAMBATAN MENGAMBIL KEPUTUSAN
2. KETERLAMBATAN RUJUKAN KE PELAYANAN
KESEHATAN
3. KETERLAMBATAN MENDAPATKAN
PELAYANAN KESEHATAN.
Pencegahan Sekunder
Memutus terjadinya
pemberatan penyakit yang
sedang berlangsung
3 kriteria Pencegahan
Sekunder
Mekanisme • Belum diketahui pasti
patofisiologi
Sebagian besar hipertensi
gestasional tanpa gejala
• (WHO) Pengukuran
tekanan darah 
pencegahan sekunder
Metode utama
• Pemeriksaan laboratorium
deteksi dini (proteinuria dipstick tidak
direkomendasikan).
Prediksi diagnosis &
pengawasan perkembangan
penyakit.
Definisi preeklamsia (ACOG) :
Hipertensi tanpa proteinuria tetapi
sudah melibatkan kelainan organ
harus dikelola sebagai preeklamsia.
Pertimbangan kriteria baru ini oleh karena selama
ini progresifitas dalam kehamilan terjadi
komplikasi multi organ tanpa proteinuria, sehingga
mampu mendeteksi lebih dini tanda dan gejala
sebagai upaya pencegahan sekunder.
Kriteria diagnosis preeklamsia dari ACOG
Tekanan darah • Tekanan darah sistolik ≥140 mmHg atau
tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg
pada 2x pemeriksaan berjarak 4 jam
(yang sebelumnya normotensi)
• TD sisitolik ≥160 mmHg atau TD
diastolik ≥110 mmHg pada pemeriksaan
beberapa menitdapat diberikan
antihipertensi

Dan
Proteinuria • Lebih/sama dgn 300 dgn urin tampung 24
jam atau
• Rasio protein/kreatinin ≥ 0,3
• Dipstick +1 (bila tidak ada pemeriksaan
secara kualitatif)
Atau tidak terdapat proteinuria tetapi mulai ada suatu hipertensi dengan ada salah satu tanda
berikut ini:

1. Trombositopenia • Jumlah trombosit < 100.000/mikroliter


2. Insufisiensi renal • Kadar serum kreatinin >1,1
mg/dL atau konsentrasi serum
kreatinin meningkat 2x dengan
tanpa ada peny.ginjal
3. Perburukan fungsi hati • Peningkatan enzim hepar SGOT
dan SGPT 2x dari nilai normal
4. Edema pulmo
Intervens ●
Rekomendasi PNPK :
i dengan ●
Aspirin dosis rendah (75
mg)/hari
terjadiny ●
Calcium (1,5 – 2 mg perhari)
dapat diberikan kelompok resiko
a tinggi efektif untuk mencegah
perubaha progresifitas untuk terjadinya
preeklamsia.
n ●
Vit C, E, pembatasan garam,
tirah baring, istirahat total tidak
patofisiol diberikan untuk pencegahan
preeklamsia.
ogi
Intervens
i dengan ●


Rekomendasi ACOG
Waktu yang tepat persalinan
terjadiny ●
pada PER adalah 37 minggu.
Dengan pertimbangan : HT
a gestasional ringan berkembang
berat (dalam waktu 1-3 minggu)
perubaha ●
diperlukan ANC 1 X/minggu
PER untuk menjadi PEB (dalam
n beberapa hari). ANC 2
X/minggu bila PER umur
patofisiol kehamilan < 37 minggu.

ogi
O Pada preeklamsia ringan dan HT
gestasional tidak direkomendasikan
pemberian anti hipertensi karena
penurunan tekanan darah ibu berdampak
pada penurunan sirkulasi utero plasenta.
(rekomendasi ACOG).
O Aspek pencegahan sekunder pada pelayanan
kesehatan
Meningkatkan kemampuan diagnosis
preeklamsia.
Perubahan diagnosis PEB tanpa proteinuria
akan mempercepat rujukan ke pelayanan
sekunder guna memberikan tindakan yang
lebih efektif.
Perlu sosialisasi antar pelayanan primer dan
sekunder dalam peningkatan komunikasi dan
pembinaan rujukan.
Pencegahan Tersier

Pencegahan dari komplikasi yang


disebabkan oleh proses penyakit
O Pelayanan antenatal yang adekuat
merupakan pencegahan sekunder
sekaligus pencegahan tersier yang paling
penting.
O Pemberian terapi untuk pencegahan
terjadinya komplikasi.
O MgSO4 dan anti hipertensi segera
diberikan bila diagnosa PEB tegak
sebagai tindakan darurat obstetri
(stabilasi rujukan).
Terapi Utama PEB Adalah
Mengakhiri Kehamilan.

Tantangan pada terapi ini adalah :


Umur kehamilan bayi sehingga, pada umur
kehamilan < 34 minggu dilakukan pengelolaan
konservatif dengan memberikan pematangan paru
selama 2 hari.
O Terapi preeklamsia:


Anti kejang utama

MgSO4

Secara i.v  dosis awal 4 grdilanjutkan dosis
pemeliharaan 1 gram/jam sampai 24 jam post partum

Ca glukonasantidotum, jika terdapat komplikasi
depresi nafas saat pemberian

Nifedip ●
Antihipertensiuntuk mengendalikan tekanan
darah dan hemodinamik penderita preeklamsia,
serta mencegah komplikasi cerebrovaskular

in

Dosis 10mg p.o, dapat diulang 15-30 menit
dengan dosis maksimum 30 mg
Pengakhir ●


Terapi utama
Pengelolaan konservatif dilakukan pada umur

an ●
kehamilan ≤34 minggu
Memberikan kortikosteroid selama 2
hariuntuk pematangan paru

kehamilan

Terapi antihipertensi&anti kejang tetap diberikan

Evalua ●
Evaluasi kondisi ibu meliputi gejala,
temuan klinis dan pem.laboratorium,
monitoring DJJ dan His

si

Pem. USGEVALUASI pertumbuhan
janin dan cairan ketuban
O Hipertensi postpartum dan preeklamsia merupakan
hipertensi yg menetap atau eksaserbasi dari penderita
dengan HT gestasional, preeklamsia, HT kronik.
O Pada preeklamsia TD akan menurun 48 jam postpartum,
dan meningkat kembali 3-6 hari postpartum.
O Pada penderita HT gestasional, preekalmsia TD dimonitor
sampai 72 jam postpartum dan dinilai kembali pada 7-10
hari setelah persalinan.
O Peranan komunikasi dan pentingnya surat rujukan balik
dari RS ke pelayanan dasar sangat membatu pengawasan
pasien postpartum preeklamsia.
O Ini akan membantu ibu hamil dan nifas terus terpantau dan
mencegah keterlambatan pemeriksaan nifas pada kasus
preeklamsia (6 minggu).
O Kematian ibu oleh karena preeklamsia sebanyak 64% kasus
saat ini terjadi pada kondisi postpartum.
Kesimpulan
 Belum ditemukan biomarker sebagai prediktor untuk
mencegah progresifitas dari kasus preeklamsia, maka strategi
pencegahan utama pada preeklamsia terletak pada kualitas
deteksi dini dan pengelolaan kasus.
 Pelayanan ANC kunci utama pencegahan primer, sekunder,
tersier.
 Kemampuan tenaga kesehatan melakukan deteksi dini,
managemen pengelolaan kasus dan rujukan yang tepat waktu.
 Dengan keberhasilan mempertimbangkan waktu yang tepat
mengambil keputusan managemen pengelolaan preeklamsia
dapat menurunkan kematian ibu dan bayi.

Anda mungkin juga menyukai