Anda di halaman 1dari 83

ASUHAN KEGAWATDARURATAN

OBSTETRI
2023
HUT IBI ke 72
“Satukan Langkah dalam Transformasi Kesehatan untuk
Penguatan Pelayanan Kebidanan Berkesinambungan
Berbasis Bukti”

dr. Dwinda Rizary, Sp.OG


HUT
Ikatan Bidan Indonesia
(IBI)
Ke 72
Pelayanan yang berkualitas

Peningkatan derajat
kesehatan masyarakat
Peran Bidan
01 Peningkatan angka harapan hidup

02
Penurunan angka kematian ibu
maternal dan bayi

Penurunan angka bayi dengan berat


03
badan lahir rendah

04 Penanganan angka stunting secara


masif
Transformasi Kesehatan
Ikatan Bidan Indonesia dan Tenaga Kesehatan

Pemerintah

Masyarakat
Angka Kematian Bayi Angka Kematian Ibu
di Kota Dumai di Kota Dumai
Tahun 2022 Tahun 2022
Profil Angka Kematian Ibu di Kota Dumai dikutip dari
Profil Dinas Kesehatan Kota Dumai 2021
KEMATIAN
IBU???
KEMATIAN PEREMPUAN PADA SAAT HAMIL ATAU SELAMA 42 HARI

SEJAK TERMINASI KEHAMILAN TANPA MEMANDANG LAMA DAN

TEMPAT PERSALINAN YANG DISEBABKAN OLEH KEHAMILANNYA ATAU

PENGELOLAANNYA BUKAN KARENA SEBAB LAIN


Kegawatdaruratan
Obstetri
Kegawatdaruratan
Obstetri
Kondisi kesehatan yang
mengancam jiwa yang terjadi
dalam kehamilan atau selama
dan sesudah persalinan yang
apabila tidak segera ditangani
akan berakibat kematian bagi
ibu dan janin
Kegawatdaruratan
Obstetri

1. Masa Kehamilan
2. Masa Persalinan
3. Masa Nifas / Puerperium
Faktor yang mempengaruhi dalam Penanganan
Kegawatdaruratan Obstetri

1 Pengambilan Keputusan
03 yang tepat dan benar
2

01 Pengetahuan
04 Pengalaman

02 Keterampilan 3 4
Pencegahan Kegawatdaruratan Obstetri

1. Perencanaan dengan seksama.

2. Mengikuti petunjuk – petunjuk klinis

3. Pemantauan secara seksama terhadap ibu dan janin


Kasus – Kasus Kegawatdaruratan Obstetri terbanyak

PREEKLAMPSIA PENDARAHAN
ABORTUS
DAN EKLAMPSIA PASCA SALIN
PREEKLAMPSIA DAN
EKLAMPSIA
KRITERIA DIAGNOSTIK PREEKLAMPSIA

Tekanan Darah • Sistolik ≥ 140 mmHg; Diastolik ≥ 90 mmHg, pada dua


keadaan berjarak 4 jam, usia kehamilan lebih dari 20
minggu, pada wanita dengan tekanan darah normal
sebelumnya
• Sistolik ≥ 160 mmHg; Diastolik ≥110 mmHg dapat
langsung ditegakkan hipertensi agar dapat diberikan
terapi segera
DAN
Proteinuria • ≥ 300 mg dalam urin 24 jam
ATAU
• Rasio protein/kreatinin ≥ 0.3
• Jika terpaksa  Dipstick (Urin Celup) +1
Kriteria Diagnosis EKLAMPSIA

= Kriteria Preeklampsia diserta


timbulnya Kejang

Tidak ada riwayat penyakit epilepsi


atau
Kejang karena Epilepsi Disingkirkan
PREDIKSI DAN PENCEGAHAN PREEKLAMPSIA

PENCEGAHAN PREEKLAMPSIA dibagi menjadi 3 (tiga)

yaitu :
1. Pencegahan primer : Menghindari terjadinya penyakit.
2. Pencegahan sekunder : Memutus proses terjadinya penyakit yang

sedang berlangsung sebelum timbul


gejala atau kedaruratan klinis karena
penyakit tersebut.
3. Pencegahan tersier : Pencegahan dari komplikasi yang
disebabkan oleh proses penyakit
Deteksi/Skrining Preeklamasi
Metode skrining dapat dilakukan melalui berbagai cara seperti dibawah ini :

PlGF, VEGF, MiR-210


1. PENCEGAHAN PRIMER PREEKLAMPSIA
Ada 17 Faktor risiko yang dapat dinilai saat kunjungan ANC I :
N Faktor Risiko Prediksi No Faktor Risiko Prediksi
o
9 Jarak kehamilan 10 tahun 3x
1 Sindroma antifosfolipid 10x Riwayat preeklampsia pada
10 saudara perempuan 3x
Riwayat preeklampsia pada
2 kehamilan sebelumnya 7x
Kehamilan inseminasi donor
11 sperma 2,6x
Index Masa Tubuh (IMT) sebelum
3 hamil > 35 4x
Kehamilan inseminasi donor
12 oosit atau donor embrio 2,6x
DMTI (Diabetes Mellitus Tergantung
4 Insulin) sebelum hamil 4x
13 Obesitas sebelum hamil 2,5x
Riwayat preeklampsia pada 14 Kehamilan I dari pasangan baru 2x
5 Orang tua (ibu kandung) 3,6x
15 Umur > 40 tahun 2x
6 Kehamilan multipel 3,3x
16 Penyakit Ginjal 2x
7 Nulipara 3x
17 Hipertensi kronik 2x
8 Multipara 3x
 Faktor risiko yang telah diidentifikasi dapat
membantu dalam melakukan penilaian risiko
kejadian preeklampsia pada kehamilan saat
kunjungan awal antenatal.
 Berdasarkan hasil penelitian dan panduan
Internasional terbaru maka faktor risiko
preeklampsia dapat dibagi 2 klasifikasi yakni :
 Risiko tinggi / mayor
 Risiko tambahan / minor
Klasifikasi risiko preeklampsia yang dapat dinilai saat ANC I

RISIKO TINGGI : RISIKO SEDANG :

1. Riwayat preeklampsia
1. Nulipara
2. Kehamilan multipel 2. Obesitas (IMT > 30 kg/m2)
3. Hipertensi kronis 3. Riwayat preeklampsia pada
4. Diabetes Mellitus tipe ibu atau saudara perempuan
1 atau 2 4. Usia ≥ 35 tahun
5. Riwayat khusus pasien
5. Penyakit ginjal
(interval kehamilan > 10 thn)
6. Penyakit autoimun
2. PENCEGAHAN SEKUNDER PREEKLAMPSIA

1. Aspirin dosis rendah (75mg/hari) direkomendasikan untuk


mencegah preeklampsia pada wanita dengan risiko tinggi
Apirin dosis rendah sebagai prevensi preeklampsia sebaiknya mulai
digunakan sebelum usia kehamilan 20 minggu

3. Suplementasi Kalsium minimal 1 g/hari direkomendasikan


terutama pada wanita dengan asupan kalsium yang rendah
3. PENCEGAHAN TERSIER PREEKLAMPSIA

Melakukan penatalaksanaan preeklampsia


sedini mungkin dan secara adekuat agar
tidak terjadi komplikasi lebih lanjut dan
mencegah terjadinya Eklampsia/Kejang
akibat Preeklampsia
PENANGANAN HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN DI FKTP I

KEHAMILAN NORMAL PREEKLAMPSI PREEKLAMPSIA EKLAMPSIA


BERAT
HT Gestasional
Skrining Preeklampsia, HT Kronis · Pasang infus & Cateter · Pasang infus dan
jika (-)  kontrol rutin menetap Cateter menetap
· Berikan inj MgSO4 loading · Inj MgSO4 loading
dose dose
JIKA (+) Rujuk
Poliklinik · Oksigen 4-5 l/mnt
Rujuk Rujuk
Poliklinik FKTP II/ SEGERA Rujuk
FKTP II/ SpOG FKTP SEGERA
SpOG fasilitas FKTP
lengkap fasilitas
lengkap
FKTP II : FKTP II :
- Skrining Preeklampsia - Evaluasi kondisi maternal
- Aspirin dosis rendah 80 mg (Gejala, VS, laboratorium •Stabilisasi dan terapi lanjutan Stabilisasi dan terapi
- Kalsium 1g
- Kontrol rutin, USG DV a. uterine
- Evaluasi kondisi janin (USG, •≥ 34 mgg : Terminasi lanjutan.
NST) Terminasi setelah stabil
- ANC rutin di FKTP II
• <34 mgg : perawatan konser-
(sesuai fasilitas)
- ANC lanjutan Kolaborasi FKTPI kolaborasi FKTP I vatif rawat di sekunder*/rujuk
tersier
Penatalaksanaan Preeklampsia di FKTPI/ Bidan :

 Persiapan rujukan untuk kolaborasi dengan


SpOG untuk penatalaksanaan selanjutnya :
Bawa buku KIA, Surat rujukan dengan data
anamnesis dan hasil pemeriksaan obstetrik
yang lengkap
Penatalaksanaan Preeklampsia Berat di FKTP I/ Bidan :

I . Stabilisasi :
1. Pasang Infus RL gtt 20-25x/menit
2. Oksigen 3-4 l/menit
3. Pasang cateter F menetap
4. Anti Kejang
MgSO4 40% : bolus 4 gr iv dilanjutkan 1 gr/jam, selama 6 jam, dan diulang hingga 24 jam setelah persalinan atau
kejang berakhir (bila eklampsia)
Syarat pemberian MgSO4
Antidotum bila terjadi intoksikasi Calsium Glukonas 10% = 1 g (10% dalam 10 cc) diberikan iv 3 menit
Refleks patella kuat
Frekuensi pernafasan < 16x/m
Produksi urin minimal 0.5 cc/kg/jam  pasang folley catheter
Apabila terjadi eklampsia  MgSO4 2 g IV perlahan (15-20 menit). Bila setelah pemberian MgSO4 ulangan masih
terdapat kejang, dapat dipertimbangkan pemberian diazepam 10 mg IV selama 2 menit.

II. Segera rujuk ke RS terlengkap yang ada SpOG, SpAn, SpA, ICU, NICU
setelah dilakukan stabilisasi
Penatalaksanaan Eklampsia di FKTP I :

I. Stabilisasi :
1. Bebaskan jalan nafas, fiksasi ekstremitas bila diperlukan
2. Pasang spatula tongue untuk mencegah lidah tergigit
3. Pasang Infus D5%/RL gtt 25-30x/menit
4. Oksigen 5-6 L/menit
5. Pasang cateter F menetap
6. Inj MgSOG :
MgSO4 20% 4 g (20cc) IV pelan2 selama 10 menit, dilanjutkan dosis 2g
MgSO4/ jam via infus drip
Bila kejang berulang : inj MgSO4 20% 2g IV pelan2, bisa diulang 2x
sampai kejang berhenti
5. Nifedipin 10 mg sublingual

II. Segera Rujuk ke RS terlengkap dengan cara BAKSOKUDA


Pemberian Obat Antihipertensi
 Antihipertensi direkomendasikan hanya pada PEB, atau TD
sistolik ≥ 160 mmHg atau diastolik ≥ 110 mmHg
 Target penurunan tekanan darah adalah sistolik < 160 mmHg
dan diastolik < 110 mmHg
 Pemberian antihipertensi pilihan pertama
adalah Nifedipin oral short acting,
hidralazine dan labetalol parenteral
 Alternatif pemberian antihipertensi yang
lain adalah : nitogliserin, metildopa,
labetalol
Penurunan tekanan darah tidak boleh terlalu
drastis  target 20-25% MAP
• Contoh : TD awal 160/110  MAP : (s+2d)/3 =
126
• 20-25% MAP = 25-31
• Target TD  (160-30)/(110-30) = 130/80
• Pastikan isi vaskuler cukup  produksi urin
yang cukup, tidak pekat
• Penurunan tekanan darah yang terlalu drastis akan
menyebabkan gangguan autoregulasi tekanan darah
di otak yang akan menyebabkan hipoksia  KEJANG

• Nifedipin 10 mg tiap 20-30 menit hingga tercapai


tekanan darah target, maksimal 4x  2 jam tercapai
tekanan darah target

• Maintenance : nifedipin 4 x 10 mg po, atau long acting


nifedipin (adalat oros) 1x30 mg po
NOMOR HK.01.07/MENKES/320/2020 TENTANG STANDAR PROFESI BIDAN
Your Picture Here

Tingkat Kemampuan
Lingkup Asuhan
Daftar keterampilan
Kebidanan
Bidan AmKeb

Tatalaksana awal kasus 3 2


kegawatdaruratan tersering pada
persalinan eklampsi dan
perdarahan pasca persalinan
Pemberian MgSO4 4 4
Tingkat Keterampilan :
1. Mampu memahami untuk diri sendiri
2. Mampu memahami dan menjelaskan
3. Mampu memahami dan menjelaskan dan melaksanakan dibawah supervisi
4. Mampu memahami dan menjelaskan dan melaksanakan secara mandiri
Pendarahan Pascasalin
Definisi Perdarahan Pasca Persalinan (PPP) :
😍 Kehilangan darah dari saluran genitalia >500 ml setelah
melahirkan pervaginam atau >1000 ml setelah melahirkan
secara seksio sesarea  DEFINISI KONVENSIONAL

😍 Perdarahan yang melebihi perkiraan dan menyebabkan


tanda atau gejala hypovolemia  DEFINISI MODERN
😍 5% dari kasus persalinan di seluruh dunia
😍 ¼ kematian maternal berhubungan dengan PPH
Periode pascapersalinan adalah periode waktu setelah bayi
dilahirkan
Perkiraan Kehilangan darah berdasarkan derajat/kelas syok dan presentasi pasien pada
perdarahan pasca salin
Kelas I Kelas II Kelas III Kelas IV
Terkompensasi SYOK RINGAN SYOK SEDANG SYOK BERAT
Presentasi kehilangan
10% -15% >15%-25% >25%-35% > 35- 45%
darah
Kehilangan darah (ml) 500 - 750 > 750-1500 > 1500-2000 > 2000 - 4000
Frekuensi Nadi < 100 > 100 > 120 > 140
Sedikit menurun Menurun Sangat turun
Tekanan Darah Sistolik Normal
80-100 mmHg 70-80 mmHg 50-70 mmHg
Frekuensi Nafas 14-20 > 20-30 > 30-35 > 35
Capillary Refill < 2 detk > 2 detik > 2 detik Tidak terdeteksi
Ekstremitas Normal Pucat, berkeringat Pucat Pucat & dingin
Produksi urine
> 30 20-30 10-20 0-10
(ml/Jam)
Mulai
Sadar, haus, pusing Gelisa, agresif, Ngantuk, bingung,
Status mental / Keadaan gelisah,agresif,haus,
sedikit cemas, ngantuksangat cemas, tidak sadar, sesak
umum cemas,lemah,
debardebar, takikardi bingung, pucat nafas, kolaps
berkeringat,takikardi
Kristaloid dan
Penggantian cairan Kristaloid (RL) Kristaloid (RL) Kristaloid dan darah
darah
Penilaian Dan Manajemen
Risiko Perdarahan Pascasalin

Faktor risiko perdarahan pasca persalinan dapat dibagi


dalam 2 faktor risiko yakni :
1. Faktor risiko antenatal
2. Faktor risiko intrapartum
Prevensi
Untuk mencegah terjadinya perdarahan pasca persalinan wajib mengenali
faktor risikonya, baik faktor risiko antenatal maupun intrapartum  lakukan
penatalaksanaan persalinan yang baik, penanganan manajemen aktif
kala III , IMD dan persiapan penanganan kondisi darurat
No Faktor Risiko Risiko kejadian
1. Plasenta previa 13,1 - 23,0
2. Abrupsio plasenta 12,6 - 20,9
Faktor risiko
3. Riwayat Perdarahan pascapersalinan 2,9 - 8,4
Antenatal :
4. Kehamilan ganda 4,5 - 6,6
5. Fibroid dalam kehamilan lahir pervaginam 3,6
6. Seksio sesarea sebelumnya 3,1
7. Kegemukan (BMI >30) 3,1
8. Usia ibu > 35 3,0
9. Primigravida 1,6
10. Multiparas 1,5
11. Hamil postterm 1,4
No Faktor Risiko Risiko kejadian
1. Retensio plasenta 5,2 - 7,9
2. Kala lll memanjang 3,5 - 7,6
Faktor risiko
3. Kala II memanjang (> 20 mnt) 2,9 - 5,5
intrapartum :
4. Episiotomi 1,6 - 4,7
5. Fase aktif memanjang 2,4 - 4,4
6. Demam saat persalinan > 38°C 2,0 - 4,0
7. Induksi persalinan 1,7 - 3,0
8. Anestesi umum 3,0
9. Persalinan > 12 jam 2,0 - 2,9
10. Korioamnionitis 2,7
11. Berat lahir > 4 kg 1,9 - 2,6
12. Persalinan dengan Vacum/Forcep 1,66
13. Kala I memanjang 1,6
Penyebab Perdarahan Pasca Salin
ada 4 faktor (4T) :

1 2 ROBEKAN JALAN
ATONIA UTERI TONE TRAUMA
70% LAHIR 20%

3 4
SISA PLASENTA GANGGUAN PEMBEKUAN
TISSUE TRHOMBIN DARAH 0,3%
9,7 %
BAGAN TATALAKSANA PERDARAHAN PASCA SALIN

Nilai kontraksi uterus

Kontraksi kuat Kontraksi lemah

Lakukan eksplorasi Lakukan eksplorasi

Sisa plasenta Trauma Gangguan Sisa plasenta (-)


koagulasi trauma (-)

Kuretase/digital Haecting/Repair Asam Tranexamat Penanganan


atonia uteri
PENANGANAN UMUM
• Selalu siapkan tindakan gawat darurat
• Manajemen aktif kala III
• Minta pertolongan pada petugas lain utk membantu bila dimungkinkan
• Bila syok , lakukan segera penanganan
• Periksa kandung kemih  kosongkan
• Cari penyebab perdarahan
• Sambil melakukan tindakan secara cepat
• Atasi Syok
• Berikan Oksitosin10 IU IM Dilanjutkan 20 IU / 1000 ML RL/NaCl 0.9%
• Pastikan plasenta lahir lengkap, Eksplorasi Jalan Lahir
• Perdarahan berlanjut , uji Pembekuan Darah
• Pantau Keseimbangan Cairan
• Sambil mencari Penyebab Perdarahan
KOMPRESI BIMANUAL INTERNAL DAN
EKSTERNAL
Kompresi Aorta Abdominalis
Kompresi Aorta Abdominalis
1. Pasien terlentang ditempat yang datar
2. Raba a. femoralis
3. Sisihkan uterus ke kiri/kanan/ke simpisis
4. Tekan aorta dengan kepalan tangan
hingga terasa a. femoralis
Raba a. femoralis

Tekan aorta dengan kepalan tangan hingga terasa a. femoralis


Kompresi Kondom Uterus
Alat dan bahan :
Cara menggunakan kondom kateter

1. Kosongkan kandung kemih


2. Dengan cara aseptik, Kateter F steril /
Infus set ujungnya dimasukkan ke
dalam kondom dan diikatkan pada ujung
3. Masukkan kondom tersebut
ke dalam cavum uteri
4. Bagian luar kateter dihubungkan
dengan selang infus dan segera
guyur dengan 500 cc normal saline
5. Observasi perdarahan, bila perdara-
han berkurang, penambahan salin
distop dan ujung luar kateter dilipat
dan diikat dengan karet
5. Kontraksi uterus tetap dipertahankan
dengan drip oksitosin minimal 24 jam
setelah prosedur
6. Kondom kateter dipertahankan posisinya
dengan memasukkan kassa padat ke
dalam vagina dan baru diambil 24-48 jam
kemudian dengan cara mengeluarkan isi
cairan kondom secara perlahan dalam
waktu 10-15 menit
7. Pasien diberi antibiotika intravena :
Amoxicillin : 500 mg/6 jam
Metronidazole : 500 mg /8 jam
Gentamicin : 80mg/8 jam
RUJUK (BAKSOKUDA)
Persiapan RUJUKAN

Syarat Rujukan:

• Stabilisasi Pra-rujukan
• Informasi yang jelas kepada
pasien/keluarga
• Tempat rujukan siap sebelum
pasien tiba di tempat rujukan –
komunikasi pra rujukan
• Administrasi
• Donor
Elemen STABILISASI

• Menjamin kelancaran jalan nafas,


pemulihan sistem respirasi dan
sirkulasi
• Mengganti cairan tubuh yang hilang
• Memperbaiki perfusi jaringan
• Menghentikan sumber perdarahan
• Mempertahankan suhu tubuh
• Mengatasi rasa nyeri atau gelisah
NOMOR HK.01.07/MENKES/320/2020 TENTANG STANDAR PROFESI
BIDAN

Tingkat Kemampuan
Lingkup Asuhan
Daftar keterampilan
Kebidanan
Bidan AmKeb

Manual Plasenta 3 2
KBI dan KBE 3 2
Kompresi aorta 3 2
Pemasangan Kondom Kateter 3 2
Tingkat Keterampilan :
1. Mampu memahami untuk diri sendiri
2. Mampu memahami dan menjelaskan
3. Mampu memahami dan menjelaskan dan melaksanakan dibawah supervisi
4. Mampu memahami dan menjelaskan dan melaksanakan secara mandiri
ABORTUS
Abortus

Keluarnya hasil konsepsi pada usia kurang


dari 5 bulan atau berat janin < 500gram
Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan dengan Abortus
Penatalaksanaan Abortus
Penatalaksanaan Abortus
TAKE HOME MESSAGES
1. Angka Kematian Ibu dapat ditekan dengan adanya kerjasama
yang baik antara tenaga kesehatan baik di faskes primer
maupun tempat rujukan

2. Bidan sangat berperan dalam skrining awal gawatdarurat


maternal dan mempunyai kompetensi dalam penanganan awal

3. Rujukan yang cepat dan tepat dapat membantu mengurangi


komplikasi yang terjadi
Thank you

Anda mungkin juga menyukai