Anda di halaman 1dari 3

Matius 18:21-35 P e n g a m p u n a n

Bahan PA untuk kebaktian karyawan Kristen


RS. Fatmawati Jakarta

Thema : P e n g a m p u n a n ( Matius 18:21-35)


O l e h : Pdt. Janto Sihombing, M.Th
Pendahuluan:
Mengampuni dalam bahasa Yunani disebut “aphiemi” artinya: membiarkan pergi,
membiarkan pergi bebas, menutupi, menghapus, mengampuni, memulihkan hubungan yang baik
antara dua pribadi yang retak karena suatu kesalahan.
Dosa merupakan hal penghalang dan perusak bagi manusia dalam persekutuannya
dengan Allah.. Oleh karena itu untuk memperbaiki atau memulihkan hubungan tersebut Allah
selalu memberi belas kasihan dan menyuarakan pertobatan untuk menerima pengampunanNya.
Dalam Penelahan Alkitab hari ini, kita mendengar bagaimana Yesus memperlihatkan
pengampunan Allah kepada manusia dan manusia juga harus saling mengampuni. Inilah
yang disampaikan Yesus melalui perumpamaan dalam Matius 18:21-35 Dimana seorang hamba
mendapat pengampunan dari seorang raja dan semestinya hamba tersebut juga harus
mengampuni sesamanya.
Penjelasan

Ada 2 hal yang hendak disampaikan melalui pengajaran Yesus dalam perikope ini:
1. Pengampunan yang tanpa batas
2. Seseorang yang sudah menerima pengampunan harus mengampuni sesamanya juga

ad. 1. Pengampunan Tanpa batas


Petrus bertanya, sampai berapa kali harus mengampuni saudara yang berbuat dosa
kepadanya. Menurut Petrus ‘tujuh kali sudah lebih dari cukup’, karena menurut pendapat umum
tiga kali pun sudah hebat (bnd. Sebuah syair lagu yang sangat sering kita dengar “satu kali kau
sakiti hati ini masih kumaafkan, dua kali kau sakiti hati ini juga aku maafkan, tapi jangan kau
coba tiga kali …). Ternyata bukan demikian. Mengampuni sebanyak tiga kali atau tujuh kali
belum cukup. Yesus mengatakan, “Tujuh puluh kali tujuh kali”.Jawaban Yesus itu bukan berarti
sama dengan empat ratus sembilan puluh kali. Empat ratus sembilan puluh kali pun sebenarnya
sudah luar biasa. Menghitung-hitung sekaligus mencatat empat ratus sembilan puluh kali
mengampuni sudah membosankan.

Tujuh puluh kali tujuh kali tidak sama dengan empat ratus sembilan puluh, melainkan
“tidak terhingga atau tidak terbatas”. Mengampuni sebanyak tujuh puluh kali tujuh kali sama
dengan mengampuni tanpa ada batas. Jadi orang-orang percaya senantiasa hidup dalam
pengampunan. Dalam hidup orang percaya tidak boleh ada kata “tiada maaf bagimu” atau
seperti yang yang sering kita dengar “Bertemu di liang lahat “ .Tetapi mengampuni tanpa
mencatat bahwa orang-orang percaya tidak menghitung-hitung berapa kali ia sudah melakukan
pengampunan itu. Kalau Paulus berkata dalam I Tesalonika 5:16-17,”Bersukacitalah senantiasa,
tetaplah berdoa, maka jawaban Yesus atas pertanyaan Petrus adalah, “Bersukacitalah senantiasa,
dan tetaplah mengampuni.”
ad.2. seseorang yang menerima pengampunan harus mengampuni sesamanya juga
Yesus menjelaskan ini melalui perumpamaan yang terdapat dalam perikope yang kita
bahas ini. Dimana Allah sudah mengampuni kita maka dengan demikian Ia menghendaki kita
supaya kita dengan leluasa dan bebas mengampuni orang lain juga. Sebagaimana yang dikatakan
Yesus dalam Lukas 6:36, “Hendaklah kamu murah hati, sama seperti Bapamu adalah murah
hati. Dalam Matius 18:23-35 Yesus dengan perumpamaan-Nya menceritakan bahwa ada
seorang raja yang mengadakan perhitungan dengan para hambanya. Lalu ada satu orang hamba
yang memohon belas kasihan dan ampun dari sang raja atas hutang-hutangnya yang begitu besar
dan sang raja mengabulkan permohonan tersebut. Tetapi si hamba yang baru mendapat
pengampunan ini menolak bahkan memenjarakan temannya yang berhutang kepadanya lalu sang
raja yang mendapat informasi akan hal tersebut menjadi marah sehingga ia diserahkan kepada
algojo-algojo.

Begitulah kisahnya, dan arti dari cerita itu cukup jelas. Anak-anak kerajaan harus
memperlihatkan kepada orang lain pengampunan yang mereka sendiri telah menerimanya. Kasih
Allah yang besar dalam pengampunan haruslah direfleksikan oleh umatNya. Siapapun yang
menolak untuk mengampuni seseorang yang telah berbuat salah kepadanya haruslah
mengharapkan Allah untuk menghakimi dosa-dosanya.
Aplikasi

Pengampunan dosa diberikan bukan karena kelayakan kita, tetapi hal itu merupakan
tindakan kasih sayang Allah, belas kasihan dan rahmat anugerah semata. Pengampunan ialah
satu keputusan untuk tidak berdendam terhadap seseorang. Kita semua telah berdosa
(Pengkhotbah 7:20) kalau kita berkata, kita tidak berdosa berarti kita adalah seorang penipu ( I
Joh 1:8). Itu berarti kita sungguh memerlukan pengampunan dari Tuhan. Kuasa pengampunan
yang diajarkan Yesus sungguh luar biasa. Ini dapat kita lihat sewaktu Yesus disalibkan, Ia begitu
menderita dan sakit, dihina dicambuk dan lain sebagainya tetapi Dia berkata,”Ya Bapa
ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat (Luk. 23:34). Dan kepada
kita Yesus sudah mengajarkan doa dengan setiap hari kita harus memohon”ampunilah kami atas
kesalahan kami seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami.Setiap hari
kita meminta pengampunan dari Bapa di surga dan setiap hari juga mengampuni orang yang
besalah kepada kita.
Cara untuk mengampuni melakukan tuntutan Yesus adalah berdasarkan pengampunan
yang diterima dari Allah sendiri. Kalau kita belum sadar bahwa dosa yang mengakibatkan
kematian itu belum diampuni Yesus, tentu kita keberatan mengampuni orang lain. Kita harus
senantiasa siap sedia mengampuni. Pengampunan yang kita lakukan berapa pun banyaknya
tidak sebanding dengan pengampunan yang kita terima dari Allah melalui darah Yesus Kristus.
Para karyawan RS Fatmawai yang terkasih, saat Bapa/Ibu mengampuni seseorang yang
telah menyakiti atau melukai hatimu, itu bukan semata-mata tentang orang tersebut tetapi untuk
diri kita juga. Bila kita menahan pengampunan dan hidup dengan dendam dalam hati, berarti
kita sedang membangun tembok-tembok pemisah. Ingatlah ,,, kita mengira bahwa kita sedang
melindungi diri, tetapi sebenarnya tidak. Kita hanyalah mengasingkan orang lain dari kehidupan
kita . Kita menjadi terasing , sendirian, kacau dan terpenjara oleh kepahitan kita sendiri. Tembok
yang kita bangun bukan hanya mencegah orang keluar; namun juga membuat kita tetap
terkurung di dalam.
Apakah Bapa/Ibu menyadari bahwa tembok-tembok itu juga mencegah berkat-berkat
Tuhan tercurah ke dalam kehidupan kita? Tembok-tembok ketidakadaan pengampunan itu akan
mencegah doa-doa kita dijawab. Jadi kita harus mengampuni orang yang telah menyakiti kita
supaya kita dapat keluar dari penjara tersebut. Firman Tuhan berkata,” Karena jikalau kamu
mengampuni kesalahan orang, Bapamu yang di surga akan mengampuni kamu juga. Tetapi
jikalau kamu tidak mengampuni orang, Bapamu juga tidak akan mengampuni kesalahanmu
(Matius 6:14-15). Mintalah kekuatan kepada Tuhan untuk menolongmu dalam menyingkirkan
kemarahan, kebencian dari dalam hatimu dan lihatlah sementara kita mengampuni hal-hal yang
paling ajaib akan mulai terjadi dalam hidupmu. Tuhan akan mendengarkan doa-doamu dan akan
memulihkan keadaanmu. Singkirkanlah kenangan pahit dan kebencian dari hatimu dan engkau
akan mengalami banyak kesembuhan dan akan melihat menyaksikan belas kasihan Tuhan dalam
cara yang baru.

Bapa/Ibu/ Saudara-saudara, Pengampunan adalah kunci untuk bebas dari kepahitan.


Ampunilah orang lain yang menyakitimu, ampuilah suamimu, ampunilah anak-anakmu,
ampunilah atasanmu. Ampunilah bawahanmu yang memperlakukanmu tidak benar, ampunilah
sahabatmu yang melukai hatimu atau yang menghianatimu, ampunilah orangtuamu yang salah
memperlakukanmu saat engkau masih kecil, jangan biarkan akar kepahitan dan kebencian
bertumbuh semakin dalam dan terus merusak kehidupanmu. Katakan dalam doamu, Bapa, aku
tahu bahwa saat aku mengampuni orang-orang yang menyakiti aku, itu menyenangkan-Mu.
Tolong aku untuk menyadari bahwa mengampuni orang lain merupakan keinginanku yang
utama.

ILLUSTRASI

Belajar Memaafkan. Ada sebuah cerita tentang Leonardo da Vinci yang melukiskan pentingnya
pengampuna. Seperti kebanyakan seniman pada umumnya , Leonardo juga sangat emosional dan
seringkali tidak disenangi banyak orang karena sikap dan tindakan-tindakannya. Dalam Lukisannya
tentang “Perjamuan Terakhir”, dia telah menunda gambar Kristus ketika karyanya yang angung itu
hampir selesai dikerjakannya. Hanya sesaat sebelum dia memulai melukis wajah Yesus, dia menglami
pertengkaran yang hebat dengan salah seorang sahabat dekatnya. Pada waktu dia kembali kepada
lukisannya, dia mendapati bahwa segala sesuatunya tidak berjalan dengan baik. Dan selama berhari-hari,
dia tidak dapat menyelesaikan lukisan itu. Hari berganti minggu dan pelukis itu tidak dapat
menyelesaikan pekerjaannya.

Akhirnya, dia menyadari masalahnya, dan dengan rendah hati dia menjumpai sahabatnya tadi
untuk meminta maaf. Dengan jiwanya yang telah bersih dari kemarahan dan kebencian, dia tidak lagi
mengalami kesukaran atau kesulitan dalam menyelesaikan karyanya yang agung itu. Leonardo telah
belajar apa yang seharusnya kita pelajari juga. Hati yang tidak mengampuni dan keinginan untuk
membalas dendam, lebih menyakiti diri kita sendiri daripada menyakiti orang yang kita marahi..

Anda mungkin juga menyukai