Anda di halaman 1dari 1

GRAHA NATYA

Kata natya berasal dari kata Nāṭya Śāstra, yang merupakan risalah tentang seni pertunjukan. Selain
itu, Natya Shastra dalam seni Thailand terkenal sebagai enseklopedis kuno mengenai seni yang telah
memengaruhi tradisi tari, musik dan sastra di India. Hal ini diperkuat dari kata Nritya yang sering
disebut Natya, yang merujuk pada “menari, berlakon di atas pentas, beraksi, bermain gestulasi”
dalam tradisi India. Nritya atau tarian murni, di mana pergerakan penari tanpa ekspresi memainkan
irama dan frasa musik dan Nritya atau tarian ekspresif, di mana penari merangkumi ekspresi wajah
dan bahasa badan untuk menggambarkan suasana dan ide dengan pergerakan berirama untuk
berkomunikasi dengan penonton.CILPA SINTREN

Berhubungan dengan natya, kata Sitren merujuk pada sebuah tarian tradisional masyarakat Jawa,
khususnya daerah Cirebon. Tarian sintren berasal dari kisah asmara putra dari Ki Bahurekso Bupati
Kendal yang pertama, hasil perkawinannya dengan Dewi Rantamsari, yakni Sulandono dengan
Sulasih yang merupakan putri Desa Kalisalak. Namun, hubungan keduanya tidak direstuin oleh Ki
Bahurekso, hingga pada suatu saat Dewi Rantamsari mengatur pertemuan Sulasih dengan
Sulandono, dimana Dewi Rantamsari memasukan roh bidadari ke tubuh sulasih, dan pertemuan pun
terjadi antara Sulandono Dan Sulasih. Sejak saat itu setiap diadakan pertunjukan sintren sang penari
pasti dimasuki roh bidadari oleh pawangnya.

Adapun beberapa filosofi dari tarian sintren dimana penari memakai aksesoris berupa kacamata dan
mahkota. Pemakaian kacamata bertujuan sebagai penyekat antara jasad halus dan kasar, agar tidak
terlihat langsung. Kemudian pada mulanya penari berpakain biasa dan setelah dilakukan ritual
pemanggilan roh bidadari, penari akan berganti pakaian dengan memakai baju tarian lengkap
dengan mahkota.

Anda mungkin juga menyukai