Anda di halaman 1dari 6

Kenapa Cerucuk?

Sebab Tanah pun Bisa


Labil Kayak ABG

https://wartafisika.files.wordpress.com/2011/01/sutong0303.jpg

Siapa yang tidak mengenal Semarang? Daerah dengan makanan khas lunpia ini
merupakan ibukota dari Provinsi Jawa Tengah. Berlokasi di pesisir utara Pulau Jawa,
Semarang mempunyai kondisi topografi berupa daerah datar dan daerah berbukit-
bukit. Kondisi topografi tersebut berhubungan erat dengan pertumbuhan penduduk
yang cukup pesat. Sebab pertumbuhan pesat itulah yang mengakibatkan kebutuhan
akan tempat tinggal juga semakin meningkat. Sayangnya, keterbatasan jumlah lahan
membuat lokasi yang rawan terhadap gerakan tanah pun tidak luput dari sasaran
pengembangan perumahan berserta seluruh infrastrukturnya.

Secara geografis, kota berikon Tugu Muda ini terbagi menjadi daerah Semarang
Bawah dan Semarang Atas. Sebagian besar perumahan berserta infrastruktur di
daerah Semarang Bawah dikembangkan di daerah datar. Sebaliknya, daerah
pemukiman dan infrastruktur di Semarang Atas terletak di areal perbukitan. Sebut
saja Kalipancur, Sadeng, Kuwasen, Pongangan, Kandri, Nongkosawit, Gunungpati,
dan masih banyak daerah lainnya. Daerah-daerah tersebut dihubungkan oleh sebuah
jalan raya utama yang membentang dari Manyaran hingga Gunungpati. Jalan inilah
yang menjadi akses utama dari Semarang Bawah ke Semarang Atas, begitu pula
sebaliknya.

Jalan di Gunungpati Ambles Berkali-kali, Belum Juga Tertangani

Berdasarkan Peta Zona Gerakan Tanah Kota Semarang, wilayah Gunungpati


merupakan zona gerakan tanah tinggi. Hampir seluruh bangunan yang didirikan di
wilayah ini terletak di atas tanah labil. Oleh sebab itu, tidak heran apabila sering
terjadi kelongsoran di ruas jalan maupun di daerah pemukiman. Salah satu peristiwa
longsor yang terjadi berkali-kali namun belum tertangani secara maksimal hingga
saat ini adalah longsor yang terjadi di ruas Jalan Kolonel Warsito Sugiarto yaitu jalan
yang terletak di antara objek wisata Goa Kreo dan dusun Kuwasen Lama. Sebenarnya
kerusakan jalan akibat longsor tersebut pernah terjadi pada tahun 2011 dan tahun-
tahun sebelumnya. Setelah sempat diperbaiki dengan cara ditambal sana-sini, pada
akhir tahun 2015 lalu kerusakan tersebut kembali terjadi.

Berdasarkan pantauan, sebagian ruas jalan yang menanjak tersebut perlu ditutup
sepanjang 50 meter. Pada awalnya longsor yang terjadi hanya sepanjang 25 cm, akan
tetapi kini justru semakin bertambah hingga 60 cm. Karenanya, perlu diberlakukan
sistem buka tutup jalur agar para pengendara dapat bergantian melintas di area jalan
yang tidak ambles. Antrean semakin mengular pada pagi dan sore hari tepatnya pada
jam berangkat dan pulang kerja. Belum lagi ketika akhir pekan. Sebab Jalan Kolonel
Warsito Sugiarto inilah yang menghubungkan daerah Ungaran, Salatiga, Ambarawa
dan luar kota lainnya ke objek wisata yang sedang digandrungi oleh masyarakat yaitu
Goa Kreo dan Waduk Jatibarang.
http://i93.photobucket.com/albums/l59/yasir_yafiat/DSC00859_zpslbwpqdmb.jpg

Ditambah dengan munculnya dua objek wisata baru yaitu Desa Wisata Kandri dan
Desa Wisata Nongkosawit, sungguh disayangkan apabila akses yang dapat membawa
banyak wisatawan tersebut bisa dibilang sangat tidak layak. Belum lagi adanya
bahaya yang ditimbulkan oleh jalan ambles ini. Berdasarkan hasil wawancara dengan
Mbak Nanik-salah seorang warga dusun Kuwasen Lama, tak sedikit pengguna jalan
yang belum terbiasa melintas terjatuh hingga terperosok ke sawah. Maklum saja,
jalan yang ambles memang bersisian langsung dengan petak-petak sawah milik
penduduk sekitar. “Terlebih ketika malam hari, pengguna jalan yang tidak hafal jalur
sering memacu kendaraannya sehingga terjatuh. Lampu penerangan tidak ada, saya
sudah lima kali melihat pengendara motor jatuh di sana,” tambahnya.

Penemuan Sistem Pondasi Cerucuk

Diperlukan adanya sebuah teknologi yang cocok jika ingin mendirikan konstruksi
jalan raya, konstruksi perumahan, maupun konstruksi beban berat lainnya di area
yang kerap mengalami pergeseran (shearing). Mekanisme hilangnya keseimbangan
tersebut biasa terjadi pada tanah berdaya dukung rendah akibat beban berat tanah itu
sendiri. Karenanya, tidak heran apabila sering terjadi penurunan permukaan tanah
(settlement) ataupun tolakan ke atas (uplift). Metode-metode seperti pile slab, deep
mixing, serta vertical drilltelah dicoba untuk diterapkan khususnya pada konstruksi
jalan raya di atas tanah labil. Namun, metode-metode konvensional tersebut
cenderung hanya disesuaikan dengan besarnya beban yang harus didukung saja
tanpa memperhatikan kondisi tanah.

Oleh karenanya, Ir. J.H. Simanjuntak berpendapat bahwa upaya-upaya tersebut


belum mampu mengatasi permasalahan yang ada secara maksimal. Sebagai salah
satu pelaku bisnis konstruksi, Ir. J.H. Simanjuntak senantiasa mencari cara yang
tepat demi terciptanya konstruksi jalan raya yang dibangun di atas tanah labil. Kunci
utamanya, beban seluruh konstruksi yang ada di atas harus disalurkan ke dalam
tanah secara merata dengan menggunakan beberapa tiang pancang. Pemikiran inilah
yang kemudian melahirkan gagasan mengenai sistem pondasi cerucuk. Sistem ini
menyatukan beberapa tiang pancang dalam sebuah kesatuan yang kokoh guna
menyangga konstruksi di atasnya.

Konstruksi Jalan dengan Sistem Pondasi Cerucuk

Sebagai langkah awal pembangunan konstruksi jalan di atas tanah labil, hal yang
harus dilakukan adalah menguji kadar air tanah itu sendiri. Pengambilan sampel
untuk dibawa ke laboratorium bertujuan untuk mengetahui presentase air yang
terkandung di dalamnya sehingga nantinya dapat diambil keputusan apakah perlu
dilakukan penimbunan ulang untuk mendapatkan tanah berdaya dukung baik.
Setelah itu, tiba saatnya untuk menentukan tipe pondasi yang cocok. Untuk
pembangunan di atas tanah labil, perlu dihindari penggunaan pondasi foot
plat apalagi dengan kedalaman biasa (150 cm). Tipe pondasi ini dinilai kurang bisa
mencengkeram tanah. Meski dilakukan penggalian sampai dasar pun belum tentu
membuat tanah dasar bekas endapan tersebut kuat menahan beban terutama pada
musim hujan. Sebab jenis tanah tersebut mudah terurai oleh air dan mudah
menyebar ketika tergencet beban berlebihan.

Sebagai langkah antisipasi; perlu ditanam cerucuk dari bambu, kayu, atau pipa yang
diisi batang besi dan adukan cor untuk memperkuat dasar tanahnya. Cerucuk ini
harus ditanam pada kedalaman minimal 125 cm, bahkan semakin dalam justru
semakin bagus. Hal ini merupakan kebutuhan yang sangat vital sebab cerucuk
tersebut berfungsi sebagai akar yang akan mengikat dan mempertahankan kepadatan
tanah dasar terhadap beban konstruksi di atasnya. Apabila penanaman cerucuk telah
dilakukan, bisa dilanjutkan dengan pemasangan struktur pondasi cakar ayam pada
bagian atasnya. Sayangnya, para tukang sering mengabaikan pentingnya penanaman
cerucuk pada dasar pondasi tanah labil ini karena dinilai merepotkan dan memakan
banyak anggaran. Padahal sistem pondasi cerucuk merupakan suatu langkah
antisipasi dan solusi agar jalan tidak mudah ambyar atau ambles, sehingga nantinya
justru akan menghabiskan semakin banyak biaya untuk memperbaikinya. Semakin
luar biasa ketika sistem pondasi cerucuk tersebut juga dapat dipergunakan untuk
menjaga stabilitas talud sehingga mencegah longsor. “Sistem pondasi cerucuk ini
terbukti efektif untuk memperkuat daya topang tanah,” kata Simajuntak.

http://2.bp.blogspot.com/-CvvFf2lh0QI/UV2hhi5SlQI/AAAAAAAAAWQ/xrY6kp6O7ro/w1200-h630-p-nu/
PONDASI+CERUCUK.png

Pengaplikasian Sistem Pondasi Cerucuk pada Jalan di Gunungpati

Selama ini, perbaikan yang dilakukan di Jalan Kolonel Warsito Sugiarto yang terkena
longsor hanya berupa penambalan beberapa bagian aspal yang berlubang serta
peletakkan beberapa karung pasir yang berfungsi sebagai tanggul seadanya. Apabila
kontraktor selanjutnya hanya akan melakukan tindakan perbaikan yang sama, maka
ke depannya akan terulang kerusakan yang sama pula. Oleh karenanya, diperlukan
adanya penanganan yang benar-benar serius berupa pembongkaran total dan
pembangunan kembali konstruksi jalan yang benar sejak awal. Diperlukan adanya
kerelaan dari masyarakat Gunungpati dan sekitarnya yang setiap harinya harus
beraktivitas di daerah Semarang Bawah untuk mencari alternatif jalan lain sementara
Jalan Kolonel Warsito Sugiarto diperbaiki. Jalur yang dapat digunakan yaitu melalui
area Universitas Negeri Semarang, kemudian turun ke daerah Trangkil hingga
Sampangan, lalu Semarang Bawah.
Dapat terbayangkan apabila sistem pondasi cerucuk telah diterapkan di jalan
tersebut. Jalur ambles dan longsor tidak akan menjadi momok yang terus
menghantui masyarakat Gunungpati. Belum lagi terhindarnya para pengendara dari
kemungkinan bahaya terjatuh dan terperosok ke areal persawahan. Serta terciptanya
kenyamanan dan ketenangan karena tidak ada oknum-oknum pengatur lalu lintas
yang meminta uang sumbangan kepada para pengendara. Toh uang tersebut juga
nantinya hanya akan digunakan untuk kepentingan pribadi bukan untuk kepentingan
perbaikan jalan. Selain itu akan semakin banyak wisatawan yang berkunjung ke objek
wisata Goa Kreo, Waduk Jatibarang, Desa Wisata Kandri, dan Desa Wisata
Nongkosawit karena akses utama menuju tempat-tempat tersebut telah diperbaiki.

Meskipun tidak terlalu sering beraktivitas di area Semarang Bawah; namun sebagai
salah satu warga Desa Wisata Kandri yang notabene sangat berdekatan dengan area
kerusakan, saya merasa prihatin terhadap Jalan Kolonel Warsito Sugiarto yang telah
terbengkalai dalam kondisi memprihatinkan sejak akhir tahun 2015 lalu. Semoga
tulisan ini dapat menjadi masukan bagi beberapa pihak agar pembangunan jalan di
atas tanah labil tersebut dapat segera terlaksana.

Anda mungkin juga menyukai