Anda di halaman 1dari 24

P ISSN : 2477 - 0469 Dinar : Jurnal Prodi Ekonomi Syari’ah 20

E ISSN : 2581 - 2785 Peran Historis Perbankan Dalam Perekonomian Indonesia

PERAN HISTORIS PERBANKAN DALAM PEREKONOMIAN


INDONESIA

Aqidatul Izza

Pengamat Perbankan UINSA

ABSTRACT

Dari waktu ke waktu kondisi dunia perbankan di Indonesia telah mengalami banyak
perubahan. Dikarenakan berkembangan aktivitas perekonomian masyarakat menyebabkan
semakin dibutuhkannya sebuah institusi yang berfungsi untuk mengelola keuangan. Peran
Perbankan Nasional dalam membangun Ekonomi merupakan salah satu sektor yang penting dan
berperan aktif dalam pembangunan nasional. Pada masa kemerdekaan perbankan yang ada di
Indonesia semakin berkembangan maju. Dengan didirikannya lembaga perbankan diantaranya,
NV. Nederlandsch Indische Spaar En Deposito Bank, Bank Negara Indonesia, dan lain
sebagainya. Perbankan memberikan kontribusi penting terhadap perekonomian di Indonesia.
Sebagaimana dengan fungsi perbankan adalah sebagai penghimpun, penyalur dan pelayan jasa
dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran uang di masyarakat, dan tujuan perbankan guna
menunjang peningkatan pembangunan nasional untuk meningkatkan pemerataan, pertumbuhan
ekonomi dan stabilitas nasional ke arah peningkatan kesejahteraan masyarakat. Namun disisi
lain kredit perbankan tidak selalu memberikan kontribusi yang positif terhadap perekonomian
suatu negara. Berdasarkan peran yang diberikan perbankan, terbagi menjadi 3 macam
diantaranya adalah Bank Sentral, Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat.
Perkembangan perbankan diketahui melalui pertumbuhan aset yang dimilikinya. Selama
tahun 2011 hingga 2016 bulan Maret, aset yang ada pada bank umum maupun bank
Perkreditan Rakyat mengalami kenaikan tiap tahunnya. Apabila diamati secara statistik, jumlah
lembaga keuangan di Indonesia mengalami penurunan dari tahun 2013-2014, jumlah Bank
Umum dan BPR mengalami penurunan rata-rata sebesar 1%. Hal ini diimbangi dengan jumlah
bank kantor cabang yang semakin meningkat. Dalam hal tersebut memberikan arti bahwasanya
walaupun jumlah pemain dalam industri semakin berkurang, namun bank yang ada semakin
besar. Ditandari dengan jumlah kantor cabang yang semakin banyak dan menyebar.
Dana yang dihimpun juga semakin meningkat, dengan rata-rata peningkatan tahunan.
Hal ini juga diimbangi dengan penyaluran dana yang semakin meningkat setiap tahunnya.
Mengidentifikasi bahwa semakin banyak masyarakat yang memanfaatkan jasa lembaga keuangan
untuk menyimpan uangnya, serta menunjukkan bahwa peran lembaga keuangan semakin
meningkat dari tahun ke tahun.
Kata kunci: Peran historis, Perbankan, Perekonomian Indonesia

Volume 1 Nomor 1
September 2017 – Februari 2018
P ISSN : 2477 - 0469 Dinar : Jurnal Prodi Ekonomi Syari’ah 21
E ISSN : 2581 - 2785 Peran Historis Perbankan Dalam Perekonomian Indonesia

Pendahuluan

Perkembangan peran perbankan tidak terlepas dari ketetapan sistem


perbankan yang telah ditetapkan pada Undang-Undang No. 10 Tahun 1998
menjelaskan bahwa Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari
masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam
bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf
hidup rakyat banyak.1 Bank memberikan fungsi sebagai suatu lembaga intermediasi
memberikan pengaruh terhadap perekonomian di suatu negara. Bank memberikan
kontribusi yang nyata kepada dinamika perekonomian. Perbankan diharapkan
mampu mengendalikan sistem kestabilan moneter di suatu negara, yaitu
kontribusinya dalam mengatur perputaran uang yang merupakan fungsi dari
perbankan sendiri. Perbankan memiliki peran untuk menghimpun dan menyalurkan
dana masyarakat. Peranan perbankan ini yang merupakan aktifitas guna menunjang
kelancaran perekonomian negara. sehubungan dengan hal ini, tingkat kepercayaan
yang diberikan oleh masyarakat sangatlah penting. Guna meningkatkan rasa
kepercayaan yang diberikan oleh masyarakat kepada bank adalah dengan memberikan
imbalan jasa yang dapat berupa bunga, bagi hasil, pelayanan, dan lain sebagainya.

Hubungan yang positif antara sektor finansial dengan pertumbuhan ekonomi


hanya dapat diketahui pada negara-negara yang memiliki tingkat pembangunan yang
baik. Namun terdapat beberapa peneliti menemukan bahwasanya bukan
perkembangan sektor finansial yang memperkuat pertumbuhan ekonomi, akan tetapi
pertumbuhan ekonomi yang kuat akan memberikan kontribusi terhadap peningkatan
permintaan akan jasa finansial dan juga mendorong perkembangan sektor finansial
itu sendiri.

Pembahasan

Perbankan merupakan lembaga yang berfungsi sebagai intermediasi yang


menghimpun dana dari pihak yang kelebihan dana dan menyalurkan dana kepada

1
Thomas Suyatno, Kelembagaan PerbankanI, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2001), 1.

Volume 1 Nomor 1
September 2017 – Februari 2018
P ISSN : 2477 - 0469 Dinar : Jurnal Prodi Ekonomi Syari’ah 22
E ISSN : 2581 - 2785 Peran Historis Perbankan Dalam Perekonomian Indonesia

pihak yang membutuhkannya.2 Di dalamnya terdapat ketetapan hukum yang belaku,


hukum perbankan yaitu sebuah hukum yang bekerja untuk mengatur dan menata
segala hal yang mana hal tersebut berhubungan langsung dengan perbankan. Dasar
hukum perbankan sendiri yang pertama, dasar kepercayaan, yakni sebuah dasar yang
menyangga berdirinya sebuah bank dengan membuat hubungan saling percaya antar
bank maupun dengan para nasabahnya. Selain itu, terdapat dasar hukum yaitu dasar
kerahasiaan, yaitu merupakan sebuah dasar penting untuk sebuah bank agar selalu
menjaga kerahasiaanya baik dalam lingkup perusahaan maupun pihak nasabahnya.
Dan dasar hukum selanjutnya adalah kehati-hatian, sebagai dasar yang kuat untuk
selalu bersikap waspada dengan menjaga dana yang telah diamanatkan oleh para
nasabahnya.

Di negara maju, bank menjadi lembaga yang sangat strategis dan memiliki
peran penting dalam perkembangan perekonomian negara.3 Sedangkan di negara
berkembang, pihak masyarakat tidak hanya membutuhkan dalam bentuk
penyimpanan dan penyaluran dan saja, akan tetapi juga terhadap pelayanan jasa yang
ditawarkan oleh pihak bank.

Sejarah Perkembangan Perbankan di Indonesia

Berkembangnya aktivitas perekonomian masyarakat menyebabkan


dibutuhkannya sebuah institusi yang berwenang untuk mengelola keuangan. Menurut
Surat Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 792 tahun 1990,
lembaga keuangan diberi batasan sebagai semua badan yang kegiatannya di bidang
keuangan, melakukan penghimpunan dan penyaluran dana kepada masyarakat,
terutama guna membiayai investasi perusahaan.4 Meskipun demikian, diutamakan
untuk membiayai investasi perusahaan, peraturan tersebut tidak membatasi kegiatan
pembiayaan lembaga keuangan hanya untuk investasi perusahaan. Pada kenyataanya,
kegiatan pembiayaan lembaga keuangan bisa berguna bagi investasi perusahaan,
kegiatan konsumsi, dan kegiatan distribusi barang dan jasa.
2
Binti Nur Aisyah, Pertumbuhan Perbankan Syariah di Indonesia, Jurnal Ahkam, Volume 14
Nomor 1, Juli 2012, 85.
3
Ismail, Perbankan Syariah, (Jakarta: Kencana Prenadamedia Group, 2011), 30.
4
Muhammad Amin Suma, Jaminan Perundan-undangan Tentang Eksistensi Lembaga Keuangan
Syariah di Indonesia, Jurnal Al-Mawarid Edisi X Tahun 2003, 4.

Volume 1 Nomor 1
September 2017 – Februari 2018
P ISSN : 2477 - 0469 Dinar : Jurnal Prodi Ekonomi Syari’ah 23
E ISSN : 2581 - 2785 Peran Historis Perbankan Dalam Perekonomian Indonesia

Di zaman kemerdekaan, perbankan di Indonesia bertambah maju dan


berkembang lagi. Beberapa bank Belanda dinasionalisir oleh pemerintah Indonesia.
Bank-bank yang ada di zaman awal kemerdekaan antara lain :

1. NV. Nederlandsch Indische Spaar En Deposito Bank (saat ini Bank OCBCNISP),
didirikan 4 April 1941 dengan kantor pusat di Bandung.
2. Bank Negara Indonesia, yang didirikan tanggal 5 Juli 1946 yang sekarang dikenal
dengan BNI ’46.
3. Bank Rakyat Indonesia yang didirikan tanggal 22 Februari 1946. Bank ini berasal
dari De Algemenevolks Crediet Bank atau Syomin Ginko.
4. Bank Surakarta Maskapai Adil Makmur (MAI) tahun 1945 di Solo.
5. Bank Indonesia di Palembang tahun 1946.
6. Bank Dagang Nasional Indonesia tahun 1946 di Medan.
7. Indonesian Banking Corporation tahun 1947 di Yogyakarta, kemudian menjadi
Bank Amerta.
8. NV Bank Sulawesi di Manado tahun 1946.
9. Bank Dagang Indonesia NV di Samarinda tahun 1950 kemudian merger dengan
Bank Pasifik.
10. Bank Timur NV di Semarang berganti nama menjadi Bank Gemari. Kemudian
merger dengan Bank Central Asia (BCA) tahun 1949.

Dari waktu ke waktu kondisi dunia perbankan di Indonesia telah mengalami


banyak perubahan. Selain disebabkan oleh perkembangan internal dunia perbankan,
juga tidak terlepas dari pengaruh perkembangan di luar dunia perbankan, seperti
sektor riil dalam perekonomian, politik, hukum, dan sosial. Perkembangan faktor
internal dan external tersebut menyebabkan kondisi perbankan di Indonesia dapat
dikelompokan dalam 4 periode. Masing-masing periode mempunyai ciri khusus yang
tidak dapat disamakan dengan periode lainnya. Deregulasi di sektor riil dan moneter
yang dimulai sejak tahun 1980-an serta terjadinya krisis ekonomi di Indonesia sejak
akhir tahun 1990-an adalah dua peristiwa utama yang telah menyebabkan munculnya
empat periode kondisi perbankan di Indonesia sampai dengan tahun 2000.

Volume 1 Nomor 1
September 2017 – Februari 2018
P ISSN : 2477 - 0469 Dinar : Jurnal Prodi Ekonomi Syari’ah 24
E ISSN : 2581 - 2785 Peran Historis Perbankan Dalam Perekonomian Indonesia

Keempat periode itu adalah :


1. Kondisi perbankan di Indonesia pada masa orde baru (1980 – 1998)
2. Kondisi perbankan di Indonesia pada masa krisis (1997 – 1998)
3. Kondisi perbankan di Indoneisa pasca krisis

Perekonomian Indonesia masih mengalami pasang-surut, pemerintah


melakukan kebijakan deregulasi dan debirokratisasi yang dijalankan secara bertahap
pada sektor keuangan dan perekonomian. Salah satu maksud dari kebijakan
deregulasi dan debirokratisasi adalah upaya untuk membangun suatu sistem
perbankan yang sehat, efisien, dan tangguh. Dampak dari over regulated terhadap
perbankan adalah kondisi stagnan dan hilangnya inisiatif perbankan. Hal tersebut
mendorong BI melakukan deregulasi perbankan untuk memodernisasi perbankan
sesuai dengan tuntutan masyarakat, dunia usaha, dan kehidupan ekonomi pada
periode tersebut.

1. Orde Baru (1980 – 1998)


Pada 1983, tahap awal deregulasi perbankan dimulai dengan penghapusan
pagu kredit, bank bebas menetapkan suku bunga kredit, tabungan, dan deposito,
serta menghentikan pemberian Kredit Likuiditas Bank Indonesia (KLBI) kepada
semua bank kecuali untuk jenis kredit tertentu yang berkaitan dengan pengembangan
koperasi dan ekspor.
Pada tahun 1988, pemerintah bersama BI melangkah lebih lanjut dalam
deregulasi perbankan dengan mengeluarkan Paket Kebijakan Deregulasi Perbankan
1988 (Pakto 88) yang menjadi titik balik dari berbagai kebijakan penertiban
perbankan 1971–1972.
Memasuki tahun 1990-an, BI mengeluarkan Paket Kebijakan Februari 1991
yang berisi ketentuan yang mewajibkan bank berhati-hati dalam pengelolaannya. Pada
1992 dikeluarkan UU Perbankan menggantikan UU No. 14/1967. Sejak saat itu,
terjadi perubahan dalam klasifikasi jenis bank, yaitu bank umum dan BPR.
Berdasarkan Undang-undang No. 7 Tahun 1992 tersebut diatur kembali struktur
perbankan, ruang lingkup kegiatan, syarat pendirian, peningkatan perlindungan dana
masyarakat dengan jalan menerapkan prinsip kehati-hatian dan memenuhi

Volume 1 Nomor 1
September 2017 – Februari 2018
P ISSN : 2477 - 0469 Dinar : Jurnal Prodi Ekonomi Syari’ah 25
E ISSN : 2581 - 2785 Peran Historis Perbankan Dalam Perekonomian Indonesia

persyaratan tingkat kesehatan bank, serta peningkatan profesionalisme para


pelakunya.
Dengan undang-undang tersebut juga ditetapkan penataan badan hukum
bank-bank pemerintah, landasan kegiatan usaha bank berdasarkan prinsip bagi hasil
(syariah), serta sanksi sanksi ancaman pidana terhadap yang melakukan pelanggaran
ketentuan perbankan.
Untuk meningkatkan praktek kehati-hatian bagi perbankan, Bank Indonesia
mengeluarkan Paket Kebijakan tanggal 28 Februari 1991 (Pakfeb 1991) tentang
Penyempurnaan Pengawasan dan Pembinaan Bank, yang memulai penerapan rambu-
rambu kehati-hatian yang mengacu pada standar perbankan internasional yang antara
lain meliputi ketentuan mengenai Kewajiban Penyediaan Modal Minimum,
Pembentukan Penyisihan Aktiva Produktif.
Namun sekarang kondisi perbankan di Indonesia semakin membaik meski
tekanan krisis keuangan global semakin terasa. Hal tersebut terlihat dari berkurangnya
keketatan likuiditas perbankan dan tumbuhnya total kredit perbankan. Deputi
Gubernur Bank Indonesia (BI) Mulyaman D Hadad mengatakan, berdasarkan data
perkembangan terakhir, keketatan likuiditas sudah berkurang.
Pada masa itu muli bermunculan bank baru, dan dalam mendirrikan bank
terdapat aturan yang harus ditaati diantarnya aturan pendirian bank :

1. Bank dan lembaga keuangan bukan bank bisa menerbitkan sertifikat deposito dan
tanpa perlu izin.
2. Semua bank dapat meyelenggarakan tabanas dan tabungan lain. Paket 28 Pebruari
1991, berisi tentang : Penyempurnaan paket sebelumnya menuju penyelenggaraan
lembaga keuangan dengan prinsip kehati-hatian, sehingga dapat tetap
mempertahankan kepercayaan masyarakat terhadap lembaga keuangan.
3. UU No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan.
Paket 29 Mei 1993 yang berisi tentang penyempurnaan aturan kesehatan bank
meliputi :
a. CAR (Capital Adequacy Ratio)
b. Batas Maksimum Pemberian Kredit
c. Kredit Usaha Kecil

Volume 1 Nomor 1
September 2017 – Februari 2018
P ISSN : 2477 - 0469 Dinar : Jurnal Prodi Ekonomi Syari’ah 26
E ISSN : 2581 - 2785 Peran Historis Perbankan Dalam Perekonomian Indonesia

d. Pembentukan cadangan piutang


e. Loan to Deposit Ratio

Pada periode 1992-1993, perbankan nasional mulai menghadapi


permasalahan yaitu meningkatnya kredit macet yang menimbulkan beban kerugian
pada bank dan berdampak keengganan bank untuk melakukan ekspansi kredit. BI
menetapkan suatu program khusus untuk menangani kredit macet dan membentuk
Forum Kerjasama dari Gubernur BI, Menteri Keuangan, Kehakiman, Jaksa Agung,
Menteri/Ketua Badan Pertahanan Nasional, dan Ketua Badan Penyelesaian Piutang
Negara. Selain kredit macet, yang menjadi penyebab keengganan bank dalam
melakukan ekspansi kredit adalah karena ketatnya ketentuan dalam Pakfeb 1991 yang
membebani perbankan. Hal itu ditakutkan akan mengganggu upaya untuk
mendorong pertumbuhan ekonomi.
Maka, dikeluarkanlah Pakmei 1993 yang melonggarkan ketentuan kehati-
hatian yang sebelumnya ditetapkan dalam Pakfeb 1991. Berikutnya, sejak 1994
perekonomian Indonesia mengalami booming economy dengan sektor properti
sebagai pilihan utama. Keadaan itu menjadi daya tarik bagi investor asing. Pakmei
1993 ternyata memberikan hasil pertumbuhan kredit perbankan dalam waktu yang
sangat singkat dan melewati tingkat yang dapat memberikan tekanan berat pada
upaya pengendalian moneter.
Kredit perbankan dalam jumlah besar mengalir deras ke berbagai sektor
usaha, terutama properti, meski BI telah berusaha membatasi. Keadaan ekonomi
mulai memanas dan inflasi meningkat. Nilai kurs sejak tahun 1990 – 1997. Sejak
tahun 1990 sampai dengan minggu ke dua Juli 1997 nilai tukar rupiah cukup stabil
dan wajar. Pada akhir Desember 1990 kurs antara rupiah dengan dolar Amerika
Serikat (kurs tengah) adalah Rp 1.901,00 dan kurs ini mengalami penyesuaian menjadi
Rp 2.383,00 pada akhir tahun 1996. kestabilan nilai kurs rupiah berlanjut sampai
dengan 11 Juli 1997 dimana nilai kurs rupiah terhadap dolar Amerika Serikat Rp.
2.440,00.
Namun dalam minggu kedua Juli 1977 gonjangan terhadap nilai kurs rupiah
mulai dirasakan, yang bermula dari jatuhnya mata Uang Bath Thailand. Pemerintah
pada tanggal 14 Agustus 1997 melepas bata-batas kurs intervensi. Dengan pelepasan

Volume 1 Nomor 1
September 2017 – Februari 2018
P ISSN : 2477 - 0469 Dinar : Jurnal Prodi Ekonomi Syari’ah 27
E ISSN : 2581 - 2785 Peran Historis Perbankan Dalam Perekonomian Indonesia

batas-batas kurs intervensi, pemerintah meninggalkan sistem tukar upiah yang


mengambang terkendali menjadi sistem nilai tukar mengambang murni sehingga nilai
tukar kurs rupiah ditentukan sepenuhnya oleh kekuatan pasar. Walaupun demikian,
pemerintah dapat mempengaruhi nilai kurs rupiah baik secara langsung maupun
secara tidak langsung, yaitu melalui kebijaksaan fiskal dan moneter.
Dikeluarkannya paket deregulasi 27 Oktober 1988 (Pakto 88), antara lain
berupa relaksasi ketentuan permodalan untuk pendirian bank baru telah
menyebabkan munculnya sejumlah bank umum berskala kecil dan menengah. Pada
akhirnya, jumlah bank umum di Indonesia membengkak dari 111 bank pada Oktober
1988 menjadi 240 bank pada tahun 1994‐1995, sementara jumlah Bank Perkreditan
Rakyat (BPR) meningkat drastis dari 8.041 pada tahun 1988 menjadi 9.310 BPR pada
tahun 1996.

Fungsi utama perbankan pada masa setelah kemerdekaan sampai dengan sebelum
adanya deregulasi tidak banyak mengalami perubahan, yaitu :
a. Memobilisasikan dana dari investor untuk membiaya kebutuhan dana investasi
dan modal kerja perusahaan-perusahaan besar milik pemerintah dan swasta.
b. Memberikan jasa-jasa keuangan kepada perusahaan-perusahaan besar.
c. Mengadministrasikan anggaran pemerintah untuk membiayai kegiatan pemerintah.
d. Menyalurkan dana anggaran untuk membiayai program dan proyek pada sektor-
sektor yang ingin dikembangkan oleh pemerintah.

Keadaan perbankan masa belum adanya perangkat peraturan dan perundang-


undangan yang secara khusus mengatur dunia perbankan, adalah :
a. Tidak adanya peraturan perundangan yang mengatur secara jelas tentang
perbankan di Indonesia. Sampai akhir tahun 1960-an hanya ada UU No. 13 tahun
1968 yang isinya tidak mengatur secara jelas tentang perbankan di Indonesia,
lebih cenderung mempertegas kuatnya campur tangan pemerintah di
dunia perbankan, yaitu tentang kedudukan bank sentral dan dewan moneter.
b. Kredit Likuiditas Bank Indonesia (KLBI) pada bank-bank tertentu KLBI
diberikan bukan dalam pengertian yang baku, yaitu untuk mengatasi kesulitan
likuiditas, melainkan diberikan justru untuk tujuan ekspansif.

Volume 1 Nomor 1
September 2017 – Februari 2018
P ISSN : 2477 - 0469 Dinar : Jurnal Prodi Ekonomi Syari’ah 28
E ISSN : 2581 - 2785 Peran Historis Perbankan Dalam Perekonomian Indonesia

c. Bank banyak menanggung program pemerintah bank harus menjalankan kegiatan


perbankan yang erat kaitannya dengan program atau proyek pemerintah.
d. Instrumen pasar uang yang terbatas. Instrumen yang terdapat pada pasar uang,
yaitu berupa Surat Berharga Pasar Uang(SBPU) dan belum mengenal adanya
Serifikat Bank Indonesia (SBI).
e. Jumlah bank swasta yang relatif sedikit, yaitu :
1. BRI (1951) semula bernama Algemene Volkcrediet Bank
2. Bank Ekpor Impor (1968) sebagai nasionalisasi dari berbagai kegiatan
Nederlandsh Handel Maatschappij di bidang lalu lintas pembayaran
internasional.
3. Bank Bumi Daya (1968) sebagai nasionalisasi dari sebagian kegiatan
Nederlandshe Handel Maatschappij di bidang perkebunan-perkebunan besar.
4. Bank dagang Negara (1960) sebagai nasionalisasi dari kegiatan Escomptobank
NV.
5. Bank Tabungan Negara (1963) sebagai nasionalisasi dari Bank Tabungan Pos
pada jaman Hindia Belanda.
6. BNI (1946) didirikan pada awalnya sebagai bank sentral selama masa
perjuangan melawan agresi militer Belanda tahun 1946-1949.
7. Bank Pembangunan Indonesia (1960) didirikan pada awalnya untuk
mendorong pembangunan industri manufaktur, pertambangan, dan
perkebunan.

Perekonomian Indonesia masih mengalami pasang-surut, pemerintah


melakukan kebijakan deregulasi dan debirokratisasi yang dijalankan secara bertahap
pada sektor keuangan dan perekonomian. Bank Indonesia tetap berdasarkan
Undang- Undang (UU) No. 13/1968 tentang bank sentral dan beberapa pasal dalam
UU No. 14/1967 tentang perbankan. Namun demikian, dalam pelaksanaannya terjadi
perubahan fundamental karena segala kebijakan yang dilaksanakan Bank Indonesia
(BI) dilakukan berdasarkan kebijakan deregulasi dan debirokratisasi yang dijalankan
pemerintah. Salah satu maksud dari kebijakan deregulasi dan debirokratisasi adalah
upaya untuk membangun suatu sistem perbankan yang sehat, efisien, dan tangguh.

Volume 1 Nomor 1
September 2017 – Februari 2018
P ISSN : 2477 - 0469 Dinar : Jurnal Prodi Ekonomi Syari’ah 29
E ISSN : 2581 - 2785 Peran Historis Perbankan Dalam Perekonomian Indonesia

Kondisi perekonomian pada akhir periode 1982/1983 kurang


menguntungkan, baik karena faktor eksternal maupun internal. Kemampuan
pemerintah untuk menopang dana pembangunan semakin berkurang, untuk itu
dilakukan perubahan strategi untuk mendorong peranan swasta agar lebih besar.
Dampak dari over-regulated terhadap perbankan adalah kondisi stagnan dan
hilangnya inisiatif perbankan. Hal tersebut mendorong BI melakukan deregulasi
perbankan untuk memodernisasi perbankan sesuai dengan tuntutan masyarakat,
dunia usaha, dan kehidupan ekonomi pada periode tersebut.
Pada 1983, tahap awal deregulasi perbankan dimulai dengan penghapusan
pagu kredit, bank bebas menetapkan suku bunga kredit, tabungan, dan deposito,
serta menghentikan pemberian Kredit Likuiditas Bank Indonesia (KLBI) kepada
semua bank kecuali untuk jenis kredit tertentu yang berkaitan dengan pengembangan
koperasi dan ekspor. Tahap awal deregulasi tersebut berhasil menumbuhkan iklim
persaingan antar bank
Banyak bank, terutama bank swasta, mulai bangkit untuk mengambil inisiatif
dalam menentukan arah perkembangan usahanya. Seiring dengan itu, BI memperkuat
sistem pengawasan bank yang di antaranya melalui penyusunan dan pemeliharaan
blacklist yang diberi nama resmi Daftar Orang-Orang yang Melakukan Perbuatan
Tercela (DOT) di bidang perbankan. Mereka yang masuk dalam daftar ini tidak boleh
lagi berkecimpung dalam dunia perbankan.

2. Masa Krisis (1997 – 1998)


Krisis perbankan yang demikian parah pada kurun waktu 1997 –
1998memaksa pemerintah dan Bank Indonesia untuk melakukan pembenahan di
sektor perbankan dalam rangka melakukan stabilisasi sistem keuangan dan mencegah
terulangnya krisis.
Pertumbuhan pesat yang terjadi pada periode 1988 – 1996 berbalik arah
ketika memasuki periode 1997 – 1998 karena terbentur pada krisis keuangan dan
perbankan. Bank Indonesia, Pemerintah, dan juga lembaga‐lembaga internasional
berupaya keras menanggulangi krisis tersebut, antara lain dengan melaksanakan
rekapitalisasi perbankan yang menelan dana lebih dari Rp 400 triliun terhadap 27
bank dan melakukan pengambilalihan kepemilikan terhadap 7 bank lainnya. Secara

Volume 1 Nomor 1
September 2017 – Februari 2018
P ISSN : 2477 - 0469 Dinar : Jurnal Prodi Ekonomi Syari’ah 30
E ISSN : 2581 - 2785 Peran Historis Perbankan Dalam Perekonomian Indonesia

spesifik langkah‐langkah yang dilakukan untuk menanggulangi krisis keuangan dan


perbankan tersebut adalah :
a. Penyediaan likuiditas kepada perbankan yang dikenal dengan Bantuan Likuiditas
Bank Indonesia (BLBI)
b. Mengidentifikasi dan merekapitalisasi bank‐bank yang masih memiliki potensi
untuk melanjutkan kegiata usahanya dan bank‐bank yang memiliki dampak yang
signifikan terhadap kebijakannya
c. Menutup bank‐bank yang bermasalah dan melakukan konsolidasi perbankan
dengan melakukan marger
d. Mendirikan lembaga khusus untuk menangani masalah yang ada di industri
perbankan seperti Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN)
e. Memperkuat kewenangan Bank Indonesia dalam pengawasan perbankan melalui
penetapan Undang‐Undang No. 23/1999 tentang Bank Indonesia yang menjamin
independensi Bank Indonesia dalam penetapan kebijakan.
Meskipun istilah yang digunakan “deregulasi”, namun tidak berarti bahwa
perubahan yang dilakukan sepenuhnya berupa pengurangan pembatasan atau
pengaturan di dunia perbankan. Deregulasi lebih tepat diartikan sebagai perubahan-
perubahan yang dimotori oleh otoritas moneter untuk meningkatkan dunia
perbankan dan pada akhirnya juga diharapkan akan meningkatkan kinerja sektor riil.

3. Pasca Krisis
Perjalanan perekonomian Indonesia di tahun 2008 penuh dengan tantangan
dan kendala yang harus dihadapi, sehingga memaksa para pelaku usaha dan
pengusaha dari berbagai sektor merevisi target pendapatan, pertumbuhan dan
rencana bisnis investasinya. Pasalnya siapa yang menduga, krisis keuangan global
terjadi di tahun ini dan akibatnya dampak tersebut mulai dirasakan negara
berkembang, khususnya Indonesia. Meskipun dampak dirasakan belum separah yang
dialami negara maju, dimana sumber tsunaminya berasal.
Namun ada khwatiran dari pelaku ekonomi dan pengusaha dalam negeri.
Pasalnya banyak ramalan dan analisis dari pengamat ekonomi memperkirakan
dampak dari resesi ekonomi dunia akan terasa pada tahun depan, sehingga memaksa

Volume 1 Nomor 1
September 2017 – Februari 2018
P ISSN : 2477 - 0469 Dinar : Jurnal Prodi Ekonomi Syari’ah 31
E ISSN : 2581 - 2785 Peran Historis Perbankan Dalam Perekonomian Indonesia

pemerintah harus bekerja keras memutar otak mengantisipasi dampak lebih buruk
ditahun mendatang.
Perjalanan perekonomian Indonesia di tahun 2008 penuh dengan tantangan dan
kendala yang harus dihadapi, sehingga memaksa para pelaku usaha dan pengusaha
dari berbagai sektor merevisi target pendapatan, pertumbuhan dan rencana bisnis
investasinya. Pasalnya siapa yang menduga, krisis keuangan global terjadi di tahun ini
dan akibatnya dampak tersebut mulai dirasakan negara berkembang, khususnya
Indonesia.

Kontribusi Peranan Perbankan dalam Perekonomian Indonesia


Perbankan merupakan suatu lembaga yang berperan untuk pembangunan
nasional. Menurut Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998, Bank adalah badan
usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan
menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk
lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Banyak faktor yang
berperan penting dalam upaya meningkatkan perekonomian di Indonesia, salah
satunya adalah lembaga keuangan. Lembaga keuangan berbentuk perbankan mampu
mendorong peningkatan surplus modal yang diberikan dari pihak ketiga untuk
diinvestasikan ke berbagai pihak yang membutuhkan modal atau dana tersebut.
Dengan peningkatan perbankan yang semakin positif maka semakin positif pula dana
pembiayaan yang dapat dialokasikan ke sektor-sektor baik berupa sektor produksi
maupun lainnya. Dengan demikian dapat memberikan kontribusi yang positif
terhadap perekonomian di Indonesia.

Pertumbuhan lembaga keuangan memberikan hal yang positif terhadap


perekonomian di suatu negara. sektor keuangan dapat menjadi sumber utama dalam
pertumbuhan ekonomi di sektor riil. Dengan semakin banyaknya kontribusi yang
diberikan dengan memberikan sumber dana maka dapat mengurangi tingkat
kemiskinan dan pengangguran. Peran perbankan nasional dalam menunjang
perkembangan perekonomian dapat diwujudkan melalui fungsinya sebagai lembaga
intermediasi atau instansi perantara antara kreditur dan debitur.

Volume 1 Nomor 1
September 2017 – Februari 2018
P ISSN : 2477 - 0469 Dinar : Jurnal Prodi Ekonomi Syari’ah 32
E ISSN : 2581 - 2785 Peran Historis Perbankan Dalam Perekonomian Indonesia

Dengan demikian, pelaku ekonomi (individu-individu atau lemabag-lembaga


yang terlibat proses kegiatan ekonomi baik produksi, distribusi, maupun konsumsi,
yang berperan dalam pelaku ekonomi adalah rumah tangga, masyarakat,
perusahaan/sektor usaha dan pemerintah)yang membutuhkan dana guna menunjang
kegiatannya agar dapat terpenuhi dengan optinal dan juga menjadikan roda
perekonomian dapat berputar dengan baik. Pemberian kredit oleh bank kepada
masyarakat merupakan hal yang penting guna peningkatan kegiatan usahanya.
Semakin besar pemberian kredit yang diberikan kepada masyarakat maka semakin
besar pula produksi yang dikembangkannya. Sehingga, meningkatkan pendapatan
yang diperolehnya dari usahanya. Sebagai lembaga intermediasi keuangan
internasional yang menggambarkan rasio perbandingan jumlh kredit yng diberikan
pada pihak ketiga (LDR/ Loan to Deposit Ratio).

Dengan peranan sebagai lembaga intermediasi memberikan pengaruh


terhadap perekonomian di suatu negara. Apabila terjadinya penurunan kredit yang
diberikan maka akan memberikan dampak pada penurunan perekonomian yang ada
di suatu negara tersebut. Sebagaimana dengan fungsi perbankan adalah sebagai
penghimpun, penyalur dan pelayan jasa dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran
uang di masyarakat, dan tujuan perbankan guna menunjang peningkatan
pembangunan nasional untuk meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi dan
stabilitas nasional ke arah peningkatan kesejahteraan masyarakat. Namun disisi lain
kredit perbankan tidak selalu memberikan kontribusi yang positif terhadap
perekonomian suatu negara. Apabila kualitas fundamental yang diberikan seperti
halnya kapital fisik (gross capital formation) atau kualitas dari infrastruktur telah
mencapai tingkatan tertentu yang cukup untuk mendorong produktivitas dan
kometivitas di sektor rill maka kredit dalam hal tersebut dapat memberikan pengaruh
yang positif terhadap perekonomian.

Hubungan yang positif antara sektor finansial dengan pertumbuhan ekonomi


hanya dapat diketahui pada negara-negara yang memiliki tingkat pembangunan yang
baik. Namun terdapat beberapa peneliti menemukan bahwasanya bukan
perkembangan sektor finansial yang memperkuat pertumbuhan ekonomi, akan tetapi
pertumbuhan ekonomi yang kuat akan memberikan kontribusi terhadap peningkatan

Volume 1 Nomor 1
September 2017 – Februari 2018
P ISSN : 2477 - 0469 Dinar : Jurnal Prodi Ekonomi Syari’ah 33
E ISSN : 2581 - 2785 Peran Historis Perbankan Dalam Perekonomian Indonesia

permintaan akan jasa finansial dan juga mendorong perkembangan sektor finansial
itu sendiri. Kredit perbankan juga memberikan pengaruh yang negatif terhadap
pertumbuhan perekonomian. Apabila pemberian kredit yang diberikan melampaui
batas, maka peningkatan kredit akan memberikan pengaruh terhadap penurunan
pertumbuhan ekonomi karena terdapat productivity shift effects dari sektor riil ke sektor
finansial. Dengan demikian, kredit perbankan dapat memberikan pengaruh yang
positif dan juga negatif.

Oleh karena itu, keberadaan aset bank dalam bentuk kepercayaan masyarakat
sangat penting dijaga untuk meningkatkan efisiensi penggunaan bank dan efisiensi
intermediasi serta untuk mencegah terjadinya bank runs and panics. Kepercayaan dari
masyarakat juga memiliki peranan yang penting bagi perbankan karena bank tidak
memiliki uang tunai yang cukup untuk membayar kewajiban kepada seluruh
nasabahnya sekaligus, industri di perbankan telah mengalami masalah-masalah yang
apabila diamati akar penyebabnya (root causes) adalah lemah dan tidak ditetapkannya
tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance). Hal ini menyebabkan
industri perbankan tidak dapat secara berhati-hati (prudent) menyerap pertumbuhan
risiko kredit dan harga domestik yang cepat berubah. Sementara itu, tidak
transparannya praktik dan pengelolaan (practices and governance) suatu bank
mengakibatkan badan pengawas sulit mendeteksi praktik kecurangan yang dilakukan
oleh pengurus dan penjabat bank. Tantangan lain yang dihadapi bank adalah
berpalingnya nasabah tradisional bank kepada sumber pembiayaan lain.

Berbagai peranan perbankan yang diberikan baik dalam negeri maupun luar
negeri, peranan perbankan dalam negeri melalui beberapa kegiatan yang dilakukannya
seperti penyimpanan uang, perkreditan dan sebagainya dapat menunjang dalam
pemenuhan kebutuhan-kebutuhan perkonomian, sedangkan peranan luar negeri
dapat dilakukan melalui beberapa kegiatan yang meliputi hal-hal yang berkaitan
dengan lalu lintas devisa, hubungan perdagangan, hubungan moneter antar negara,
dan sebagainya.

Volume 1 Nomor 1
September 2017 – Februari 2018
P ISSN : 2477 - 0469 Dinar : Jurnal Prodi Ekonomi Syari’ah 34
E ISSN : 2581 - 2785 Peran Historis Perbankan Dalam Perekonomian Indonesia

Di indonesia terdapat beberapa jenis perbankan, meliputi bank umum, bank


sentral, dan bank perkreditan rakyat. Kontribusi peran yang diberikan terhadap
negara pun berbeda.

Bank Sentral/Bank Indonesia, merupakan bank yang mengatur berbagai


kegiatan yang berkaitan dengan dunia perbankan dan dunia keuangan di suatu negara.
Di masing-masing negara memiliki satu Bank Sentral. Di Indonesia, Bank Sentral
yaitu Bank Indonesia yang merupakan salah satu institusi penting dalam pengambilan
kebijakan moneter di setiap negara, termasuk di Indonesia.5Mengenai bank
sentral/memberikan kontribusi untuk menjaga stabilitas moneter antara lain melalui
instrumen suku bunga dalam operasi pasar terbuka, sebagai peran vital dalam
menciptakan kinerja lembaga keuangan yang sehat khususnya perbankan,
berwewenang untuk mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran,
memonitor kerentanan sektor keuangan dan mendeteksi potensi kejutan (potential
shock) yang berdampak pada stabilitas sistem keuangan, dan mengelola krisis guna
menghindari terjadinya ketidakstabilan sistem keuangan. Bank Indonesia memiliki
fungsi sebagai jaring pengaman sistim keuangan melalui fungsi bank sentral
sebagai lender of the last resort (LoLR). Fungsi LoLR merupakan peran tradisional Bank
Indonesia sebagai bank sentral dalam mengelola krisis guna menghindari terjadinya
ketidakstabilan sistem keuangan. Fungsi sebagai LoLR mencakup penyediaan
likuiditas pada kondisi normal maupun krisis. Fungsi ini hanya diberikan kepada bank
yang menghadapi masalah likuiditas dan berpotensi memicu terjadinya krisis yang
bersifat sistemik. Pada kondisi normal, fungsi LoLR dapat diterapkan pada bank yang
mengalami kesulitan likuiditas temporer namun masih memiliki kemampuan untuk
membayar kembali. Dalam menjalankan fungsinya sebagai LoLR, Bank Indonesia
harus menghindari terjadinya moral hazard. Oleh karena itu, pertimbangan risiko
sistemik dan persyaratan yang ketat harus diterapkan dalam penyediaan likuiditas
tersebut.

Bank Umum, yaitu bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara


konvensional ataupun syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu

5
M. Nur Rianto Al Arif, Lembaga Keuangan Syariah Suatu Kajian Teoretis Praktis, (Bandung:
CV Pustaka Setia, 2012), 83.

Volume 1 Nomor 1
September 2017 – Februari 2018
P ISSN : 2477 - 0469 Dinar : Jurnal Prodi Ekonomi Syari’ah 35
E ISSN : 2581 - 2785 Peran Historis Perbankan Dalam Perekonomian Indonesia

lintas pembayaran. Bank Umum juga merupakan lembaga profit yang tujuan
utamanya mencari keuntungan. Bank umum menawarkan berbagai layanan produk
dan jasa kepada masyarakat. Kontribusi yang diberikan oleh Bank umum yaitu
merupakan lembaga perantara keuangan dari pihak yang kelebihan dana dengan
pihak yang kekurangan dana,menciptakan uang ( money creator ) dengan cara
mengeluarkan uang giro seperti bilyet giro dan cek, dan sebagai pengelola lalu lintas
pembayaran dan pelayanan jasa-jasa perbankan lainnya.

Perbedaan dari Bank Umum dengan Bank Sentral yaitu Bank Sentral dapat
menerbitkan Uang Kartal, sedangkan Bank Umum dapat menerbitkan Uang Giral.

Bank Perkreditan Rakyat, merupakan bank yang melaksanakan kegiatan


usaha secara konvensional ataupun syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan
jasa dalam lalu lintas pembayaran. Atau sebagai bank penunjang yang memiliki
keterbatasan wilayah operasional dan dana yang dimiliki dengan layanan yang terbatas
pula. Sedangkan kontribusi yang diberikan oleh Bank Perkreditan Rakyat yaitu
menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan baik deposito, dan
sebagainya, memberikan kredit, menyediakan pembiayaan bagi nasabah berdasarkan
prinsip bagi hasil sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan dalam Peraturan
Pemerintah, dan lain sebagainya.

Pada Bank Perkreditan Rakyat, mengenai sistem yang digunakannya yaitu


hampir sama dengan sistem yang dipergunakan oleh koperasi yaitu dengan cara bagi
hasil pada setiap bulannya kepada para anggotanya. Perbedaan dari Bank Perkreditan
rakyat dengan Bank Umum yaitu dapat menerbitkan Uang Giral, akan tetapi Bank
Perkreditan Rakyat tidak dapat menerbitkan Uang Giral baik dalam bentuk rekening
maupun Giro.

Peningkatan kualitas perbankan dapat melalui peningkatan dari segi


pelayanan, produk, dan lain sebagainya. Dengan peningkatan kualitas dari berbagai
segi tersebut otomatis memberikan pengaruh yang positif terhadap peningkatan
jumlah nasabah. Semakin banyaknya masyarakat yang menabung, semakin tinggi pula
aset yang dimilikinya. Sehingga, dana yang tersalurkan pun semakin banyak.

Volume 1 Nomor 1
September 2017 – Februari 2018
P ISSN : 2477 - 0469 Dinar : Jurnal Prodi Ekonomi Syari’ah 36
E ISSN : 2581 - 2785 Peran Historis Perbankan Dalam Perekonomian Indonesia

Sumber Dana Bank

Bank merupakan lembaga keuangan yang memiliki peran utama dalam


pembangunan ekonomi pada suatu negara. Bank baru dapat melakukan usaha
operasionalnya jika dananya telah ada, semakin banyaknya dana yang dimiliki suatu
bank tersebut, sehingga semakin besar pula peluangnya dalam mencapai tujuannya.
Oleh karena itu, setiap bank selalu berusaha untuk memperoleh dana yang optimal
tetapi dengan cost of money yang wajar.

Dana bank (leonable found) adalah sejumlah uang yang dimiliki dan dikuasai
suatu bank dalam kegiatan operasionalnya. Sesuai dengan fungsi bank sebagai
lembaga keuangan, maka sumber-sumber dana tidak terlepas dari bidang keuangan.
Dana bank itu terdiri dari dana sendiri dan dana asing. Dana sendiri (Intren), yaitu
dana yang bersumber dari dalam bank,seperti setoran modal/penjualan saham,
penumpukkan cadangan, laba yang ditahan, dan lain sebagainya. Sifat dari dana ini
adalah tetap. Keuntungan menggunakan modal sendiri untuk membiayai suatu usaha
adalah tidak adanya bebanbiaya bunga, akan tetapi hanya membayar dividen.
Sedangkan dana asing (Ekstern) merupakan dana yang bersumber dari pihak ketiga,
yaitu berupa giro, deposito, call money, dan lain sebagainya. Sifat dari dana ini adalah
sementara dan atau harus dikembalikan.

Peranan Perbankan dalam Peningkatan Perekonomian

Perbankan atau sektor keuangan mempunyai peranan penting bagi


perekonomian suatu negara. Sektor perbankan memiliki berbagai peranan penting
dalam proses recovery perekonomian atau pemulihan ekonomi secara keseluruhan yang
dimana keadaan ekonomi dalam pola konjungtur yang ditandai meningkatnya kembali
produksi dan konsumsi, pertambahan tingkat kesempatan kerja, jumlah uang beredar,
dan juga peningkatan permintaan akan kredit.

Volume 1 Nomor 1
September 2017 – Februari 2018
P ISSN : 2477 - 0469 Dinar : Jurnal Prodi Ekonomi Syari’ah 37
E ISSN : 2581 - 2785 Peran Historis Perbankan Dalam Perekonomian Indonesia

Berbagai peranan penting dari perbankan dalam perekonomian adalah sebagai


berikut:

1. Pengalihan aset (asset tansmutation)


Suatu perbankan bank akan memberikan pinjaman kepada pihak yang
membutuhkan dana dalam jangka waktu yang telah disepakati. Sumber dana
yang didapatkan dari pihak pemilik dana, yaitu unit surplus yang dimana
jangka waktunya ditetapkan berdasarkan keinginan dari pemilik dana. Dalam
hal ini, perbankan berperan sebagai pengalih aset dari lenders kepada
borrowers.
2. Transaksi (Transaction)
Berbagai kemudahan yang diberikan bank dengan mengeluarkan berbagai
produk-produk berupa giro, tabungan, deposito, saham, dan sebagainya
yang berfungsi sebagai pengganti yang dapat digunakan sebagai alat
pembayaran.
3. Likuiditas (liquidity)
Dana yang dapat digunakan dalam bentuk produk-produk berupa giro,
tabungan, deposito dan sebagainya yang dimana mempunyai tingkat
likuiditas yang berbeda-beda. Pihak pemilik dana menempatkan dananya
disesuaikan dengan kebutuhan dan kepentingannya.
4. Efisiensi (efficiency)
Perbankan dapat menurunkan biaya transaksi dengan jangkauan
pelayanannya. Perbankan memiliki peranan mempertemukan antara pihak
pemilik modal dengan pihak pengguna modal. Dengan demikian, perbankan
berfungsi mempertemukan pihak-pihak yang saling membutuhkan.
Dengan demikian, akan terasa semakin sulit apabila dilihat dari perkembangan
perbankan yang tetap berada dalam keadaan yang sulit. Usaha untuk mengatasi
dampak krisis, yang dapat dilakukan dengan segera adalah upaya meretruksisasi
perbankan apabila upaya rektruksasi perbankan masih lamban maka akan
memberikan dampak tertundanya pemulihan kegiatan ekonomi di Indonesia.
Diharapkannya peningkatan tingkat kepercayaan masyarakat dalam dan luar negeri
terhadap sistem keuangan dan perekonomian kita, mengupayakan agar perbankan

Volume 1 Nomor 1
September 2017 – Februari 2018
P ISSN : 2477 - 0469 Dinar : Jurnal Prodi Ekonomi Syari’ah 38
E ISSN : 2581 - 2785 Peran Historis Perbankan Dalam Perekonomian Indonesia

menjadi lembaga solvable sehingga dapat berfungsi kembali sebagai lembaga


perantara yang mendorong pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan efektifitas
pelaksanaan kebijakan moneter.

Di bidang perbankan, ditempuh kebijakan yang akan memperbaiki


kelemahan-kelemahan sistem perbankan berupa retruksisasi perbankan yang
bertujuan untuk mencapai 2 hal yaitu mengatasi dampak krisis, dan menghindari
terjadinya krisis di masa yang akan datang. Berbagai upaya atau kebijakan guna
memberdayakan perbankan dapat digolongkan kedalam beberapa aspek, diantaranya :

Pertama, rekapitalisasi bank-bank. Berbagai kebijakan yang dapat diterapkan


untuk rekapitalisasi bank yaitu rekapitalisasi bank-bank yang viable untuk dapat
menjadi sehat dan mencapai rasio kecukupan modal, pembersihan bank-bank dari
pemilik dan pengurus yang tidak memenuhi persyaratan sebagai pemilik dan
pengurus yang baik (non-fit and proper), penutupan bank-bank yang diperkirakan tidak
akan mampu bertahan, penyelesaian aset-aset bank-bank yang ditutup, penyelesaian
bagi kredit macet perbankan dengan mengalihkan ke Aset managementUnit dan
menghapusbukukan dari bank-bank yang direkapitalisasi.

Kedua, restrukturisasi kredit. Dalam aspek ini sangat menentukan dalam


keberhasilan program rekapitalisasi perbankan dan program penyehatan ekonomi
secara keseluruhan. Berdasarkan ketentuan pada bulan November tahun 1998,
kegiatan ini berlaku bagi bank-bank yang ikut dalam program rekapitalisasi, baik
bank-bank pemerintah, BPD, dan bank-bank swasta nasional. Diberlakukannya
sistem restrukturisasi kredit ini dapat memperbaiki pembukuan bank dan dapat
menggairahkan para debitnya untuk kembali berproduksi (sektor riil).

Ketiga, perkembangan infrastruktur perbankan, untuk meningkatkan daya


tahan bank-bank dalam menghadapi berbagai gejolak. Salah satu sarana yang telah
didirikan adalah perkembangan dari bank syari’ah, keadaan krisis ekonomi yang
didasarkan dengan prinsip risk sharing atau berbagi resikodan profit and loss sharing atau
bagi hasil yang merupakan suatu prinsip ketika mengalami keadaan sulit karena krisis
ekonomi maka kesulitan tersebut akan ditanggung bersama antara pihak pemilik dana

Volume 1 Nomor 1
September 2017 – Februari 2018
P ISSN : 2477 - 0469 Dinar : Jurnal Prodi Ekonomi Syari’ah 39
E ISSN : 2581 - 2785 Peran Historis Perbankan Dalam Perekonomian Indonesia

dengan pihak pengelola dana. Dengan diberlakukannya hal demikian akan


meringankan kesulitan-kesulitan yang terjadi dan dapat membangkitkan kembali
keadaan ekonomi dengan cepat.

Keempat,menyempurnakan pelaksanaan fungsi pengawasan bank. Tujuan


inti dari adanya pengawasan bank adalah guna melindungi akan kepentingan
masyarakat menyimpan (deposan dan kreditur) yang mempercayakan dananya pada
bank. Tujuan tersebut bisa dilaksanakan apabila bank telah melakukan usahanya
berdasarkan asas usaha bank yang sehat dan dapat dipertanggungjawabkan. Tanpa
adanya kondisi tersebut, bank tidak akan memperoleh tingkat kepercayaan dari
masyarakat dikarenakan eksistensi bank sudah tidak ada lagi. Apabila kuantitas bank
yang seperti itu semakin banyak dan berkembang maka sistem perbankan akan mulai
terganggu, sehingga dapat menghilangkan peran bank yang sentral dan strategis
dalam perekonomian. Bila kondisi semakin buruk, maka secara garis besar negara
akan kehilangan kemampuan untuk membangun perekonomiannya, bahkan negara
pun akan mengalami kerugian yang besar. Tidak hanya negara, bahkan dalam lingkup
mikro pun terkena dampaknya seperti pemilik, pengurus, karyawan, dan pihak-pihak
yang terkait yang memerlukan jasa bank pun akan ikut rugi.

Dengan berbagai aspek tersebut, maka perbankan akan memiliki ketahanan


yang tinggi dan secara tidak langsung akan mengatasi kerusakan ekonomi yang ada.
Baik dikarenakan dampak dari krisis maupun yang lainnya.

Berdasarkan data Bank Indonesia dalam Statistik Perbankan Indonesia dari


tahun 2011 hingga 2016, jumlah bank di Indonesia adalah sebagai berikut: Bank
Umum pada tahun 2011 sejumlah 120 bank, yang kemudian mengalami penurunan
pada tahun 2014 ke 2015. BPR tersebar di 33 provinsi di Indonesia mengalami
fluktuasi dari tahun ke tahun, seperti halnya pada saat 2011 sejumlah 1.669 namun
pada tahun 2012 mengalami penurunan menjadi 1.653. pertumbuhan aset baik
ditinjau dari aset Bank Umum maupun BPR keduanya mengalami fluktuasi.
Pertumbuhan aset tersebut juga diikuti dengan kenaikan jumlah penyaluran
dana yang dilakukan oleh bank dari tahun ke tahun. Pada tahun 2011, total dana yang
disalurkan oleh bank Bank Umum sebesar 3.412.463 pada tahun 2012 sejumlah

Volume 1 Nomor 1
September 2017 – Februari 2018
P ISSN : 2477 - 0469 Dinar : Jurnal Prodi Ekonomi Syari’ah 40
E ISSN : 2581 - 2785 Peran Historis Perbankan Dalam Perekonomian Indonesia

4.172.672 tahun 2013 sejumlah 4.823.308 tahun 2014 sejumlah 5.468.910 tahun 2015
sejumlah 5.968.650 dan pada tahun 2016 bulan Maret sejumlah 6.30.583. Dan
penyaluran dana yang ada di BPR pada tahun 2011 sebesar 53.534 tahun 2012
sejumlah 64.753 tahun 2013 sejumlah 74.550 tahun 2014 sejumlah 86.931 tahun 2015
sejumlah 98.289 dan tahun 2016 sejumlah 99.880.
Apabila diamati secara statistik, jumlah lembaga keuangan di Indonesia
mengalami penurunan dari tahun 2013-2014, jumlah Bank Umum dan BPR
mengalami penurunan rata-rata sebesar 1%. Hal ini diimbangi dengan jumlah bank
kantor cabang yang semakin meningkat. Dalam hal tersebut memberikan arti
bahwasanya walaupun jumlah pemain dalam industri semakin berkurang, namun
bank yang ada semakin besar. Ditandari dengan jumlah kantor cabang yang semakin
banyak dan menyebar.
Dana yang dihimpun juga semakin meningkat, dengan rata-rata peningkatan
tahunan. Hal ini juga diimbangi dengan penyaluran dana yang semakin meningkat
setiap tahunnya. Mengidentifikasi bahwa semakin banyak masyarakat yang
memanfaatkan jasa lembaga keuangan untuk menyimpan uangnya, serta
menunjukkan bahwa peran lembaga keuangan semakin meningkat dari tahun ke
tahun.

Aset yang dimiliki bank terdiri dari 2 aset, yaitu aset produktif dan aset non
produktif. Aset produktif yaitu penyediaan dana bank untuk memperoleh
penghasilan dalam bentuk kredit, surat berharga, penempatan dana antar bank,
tagihan akseptasi, tagihan atas surat berharga yang dibeli dengan janji dijual kembali,
tagihan derivatif (tagihan karena potensi keuntungan dari suatu perjanjian/kontrak
transaksi derivatif atau merupakan selisih positif antara nilai kontrak dengan nilai
wajar transaksi derivatif pada tanggal laporan, termasuk potensi keuntungan karena
mark to mark dari transaksi spot yang masih berjalan), penyertaan, transaksi rekening
administrasi serta bentuk penyediaan dana yang dapat dipersamakan dengan itu.
Sedangkan aset non produktif merupakan aset bank yang selain aset produktif yang
memiliki potensi kerugian, antara lain dalam bentuk agunan yang diambil alih,
properti terbengkalai, rekening antar kantor dan suspense account (akun yang tujuan
pencatatannya tidak teridentifikasi atau tidak didukung dengan dokumentasi

Volume 1 Nomor 1
September 2017 – Februari 2018
P ISSN : 2477 - 0469 Dinar : Jurnal Prodi Ekonomi Syari’ah 41
E ISSN : 2581 - 2785 Peran Historis Perbankan Dalam Perekonomian Indonesia

pencatatan yang memadai sehingga tidak dapat direklasifikasi dalam akun yang
sebenarnya). Pertumbuhan aset merupakan salah satu faktor terpenting di dunia
perbankan. Karena itu, meskipun pertumbuhan ekonomi sedang mengalami
penurunan, sebaiknya tetap menjaga agar aset perbakan tidak sampai mengalami
penurunan. Aset perbankan merupakan salah satu parameter guna mengukur tingkat
pertumbuhan perbankan. Semakin besar sumber dana pihak ketiga yang
dihimpunnya, maka akan semakin besar pula volume pembiayaan yang dapat
disalurkannya. Kegiatan utama suatu bank adalah kegiatan penghimpunan dan
pembiayaan. Untuk dapat menyalurkan dananya dengan optimal dan positif, maka
bank diwajibkan memiliki kemampuan dalam menghimpun dana pihak ketiga, karena
hal tersebut merupakan sumber pembiayaan bank.

Kesimpulan
Berkembangnya aktivitas perekonomian masyarakat menyebabkan
dibutuhkannya sebuah institusi yang berwenang untuk mengelola keuangan.
Sebagaimana yang telah ditetapkan pada Surat Keputusan Menteri Keuangan
Republik Indonesia No. 792 tahun 1990.Di zaman kemerdekaan, perbankan di
Indonesia bertambah maju dan berkembang lagi. Beberapa bank Belanda
dinasionalisir oleh pemerintah Indonesia. Bank-bank yang ada di zaman awal
kemerdekaan antara lain :NV. Nederlandsch Indische Spaar En Deposito Bank, Bank
Negara Indonesia, dan lain sebagainya.Dari waktu ke waktu kondisi dunia perbankan
di Indonesia telah mengalami banyak perubahan. Selain disebabkan oleh
perkembangan internal dunia perbankan, juga tidak terlepas dari pengaruh
perkembangan di luar dunia perbankan, seperti sektor riil dalam perekonomian,
politik, hukum, dan sosial.Perkembangan faktor internal dan external tersebut
menyebabkan kondisi perbankan di Indonesia dapat dikelompokan dalam 4 periode.

Mengenai kontribusi peranan yang diberikan perbankan adalah dengan


peningkatan perbankan yang semakin positif maka semakin positif pula dana
pembiayaan yang dapat dialokasikan ke sektor-sektor baik berupa sektor produksi
maupun lainnya. Dengan demikian dapat memberikan kontribusi yang positif
terhadap perekonomian di Indonesia. Dapat dilihat data pertumbuhan perbankan
dari tahun 2011 hingga 2016, jumlah lembaga keuangan di Indonesia mengalami

Volume 1 Nomor 1
September 2017 – Februari 2018
P ISSN : 2477 - 0469 Dinar : Jurnal Prodi Ekonomi Syari’ah 42
E ISSN : 2581 - 2785 Peran Historis Perbankan Dalam Perekonomian Indonesia

penurunan dari tahun 2013-2014, jumlah Bank Umum dan BPR mengalami
penurunan rata-rata sebesar 1%. Hal ini diimbangi dengan jumlah bank kantor
cabang yang semakin meningkat. Dalam hal tersebut memberikan arti bahwasanya
walaupun jumlah pemain dalam industri semakin berkurang, namun bank yang ada
semakin besar. Ditandari dengan jumlah kantor cabang yang semakin banyak dan
menyebar.

Dana yang dihimpun bank semakin meningkat, dengan rata-rata peningkatan


tahunan. Hal ini juga diimbangi dengan penyaluran dana yang semakin meningkat
setiap tahunnya. Mengidentifikasi bahwa semakin banyak masyarakat yang
memanfaatkan jasa lembaga keuangan untuk menyimpan uangnya, serta
menunjukkan bahwa peran lembaga keuangan semakin meningkat dari tahun ke
tahun. Pertumbuhan aset merupakan salah satu faktor terpenting di dunia
perbankan.Untuk dapat menyalurkan dananya dengan optimal dan positif, maka bank
diwajibkan memiliki kemampuan dalam menghimpun dana pihak ketiga, karena hal
tersebut merupakan sumber pembiayaan bank.

Volume 1 Nomor 1
September 2017 – Februari 2018
P ISSN : 2477 - 0469 Dinar : Jurnal Prodi Ekonomi Syari’ah 43
E ISSN : 2581 - 2785 Peran Historis Perbankan Dalam Perekonomian Indonesia

DAFTAR PUSTAKA

Ismail, Perbankan Syariah,Jakarta: Kencana Prenadamedia Group, 2011.


Muhammad Amin Suma, Jaminan Perundan-undangan Tentang Eksistensi
Lembaga Keuangan Syariah di Indonesia, Jurnal Al-Mawarid Edisi X
Tahun 2003.
M. Nur Rianto Al Arif, Lembaga Keuangan Syariah Suatu Kajian Teoretis
Praktis, Bandung: CV Pustaka Setia, 2012.
Thomas Suyatno, Kelembagaan Perbankan, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,

2001.

http://www.bi.go.id/id/perbankan/ssk/peran-bi/peran/Contents/Default.aspx

Statistik Perbankan pada Badan Pusat Statistik pada tahun 2011 sampai 2016

Volume 1 Nomor 1
September 2017 – Februari 2018

Anda mungkin juga menyukai