"Ya, anakku?" jawab Ali kwh. penuh perhatian, menghargai pertanyaan putranya.
Ali tertarik dengan pertanyaan putranya yang tidak biasa. "Tentu saja aku mencintai Allah, anakku."
"Apakah engkau juga mencintai kakek?" tanya Hussein lagi. Maksudnya adalah Rasulullah s.a.w.
"Ya, tentu saja aku juga mencintai kakekmu," jawab Ali sambil menunggu pertanyaan selanjutnya, akan
ke arah mana anaknya membutuhkan jawaban dari ayahnya.
"Tentu saja aku mencintai ibumu, anakku," jawab Ali tersenyum lebar.
"Tentu saja. Aku sangat mencintaimu," kata Ali sambil membelai kepala putranya.
"Ayah," Hussein bertanya hati-hati. Ia menyusun kata-kata yang tepat dalam benaknya.
"Ya?"
"Bagaimana engkau menyatukan begitu banyak cinta di dalam hatimu?"
Ali r.a. tersenyum lebar, kagum dengan pertanyaan putranya yang masih kecil itu.
"Anakku, pertanyaanmu hebat sekali," kata Ali sambil menatap mata dan membelai pipi putranya.
"Cintaku kepada kakekmu, kepada ibumu, dan kepadamu, sesungguhnya adalah karena cintaku kepada
Allah," jawab Ali. "Dialah yang memerintahkan semua cinta itu, dan Dia juga yang menyuburkan semua
cabang-cabang cinta itu. Jadi, semua cinta itu sesungguhnya adalah cabang-cabang dari sebuah pohon
cinta kepada Allah. Begitu, anakku."
Ali meraih putranya untuk memeluknya sesaat, sebelum ia membiarkan putranya pergi bermain kembali.
"Tidaklah Allah menjadikan bagi seseorang dua hati dalam rongganya." (Q. S. 33 : 4)
::