Anda di halaman 1dari 11

SEMINAR ARSITEKTUR

“PERANCANGAN SMALB (TIPE B) DI BENGKULU


DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR PERILAKU”

PROPOSAL TUGAS AKHIR


Diajukan oleh:
REONA ANJELINA
G1E017001

DOSEN PEMBIMBING :
1. PANJI ANOM RAMAWANGSA, S.T., M.Ars.
2. ABDUL HAMID HAKIM, S.T., M.Sc.

Program Studi Arsitektur


Fakultas Teknik Universitas Bengkulu
2020
HALAMAN PENGESAHAN
ABSTRAK

“PERANCANGAN SMALB (TIPE B) DI BENGKULU


DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR PERILAKU”

Oleh
REONA ANJELINA
G1E017001
(Program Studi Arsitektur)

Sekolah Menengah Atas Luar Biasa (SMALB) tipe B adalah sekolah yang
dikhususkan untuk penyandang cacat tunarungu. SMALB ini dibangun di Kota
Bengkulu dengan tujuan untuk memfasilitasi penyandang cacat tunarungu dalam
mendapatkan ilmu pendidikan. Dengan pendekatan arsitektur perilaku,
perancangan SMALB ini diharapkan dapat mewadahi kegiatan pengguna sesuai
dengan kebutuhannya.

Penyandang cacat tunarungu memiliki keterbatasan indera pendengaran, dengan


kondisi tersebut…………………..
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
BAB I

1.1 Latar Belakang


Tunarungu merupakan seseorang yang memiliki keterbatasan atau
hambatan dalam fungsi pendengaran. Kondisi indera pendengaran yang
tidak sama seperti orang normal pada umumnya membuat para penyandang
cacat tunarungu perlu diperlakukan secara khusus. Perlakuan khusus
tersebut salah satunya yaitu dalam segi fasilitas pendidikan yang merupakan
wadah untuk mengembangkan kemampuan diri mereka. Namun, sampai
saat sekarang ini penyediaan fasilitas pendidikan khusus untuk tunarungu
masih sangat jarang terutama di Provinsi Bengkulu.
Penyandang cacat tunarungu terpaksa harus sekolah ditempat yang sama
dengan penyandang cacat lainnya. Hal tersebut menyebabkan kurang
efektifnya proses belajar penyandang tunarungu karena memiliki kendala
yang berbeda. Selain itu, untuk jenjang yang lebih tinggi seperti sekolah
menengah atas yang memfasilitasi khusus tunarungu bahkan belum tersedia
di Bengkulu.
Berdasarkan data Kemendikbud tercatat hanya ada 17 Sekolah Luar
Biasa (SLB) di Provinsi Bengkulu yang tersebar dalam kabupaten dan kota.
Jumlah tersebut merupakan yang paling sedikit di pulau Sumatera dibanding
dengan provinsi lainnya. Disamping itu, fasilitas yang tersedia juga belum
memadai untuk menunjang pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)
baik itu cacat tunarungu maupun cacat lainnya.
Perancangan Sekolah Menengah Atas Luar Biasa (SMALB) tipe B
merupakan upaya untuk memfasilitasi para penyandang tunarungu untuk
mendapatkan pendidikan seperti orang normal lainnya. Perancangan
SMALB tipe B ini menggunakan konsep pendekatan arsitektur perilaku.
Penerapan arsitektur perilaku dalam perancangan ini yaitu untuk
mendapatkan ruang yang sesuai dengan pola perilaku dan kegiatan para
penyandang tunarungu. Serta menciptakan ruang yang nyaman dan aman
untuk mereka mengekspresikan diri tanpa ada rasa rendah diri terhadap
orang normal umumnya.
1.2 Perumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah dipaparkan diatas dapat diketahui bahwa
penyandang cacat tunarungu memerlukan perlakuan berbeda dalam segi
fasilitas pendidikan. Keberadaan SLB sebenarnya sangat bermanfaat untuk
para penyandang tunarungu, akan tetapi dengan kelas yang masih
bergabung dengan cacat lainnya hal ini masih kurang efektif. Terlebih lagi
untuk jenjang SMA bahkan fasilitas ini masih sangat sedikit. Oleh sebab itu,
permasalahan yang ditemukan dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimana rancangan sekolah khusus tunarungu tingkat SMA
(SMALB tipe B) yang sesuai dengan kebutuhan penggunanya di Kota
Bengkulu?
2. Bagaimana rancangan ruang belajar yang dapat mengembangkan
kecerdasan dan kreatifitas para penyandang tunarungu?
3. Bagaimana penerapan arsitektur perilaku dalam membentuk fungsi
ruang yang nyaman serta aman untuk penyandang tunarungu?

1.3 Tujuan dan Sasaran


1.3.1 Tujuan
Berdasarkan dari rumusan masalah diatas, maka tujuan dari
perancangan ini adalah sebagai berikut :
1. Merancang SMALB tipe B di Kota Bengkulu yang sesuai
dengan kebutuhan penyandang tunarungu
2. Merancang ruang belajar yang dapat menunjang pengembangan
kecerdasan dan kreatifitas para penyandang tunarungu
3. Menciptakan ruang yang nyaman serta aman untuk penyandang
tunarungu dengan memperhatikan pola perilaku dan kegiatan
pengguna.

1.3.2 Sasaran
Sasaran yang ingin dicapai dari perancangan ini adalah sebaga
berikut :

1. Memfasilitasi para penyandang tunarungu untuk mendapatkan


hak pendidikan yang setara dengan orang normal pada
umumnya.
2. Mendesain ruang kelas yang aman dan nyaman untuk
tunarungu dengan mempertimbangkan pola perilaku dan
kegiatan siswa.
3. Mendesain SMALB yang menarik agar dapat menumbuhkan
rasa percaya diri para penyandang tunarungu terhadap orang
disekitarnya.

1.4 Lingkup Pembahasan


1.4.1 Lingkup Perancangan
Lingkup perancangan dalam proyek ini adalah tata massa bangunan
dan lansekap SMALB tipe B. sebuah fasilitas yang bertujuan untuk
membantu anak tunarungu agar dapat mengakses pendidikan yang
setara dengan orang normal pada umumnya.

1.4.2 Batasan Lokasi


Lokasi perancangan SMALB tipe B ini yaitu di Kota Bengkulu
yang mudah diakses dari kabupaten-kabupaten lainnya yang ada di
Provinsi Bengkulu.

1.4.3 Batasan Objek


SMALB ini merupakan fasilitas pendidikan formal dengan fungsi
utama yaitu sebagai tempat untuk penyandang tunarungu menuntut
ilmu serta mengembangkan bakat yang dimilikinya.

1.4.4 Batasan Pengguna


Pengguna dari SMALB ini yaitu siswa tunarungu tingkat SMA
yang ada di Provinsi Bengkulu serta staff pengajar ataupun pengelola
bangunan.

1.4.5 Batasan Fungsi


Fungsi dari SMALB ini yaitu sebagai sekolah formal anak
tunarungu serta kegiatan ekstra-kulikuler yang dapat mengembangkan
bakat siswa.

1.4.6 Batasan tema


Perancangan SMALB ini menggunakan tema “Hearing by Seeing”
yang menerapkan konsep arsitektur perilaku.
1.5 Metode Desain
Dalam merancang Sekolah Menengah Atas Luar Biasa (SMALB) di Kota
Bengkulu ini, pengumpulan data dan analisis diperoleh dengan metode
berikut :

1.5.1 Data Primer


1. Survei Lapangan
Pengamatan secara langsung ke lokasi agar mendapat data site
yang sebenarnya serta kendala apa saja yang terdapat di lapangan.
2. Studi Literatur
Mencari referensi literatur bangunan yang sejenis untuk
mendapatkan gambar objektif yang berhubungan dengan proyek
yang akan dibuat.

1.5.2 Data Sekunder

1. Metode Pengamatan

Melakukan pengamatan secara tidak langsung terhadap data site,


lalu mengaitkannya dengan data dari jurnal atau artikel yang
relevan guna mendapatkan hasil rancangan yang maksimal.
2. Studi Pustaka
Mempelajari referensi dan literatur yang berkaitan dengan
perancangan sekolah luar biasa serta mempelajari penerapan
arsitektur perilaku dalam desain sekolah.

1.6 Keaslian Penulisan


Referensi dalam penulisan proposal Tugas Akhir (TA) ini yaitu berupa
jurnal arsitektur dan beberapa judul TA dengan pokok bahasan yang sejenis.
Jurnal dan TA tersebut diantaranya berjudul sebagai berikut :

1. Perancangan Sekolah Luar Biasa (SLB) A/B Swasta di Cilenggang,


Serpong Tangerang Selatan Dengan Pendekatan Arsitektur Perilaku.
Oleh Desy Nungky Pratiwi dan Putri Suryandari yang merupakan
mahasiswa dan staff dosen pengajar di Prodi Arsitektur Universitas
Budi Luhur DKI Jakarta.
2. Sekolah Luar Biasa Bagian B di Manado “Arsitektur Bagi
Penyandang Cacat Tunarungu, Mata Yang Mendengar”. Oleh
Steward Fransisco Bolang, Johannes Van Rate, dan Faizah Mastutie
yang merupakan mahasiswa dan staff dosen Pengajar Prodi
Arsitektur Unsrat.

1.7 Sistematika Penulisan


Struktur penulisan dalam proposal ini yaitu sebagai berikut :

1. Bab 1
Menguraikan latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan sasaran, lingkup
pembahasan, metode desain, keaslian penulisan, serta sistematika penulisan.
2. Bab II
Menguraikan tinjauan umum objek, tinjauan teori-teori, dan tinjauan
preseden.
3. Bab III
Menguraikan kondisi umum lokasi objek, kondisi actual dan data terkait
proyek TA, kriteria lokasi berdasarkan teori, studi preseden,
peraturan/kebijakan pemerintah dan pembangunan.
4. Daftar Pustaka
5. Lampiran

Anda mungkin juga menyukai