Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

Disusun untuk memenuhi tugas akhir mata kuliah


“Desain Pengembangan Kurikulum Pendidikan Bahasa Arab”

Dosen Pembimbing
Prof. Dr. H. Nur Ahid, M. Ag.

Disusun Oleh:
Ainun Najib
(923.005.18.002)

PASCA SARJANA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA ARAB
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KEDIRI
2018

0
ABSTRAK
Sebuah kurikulum dinyatakan baik dan berhasil apabila kurikulum itu di
desain dengan baik. Desain yang baik itu desain yang mempunyai validitas dan
reliabel yang tinggi. Pada pembahasan ini bahwa kurikulum harus mempunyai
desain kurikulum yang berorientasi pada masyarakat, dimana kurikulum mampu
membawa peserta didik mempunyai bekal yang dapat dipakai di masyarakat.
Karena desain adalah sebuah rancangan, pola atau model. Mendesain kurikulum
berarti menyusun rancangan atau menyusun model kurikulum sesuai dengan misi
dan visi sekolah. Tugas dan peran seorang desainer kurikulum, sama seperti
seorang arsitek. Sebelum menentukan bahan dan cara mengkontruksi bangunan
terlebih dahulu seorang arsitek harus merancang model bangunan yang akan
dibangun.
Jika dalam pendidikan bahasa Arab, maka desain kurikulumnya nanti
mempunyai muatan yang isinya peserta didik mampu menggunakan bahasa Arab
yang sesuai dengan kebiasaan masyrakat (Local Wisdom). Contohnya dalam
pembuatan silabus, buku harus ada gambar/ isinya lingkungan yang ada di sekitar
peserta didik.Contoh konkritnya, seperti cerita candi borobudur, lambang garuda,
dan sebagainya. Contoh-contoh itu lalu dibahasa Arabkan yang dapat dipahami
oleh peserta didik.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang jenisnya kepustakaan,
dimana penelitian mengambil sumber data primer yaitu buku, dan sumber
sekunder yaitu informasi-informasi dari internet/ jurnal/ artikel.
Kesimpulannya, maka desain kurikulum harus berorientasi pada masyarakat
karena jika tidak, maka kurikulum melanggar tujuan negara ini yang tertulis di
Undang-undang dasar 1945 dan melanggar tujuan pendidikan di negara ini yaitu
setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan dan pemeriuntah harus
mampu mencerdaskan anak bangsa agar bisa mewujudkan tujuan bangsa
Indonesia.

Kata Kunci: Desain, Kurikulum, Masyarakat

1
‫الملخص‬
‫يتم اإلعالن عن املناهج الدراسية بشكل جيد وناجح إذا مت تصميم املناهج‬
‫الدراسية بشكل جيد‪ .‬التصميم اجليد هو تصميم يتمتع بصالحية وموثوقية عالية‪.‬‬
‫يف هذه املناقشة ‪ ،‬جيب أن يكون للمناهج تصميم منهج موجه حنو اجملتمع ‪ ،‬حيث‬
‫قادرا على جلب الطالب إىل مواد ميكن استخدامها يف اجملتمع‪ .‬ألن‬ ‫يكون املنهاج ً‬
‫التصميم هو تصميم أو منط أو منوذج‪ .‬يعين تصميم املنهج تطوير تصميم أو إنشاء‬
‫منوذج منهجي وف ًق ا لرس الة املدرس ة ورؤيته ا‪ .‬واجب ات وأدوار مص مم املن اهج‬
‫الدراسية هي نفس واجبات املهندس املعماري‪ .‬قبل حتديد املادة وكيفية بناء مبىن ‪،‬‬
‫جيب على املهندس املعماري أوالً تصميم منوذج بناء ليتم بناؤه‪.‬‬
‫إذا ك ان يف منهج اللغ ة العربي ة ‪ ،‬ف إن تص ميم املنهج حيت وي الح ًق ا على‬
‫حمتوى حيتوي على طالب قادرين على استخدام اللغة العربية وف ًق ا لعادات اجملتمع‬
‫(احلكم ة احمللي ة)‪ .‬على س بيل املث ال ‪ ،‬عن د إنش اء منهج دراس ي ‪ ،‬جيب أن حتت وي‬
‫الكتب على ص ور ‪ /‬حمتوي ات للبيئ ة ح ول الطالب ‪ ،‬وأمثل ة ملموس ة ‪ ،‬مث ل قص ة‬
‫معب د بوروب ودور ورم ز ج ارودا وم ا إىل ذل ك‪ .‬األمثل ة مث باللغ ة العربي ة ال يت ميكن‬
‫فهمها من قبل الطالب‪.‬‬
‫تس تخدم ه ذه الدراس ة طريق ة نوعي ة لن وع األدب ‪ ،‬حيث يأخ ذ البحث‬
‫مصادر البيانات األولية وهي الكتب واملصادر الثانوية للمعلومات من اإلنرتنت ‪/‬‬
‫اجملالت ‪ /‬املقاالت‪.‬‬
‫موجه ا حنو اجملتم ع ألن ه إذا مل‬
‫يف اخلت ام ‪ ،‬جيب أن يك ون تص ميم املنهج ً‬
‫حيدث ‪ ،‬ينتهك املنهاج أهداف هذا البلد املدونة يف دستور عام ‪ 1945‬وينتهك‬
‫األه داف التعليمي ة يف ه ذا البل د وال يت حيق لك ل م واطن تعليمه ا وجيب أن يك ون‬
‫قادرا على تعليم أطفال األمة من أجل حتقيق أهداف الشعب اإلندونيسي‪.‬‬ ‫بيمونتاه ً‬
‫الكلمات المفتاحية‪ :‬التصميم ‪ ،‬المنهاج ‪ ،‬المجتمع‬

‫‪2‬‬
ABSTRACT
A curriculum is declared good and successful if the curriculum is well
designed. Good design is a design that has high validity and reliability. In this
discussion, the curriculum must have a community-oriented curriculum
design, where the curriculum is able to bring students to have provisions that
can be used in the community. Because design is a design, pattern or model.
Designing a curriculum means drawing up a design or compiling a curriculum
model in accordance with the school's mission and vision. The task and role of
a curriculum designer, just like an architect. Before determining the material
and how to construct a building, an architect must first design a model of the
building to be built.
If in Arabic language education, then the curriculum design will have the
contents of which students are able to use Arabic in accordance with the habits
of the community (Local Wisdom). For example in making syllabus, the book
must have an image / contents of the environment around the students.
Concrete examples, such as the story of Borobudur temple, Garuda symbol,
and so on. The examples are then in the Arabic language that can be
understood by students.
This study uses a qualitative method of the type of literature, where
research takes primary data sources, namely books, and secondary sources,
namely information from the internet / journals / articles.
In conclusion, curriculum design must be community-oriented because if not,
then the curriculum violates this country's goals written in the 1945
Constitution and violates the purpose of education in this country. realize the
goals of the Indonesian people.

Keywords: Design, Curriculum, Society

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Satu hal yang sangat penting dalam penyelenggaraan pendidikan adalah


aspek kurikulum. Esensi dari kurikulum adalah acuan, rencana, norma-norma
yangdapat dipakai sebagai pegangan. Dalam arti luas kurikulum dapat dikatakan
sebagai keseluruhan program lembaga pendidikan (sekolah/universitas).1
Dikarenakan kurikulum merupakan acuan dan rencana dalam penyelenggaraan
pendidikan maka dari zaman ke zaman kurikulum akan mengalami perubahan.

Dalam hal membuat kurikulum harus diawali dengan perencanaan yaitu


melalui sebuah desain, seperti halnya membangun sebuah bangunan. Bangunan
bisa berdiri kokoh dan bagus selalu diawali dengan desain. Kemudian setelah
membuat desain barulah membuat kurikulum, kalau kurikulum juga sudah selesai,
kurikulum bisa diimplementasikan dalam proses pembelajaran.
Kurikulum dan pembelajaran, merupakan dua hal yang tidak dapat
dipisahkan. Sebagai suatu rencana atau program, kurikulum tidak akan bermakna
manakala tidak diimplementasikan dalam bentuk pembelajaran. Demikian juga
sebaliknya,tanpa kurikulum yang jelas sebagai acuan, maka pembelajaran tidak
akan berlangsung secara efektif. Penyusunan desain kurikulum dapat dilihat dari
dua dimensi, yaitu dimensi horisontal dan vertikal. Dimensi horisontal berkenaan
dengan penyusunan dari lingkup isi kurikulum. Susunan lingkup ini sering
diintegrasikan dengan proses belajar dan mengajarnya. Dimensi vertikal
menyangkut penyusunan sekuens bahan berdasarkan urutan tingkat kesukaran.
Bahan tersusun mulai dari yang mudah, kemudian menuju pada yang lebih sulit,
atau mulai dengan yang dasar diteruskan dengan yang lanjutan.
Desain Kurikulum ini mendeskripsikan secara terperinci tentang komponen
yang harus ada pada setiap kurikulum serta desain kurikulum yang dapat
digunankan untuk proses pembelajaran. Wacana tersebut menyebutkan bahwa
dalam kurikulum itu terdapat beberapa komponen, diantaranya adalah tujuan
kurikulum, bahan ajar atau materi atau isi dari kurikulum tersebut, strategi
1
Syafruddin Nurdin. Guru Profesional & Implementasi Kurikulum. (Jakarta: Ciputat Pers., 2002),
71.

4
mengajar atau metode mengajar, media mengajar dan evaluasi pengajaran serta
penyempurnaan pengajaran. Komponen-komponen tersebut saling berhubungan
satu dengan yang lainnya. Setiap komponen mempunyai isi yang sangat penting
sekali bagi kelangsungan kurikulum.

B. Rumusan Masalah

1. Pengertian Desain perkembangan Kurikulum ?


2. Bagaimana Desain Kurikulum yang Berorientasi pada Masyarakat?
3. Bagaimana Desain Kurikulum yang Berorientasi pada Siswa?
4. Bagaimana Desain Kurikulum Berorientasi pada Teknologi?
5. Bagaimana desain kurikulum bahasa Arab?

C. Tujuan

1. Menjelaskan tentang Desain perkembangan Kurikulum.


2. Menjelaskan tentang Desain Kurikulum yang Berorientasi pada Masyarakat.
3. Menjelaskan tentang Desain Kurikulum yang Berorientasi pada Siswa.
4. Menjelaskan tentang Desain Kurikulum Berorientasi pada Teknologi.
5. Menjelaskan tentang desain kurikulum bahasa Arab.

BAB II

5
PEMBAHASAN

A. Desain perkembangan Kurikulum.


Sebelum menjelaskan tentang desain kurikulum, alangkah baiknya
menjelaskan apa itu pembelajaran. Pembelajaran merupakan serangkaian aktivitas
terencana yang dilakukan siswa untuk mencapai tujuan tertentu di bawah
bimbingan, arahan, dan motivasi guru. Sejalan dengan pengertian ini,
pembelajaran tidak tidak dapat dilakukan dengan asal-asalan melainkan harus
dilakukan secara terencana dengan baik. Proses merencanakan pembelajaran
(RPP) melainkan merupakan proses sistematis yang dilakukan dari tahap
penentuan kebutuhan hingga menguji keefektifan desain pembelajaran yang
dikembangkan.2
Desain adalah rancangan, pola atau model. Mendesain kurikulum berarti
menyusun rancangan atau menyusun model kurikulum sesuai dengan misi dan
visi sekolah. Tugas dan peran seorang desainer kurikulum, sama seperti seorang
arsitek. Sebelum menentukan bahan dan cara mengkontruksi bangunan terlebih
dahulu seorang arsitek harus merancang model bangunan yang akan dibangun.
Beberapa ahli merumuskan macam-macam desain kurikulum. Eisner dan
Vallance (1974) membagi desain menjadi lima jenis, yaitu model pengembangan
proses kognitif, kurikulum sebagai teknologi, kurikulum aktualisasi diri,
kurikulum rekonstruksi sosial, kurikulum teknologi, dan kurikulum subjek
akademik. Brennan (1985) mengembangkan tiga jenis kurikulum, yaitu kurikulum
yang berorientasi pada tujuan, model proses, dan model kurikulum yang
didasarkan kepada analisis situasional. Longstreet dan Shane (1993) membagi
desain kurikulum menjadi empat desain, yaitu desain kurikulum yang berorientasi
pada masyarakat, kurikulum yang berorientasi pada anak, kurikulum yang
berorientasi pada pengetahuan, kurikulum yang bersifat eklektik.
Menurut Longstreet (1993) desain kurikulum ini merupakan desain
kurikulum yang berpusat kepada pengetahuan, yang dirancang berdasarkan
struktur disiplin ilmu, oleh karena itu model desain ini dinamakan juga model
kurikulum subjek akademis yang penekanannya diarahkan untuk pengembangan

2
Yunus Abidin, Desain Sistem Pembelajaran dalam Konteks Kurikulum 2013, (Bandung: PT Refika
Aditama, 2014), 39.

6
intelektual siswa. Para ahli memandang desain kurikulum ini berfungsi untuk
mengembangkan proses kognitif atau pengembangan kemampuan berpikir siswa
melalui latihan menggunakan gagasan dan melakukan proses penelitian ilmiah
(Mcneil, 1990).3

Model kurikulum yang berorientasi pada pengembangan intelektual siswa,


dikembangkan oleh para ahli mata pelajaran sesuai dengan disiplin ilmu masing-
masing. Mereka menyususn materi pembelajaran apa saja yang harus dikuasai
siswa baik menyangkut data dan fakta, konsep maupun teori yang ada dalam
setiap disiplin ilmu mereka masing-masing. Materi pembelajaran tentu saja
disususn berdasarkan dengan tingkat perkembangan siswa. Selain menentukan
kurikulum, para pengembang kurikulum juga pengembangkan kurikulum
menyusun bagaimana melakukan pengkajian materi pembelajaran melalui proses
penelitian ilmiah sesuai dengan corak atau masalah yang terkandung dalam
disiplin ilmu. Jadi dengan demikian dalam desain model ini bukan hanya siswa
diharapkan semata-mata dapat menguasai pelajaran sesuai dengan disiplin ilimu,
akan tetapi juga melatih proses berpikir melalui proses penelitian ilmiah yang
sistematis.

Dalam implementasinya, strategi yang banyak digunakan adalah strategi


ekspositori. Melalui strategi ini, gagasan atau informasi disampaikan oleh guru
secara langsung kepada siswa. Selanjutnya siswa dituntut untuk memahami,
mencari landasan logika, dan dukungan faktor yang dianggap relevan. Siswa
dituntut untuk membaca buku-buku atau karya-karya besar dalam bidangnya
untuk dimengerti, dipahami,dan dikuasai. Selanjutnya, penguasaan materi disiplin
imu ituijadikan kriteria dalam keberhasilan implementasi kurikulum4.

Evaluasi yang digunakan bervariasi sesuai dengan tujuan mata pelajaran.


Dalam pelajaran humaniora evaluasi dilakukan dalam bentuk essay. Mata
pelajaran kesenian diukur atau dinilai berdasarkan unsur subyektifitas.
Matematika dinilai berdasarkan penguasaan aksiomanya, buka sekadar kebenaran

3
Wina Sanjaya. Kurikulum dan Pembelajaran, Teori dan Praktik Pengembangan Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan KTSP. (Jakarta : Kencana 2008), 85.
4
Oemar Hamalik. Manajemen Pengembangan Kurikulum, (Bandung: PT. Remaja Rosda.2006),
95.

7
dalam menghitung. Penilaian ilmu alam diberikan daam bentuk pengujian proses
berpikir, bukan sekadar benar dalam jawaban.

B. Desain Kurikulum yang Berorientasi pada Masyarakat.

Bentuk rancangan kurikulum berorientasi pada masyarakat didasari oleh


asumsi bahwa tujuan dari sekolah adalah untuk melayani kebutuhan masyarakat.
Oleh sebab itu, kebutuhan masyarakat harus dijadikan dasar dalam menentukan isi
kurikulum. Ada tiga perspektif desain kurikulum yang berorientasi pada
kehidupan mayarakat, yaitu :

1. Perspektif status quo

Dalam rancangan kurikulum ini diarahkan untuk melestarikan nilai-nilai


budaya masyarakat. Dalam perspektif ini kurikulum merupakan perencanaan
untuk memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada anak didik sebgai
persiapan menjadi orang dewasa yang dibutuhkan dalam kehidupan masyarakat.
Yang dijadikan dasar oleh para perancang kurikulum adalah aspek-aspek penting
kehidupan masyarakat.

Salah satu tokoh yang berpengaruh dalam menentukan relevansi dengan


kebutuhan social masyarakat adalah Franklin Bobbit. Ia mengkaji secara ilmiah
berbagai kebutuhan masyarakat yang harus menjadi isi kurikulum. Bobbit
berpendapat bahwa sekolah sebagai suatu lembaga pendidikan formal harus
mendidik anak agar menjadi manusia dewasa dalam masyarakatnya. Oleh karena
itu, perlu dikaji berbagai aktivitas yang dilakukan oleh orang dewasa, dan itulah
yang semestinya menjadi isi kurikulum yang harus diajarkan kepada anak didik.
Berdasarkan kajian ilmiah yang dilakukannya, Bobbit menemukan kegiatan-
kegiatan utama dalam kehidupan masyarakat yang disarankan untuk menjadi isi
kurikulum sebagai berikut :

 Kegiatan berbahasa atau komunikasi social


 Kegiatan yang berhubungan dengan kesehatan
 Kegiatan dalam kehidupan social seperti bergaul dan berkelompok dengan
orang lain.

8
 Kegiatan menggunakan waktu senggang dan menikmati rekreasi.
 Usaha menjaga kesegaran jasmani dan rohani.
 Kegiatan yang berhubungan dengan religius.
 Kegiatan yang berhubungan dengan peran orang tua seperti membesarkan
anak, memelihara kehidupan keluarga yang harmonis.
 Kegiatan praktis yang bersifat vokasional atau keterampilan tertentu.
 Melakukan pekerjaan sesuai dengan bakat seseorang.

Menurut Bobbit, dalam kehidupan masyarakat tidak akan terlepas dari


aspek-aspek diatas, maka dari itu isi kurikulum mestinya menyangkut hal-hal
tersebut. Setiap kegiatan menurut Bobbit dapat dirinci lagi dalam kegiatan-
kegiatan yang lebih khusus untuk lebih mengarahkan tujuan dan kegiatan siswa di
sekolah. Disamping kegiatan-kegiatan yang harus dikuasai seperti apa yang
dilakukan oleh orang dewasa dalam perspective ini juga menyangkut desain
kurikulum untuk memberikan keterampilan sebagai persiapan untuk bekerja
(profesi). Oleh sebab itu, sebelum merancang isi kurikulum, para perancang perlu
terlebih dahulu menganalisis kemampuan apa yang harus dimiliki anak didik
sehubungan dengan tugas atau profesi tertentu. Dari hasil analisis itu kemudian
dirancang isi kurikulum yang diharapkan lebih efektif dan sesuai dengan
kebutuhan lapangan pekerjaan.

2. Perspektif Pembaharuan

Dalam perpektif pembaharuan ini kurikulum dikembangkan untuk lebih


meningkatkan kualitas masyarakat itu sendiri. Kurikulum reformis menghendaki
peran serta masyarakat secara total dalam proses pendidikan. Pendidikan dalam
prespektif ini harus untuk mengubah tatanan social masyarakat. Menurut
pandangan para reformis, dalam proses pembangunan pendidikan sering
digunakan untuk menindas masyarakat miskin untuk kepentingan elit yang
berkuasa atau untuk mempertahankan struktur social yang sudah ada. Dengan
demikian, masyarakat lemah akan tetap berada dalam ketidakberdayaan. Oleh
sebab itu, menurut aliran reformis, pendidika harus mampu mengubah keadaan

9
masyarakat itu. Baik pendidikan formal maupun pendidikan nonformal harus
mengabdikan diri demi tercapainya orde sosial baru berdasarkan pembagian
kekuasaan dan kekayaan yang lebih adil dan merata.

Paulo Freire dan Ivan Illich merupakan tokoh yang termasuk dalam
perspektif reformis. Mereka berpendapat bahwa kurikulum yang sekedar mencari
pemecahan masalah sosial tidak akan memadai. Kurikulum sebagai rancangan
pendidikan mestinya harus mampu merombak tata sosial dan lembaga-lembaga
sosial yang sudah ada dan membangun struktur sosial baru. Mereka berpendapat
bahwa sekolah yang dikembangkan Negara bersifat opresif dan tidak humanistis
serta digunakan sebagai alat golongan elit untuk mempertahankan status quo.

3. Perspektif Masa Depan


Perspektif masa depan sering dikaitkan dengan kurikulum rekonstruksi
sosial, yang menekankan kepada proses mengembangkan hubungan antara
kurikulum dan kehidupan sosial, politik, dan ekonomi masyarakat. Model
kurikulum ini lebih mengutamakan kepentingan sosial daripada kepentingan
individu. Setiap individu harus mampu mengenali berbagai permasalahan yang
ada di masyarakat yang senantiasa mengalami perubahan yang sangat cepat.
Dengan pemahaman tersebut akan memungkinkan setiap individu dapat
mengembangkan masyarakatnya sendiri.

Seorang pelopor desain kurikulum rekonstruksi sosial di antaranya adalah


Harold Rug sekitar tahun 1920-1930-an. Rug melihat adanya kesenjangan antara
kurikulum yang diberikan di sekolah dengan kenyataan di masyarakat. Oleh
karena masyarakat merupakan asal dan tempat kembalinya para siswa, maka
menurut Rug siswa harus memahami berbagai macam persoalan di
masyarakat.Melalui pengetahuan dan konsep-konsep baru yang diperolehnya,
diharapkan siswa dapat mengidentifikasi dan dapat memecahkan masalah yang
dihadapi masyarakat. Dengan demikian, kurikulum sekolah akan benar-benar
memiliki nilai untuk kehidupan masyarakat.

Dalam perspektif ini tujuan utamanya adalah mempertemukan siswa dengan


masalah-masalah yang dihadapi umat manusia. Para ahli rekonstruksi sosial

10
percaya, bahwa masalah-masalah yang dihadapi masyarakat bukan hanya dapat
dipecahkan melalui “Bidang Studi” Sosial saja, akan tetapi oleh setiap disiplin
ilmu termasuk didalamnya, ekonomi, estetika, kimia, dan matematika. Berbagai
macam krisis yang dialami oleh masyarakat harus menjadi bagian dari isi
kurikulum.

Dalam proses mengimplementasikan kurikulum ini terdapat 3 kriteria yang


harus diperhatikan. Ketiganya menuntut pembelajaran nyata ( real ), berdasarkan
pada tindakan ( action ), dan mengandung nilai ( values ). Ketiga kriteria tersebut
adalah pertama, siswa harus memfokuskan kepada salah satu aspek yang ada
dimasyarakat yang dianggapnya perlu untuk dirubah; kedua, siswa harus
melakukan tindakan terhadap masalah yang dihadapi masyarakat tersebut; dan
ketiga, tindakan siswa harus didasarkan kepada nilai ( values ), apakah tindakan
itu patut dilaksanakan atau tidak; apakah memerlukan kerja individual atau
kelompok atau bahakan keduanya.

Dalam mengorganisasi kegiatan belajar siswa disusun berdasarkan tema


utama. Selanjutnya tema tersebut dibahas ke dalam beberapa topic yang relevan.
Topik itulah yang selanjutnya ditindaklanjuti, dibahas,dan dicari
penyelesaiannnya melalui latihan-latihan dan kunjungan-kunjungan. Mengenai
evaluasi pembelajaran diarahkan kepada kemampuan siswa mengartikulasikan isu
atau masalah, mencari pemecahan masalah, mendefinisikan ulang tentang
problema, memiliki kemauan untuk mengambil tindakan-tindakan tertentu. Oleh
sebab itu, evaluasi pembelajaran kurikulum rekonstruksi sosial dilakukan secara
terus-menerus pada setiap saat.5

C. Desain Kurikulum yang Berorientasi pada Siswa.

Asumsi yang mendasari desain ini adalah bahwa pendidikan


diselenggarakan untuk membantu anak didik. Oleh karenanya, pendidikan tidak
boleh terlepas dari kehidupan anak didik. Anak didik adalah manusia yang unik.
Mereka memiliki karakteristik tertentu. Berdasarkan hasil penelitian dapat
disimpulkan anak adalah mahkluk yang sedang berkembang yang memiliki minat
5
Nana Syaodih Sukmadinata.Pengembangan Kurikulum (Teori dan Praktek), (Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, Cet.11, 2009).

11
dan bakat yang beragam. Dalam mendesain kurikulum yang berorientasi pada
siswa, Alice Crow ( Crow & Crow, 1955) menyarankan hal hal sebagai berikut :

 Kurikulum harus disesuaikan dengan perkembangan anak.


 Isi kurikulum harus mencangkup ketrampilan,pengetahuan,dan sikap yang
dianggap berguna untuk masa sekarang dan masa depan.Anak hendaknya
ditematkan sebagai subjek belajar yang berusaha unuk beajar sendiri.Artinya,
siswa harus didorong untuk melakukan berbagai aktifitas belajar, bukan hanya
sekedar menerima informasi dari guru.
 Diusahakan apa yang dipelajari siswa sesuai dengan minat, bakat, dan tingkat
perkembangan mereka.

Desain kurikulum yang berorientasi pada anak didik, dapat dilihat minimal
dari dua perspektif, yaitu perspektif kehidupan anak di masyarakat, dan perspektif
psikologis

1. Perspektif kehidupan Anak di Masyarakat

 Francis Parker, seorang tokoh yang menganjurkan siswa sebagai sumber


kurikulum percaya bahwa hakikat belajar bagi siswa adalah apabila siswa belajar
secara rill dari kehidupan mereka di masyarakat.

Berbeda dengan kurikulum yag konvensional menurut Parker proses


pembelajaran bukan menghafal dan mengusai materi pelajaran Kurikulum di sini
berorientasi pada anak dalam perspektif kehidupan di masyarakat, mengharapkan
materi kurikulum yang dipelajari di sekolah serta pengalaman belajar, didesain
sesuai dengan kebutuhan anak sebagai persiapan agar mereka dapat hidup di
masyarakat.

2. Perpektif Psikologis
Dalam perspektif psikologis, desain kurikulum yang berorientasi kepada
siswa sering diartikan juga sebagai kurikulum yang bersifat humanistic, yang
muncul sebagai reaksi terhadap proses pendidikan yang hanya mengutamakan
segi intelektual. Kurikulum ini juga muncul sebagai reaksi terhadap psikologi
beaviorisme yang menganggap tigkah laku manusia itu bersifat mekanistik yang

12
menekankan kepada pengaruh lingkungan. Menurut pendidikan humanistic setiap
manusia memiliki potensi, punya kemampuan, dan kekuatan untuk berkembang.
Oleh karena itu kurikulum didesain untuk mengembangkan seluruh potensi yang
dimiliki siswa.

D. Desain Kurikulum Teknologi.

Dalam menghadapi era globalisasi Indonesia harus mampu bersaing dengan


negara-negara lain, dimulai dari ASEAN. Mengingat sebagian besar tenaga kerja
Indonesia didominasi oleh lulusan pendidikan menengah (SMA/SMK/MA), maka
perusahan-perusahan asing tersebut lebih mengincar mereka daripada tenaga kerja
berpendidikan Diploma dan sarjana yang jumlahnya relatif sedikit. 6 Lulusan
pendidikan menengah, baik SMA maupun SMK gajinya jauh lebih murah
daripada tenaga kerja berpendidikan Diploma I, II, dan III serta sarjana.7

Model desain kurikulum teknologis sifokuskan kepada efektifitas progam,


metode, dan bagah-bahan yang dianggap dapat mencapai tujuan. Perspektif
teknologi telah banyak dimanfaatkan pada berbagai konteks, misalnya pada
progam pelatihan di lapangan industri dan militer. Desain sistem
intruksionalmenekankan kepada pencapaian tujuan yang mudah diukur, aktifitas,
dan tes, serta pengembangan bahan-bahan ajar.

Teknologi mempengaruhi kurikulum dapat dilihat dari dua sisi, yaitu sisi
penerapan hasil-hasil teknologi dan penerapan teknologi sebagai suatu sistem.Sisi
pertama yang berhubungan dengan penerapan teknologi adalah perencanaan yang
sistematis dengan mengguakan media atau alat dalam kegiatan pembelajaran.
Penggunaan dan pemanfaatan alat tersebut semata-mata untuk meningkatkan
efektivitas dan efisiensi pembelajaran. Dengan penerapan hasil-hasil teknologi
sebagai alat, diasumsikan pembelajaran akan lebih efisien dan lebih efektif.
Contoh penerapan hasil-hasil teknologi itu diantaranya adalah pembelajaran
dengan bantuan komputer (computer-assisted instruction), pengajaran melalui
radio, film, Video, dan lain sebagainya.

6
Sutrisno, Desain Kurikulum Perguruan Tinggi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2016), 9.
7
Ibid., 10.

13
Teknologi sebagai suatu sistem, menekankan kepada penyusunan progam
pembelajaran dengan menggunakan pendekatan sistem yang ditandai dengan
perumusan tujuan khusus sebagai tujuan tinkah laku yang harus dicapai. Proses
pembelajaran diarahkan untuk mencapai tujuan. Dengan demikian, keberhasilan
pembelajaran itu diukur dari sejauh mana siswa dapat menguasai atau mencapai
tujuan khusus tersebut. Jadi, penerapan teknologi sebagai suatu sistem itu tidak
ditentukan oleh penerapan hasil-hasil teknologi, akantetapi bagaimana merancang
implementasi kurikulum dengan pendekatan sistem. Seperti yang telah kita
pelajari system adalah satu kesatuan komponen yang satu sama lain saling
berkaitan secara fungsional untuk mencapai suatu tujuan. Segala daya upaya yang
dilakukan oleh guru di arahkan untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Kurikulum teknologi, banyak dipengaruhi psikologi belajar behavioristic.


Salah satu ciri dari teori belajar ini adalah menekankan pola tingkah lakuyang
bersifat mekanis seperti yang digambarkan dalam teori stimulus-respon. Lebih
lanjut dalam pandangannya tentang belajar kurikulum ini memiliki karakteristik
sebagai berikut:

 Belajar dipandang sebagai proses respon terhadap rangsangan.


 Belajar diatur berdasarkan langkah-langkah tertentu dengan sejumlah tugas
yang harus dipelajari.Secara khusus siswa belajar secara individu, meskipun
dalam hal tertentu bisa saja belajar secara kelompok.

Sukmadinata (2005:97) menyatakan bahwa ciri-ciri kurikulum teknologis


dapat ditemukan pada empat bagian yaitu pada tujuan, metode, organisasi bahan,
dan evaluasi.Ciri-ciri kurikulum teknologis antara lain:

 Tujuan diarahkan pada penguasaan kompetensi, yang dirumuskan dalam


bentuk perilaku hasil belajar yang dapat diukur. Tujuan yang masih bersifat
umum dijabarkan menjadi tujuan-tujuan yang lebih kecil (tujuan khusus),
yang di dalamnya terkandung aspek kognitif, afektif maupun psikomotor.
 Metode pengajaran bersifat individual. Setiap siswa menghadapi tugas sesuai
dengan kecepatan masing-masing.

14
 Bahan ajar atau isi kurikulum banyak diambil dari  disiplin ilmu, tetapi telah
diramu sedemikian rupa sehingga mendukung penguasaan sesuatu
kompetensi. Bahan ajar yang besar disusun dari bahan ajar yang lebih kecil
dengan memperhatikan urutan-urutan penyajian materi dalam
pengorganisasiannya.
 Evaluasi dilakukan kapan saja. Ketika siswa telah mempelajari suatu
topik/subtopik, ia dapat mengajukan diri untuk dievaluasi. Fungsi evaluasi ini
antara lain sebagai umpan balik: bagi siswa dalam penyempurnaan
penguasaan suatu satuan pelajaran (formatif), bagi program semester
(sumatif), serta bagi guru dan pengembang kurikulum. Bentuk evaluasi
umumnya obyektif tes.8
Program pengajaran model kurikulum inimenggunakan alat-alat yang
berbau teknologi, khususnya teknologi terbaru, yang secara umum lebih
menyenangkan dan terkesan up to date. Dari sisi pelaksanaannya, program
pengajaran ini mengedepankan efisiensi dan efektivitas. Dengan model
pengajaran seperti ini, standar penguasaan siswa jauh lebih tinggi dibandingkan
dengan model-model lainModel kurikulum teknologis dikembangkan berdasarkan
pemikiran teknologi pendidikan. Model ini sangat mengutamakan pembentukan
dan penguasaan kompetensi, bukan pengawetan dan pemeliharaan budaya dan
ilmu seperti pada pendidikan klasik. Model kurikulum teknolgi berorientasi pada
masa sekarang dan yang akan datang. Kurikulum ini juga menekankan pada isi
kurikulum. Suatu kompetensi yang besar diuraikan menjadi kompetensi yang
lebih kecil sehingga akhirnya menjadi perilaku-perilaku yang dapat diamati atau
diukur.
Pengembangan kurikulum teknologis berpegang pada beberapa dasar,
yaitu: 
 Prosedur pengembangan kurikulum dinilai dan disempurnakan oleh
pengembang kurikulum yang lain,
 Hasil pengembangan yang berbentuk model adalah yang bisa diuji coba ulang,
dan memberikan hasil yang sama. 

8
Sukmadinata, N. Sy. Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktek.(Bandung:PT Remaja
Rosdakarya:1987), 97.

15
Model ini di Indonesia dikenal dengan nama Satuan Pelajaran dalam
lingkungan Pendidikan Dasar dan Menengah atau Satuan Acara Perkuliahan pada
Perguruan Tinggi, sebagai bagian dari Sistem Instruksional atau Desain
Instruksional.
Pengembangan kurikulum teknologis terutama yang menekankan teknologi
alat, perlu mempertimbangkan beberapa hal. Pertama, formulasi perlu dirumuskan
terlebih dahulu apakah pengembangan alat atau media tersebut benar-benar
diperlukan. Hal ini menyangkut pasaran. Kedua spesifikasi, diperlukan adanya
spesifikasi dari alat atau media yang akan dikembangkan, baik dilihat dari segi
kegunaannya maupun ketepatan penggunaannya.

E. Desain kurikulum Pendidikan Bahasa Arab.

Dalam pembuatan desain kurikulum pendidikan bahasa arab juga harus


bisa mencangkup semua aspek. Desain harus berorientasi pada masyarakat,
berorientasi pada siswa, berorientasi pada teknologi. Hal ini bertujuan pendidikan
bahasa Arab agar bisa mengikuti perkembangan zaman.

Desain kurikulum juga meliputi bagaimana membuat silabus, buku


pegang, pembelajaran, penilaian yang baik, dsb. Semua itu sudah dijelaskan
paparan di atas. Semua itu agar kegiatan pembelajaran bahasa Arab bisa lancar
dan mampu memberikan bekal peserta didik untuk mengahadap berbagai masalah
yang ada di zaman sekarang.

BAB III
METODE PENELITIAN

16
A. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang jenisnya
kepustakaan, dimana penelitian mengambil sumber data primer yaitu
buku, dan sumber sekunder yaitu informasi-informasi dari internet/ jurnal/
artikel. Kemudian data-data itu akan direduksi kembali menjadi artikel
yang sesuai dengan kebutuhan dan tujuan.

B. Data
Sebuah kurikulum dinyatakan baik dan berhasil apabila kurikulum itu
di desain dengan baik. Desain yang baik itu desain yang mempunyai validitas
dan reliabel yang tinggi. Pada pembahasan ini bahwa kurikulum harus
mempunyai desain kurikulum yang berorientasi pada masyarakat, dimana
kurikulum mampu membawa peserta didik mempunyai bekal yang dapat
dipakai di masyarakat.
Jika dalam pendidikan bahasa Arab, maka desain kurikulumnya nanti
mempunyai muatan yang isinya peserta didik mampu menggunakan bahasa
Arab yang sesuai dengan kebiasaan masyarakat (Local Wisdom). Contohnya
dalam pembuatan silabus, buku harus ada gambar/ isinya lingkungan yang ada
di sekitar peserta didik.
Contoh konkritnya, seperti cerita candi borobudur, lambang garuda, dan
sebagainya. Contoh-contoh itu lalu dibahasa Arabkan yang dapat dipahami
oleh peserta didik.

Desain kurikulum Pendidikan Bahasa Arab.


Dalam pembuatan desain kurikulum pendidikan bahasa arab juga harus
bisa mencangkup semua aspek. Desain harus berorientasi pada masyarakat,
berorientasi pada siswa, berorientasi pada teknologi. Hal ini bertujuan
pendidikan bahasa Arab agar bisa mengikuti perkembangan zaman.
Desain kurikulum juga meliputi bagaimana membuat silabus, buku
pegang, pembelajaran, penilaian yang baik, dsb. Semua itu sudah dijelaskan
paparan di atas. Semua itu agar kegiatan pembelajaran bahasa Arab bisa lancar

17
dan mampu memberikan bekal peserta didik untuk mengahadap berbagai
masalah yang ada di zaman sekarang.

BAB III
PENUTUP

18
A. Kesimpulan
1. Desain perkembangan Kurikulum.
Desain adalah rancangan, pola atau model. Mendesain kurikulum
berarti menyusun rancangan atau menyusun model kurikulum sesuai dengan
misi dan visi sekolah. Tugas dan peran seorang desainer kurikulum, sama
seperti seorang arsitek. Sebelum menentukan bahan dan cara mengkontruksi
bangunan terlebih dahulu seorang arsitek harus merancang model bangunan
yang akan dibangun.

2. Desain Kurikulum yang Berorientasi pada Masyarakat.


Bentuk rancangan kurikulum berorientasi pada masyarakat didasari
oleh asumsi bahwa tujuan dari sekolah adalah untuk melayani kebutuhan
masyarakat. Oleh sebab itu, kebutuhan masyarakat harus dijadikan dasar
dalam menentukan isi kurikulum. Ada tiga perspektif desain kurikulum yang
berorientasi pada kehidupan mayarakat, yaitu : perspektif status quo,
perspektif pembaharuan, dan perspektif masa depan.

3. Desain Kurikulum yang Berorientasi pada Siswa.


Asumsi yang mendasari desain ini adalah bahwa pendidikan
diselenggarakan untuk membantu anak didik. Oleh karenanya, pendidikan
tidak boleh terlepas dari kehidupan anak didik. Anak didik adalah manusia
yang unik. Mereka memiliki karakteristik tertentu. Berdasarkan hasil
penelitian dapat disimpulkan anak adalah mahkluk yang sedang berkembang
yang memiliki minat dan bakat yang beragam.

4. Desain Kurikulum Teknologi.


Model desain kurikulum teknologis sifokuskan kepada efektifitas
progam, metode, dan bagah-bahan yang dianggap dapat mencapai tujuan.
Perspektif teknologi telah banyak dimanfaatkan pada berbagai konteks,
misalnya pada progam pelatihan di lapangan industri dan militer. Desain
sistem intruksionalmenekankan kepada pencapaian tujuan yang mudah diukur,
aktifitas, dan tes, serta pengembangan bahan-bahan ajar.

5. Desain kurikulum Pendidikan Bahasa Arab.

19
Dalam pembuatan desain kurikulum pendidikan bahasa arab juga harus
bisa mencangkup semua aspek. Desain harus berorientasi pada masyarakat,
berorientasi pada siswa, berorientasi pada teknologi. Hal ini bertujuan
pendidikan bahasa Arab agar bisa mengikuti perkembangan zaman.

DAFTAR PUSTAKA

Hamalik, Oemar. 2006. Manajemen Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT.


Remaja Rosda

20
Nana, Syaodih Sukmadinata. 2009. Pengembangan Kurikulum. (Teori dan
Praktek). Cet.11. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Nurdin, Syafruddin. 2002. Guru Profesional & Implementasi Kurikulum.


(Jakarta: Ciputat Pers.)

Sanjaya, Wina. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran, Teori dan Praktik


Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP. Jakarta :
Kencana.

Sukmadinata, N. Sy. 1987. Pengembangan Kurikulum: Teori dan


Praktek. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Sutrisno. 2016. Desain Kurikulum Perguruan Tinggi. Bandung: PT Remaja


Rosdakarya.

Abidin, Yunus. 2014. Desain Sistem Pembelajaran dalam Konteks Kurikulum


2013. Bandung: PT Refika Aditama.

21
IDENTITAS PENULIS

Nama Lengkap : Ainun Najib

Pendidikan : Pascasarjana PBA IAIN Kota Kediri

Tugas : Guru Sukwan MI Banjar Mlati

Nomor/ HP : 0895 3950 5886 1

Email : ainunnajib100@gmail.com

Alamat : Desa Jongbiru RT 01 RW 01 Kecamatan

Gampeng rejo Kab. Kediri

22

Anda mungkin juga menyukai