DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
FAKULTAS EKONOMI
Alamat: Kampus Karangmalang Yogyakarta
Telepon / Fax : +62 274 554902, 586168 (psw 1821, 1817, 1823, 1810, 1812, 1813,
1815, 1815) Laman: fe.uny.ac.id E-mail: fe@uny.ac.id
RESUME BAB 2
“PENALARAN / REASONING”
MASUKAN PROSES
ASERSI ASERSI
inferensi
ASERSI
ASERSI KONKLUSI
ASERSI ASERSI
ASERSI
KELUARAN
mempunyai fungsi ganda dalam penalaran yaitu sebagai elemen pembentuk (ingredient)
argumen dan sebagai keyakinan yang dihasilkan oleh penalaran (berupa simpulan).
Artinya, keyakinan yang dihasilkan dinyatakan dalam bentuk asersi pula. Dengan
demikian, asersi merupakan unsur pentingdalam penalaran karena asersi menjadi
komponen argumen (sebagai masukanpenalaran) dan merupakan cara untuk
merepresentasi atau mengungkapkan keyakinan (sebagai keluaran penalaran)
C. Argumen adalah serangkaian asersi beserta keterkaitan (artikulasi) dan inferensi atau
penyimpulan yang digunakan untuk mendukung suatu keyakinan. Bila dihubungkan
dengan argumen, keyakinan adalah tingkat kepercayaan yang dilekatkan pada suatu
pernyataan konklusi atas dasar pemahaman dan penilaian suatu argumen sebagai bukti
yang masuk akal. Oleh karena itu, argumen menjadi unsur penting dalam penalaran
karena tia3 digunakan untuk membentuk, memelihara, atau mengubah suatu keyakinan.
D. Argumen Deduktif Telah disebutkan bahwa argumen atau penalaran deduktif adalah
proses penyimpulan yang berawal dari suatu pernyataan umum yang disepakati (premis)
kepernyataan khusus sebagai simpulan (konklusi). Argumen deduktif disebut juga
argumen logis (logical argument) sebagai pasangan argumen ada benarnya (plau-sible
argument). Argumen logis adalah argumen yang asersi konklusinya tersirat (implied) atau
dapat diturunkan/dideduksi dari (deduced from) asersi-asersi lain (premis-premis) yang
diajukan. Disebut argumen logis karena kalau premis-premisnya benar konklusinya harus
benar (valid). Kebenaran konklusi tidak selalu berarti bahwa konklusi merefleksi realitas
(truth). Hal inilah yang membedakanargumen sebagai bukti rasional dan bukti fisis/
langsung/ empiris berupa fakta. Salah satu bentuk penalaran deduktif adalah suatu
penalaran yang disebut silogisma. Silogisma terdiri atas tiga komponen yaitu premis major
(majorpremise), premis minor (minor premise), dan konklusi (conclusion).
E. Argumen Induktif Penalaran ini berawal dari suatu pernyataan atau keadaan yang
khusus dan bera-khir dengan pernyataan umum yang merupakan generalisasi dari
keadaan khusus tersebut. Berbeda dengan argumen deduktif yang merupakan argumen
logis (logi-cal argument), argumen induktif lebih bersifat sebagai argumen ada benarnya
(plausible argument). Dalam argumen logis, konklusi merupakan implikasi daripremis.
KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET,
DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
FAKULTAS EKONOMI
Alamat: Kampus Karangmalang Yogyakarta
Telepon / Fax : +62 274 554902, 586168 (psw 1821, 1817, 1823, 1810, 1812, 1813,
1815, 1815) Laman: fe.uny.ac.id E-mail: fe@uny.ac.id
Dalam argumen ada benarnya (plausible), konklusi merupakan generalisa-si dari premis
sehingga tujuan argumen adalah untuk meyakinkan bahwa probabilitas atau
kebolehjadian (likelihood) kebenaran konklusi cukup tinggi atau sebaliknya, ketakbenaran
konklusi cukup rendah kebolehjadiannya (unlikely).
G. Salah Nalar (Reasoning Fallacy) Suatu argumen boleh jadi tidak meyakinkan atau
persuasif karena argumen terse-but tidak didukung dengan penalaran yang valid. Dengan
kata lain, argumen menjadi tidak efektif karena tia mengandung kesalahan struktur logika
atau karenatia tidak masuk akal (unreasonable). Salah nalar terjadi apabila penyimpulan
tidak didasarkan pada kaidah-kaidah penalaran yang valid. Jadi, salah nalar adalah
kesalahan struktur atau proses formal penalaran dalam menurunkan sim-pulan sehingga
simpulan menjadi salah atau tidak valid. Berbeda dengan stratagem yang lebih
merupakan taktik atau pendekatan yang sengaja digunakan untuk meyakinkan kebenaran
suatu asersi, salah nalar merupakan suatu bentuk kesalahan penyimpulan lantaran
penalarannya mengandung cacat sehingga simpulan tidak valid atau tidak dapat diterima.
Demikian juga, salah nalar biasanya bukan kesengajaan (intentional) dan tidak
dimaksudkan untuk mengecoh atau mengelabuhi (to deceive). Kalau toh kecohan atau
pengelabuhan terjadi, hal tersebut semata-mata karena penalar tidak menyadari bahwa
proses atau struktur penalarannya keliru sehingga dia sendiri terkecoh. Jadi, kecohan
atau salah nalar terjadi lantaran penalar salah dalam mengaplikasi kaidah penalaran.
Walaupun salah nalar dapat dipakai sebagai suatu stratagem atau penalaran yang layak
sering didukung dengan stratagem, tidak selayaknyalah kaidah penalaran yang sangat
baik ditolak semata-mata karena tia sering disalah gunakan. Penalaran juga bersifat
kontekstual. Artinya, penalaran valid yang efektif dalam konteks yang satu belum tentu
efektif dalam konteks yang lain. Demikian juga,stratagem yang efektif dalam suatu situasi
belum tentu efektif dalam situasi yanglain. Berikut ini dibahas beberapa salah nalar yang
banyak dijumpai dalam diskusiatau karya tulis profesional, akademik, atau ilmiah.
KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET,
DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
FAKULTAS EKONOMI
Alamat: Kampus Karangmalang Yogyakarta
Telepon / Fax : +62 274 554902, 586168 (psw 1821, 1817, 1823, 1810, 1812, 1813,
1815, 1815) Laman: fe.uny.ac.id E-mail: fe@uny.ac.id
H. Aspek Manusia Dalam Penalaran Stratagem dan salah nalar yang dibahas di atas
belum mencakup semua stratagem dan kecohan yang mungkin terjadi. Masih banyak
cara atau proses yang mengakibatkan kecohan. Uraian di atas juga belum menyinggung
aspek manusia dalam penalaran. Namun, pembahasan di atas memberi gambaran bahwa
penalaran untuk meyakinkan kebenaran atau validitas suatu pernyataan bukan
merupakan proses yang sederhana. Telah disinggung sebelumnya bahwa mengubah
keyakinan melalui argument dapat merupakan proses yang kompleks karena pengubahan
tersebut menyangkut dua hal yang berkaitan yaitu manusia yang meyakini dan asersi
yang menjadi objek keyakinan. Manusia tidak selalu rasional dan bersedia berargumen
sementara itu tidak semua asersi dapat ditentukan kebenarannya secara objektif dan
tuntas. Hal ini tidak hanya terjadi dalam kehidupan umum sehari-hari tetapi juga dalam
dunia ilmiah dan akademik yang menuntut keobjektifan tinggi. Yang memprihatikan dunia
akademik adalah kalau para pakar pun lebih suka berstratagem daripada berargumen
secara ilmiah. Berikut ini dibahas beberapa aspek manusia yang dapat menjadi
penghalang (impediments) penalaran dan pengembangan ilmu, khususnya dalam dunia
akademik atau ilmiah.