Bab I Pendahuluan
Bab I Pendahuluan
Latar Belakang
Pada abad ke-4 di Jawa Barat terdapat kerajaan yang bercorak Hindu-Buddha,
yaitu kerajaan Tarumanagara yang dilanjutkan dengan Kerajaan Sunda sampai abad
ke-16. Pada masa ini pula muncul dua kerajaan besar, yakni Sriwijaya dan Majapahit.
Pada masa abad ke-7 hingga abad ke-14, kerajaan Buddha Sriwijaya berkembang
pesat di Sumatra. Penjelajah Tiongkok I-Tsing mengunjungi ibukotanya Palembang
sekitar tahun 670. Pada puncak kejayaannya, Sriwijaya menguasai daerah sejauh Jawa
Tengah dan Kamboja. Abad ke-14 juga menjadi saksi bangkitnya sebuah kerajaan
Hindu di Jawa Timur, Majapahit. Patih Majapahit antara tahun 1331 hingga 1364, Gajah
Mada, berhasil memperoleh kekuasaan atas wilayah yang kini sebagian besarnya
adalah Indonesia beserta hampir seluruh Semenanjung Melayu. Warisan dari masa
Gajah Mada termasuk kodifikasi hukum dan pembentukan kebudayaan Jawa, seperti
yang terlihat dalam wiracarita Ramayana.
Rumusan Masalah
Kerajaan Singhasari atau sering pula ditulis Singasari atau Singosari, adalah
sebuah kerajaan di Jawa Timur yang didirikan oleh Ken Arok pada tahun 1222. Lokasi
kerajaan ini sekarang diperkirakan berada di daerah Singosari, Malang. Berdasarkan
prasasti Kudadu, nama resmi Kerajaan Singhasari yang sesungguhnya ialah Kerajaan
Tumapel. Menurut Nagarakretagama, ketika pertama kali didirikan tahun 1222, ibu kota
Kerajaan Tumapel bernama Kutaraja.
Awal Berdiri
Pada tahun 1254 terjadi perseteruan antara Kertajaya raja Kerajaan Kadiri
melawan kaum brahmana. Para brahmana lalu menggabungkan diri dengan Ken Arok
yang mengangkat dirinya menjadi raja pertama Tumapel bergelar Sri Rajasa Sang
Amurwabhumi. Perang melawan Kerajaan Kadiri meletus di desa Ganter yang
dimenangkan oleh pihak Tumapel.
Kertanagara adalah raja terakhir dan Raja terbesar dalam sejarah Kerajaan
Singosari (1268 – 1292). Ia adalah raja pertama yang mengalihkan wawasannya ke luar
Jawa. Pada tahun 1275 ia mengirim pasukan Ekspedisi Pamalayu untuk menjadikan
Sumatrasebagai benteng pertahanan dalam menghadapi ekspansi bangsa Mongol.
Saat itu penguasa Sumatra adalah Kerajaan Dharmasraya (kelanjutan dari Kerajaan
Malayu). Kerajaan ini akhirnya dianggap telah ditundukkan, dengan dikirimkannya bukti
arca Amoghapasa yang dari Kerajaan Singosari, sebagai tanda persahabatan kedua
negara.
Pada tahun 1293 datang pasukan Mongol yang dipimpin Ike Mese untuk
menaklukkan Jawa. Mereka dimanfaatkan Raden Wijaya untuk mengalahkan Raja
Jayakatwang diKediri. Setelah Raja Jayakatwang terbunuh, Raden Wijaya dengan
siasat cerdik ganti mengusir tentara Mongol keluar dari tanah Jawa. Raden Wijaya
kemudian mendirikan Kerajaan Majapahit sebagai kelanjutan Kerajaan Singosari, dan
menyatakan dirinya sebagai anggota Wangsa Rajasa, yaitu dinasti yang didirikan
oleh Ken Arok. .
Sesuai dengan kepercayaan masyarakat pada aman itu, dalam kitab Pararaton
dikisahkan bahwa Ken Arok adalah anak Dewa Brahma. Atas bantuan pendeta
Lohgawe, Ken Arok bekerja pada akuwu (bupati) Tumapel (Malang) yang bernama
Tunggul Ametung. Tidak menutup kemungkinan, Ken Arok itu ada hubungannya
dengan Tunggul Ametung, Sebagaimana diketahui, ayah dari Ken Arok masih
dipertanyakan, yang ada hanya legenda tentang siapa ayah Ken Arok. Ketika bekerja
di sana, Ken Arok menjalin hubungan asmara dengan istri muda Tunggul Ametung
yang bernama Ken Dedes. Kemudian Ken Arok membunuh Tunggul Ametung, lalu
menikahi Ken Dedes yang sedang hamil, dan sekaligus menjadi Akuwu Tumapel yang
baru. Silsilah Ken Arok dan keluarganya dapat digambarkan sebagai berikut.
Pada masa itu Tumapel merupakan daerah kekuasaan Kediri (Daha). Raja
Kertajaya berselisih dengan para pendeta (Brahmana), kemudian para Brahmana ini
meminta perlindungan kepada Ken Arok yang menjabat sebagai Akuwu di Tumapel.
Kesempatan ini digunakan Ken Arok untuk menggulingkan kekuasaan Kediri. Pada
pertempuran di Ganter (1222), Kertajaya dapat dikalahkan. Seluruh wilayah bekas
Kerajaan Kediri dikuasai. Di atas kekuasaannya ini, Ken Arok menyatakan diri sebagai
raja baru dengan gelar Sri Ranggah Rajasa Bhatara Sang Amurwabhumi. Nama
Tumapel diganti menjadi Singosari. Ken Arok hanya memerintah lima tahun (1222-
1227). Dari perkawinannya dengan Ken Dedes, Ken Arok mempunyai empat orang
anak yaitu: Mahisa Wongateleng, Panji Saprang, Agni Bhaya, dan Dewi Rimba.
Kemudian dari perkawinannya dengan istri yang lain, yaitu Ken Umang, Ken Arok
mempunyai anak bernama Panji Tohjaya.
Pada tahun 1227 M, Ken Arok dibunuh oleh seseorang atas perintah Anusapati.
Anusapati ternyata anak Ken Dedes dari Tunggul Ametung atau anak tiri Ken Arok.
Setelah membunuh Ken Arok, Anusapati menjadi raja Singosari (1227-1248). Sepak
terjang Anusapati ini didukung oleh Mahisa Wongateleng, anak Ken Dedes dari
Ken Arok. Dengan meninggalnya Ken Arok, Tohjaya sebagai anak Ken Arok dari Ken
Umang ingin membalas kematian ayahnya. Untuk itu, pada tahun 1248, Anusapati
dibunuh oleh Tohjaya.
Pada tahun 1280 dan 1281, datang utusan Kubhilai Khan ke Singosari untuk
meminta Singosari tunduk dan takluk pada Kubhilai Khan. Akan tetapi perintah Kaisar
Kubhilai Khan itu ditolak oleh Kertanegara dengan melakukan penghinaan diplomatik
(merusak muka Meng Chi, utusan dari Kubhilai Khan). Kubhilai Khan sangat marah
melihat tindakan Kertanegara kepada utusannya. Ia lalu mengirimkan pasukannya ke
Jawa untuk menyerang Singosari, sekaligus menghukum Kertanegara. Keinginan
Kubhilai Khan untuk menyerang Kerajaan Singosari tidak terlaksana, karena pasukan
Kubhilai Khan baru tiba di Singosari pada tahun 1293 M, sementara Raja Kertanegara
yang dicari-cari telah meninggal pada tahun 1292 M akibat serangan dari Jayakatwang
(keturunan raja Kediri).
Menurut kitab Pararaton, serangan Jayakatwang dilakukan pada bulan Mei dan
Juni tahun 1292. Pasukan Singosari yang pada saat itu dipimpin oleh menantu
Kertanegara dan cucu Mahisa Cempaka, Raden Wijaya, berhasil dipancing pasukan
Jayakatwang keluar dari keraton. Pasukan Jayakatwang berhasil masuk ke keraton dan
membunuh Raja Kertanegara serta para pembesar keraton. Dengan meninggalnya
Raja Kertanegara, berakhirlah Kerajaan Singosari.
Letak kerajaan Singosari di tepi sungai Bengawan Solo. Hal ini memberikan
kesimpulan bahwa masyarakatnya aktif dalam kegiatan perekonomian pelayaran.
Selain itu, dengan suburnya bumi Jawa, maka sektor pertanian pun menjadi bagian dari
aspek perekonomian yang maju di Singosari beserta hasil buminya. Ekspedisi
Pamalayu yang dilakukan oleh Kertanegara merupakan salah satu bukti bahwa negara
berusaha meningkatkan kehidupan ekonominya dengan menguasai jalur perdagangan
yang strategis.
Kerajaan Majapahit
Raja-raja Majapahit
Kala Gemet naik tahta menggantikan ayahnya dengan gelar Sri Jayanegara.
Pada Masa pemerintahannnya ditandai dengan pemberontakan-pemberontakan.
Misalnya pemberontakan Ranggalawe 1231 saka, pemberontakan Lembu Sora 1233
saka, pemberontakan Juru Demung 1235 saka, pemberontakan Gajah Biru 1236 saka,
Pemberontakan Nambi, Lasem, Semi, Kuti dengan peristiwa Bandaderga.
Pemberontakan Kuti adalah pemberontakan yang berbahaya, hampir meruntuhkan
Kerajaan Majapahit. Namun semua itu dapat diatasi. Raja Jayanegara dibunuh oleh
tabibnya sendiri yang bernama Tanca. Tanca akhirnya dibunuh pula oleh Gajah Mada.
Tribuwana Tunggadewi (1328 – 1350)
Hayam Wuruk
Hayam Wuruk naik tahta pada usia yang sangat muda yaitu 16 tahun dan
bergelar Rajasanegara. Di masa pemerintahan Hayam Wuruk yang didampingi oleh
Mahapatih Gajah Mada, Majapahit mencapai keemasannya. Dari Kitab
Negerakertagama dapat diketahui bahwa daerah kekuasaan pada masa pemerintahan
Hayam Wuruk, hampir sama luasnya dengan wilayah Indonesia yang sekarang, bahkan
pengaruh kerajaan Majapahit sampai ke negara-negara tettangga. Satu-satunya daerah
yang tidak tunduk kepada kekuasaaan Majapahit adalah kerajaan Sunda yang saat itu
dibawah kekuasaan Sri baduga Maharaja. Hayam Wuruk bermaksud mengambil putri
Sunda untuk dijadikan permaisurinya. Setelah putri Sunda (Diah Pitaloka) serta
ayahnya Sri Baduga Maharaja bersama para pembesar Sunda berada di Bubat, Gajah
Mada melakukan tipu muslihat, Gajah Mada tidak mau perkawinan Hayam Wuruk
dengan putri Sunda dilangsungkan begitu saja. Ia menghendaki agar putri Sunda
dipersembahkan kepada Majapahit (sebagai upeti). Maka terjadilah perselisihan paham
dan akhirnya terjadinya perang Bubat. Banyak korban dikedua belah pihak, Sri Baduga
gugur, putri Sunda bunuh diri. Tahun 1364 Gajah Mada meninggal, Kerajaan Majapahit
kehilangan seorang mahapatih yang tak ada duanya. Untuk memilih penggantinya
bukan suatu pekerjaan yang mudah. Dewan Saptaprabu yang sudah beberapa kali
mengadakan sidang untuk memilih pengganti Gajah Mada akhirnya memutuskan
bahwa Patih Hamungkubhumi Gajah Mada tidak akan diganti “untuk mengisi
kekosongan dalam pelaksanaan pemerintahan diangkat Mpu Tandi sebagais
Wridhamantri, Mpu Nala sebagai menteri Amancanegara dan patih dami sebagai
Yuamentri. Raja Hayam Wuruk meninggal pada tahun 1389.
Wikramawardhana
Kehidupan Politk
a. Mahamantri i-hino
b. Mahamantri i –hulu
c. Mahamantri i-sirikan